Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

KEGUGURAN,PENGGUNAAN KONTRASEPSI SEBELUMNYA,HAID TIDAK TERATUR

Dosen pengampu: Rismahara Lubis SSiT,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

ALIYAH JIHAN (P07524419092)

FRISKA LUSI MENOMI (P07524419102)

KELAS: D IV 2C

POLTEKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya itulah penyusunan makalah ini dapat
disesuaikan dengan rencana.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itulah, Penyusun
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Ibu Julietta Hutabarat SST,M.Keb sebagai
Dosen Keterampilan dasar Praktek Kebidanan dapat terselesaikannya makalah ini yang berjudul
“KEGUGURAN,PENGGUNAAN KONTRASEPSI SEBELUMNYA,HAID TIDAK TERATUR’’

Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Atas perhatian dan
tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Medan,25 Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
I.1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
I.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 4
I.3. Tujuan.. .......................................................................................................... 4

II. PEMBAHASAN …............................................................................................ 6

2.1 Defenisi Keguguran…………..………………….....................................................5


2.2 Jenis-jenis keguguran……….................................................................................. 5
2.3 Tanda-tanda dan gejala keguguran …..……………………………………………5
2.4 Penyebab keguguran ………………………………………………………………5
2.5 Faktor resiko keguguran…….……………………………………………………..6
2.6 Cara menvegah keguguran……………..…………………………………….........7
2.7 Defenisi kontrasepsi………………………………………………………………8
2.8 Tujuan pengunaan kontrasepsi……………………………………………………8
2.9 Macam-macam kontrasepsi……………………………………………………….9
2.10 Cara pengunaan alat kontrasepsi……………………………………………9
2.11 Prinsip kerja alat kontrasepsi………………………………………………..12
2.12 Metode operatif kontrasepsi wanita dan pria………………………………..13
2.13 Defenisi haid…………………………………………………………………15
2.14 Gangguan haid……………………………………………………………….16

III. PENUTUP .............................................................................................................. 26

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
keguguran (abortus) adalah kematian embrio atau janin secara tiba-tiba sebelum usia kehamilan 20
minggu atau sebelum 5 bulan. Sebagian besar kasusnya terjadi sebelum minggu ke-13 kehamilan.
Lewat dari usia 20 minggu, risikonya biasanya akan semakin kecil. Abortus menjadi pertanda ada
sesuatu yang salah dalam kehamilan atau janin gagal berkembang dengan baik.  Pada saat keguguran,
biasanya wanita akan mengalami perdarahan dan kram. Hal ini disebabkan oleh kontraksi yang bekerja
untuk meluruhkan isi rahim, yaitu gumpalan darah besar dan jaringan. Jika terjadi dengan cepat,
keguguran biasanya dapat diselesaikan oleh tubuh tanpa komplikasi. Jika terjadi abortus tetapi wanita
tersebut tidak tahu kalau dirinya mengalami kondisi ini, obat dapat diberikan untuk merangsang
kontraksi

1.2 RUMUSAN MASALAH?


1.Apa itu keguguran?
2. Bagaimana dari jenis-jenis keguguran?
3. Apa tanda-tanda dari keguguran?
4. Apa faktor resiko keguguran?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa arti keguguran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari keguguran
3. Untuk mengetahui tanda-tanda daro keguguran
4. Untuk mengetahui faktor resiko keguguran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI KEGUGURAN
Keguguran adalah komplikasi kehamilan yang umum terjadi. Setidaknya sekitar 10-20 persen
kehamilan gugur sebelum waktunya. Ada lebih dari 80 persen kasus keguguran yang
dilaporkan terjadi dalam trimester pertama kehamilan.Masih mengutip dari Mayo Clinic, sekitar
50 persen kehamilan gugur saat wanita tersebut bahkan belum sadar dirinya hamil. Ibu hamil
bisa menghindari komplikasi abortus ini dengan menghindari faktor risikonya dan melakukan
pencegahan lebih lanjut.

2.2 Jenis-jenis keguguran

Keguguran ada banyak jenisnya. Tiap ibu hamil mungkin bisa mengalami jenis yang berbeda,
tergantung sudah sejauh mana usia kehamilannya. Setiap jenisnya pun dapat menunjukkan
gejala yang berbeda. Berikut jenis keguguran yang harus dipahami:

1. Abortus iminens
2. Abortus insipiens
3. Abortus inkomplet atau tidak menyeluruh (incomplete miscarriage)
4. Abortus komplet atau menyeluruh (complete miscarriage)
5. Missed abortus (keguguran diam-diam)

Perbedaan jenis abortus didasari pada tingkat nyeri pada perut, gejala yang khas, dan kondisi
serviksnya apakah tertutup atau tidak.

2.3 Tanda-tanda dan gejala keguguran

Keguguran dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar karena tidak muncul tanda-tanda
yang mungkin jelas.

Gejala dan tanda keguguran paling umum adalah:

 Perdarahan atau bercak darah, muncul dari ringan sampai berat


 Perut dan punggung bawah terasa sakit atau kram yang parah
 Vagina mengeluarkan cairan nonkeputihan atau jaringan
 Demam
 Lesu
2.4 Penyebab keguguran

Ada beberapa hal yang jadi penyebab keguguran antara lain:

 Masalah pada janin


 Rahim ibu lemah (Inkompetensi serviks)
 Penyakit ibu yang tidak diobati
 Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
 Infeksi bakteri
 Merokok, alkohol, narkoba, dan terpapar racun lingkungan (Ibu perokok aktif atau pasif)

Paparan racun lingkungan yang lebih tinggi seperti asap industri, asap dari pembakaran
barang laboratorium rumah sakit, atau asap pabrik juga dapat menyebabkan janin gugur
dalam kandungan.

2.5 Faktor-faktor risiko keguguran

Ada banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi:

 Pernah keguguran sebelumnya, setidaknya dua kali atau lebih


 Punya penyakit kronis seperti diabetes melitus yang tidak terkendali
 Gangguan rahim atau serviks
 Merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang
 Makan makanan pemicu keguguran
 Berat badan di atas atau di bawah rata-rata meningkatnya risiko komplikasi
 Pernah melakukan tes prenatal invasif (mengambil sampel chorionic villus dan
amniocentesis)
 Faktor hormonal dan masalah kekebalan tubuh ibu
 Hamil di atas usia 35 tahun
 Septate uterus (kelainan bentuk rahim)

Di atas adalah gambaran septate uterus atau kelainan bentuk rahim. yang merupakan kondisi
bawaan lahir.

Wanita pemilik septate uterus berisiko mengalami keguguran hingga 25-47 persen. Sementara
risiko keguguran pada wanita yang bentuk rahimnya normal berkisar sekitar 15 sampai 20
persen.

2.6 Cara mencegah keguguran


Ada beberapa cara untuk mencegah janin gagal bertahan di dalam kandungan, antara lain:

1. Minum suplemen asam folat

Mengonsumsi vitamin prenatal yang mengandung asam folat sebelum atau selama


kehamilan dapat mencegah keguguran.

Dokter menyarankan asupan 600 mg asam folat tiap hari juga untuk menghilangkan bayi
kemungkinan cacat lahir.

2. Imunisasi rutin

Beberapa kondisi kronis meningkatkan risiko keguguran. Anda dapat mencegah penyakit
seperti itu melalui vaksinasi.

Selama kehamilan, Anda juga  perlu menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk


memastikan pertumbuhan dan perkembangan bayi Anda di dalam rahim

3. Olahraga secara teratur

Berolahraga secara teratur disarankan untuk menjaga kehamilan tetap sehat. Selama


kehamilan, ibu disarankan untuk melakukan olahraga yang aman seperti pilates dan yoga.

Hindari olahraga terlalu berat karena dapat meningkatkan suhu tubuh Anda dan mengurangi
jumlah suplai darah ke janin.

4. Makan makanan bergizi

Ibu hamil wajib hukumnya untuk mengonsumsi makanan yang sehat. Ibu hamil


dapat mengonsumsi ikan laut yang kaya akan asam lemak omega-3.

Asam lemak omega-3 yang terkandung dalam ikan dapat membantu meningkatkan produksi
hormon untuk mengurangi peradangan rahim.

Selain itu, konsumsi juga makanan yang mengandung biji-bijian seperti gandum utuh dan
sereal yang baik untuk menjaga kadar gula darah dalam tubuh tetap sehat.
2.7 Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun
menetap.Kontasepsi ditujukan untuk wanita dengan tujuan agar tidak mempunyai anak lebih
dari 2 sesuai dengan program KB yang dicanangkan oleh pemerintah.

2.8 Tujuan Penggunaan Kontrasepsi


Kontrsepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan
obat/alat, atau dengan cara operasi. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan
penggunaan kontrsepsi, yaitu :
1.      Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda
kehamilannya.
   Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a. Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak.
b. Efektivitas yang relative tinggi, penting karena dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi.
 Kontrasepsi yang sesuai pil, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) mini, cara sederhana.
Alasan :
- Usia di bawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak mempunyai anak terlebih
dahulu.
- Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.
- Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih sering
berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi
- Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat dianjurkan, terutama pada
akseptor dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
2. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia 20-30 tahun   adalah
yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.
  Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a.  Reversibilitas cukup tinggi.
b.    Efektifitas cukup tinggi kerena akseptor masih mengharapkan mempunyi anak.
c.  Dapat dipakai 3-4 tahun.
d.   Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI).         
 Kontrasepsi yang sesuai : AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk KB, kontrasepsi mantap
(kontap).
           Alasan :
-          Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
-          Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan AKDR sebagai pilihan utama.
-          Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun tidak/kurang berbahaya
karena akseptor bareda pada usia yang baik untuk mengandung dan melahirkan.
3      Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia diatas 30 tahun, dianjurkan untuk
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
       Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a. Efektifitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak.
b.      Reversibilitas rendah.
c.  Dapat dipakai untuk jangka panjang.
d.      Tidak menambah kelainan yang sudah ada.
   Kontrasepsi yang sesuai : kontrasepsi mantap (tubektomi/vasektomi), susuk KB, AKDR
suntikan, pil dan cara sederhana.
  Alasan :
a. Ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi atau tidak punya anak lagi karena
alasan medis.
b.      Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
c. Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relatif baik dibandingkan dengan susuk KB
atau AKDR.
d.      Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya
efek samping dan komplikasi.

2.9.   Macam-macam kontrasepsi
1.    Kontrasepsi Alamiah :  -metode lendir serviks
-metode suhu tubuh basal
: -kondom
-diafragma
-obat spermatisid
3.    Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
4.    Kontrasepsi Hormonal : -pil
-suntik
- susuk norplant
- susuk implanon
2.10 .  Cara Penggunaan Alat Kontrasepsi
 1. Kontrasepsi Alamiah
                     Pantang berkala
Prinsip system ini ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur. Ovulasi terjadi
14+-2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Ovum mempunyai kemampuan untuk
dibuahai dalam 24 jam setelah evulusi. Yang disebut masa subur atau ‘fase ovulasi’ terjadi
mulai 48 jam sebelum ovulasi hingga 24 jam setelah ovulasi. Karena itu, jika konsepsi ingin
dicegah, sanggama harus dihindarkan sekurang-kurangnya  3 hari (72 jam), yaitu 48 jam
sebelum ovulasi dan 24 jam setelah ovulasi terjadi.
Untuk menetapkan saat ovulasi, metode yang dianjurkan ialah sebagai berikut :
a.       Metode  Lendir Serviks
Dalam metode ini dilakukan penilaian lender serviks. Sifat cairan vagina bervariasi
selama siklus haid. Lendir di vagina diperiksa dengan cara memasukkan jari tangan klien
sendiri kedalam vagina dan mencatat bagaimana lender itu dirasakan setiap hari.
Cara kerja :
Dimulai dari hari pertama setelah haid berakhir, klien harus mencatat pola lendimnya terus
menerus sampai 8-10 hari setelah hari terakhir dengan lendir yang licin dan basa, atau hari
puncak (peak day). Hari puncak menunjukkan bahwa ovulasi telah dekat atau bahkan sering
terjadi, dan pencatatan harus diteruskan sampai ia yakin bahwa ia tidak subur lagi. Ia harus
terus mencatatat pola lendimnya setiap siklus sampai ia terbiasa memeriksa dan menilai pola
lendirnya yang dapat memakan waktu beberapa bulan. Setelah terbiasa dengan hal ini, klien
tidak perlu lagi memeriksa lendimnya setiap hari siklus haidnya ; ia dapat berhenti setelah
menjalankan Aturan Hari Puncak (Peak Day Rule)  karena ia telah mencapai masa tidak
subur. Karena lendir mungkin berubah sepanjang hari, yang terbaik adalah mencatatnya pada
malah hari dan selalu mencatat lendir yang dirasakan paling subur pada hari itu.
b.      Metode Suhu Tubuh Basal
Cara kerja :
Hormone progesterone, yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik
atau memproduksi panas. Ia dapat menaikkan suhu tubuh 0,05 o sampai 0,2oC (0,4o sampai
IoF) dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya. Peningkatan suhu
tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal dan ini merupakan dasar dari Metode Suhu
Tubuh Basal (STB). Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh.

2.      Kontrasepsi Barier
                    Kondom
Kondom adalh selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya bepinggir tebal,
bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Kondom juga
membantu pencegahan penularan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk AIDS.
Intruksi pemakaian :
-             Kondom digunakan pada penis yang ereksi sebelum penis masuk ke vagina.
-            Jika kondom tak ada penampung di ujungnya, sisakan 1-2 cm di ujung kondom untuk
menampung ejakulat.
-             Lepaskan kondom sebelum penis selesai ereksi, pegang kondom
pada                          pangkalnya dengan jari untuk mencegah sperma tumpah atau
merembes.
-             Tiap kondom hanya sekali pakai dan langsung dibuang
-             Jangan menyimpan kondom di tempat panas, serta jangan memakan
minyak    goreng, baby oil atau jelly minyak untuk pelicin kondom, karena
akan    menyebabkan kerusakan kondom.

3.      Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), Intra Uterine Device (IUD)


                          Mekanisme kerja
Sampai saat ini mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti. Pendapat
terbanyak mengatakan AKDR menimbulkan reaksi radang endometrium dengan sebutan
leukosit yang dapat menghancurkan blastoksita atau sperma. AKDR yang mengandung
tembaga (Cu) juga menghambat kasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali, memblok
bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii, dan
menginaktifkan sperma. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks
hingga menghalangi pergerakan sperma.

4.      Kontasepsi Hormonal
Macam-macam kontrasepsi hormonal
a.       Pil
Ada tiga macam pil kontrasepsi, yaitu minipil, pil kombinasi, dan pil
pascasanggama (morning after pill). Yang umum digunakan ialah pil kombinasi antara
estrogen dan progesterone. Minipil yang hanya mengandung progestin dosis rendah biasanya
diberikan pada ibu yang menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan),
Cara menggunakan pil kombinasi
Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari 1 pil terus menerus atau sesuai
hari di dalam bungkus. Sebaiknya pil diminum dalam waktu yang kurang lebih sama tiap
harinya, misalnya malam sebelum tidur. Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya
terjadi withdrawal bleeding, lalu pil bungkus ke-2 diminum mulai hari ke-5 perdarahan tersebut.
Jika tidak terjadi withdrawal bleeding, pil bungkus ke-2 diminum mulai 7 hari setelah pil
bungkus pertama habis. Sedangkan pil yang berjumlah 28 diminum terus menerus tiap
malam. Tujuh pil terakhir mengandung zat besi atau gula.
b.      Suntik
Saat ini terdapat 2 macam kontrasepsi suntikan, yaitu golongan progestin dan golongan
progestin dengan campuran estrogen propionate. Suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai
ke-5 pascapersalinan, segera setelah keguguran, atau pada interval lima hari pertama
haid. Hormone disuntikkan secara intramuskuler dalam didaerah gluterus maksimus atau
deltoid. Selanjutnya suntikan Cyclofem diberikan tiap bulan, Noristerat tiap 2 bulan, dan Depo
Provera tiap 3 bulan sekali.
c.         Susuk KB/Implan
Cara kerja
      Menghambat terjadinya ovulasi
      Menyebabkan endometrium/selaput lendir tidak siap untuk nedasi/menerima pembuahan
      Mempertebal lendir serviks/rahim.
      Menipiskan lapisanendometrium/selaput lendir
d.        Susuk norplan
Cara kerja :
       Klien diminta mencuci lengan kirinya secara bersih dengan sabun sementara peralatan
dipersiapkan.
       Klien diminta berbaring dan dilakukan konseling intuk memantapkan dan menjelaskan apa
yang akan dilakukan, juaga apakah menderita alergi.
       Cari daerah dilengan kiri yang tidak ada vena dan lembut 8 cm dari lipat siku, dan titik
sesuai/seperti kipas atau sesuai model mack dengan spidol.
       Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk bersih
dan kering. Kenakan sarung tangan steril, bila diberi bedak maka hapus bedak dengan kasa
yang telah dicelup dalam air steril.
       Lakukan antisepsis dengan kasa yang dibasahi betadin dengan gerakan melingkar ke arah
luar 2-3 kali seluas 8-13 cm. pasang duk steril
       Suntikan anestesi infiltrasi 0,4 ml tepat dibawa kulit pada tempat insisi yang telah
ditentukan sampai insisi sedikit menggelembung. Teruskan suntikan ke lapisan dibawa kulit
kurang lebih 4 cm dan masukkan anestesi antara garis 1-2, 3-4, 5-6 masing-masing 1 ml
sambil ditarik keluar, kemudian di-massase, uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi
dengan skapel.
       Buat insisi dangkal dengan skapel selebar 2 mm. Masukkan trokar dan pendorongnya
melalui tempat insisi dengan sudut 45 o sambil mengungkit kulit, sampai garis batas pertama
trokar  tepat berada di luka insisi.
       Pendorong dikeluarkan dan diletakkan di tempat steril. Angkat tabung dengan jari telunjuk
kanan.
       Tangkap tabung dengan tangan kiri dalam posisi menadah dengan rapat. Masukkan
kapsul implant pertama dalam trokar.masukkan pendorong dan dorong sampai terasa ada
tahanan.
       Lepaskan kedua tangan , periksa kelurusan posisi trokar dan periksa tahanan pada
pendorong dengan mendorong dari luar.
       Tahan pendorong di tenpatnya dengan satu tangan, dan tarik keluar trokar sampai
mencapai pegangan pendorong, dorong 3 kali.
       Tarik trokar dan pendorongnya secara bersamaan sampai batas tanda ke dua (pada ujung
trokar ) terlihat pada luka insisi.jangan sampai trokar keluar dari luka insisi
       Tahan kapsul yang telah terpasang dengan 1 jari dan masukkan kembali trokar serta
pendorong ke arah kanan lalu ke kiri ke tujuan berikutnya.
       Bila telah dipasang semua, periksa seluruh kapsul dari atas dan bawah (ingat-ingat, karena
akan digambar dalam status ). Pastikan tidak berada didekat luka insisi. Keluarkan trokar
dengan hati-hati.
       Tutup dan tekan luka bekas insisi dengan kasa, lepaskan duk. Bersihkan coretan spidol
dan sekitar dengan kapas alcohol. Tarik kulit sekitar insisi agar luka tertutup dengan rapi
kemudian tutup dengan plester. Tutup dengan kasa diatasnya lalu balut sekitar lengan dengan
perban.
       Setelah selesai, pasien diperbolehkan turun dan dinasihati untuk tidak terkena air sampai
perban dilepas (3 hari kemudian), bila ada keluhan diminta secepatnya datang kembali,
jangan berhubungan dengan suami dulu selama 3 hari, control seminggu lagi, dan diminta
menunggu dulu 10-15 menit diruang tunggu. Bila tidak ada keluhan, pasien boleh pulang.
e.         Susuk implanon
Cara insersi implanon :
           Bersihkan daerah suntikan dengan antiseptik. Lepaskan inserter steril sekali pakai dari
pembungkus aluminium, lalu lepaskan penutup jarum.
           Masukkan jarum di bawah kulit di bagian dalam dan lengan atas (yang tidak dominan
sampai dengan batas sempit).
           Lepaskan pengikat topangan pendorong suntikan dengan semprit sambil
mempertahankan inserter dengan tangan yang lain.
           Putar pendorong suntikan 180 0. Pertahankan pendorong suntikan di tempat dengan
menekannya pada lengan dan tarik semprit dengan tangan yang lain untuk melepaskan
susuk.
            Aplikasikan kasa steril dan balut tekan yang dipertahankan selama 3 hari.

2.11. Prinsip Kerja Alat Kontrasepsi


1.      Pil KB
Cara Kerja :
             Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur.
             Mengendalikan lendir mulut rahim sehingga sel mani/sperma tidak dapat masuk
kedalam rahim
             Menipiskan lapisan endometrium/selaput lendir di vagina.
2.      Suntikan KB
Cara Kerja :
         Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
         Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani/sperma tidak dapat masuk kedalam
rahim.
         Menipiskan lapisan endometrium/selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan.
3.   Susuk KB/  Implant
Cara Kerja :
             Menghambat terjadinya ovulasi.
             Menyebabkan endometrium.
             Mempertebal lendir serviks.
             Menipiskan selaput lender.
4.   Iud/ AKDR
Cara Kerja :
             Mencegah masuknya spermatozoa.
             Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
5.   Kondom
Cara Kerja :
         Dipasang pada penis selama berhubungan seksual untuk mencegah sperma memasuki
vagina, karena cairan sperma tertampung dalam kondom.

2.12. Metode Operatif Kontrasepsi  Wanita dan Pria


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Tubektomi merupakan alat kontrasepsi
yang paling efektif dengan angka kegagalan kurang dari 1%.
Tubektomi dapat dilakukan pascakeguguran, pascapersalinan, atau pada masa
interval.  Tubektomi pascakeguguran sebaiknya dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena
belum dipersulit dengan edema tuba, infeksi, dan alat genital belum menciut. Sedangkan
dalam tubektomi dikenal 2 tipe pelayanan yaitu minilaparotomi dan laparoskopi.
 Teknik minilaparotomi pascapersalinan dengan tubektomi cara modifikasi Pomeroy :
         Calon akseptor yang sudah dipuasakan 6-8 jam sebelum tindakan diminta berbaring.
         Anestesi umum dengan ketalar atau anesti lokal dengan lidokain.
         Dengan posisi operator di kiri calon akseptor dan asisten dikanannya, buat insisi kecil
sepanjang 2cm setinggi fundus.
         Jika fundus terletak dibawah pusat pada 3-5 hari pascapersalinan, lakukan insisi mediana
setinggi 2 kaki dibawah fundus uteri sepanjang 1-2 cm.
         Tampilkan tuba dengan menarik retraktor kearah tuba yang akan dicapai, atau dengan
mendorong uterus dan tuba dengan cara jari lewat lubang sayatan.
         Jepit 1/3 bagian proksimal tuba dengan klem Babcock dan tarik perlahan-lahan keluar
lubang.
         Tutup peritoneum dengan jahitan jelujur catgut  no.00 dan kulit dengan 1-2 jahitan sutera
atau catgut no.00 subkutis.
Metode Operatif Wanita
Cara Kerja :
         Menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma
Metode Operatif Pria
Cara Kerja :
         Menghalangi transport spermatozoa/ jalannya sel mani pria sehingga tidak dapat
membuahi sel telur.
2.13 Defenisi Haid

Menstruasi atau haid adalah perdarahan uterus secara periodik dan siklik, yang disertai

pelepasan endometrium.3 Umumnya panjang siklus menstruasi adalah 28±7 hari, dengan

lama menstruasi 4±2 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata 20–60 ml. 14 Menstruasi pertama

kalinya pada remaja perempuan disebut menarche. Usia menarche bervariasi antara 10–16

tahun, tetapi rata-ratanya adalah 12,5 tahun. 3

Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 bagi fase, yaitu:

1) Fase menstruasi
Fase paling jelas, ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium melalui

vagina.Fase ini bersamaan dengan fase folikular ovarium. Saat korpus luteum

berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi, kadar progesteron dan estrogen menurun

tajam, merangsang pembebasan prostaglandin yang menyebabkan vasokonstriksi

vaskular endometrium. Penurunan distribusi oksigen menyebabkan kematian

endometrium beserta vaskularnya.Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan vaskular

ini membilas jaringan yang mati ke lumen uterus dan hanya menyisakan sebuah

lapisan tipis epitel dan kelenjar yang nantinya menjadi asal regenerasi

endometrium.Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium

uterus yang membantu mengeluarkan darah dan sisa endometrium melalui vagina.

Kontraksi yang terlalu kuat akibat produksi prostaglandin berlebih dapat menyebabkan

rasa kram yang

disebut dismenorea.3,14,15
2) Fase proliferasi

Berlangsung bersamaan dengan bagian akhir fase folikular ovarium.Ketika darah

haid berhenti, endometrium mulai memperbaiki diri dan berproliferasi di bawah

pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru berkembang.Estrogen memacu

proliferasi sel epitel, kelenjar, dan vaskular endometrium. Fase ini berlangsung dari

akhir menstruasi hingga ovulasi, kadar puncak estrogen memicu lonjakan LH yang

menjadi

penyebab ovulasi.

3) Fase sekretorik

Berlangsung bersamaan dengan fase luteal ovarium.Setelah ovulasi, terbentuk

korpus luteum baru yang mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen.

Progesteron mengubah endometrium menjadi kaya vaskular dan glikogen yang mana

dipersiapkan untuk

implantasi.

2.14 Gangguan haid

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
2.14.1 Gangguan siklus haid

a. Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan

kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal. Penyebabnya adalah

gangguan hormonal, kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan lai-

lain.Pada gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan

pendeknya masa luteal. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan

hormonal dan

laboratorium lain.3
b. Oligomenorea

Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan

perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini

kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. 3

c. Amenorea

Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan berturut-

turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan sekunder.Amenorea

primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih tidak

pernah haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan-kelainan kongenital dan

genetik.Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan

haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan

gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula

amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa

kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause. 3,17

2.14.2 Gangguan volume dan lama haid

1) Hipermenorea (menoragia)
Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari

8 hari.Penyebab kelainan ini terdapat pada kondisi dalam uterus.Biasanya


dihubungkan dengan adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium yang

lebih luas dan gangguan kontraktilitas, polip endometrium, gangguan peluruhan

endometrium, dan sebagainya. Terapi kelainan ini ialah terapi pada penyebab

utama.3 2) Hipomenorea

Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih sedikit dari

normal.Penyebabnya adalah terdapat pada konstitusi penderita, kondisi uterus,

gangguan endokrin, dan lain-lain.Terapi hipomenorea adalah bersifat psikologis

untuk menenangkan penderita, kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata

lainnya. Kondisi ini tidak memperngaruhi fertilitas. 3

2.14.3 Gangguan lain terkait haid

1) Dismenorea

a. Pengertian

Dismenorea adalah gangguan ginekologik berupa nyeri saat menstruasi, yang

umumnya berupa kram dan terpusat di bagian perut bawah. 17 Rasa kram ini seringkali

disertai dengan nyeri punggung bawah, mual muntah, sakit kepala atau diare. 14 Istilah

dismenorea hanya dipakai jika nyeri terjadi demikian hebatnya, oleh karena hampir

semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama

haid. Dikatatakan demikian apabila nyeri yang terjadi ini memaksa penderita untuk

beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya untuk beberapa jam atau hari. 3

Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu:

i. Dismenorea primer
Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi dan

merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa teridentifikasinya kelainan


patologik.Dismenorea primer umumnya terjadi 12-24 bulan setelah menarche, ketika

siklus ovulasi sudah

terbentuk.3,14,17,18 ii. Dismenorea

sekunder

Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan kelainan pelvis,

seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan lainnya. Oleh karena itu,

dismenorea sekunder umumnya berhubungan dengan gejala ginekologik lain seperti

disuria, dispareunia, perdarahan

abnormal atau infertilitas.3,14,17

b. Epidemiologi

Sebesar 15,8%-89,5% perempuan dilaporkan mengalami dismenora pada berbagai

studi di dunia, dimana perempuan usia remaja memiliki angka yang lebih

tinggi.6Menurut studi yang dilakukan Zhou di sebuah universitas di China menyebutkan

bahwa 56,4% mahasiswi di universitas tersebut mengalami dismenorea. 7 Di Indonesia

sendiri diperkirakan 60%– 70% perempuan mengalami dismenorea. 8 Sebuah survey di

Canada yang diikuti oleh lebih dari 1.500 perempuan menstruasi yang dipilih acak

menyebutkan bahwa angka kejadian dismenorea sedang hingga berat terjadi pada

60% responden, yang menyebabkan penurunan aktivitas pada 50% responden serta

absen pada sekolah atau pekerjaan pada 17% responden. 19 Studi lain pada populasi

remaja perempuan di Tbilisi, Georgia menyebutkan bahwa 52,07% responden

mengalami dismenorea.20 Studi dismenorea lainnya yang dilakukan pada remaja

perempuan di Kelantan, Malaysia melaporkan bahwa dismenorea mempengaruhi


konsentrasi di sekolah dan partisipasi sosial, meskipun demikian hanya sebagian kecil

remaja perempuan yang mengalami dismenorea yang mencari pengobatan medis. 5

Beberapa studi melaporkan bahwa angka kejadian dismenorea meningkat pada

perempuan dengan riwayat keluarga yang mengalami dismenorea, merokok, indeks

massa tubuh kurang dari 20, menarche dini(sebelum usia 12 tahun), serta jarak antar

menstruasi dan durasi menstruasi yang lebih panjang. Sedangkan kontrasepsi oral,

olahraga dan

menikah dilaporkan menurunkan kemungkinan dismenorea. 20,21

c. Patofisiologi
Berbagai studi menghasilkan fakta bahwa iskemik miometrium oleh karena

kontraksi uterus yang sering dan berkepanjangan menyebabkan dismenorea primer.

Endometrium pada fase sekretori mengadung simpanan besar asam arakidonat, yang

akan dikonversikan menjadi prostaglandin F2α(PGF2α), prostaglandin E2 (PGE2), dan

leukotrien saat menstruasi. PGF2αakan selalu menstimulasi kontraksi uterus dan

merupakan mediator utama dismenorea. Terapi dengan inhibitor siklooksigenase

(COX) akan menurunkan level prostaglandin dan

menurunkan aktivitas kontraksi uterus.17

Kontraksi otot polos uterus menyebabkan rasa kram, spasme perut bagian bawah,

nyeri punggung bawah serta persalinan atau aborsi yang diinduksi prostaglandin. Pada

perempuan dengan dismenorea primer, kontraksi uterus selama menstruasi dimulai

saat peningkatan level tonus basal(>10 mmHg), menimbulkan tekanan intrauterus yang

lebih tinggi (seringkali mencapai 150-180mmHg dan dapat melampaui 400mmHg),

terjadi lebih sering(>4-5kali/ 10menit) dan tidak beritmik. Ketika tekanan intrauterus
melampaui tekanan arteri untuk periode waktu yang terusmenerus, hasil iskemi dalam

produksi metabolit anaerob merangsang neuron C tipe kecil, yang berkontribusi pada

nyeri saat dismenorea. Selain itu, PGF 2α dan PGE2 dapat menstimulasi kontraksi otot

polos bronkus, usus dan vaskular, yang menyebabkan bronkokonstriksi, mual, muntah,

diare, dan hipertensi.17


Dismenorea primer mulai sebelum atau bertepatan dengan onset menstruasi dan

menurun secara bertahap selama 72 jam berikutnya. Kram menstruasi terjadi

intermiten, intensitasnya bervariasi, dan biasanya berpusat di daerah suprapubik,

meskipun beberapa perempuan juga mengalami nyeri di paha dan punggung bawah.

Penurunan aliran darah ke uterus dan peningkatan hipersentivitas saraf perifer juga

berkontribusi

terhadap nyeri yang terjadi.17,20

Berbeda dengan dismenorea primer, perempuan dengan dismenorea sekunder

yang berhubungan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis, nyeri semakin berat

sering terjadi pada pertengahan siklus dan selama seminggu sebelum menstruasi,

beserta gejala dispareunia. Pada perempuan dengan dismenorea sekunder yang

berhubungan dengan mioma uterus, utamanya nyeri disebabkan karena menoragia,

dengan intensitas yang berkorelasi dengan volume aliran menstruasi. 17

d. Diagnosis

Dismenorea primer adalah diagnosa klinis, berdasarkan riwayat karakteristik gejala

dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan tidak terdapat kelainan pelvis seperti

endometriosis, adenomiosis, mioma uterus atau penyakit kronis inflamasi pelvis.

Secara umum, tes laboratorium dan laparaskopi tidak dibutuhkan untuk diagnosis,

tetapi USG transvaginal dapat sangat membantu untuk mengidentifikasi mioma uterus,
endometrioma dan adenomiosis pada dismenorea sekunder. 17,20
Usia saat menarche dan onset dismenorea, interval antar menstruasi, volume dan

durasi menstruasi, serta gejala bercak antar menstruasi atau premenstruasi adalah

riwayat menstruasi yang perlu diperhatikan. Selain itu hubungan antara onset nyeri dan

onset menstruasi, derajat dan lokasi nyeri, dan gejala lain seperti mual, muntah, diare,

nyeri punggung, atau sakit kepala juga perlu diketahui. Hal lain yang perlu ditanyakan

pada pasien adalah sejauh mana rasa nyeri mengganggu kegiatan sehari-

hari(pekerjaan, sekolah, atau olahraga), penggunaan obatobatan dan efektifitasnya,

progres derajat nyeri dari waktu ke waktu, serta kemunculan nyeri selain saat

menstruasi. Riwayat-riwayat inilah yang umumnya dapat membedakan perempuan

dengan dismenorea primer

maupun sekunder.17

Onset nyeri pada wanita dengan dismenorea primer dilaporkan sebelum usia 25

tahun, sedangkan perempuan dengan adenomiosis

mempunyai onset nyeri setelah usia 35 tahun serta nyeri pelvis kronis yang tidak

berkala. Perempuan dengan endometriosis umumnya mengalami nyeri di luar waktu

menstruasi dan sering mengalami bercak

premenstruasi, dispareunia, efektifitas yang terbatas dari terapi obat-obat anti inflamasi

non steroid(NSAID) dan peningkatan derajat keparahan dari waktu ke waktu. Obat-obat

NSAID sangat efektif dalam mengurangi nyeri pada dismenorea primer, nyeri yang sulit

diatasi oleh NSAID

menunjukkan bahwa terdapat kelainan pelvis. 17


Pada perempuan dengan dismenorea sekunder yang berhubungan dengan

kelainan pelvis, pemeriksaan pelvis dapat menunjukkan keadaan normal, tetapi


umumnya menunjukkan keadaan tidak normal yang memberikan petunjuk pada

penyebab utama. Pemeriksaan pada kasus mioma menunjukkan pembesaran uterus

dengan kontur ireguler, sedangkan pada kasus endometriosis bisa terdapat stenosis

servikal dan pembesaran ovarium, serta pada kasus adenomiosis sering dihubungkan

dengan uterus yang tebal, globuler dan lunak. 17

e. Terapi

Beberapa terapi yang dapat diberikan pada penderita:

i. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya

bagi kesehatan dan diberi nasihat mengenai makanan yang

sehat, istirahat yang cukup serta olahraga.3

ii. NSAID

Merupakan pilihan utama pada remaja dan dewasa perempuan yang

mengalami dismenorea primer.Berbagai studi menyebutkan efektivitas NSAID pada

70%-90% penderita. Beberapa contoh NSAID yang dapat dipilih adalah derivat

asam propinat(seperti naproxen dan ibuprofen) dan golongan fenamat(seperti asam

mefenamat dan meklofenamat), semuanya sangat efektif. Efikasi

NSAID berasal dari kemampuannya dalam menurunkan produksi prostaglandin endometrium

dan menurunkan aliran menstruasi. Golongan fenamat juga memblok aksi prostaglandin. 3,17

Terapi NSAID dapat dimulai saat onset menstruasi dan dilanjutkan selama

durasi nyeri.Perempuan dengan dismenorea berat dapat memulai terapi 1-2 hari sebelum

menstruasi.NSAID perlu dikonsumsi dengan makanan untuk mencegah efek pada


saluran pencernaan. Derivat asam proprionat adalah pilihan yang baik karena terjangkau

dan dapat dibeli tanpa resep dokter.17 iii. Analgesik

Dapat diberikan sebagai terapi simptomatik, seperti kombinasi

aspirin, fenasetin, dan kafein.3

iv. Terapi hormonal

Terapi hormonal berupa kontrasepsi oral juga efektif pada dismenorea dan

dapat menjadi pilihan pertama pada perempuan yang aktif secara seksual yang

membutuhkan kontrasepsi, intolerasi terhadap NSAID dan tidak berkurang nyerinya

pada terapi NSAID. Efikasi kontrasepsi oral didapat dari kerjanya menginhibisi

ovulasi, menurunkan produksi prostaglandin endometrium dan menurunkan

volume dan durasi menstruasi.3,17

v. Kompres hangat pada perut bawah

Kompres hangat selama beberapa jam dapat mengurangi nyeri. 3

Pada penderita dengan terapi NSAID dan atau terapi hormonal yang tidak

berkurang nyerinya serta mengalami nyeri berulang dan nyeri yang lebih berat perlu

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti laparoskopi untuk memeriksa

kemungkinan terjadinya dismenorea sekunder. Terapi dismenorea sekunder adalah

terapi

sesuai dengan kelainan penyebabnya.17 2) Pre Menstrual

Syndrome/Tension

a. Pengertian

Merupakan kumpulan keluhan yang umumnya dimulai datu minggu hingga

beberapa hari sebelum mulainya haid dan menghilang sesudah haid mulai,
meskipun terkadang berlangsung sampai selesai haid.Keluhan yang sering muncul

umumnya berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual,

pembesaran dan rasa nyeri payudara, dan lain-lain. Keluhan pada kasus berat

dapat meliputi depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi, dan lain-lain. 3,17

b. Etiologi

Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, tetapi salah satu faktor yang

berpengaruh adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron yang

mengakibatkan retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, serta

terkadang edema.Faktor kejiwaan serta masalah-masalah sosial juga berpengaruh.

Perempuan yang mudah mengalami premenstrual syndrome ini adalah perempuan

yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan faktor-

faktor psikologis.3,17

c. Penanganan

Pembatasan konsumsi garam dan pengurangan minum selama 7-10 hari

sebelum haid serta pemberian diuretik dapat dilakukan untuk mengurangi retensi

cairan dan natrium.Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan untuk

mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Terapi

psikologis juga dapat diberikan pada penderita. 3


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masalah siklus haid yang tidak teratur ini beberapa merupakan hal yang wajar terjadi. Namun

beberapa juga disebabkan alasan medis. Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk

berkonsultasi pada dokter mengenai siklus haid. Pemeriksaan rutin kesehatan rahim pun

sebaiknya dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi,biran(2000).kesehatan reproduksi,obstetri &ginekologi FKUI,jakarta


Hanifa wik n josastro (ilmu kandungan)
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
oleh: Abdul Bari Saefuddin
Terbitan: (2010)

Anda mungkin juga menyukai