DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung
maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling meguntungkan, saling memerlukan,
mempercayai dan memperkuat yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah dengan usaha besar. Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia,
merupakan sesuatu hal yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah
mengenal kemitraan sejaklama meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong
royong, partisipasi, mitra masyarakat desa hutan, mitra lingkungan dan masih banyak
lagi yang sering kita jumpai. Kemitraan tidak sekedar diterjemahkan sebagai sebuah
kerjasama, akan tetapi kemitraan memiliki pola dan memiliki nilai strategis dalam
mewujudkan keberhasilan suatu lembaga/usaha dalam menerapkan manajemen
modern.
Prinsip ini sangat diperlukan melihat cakupan dari kemitraan inisendiri juga luas
berupa proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,
permodalan, sumber daya manusia dan teknologi. Kemitraan usaha juga merupakan
satu instrumen kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana keseimbangan,
keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya antara para pihak yang
bermitra melalui perwujudan sinergi kemitraan dengan diwujudkannya prinsip-
prinsip di atas dan menjunjung etika bisnis yang sehat. Para pihak dalam
melaksanakan kemitraan mempunyai kedudukan hukum yang setara. Setara dalam
artian para pihak yang mengikat perjanjian kemitraan memiliki kedudukan hukum
yang sama dengan hak dan kewajiban yang patut dilaksanakan sebagaimana diatur
dalam perjanjian.
Darisitulah dapat kita ketahui bahwasannya kemitraan dan kerjasama itu bentuk
dan jenisnya bermacam-macam. Selain itu juga kemitraan dan kerja sama merupakan
aspek penting, yang mana telah menjadi cikal-bakal serta menjadi topang tegaknya
perekonomian nasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa itu kemitraan dan kerjasama.
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah kemitraan yang mana menjadi soko guru
perekonomian nasional.
c. Untuk mengetahui apa saja model-model dari kemitraan .
d. Untuk mengetahui hubungan dan latar belakag ekonomi kerakyatan dan koperasi
sebagai soko guru perekonomian nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,1990 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga. Jakarta. Balai
Pustaka, hlm.588
2
Muhammad Jafar Hafsah,1999 Kemitraan Usaha. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. hlm.43
3
Ian Linton,1997 Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Jakarta . Halirang. hlm.10
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang
dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil
didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang sama. Ini berarti
behwa dalam hubungan kerjasama melalui kemitraan ini sebuah piha yang terlibat
memiliki hak dan kewajiban yang setara tidak ada yang saling mengeksplositasi.
tidak ada pihak yang dirugikan, serta tumbuh dan berkembangnya rasa saling percaya
diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya .
b) Para pihak adalah Pengusaha Besar atau Menengah dan Pengusaha Kecil.
Dalam kerjasama kemitraan, pengusaha besar atau menengah dapat
menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha, kecil
dalam menjalankan kegiatan bisnis demi tercapainya kesejahteraan Bersama.
c) Kemitraan dilandasi prinsip-prinsip saling memerlukan,saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.
Dimana prinsip satu dengan prinsip yang lainnya harus dapat terpenuhi semua sehingga
usaha yang menggunakan perjanjian kemitraan dapat dikatai berhasil.
2. Prinsip-prinsip kemitraan
Dalam sebuah perjanjian kemitraan selalu dilandasi dengan prinsip-prinsip
diantaranya yaitu :
1) Prinsip saling memerlukan
Menurut Mariotti, kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan
mengenal calon mitranya mngetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya.
Pemahaman akan keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang berdampak
pada efesien. Turunanya biaya produksi , dan sebagainya. Penerapannya dalan
kemitraan perusahaan.besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu
dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil.
Sebaliknya, perusahaan yang lebih kecil, yang umumnya relative lemah
dalam hal kemampuan teknologi, permodalan, dan sarana produksi, dapat
menggunakan teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan
besar.4
2) Prinsip memperkuat.
Sebelum para pihak bekerja sama, masing-masing pihak mempunyai
keinginan untuk mendapatkan nilai tambah tertentu. Nilai tambah ini selain
diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan
keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang
bersifat non-ekonomi, seperti peningkatan kemampuan manajemen,
penguasaan teknologi, dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan
konsekuensi logis kemitraan. Kemitraan juga mengandung makna sebagai
tanggung jawab moral, karena pengusaha besar atau menengah dituntut
untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu
mengembangkan usahanya sehingga menjadi mitra yang handal dan
tangguh dalam meraih keuntungan untuk kesejahteraan bersama. Hal ini
harus disadari juga oleh masing-masing pihak yang bermitra bahwa para
pihak memiliki perbedaan dan keterbatasan, baik yang berkaitan dengan
manajemen, penguasaan ilmu pengetahuan maupun penguasaan sumber
daya. Dengan bermitra nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Oleh
karena itu prinsip kemitraan harus didasarkan pada unsur saling memperkuat.
3) Prinsip saling menguntungkan.
Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “winwin
solution.” Dalam kemitraan tidak berarti para pihak harus memiliki
kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang esensial adalah adanya
posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pada kemitraan
usaha hubungan bersifat timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh
dengan majikan, atau antara atasan dengan bawahan. Berpedoman dari
kesetaraan kedudukan bagi masing masing pihak yang bermitra, maka tidak
4
John L. Mariotti, dalam Muhammad Jafar Hafsah, Op.cit., Hlm.51
ada pihak yang tereksploitasi tetapi justru rasa saling percaya yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keuntungan.
3. Unsur-Unsur Kemitraan
1) Adanya hubungan Kerjasama antara dua pihak atau lebih.
2) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).
3) Adanya keterbbukaan atau truts relationship antara pihak-pihak tersebut
(transparancy).
4) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat
(mutual benefit).
4. Tujuan Kemitraan
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan
secara lebih konkrit adalah:
1) Mewujudkan kemitraan antar dalam melaksanakan kegiatan bersama dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2) Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan
usulan kepala daerah.
3) Teerciptanya suatu lembaga perekonomian yang mampu menopag tegaknya
ekonomi masyarakat.
4) Mendorong terbentuknya struktur politik yang menjamin tumbuhnya persaingan
politik yang sehat dan demokrasi.5
5
Budi Supriyatno, Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Partai Politik (Jakarta:
CV. Media Brilian, 2019), hlm 17.
Bisnis kemitraan adalah bisnis yang dijalankan dengan sebuh hubungan atau
jalinan kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu dengan
tujuan meraih keuntungan Bersama. Padahal model bisnis ini, saling membutuhkan
dan saling melengkapinantar mitra merupakan kunci berkembangnya bisnis
kemitraan milik masing mitra nmenanamkan modalnya.
Model kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Penjelasan umum atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997, mendeskripsikan bahwa pada
dasarnya kemitraan usaha menjangkau pengertian yang luas. Kemitraan berlangsung
antar para mitra dalam perekonomian baik dalam arti asal usul atau pemiliknya yang
meliputi BUMN, Badan Usaha Swasta, dan Koperasi, maupun dalam ukuran usaha
yang meliputi Usaha Besar, Usaha Menengah dan Usaha Kecil. Selain aspek pelaku,
dalam aspek objeknya, kemitraan bersifat terbuka dan menjangkau segala sektor
kegiatan ekonomi Untuk mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang dan kuat
membutuhkan peran yang lebih besar dari Usaha Mikro, Kecil dan menengah sebagai
kegiatan ekonomi masyarakat. Secara prinsip kemitraan usaha berlangsung atas dasar
dan lazim, serta adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan. Contohnya, kemitraan sektor
agribisnis/agroindustri yang mencakup aspek budidaya, industri pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan, tanaman pangan/hortikultura, perkebunan, peternakan.
Hal ini jika dilihat dari aspek objek jangkauan kegiatan ekonomi masyarakat.
Namun pembagian tugas dan partipasi mitra atau masing-masing pemilik telah
dibatasi sesuai dengn perjanjian.
1.1 Keunggulan Bisnis kemitraan.
a. Dapat didirikan secara non-formal
Bisnis kemitraan dapt didirikan dan dijalankan secar non-formal. Maksudnya
tidak harus selalu berbentuk formal dan berbadan hukum. Meskipun akan
lebih aman dan nyaman bila sesuai dengan ketentuan hukum. Namun ,
pastikan bisnis kemiraan yang kamu tekuni memiliki perjanjian hitam dan atas
putih demi perlindungan hak cipta.
b. Mitra Saling Supprot.
Pembagian jobdesc dan pekerjaan secara professional pastinya akan
memudahkan bisnismu untuk scale up dan branch up. Namun,karena sudah
terbiasa memulai pekerjaan dari 0, para mitra akan saling support dan saling
melengkapi satu sama lain. ada rasa kekeluargaan di dalam jalinan bisnis.
c. Modal Lebih Cepat dan Terpenuhi.
Para mitra yang kita ketahui modal untuk mendanai bisnis tersebut. Disepakati
sebelumnya seperti halnya patungan, hal ini akan memudahlkan bisnis
kemitraan untuk memenuhi modal bisnis.
1.2 Kelemahan Bisnis Kemitraan.
a. Kewajiban Ditanggung Bersama .
Tidak hanya keuntungan dan asset yang dinikmati Bersama, dalam bisnis
kemitraan utang dan resiko kerugian pun ditanggung antar mitra. Begitu pula
bila bisnis yang sedang dijalani megalai kerugian dan resiko-resiko lainnya,
kamu harus siap untuk menanggung utang tersebut juga. Kecuali sudah
diperpanjangkan sejak awal.
b. Keluar dari Kemitraan ( cari penggsnti baru)
Bila ada satu anggota kemitraan yang mengndurkan diri dari bisnis, biasanya ia
akan diminta untuk cari pengantinys. Namun,hal inicukup sulit karena tidak
banyak orang yang berminat. Banyak pertimbangannya seperti kecocokan antar
mitra,
A. Model-Model Kemitraan
Model-model kemitraan yang dapat diterapkan dalam jenis usaha tertentu, seperti
sektor perindustrian, perdagangan, agribsinis budidaya dan pengolahan, industri
kerajinan rakyat, antara lain: (1) inti plasma, (2) kontrak beli, (3) sub kontrak, (4)
keagenan, (5) vendor, dan (6) keagenan.
Penjelasannya dapat disajikan seperti dibawah ini (Hafsah, 1999):
a. Model Inti Plasma.
Model ini merupakan hubungan kemitraan antara usaha mikro, kecil atau koperasi
dengan usaha menengah dan besar. Usaha menengah atau besar bertindak sebagai inti
dan usaha mikro, kecil atau koperasi selaku plasma. Model inti plasma berupa
kemitraan langsung dimana kelompok usaha mikro, kecil atau koperasi sebagai
plasma memproduksi atau menyediakan bahan baku bagi perusahaan inti yang
melakukan kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasran produk unggulan disentra
produk unggulan, misalnya kelapa sawit, kelapa hibrida, pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan, ubi jalar dan pengolahan tepungnya, budidaya murbai dan
pengolahan dan pemasaran, budiaya unggas dan pemasarannya.
Contohnya, perusahaan unggas. Perusahaan unggas sebagai perusahaan inti dengan
peternak sebagai plasma. Antara perusahaan inti dan plasma membuat kontrak
kesepakatan. Misalnya, Perusahaan Mitra PT. Sierad Tbk. sebagai perusahaan Inti
dalam peternakan unggas ayam potong dengan para peternak unggas sebagai plasma.
e. Model Vendor.
Kemitraan model Vendor adalah pola kerjasama kemitraan antara perusahaan
menengah dan besar dengan kelompok usaha mikro, kecil atau Koperasi. Dalarn
melaksanakan hubungan kemitraan model Vendor, usaha menengah atau besar
menggunakan hasil produksi yang merupakan bidang keahlian usaha kecil untuk
melengkapi produk yang dihasilkan usaha menengah atau besar. Pelaksanaan atau
mekanisme pola kemitraan Vendor adalah dengan cara usaha menengah atau besar
memesan produk yang diperlukan sesuai dengan ukuran, bentuk, mutu dan kualitas
barang yang telah dikuasai oleh kelompok usaha mikro, kecil atau koperasi.
f. Model Keagenan
Kemitraan model keagenan adalah bentuk kerjasama dimana kelompok usaha mikro,
kecil atau koperasi diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha
perusahaan mitra. Pola kemitraan model keagenan adalah sebagai berikut: Perusahaan
mitra melakukan perjanjian kerjasama dengan kelompok usaha mikro, kecil dan
koperasi tentang pemberian hak khusus, Hak khusus yang diberikan oleh perusahaan
mitra kepada kelompok usaa mikro, kecil dan koperasi adalah hak untuk memasarkan
produk perusahaan mitra,Kelompok usaha mikro, kecil dan koperasi memasarkan
produk perusahaan mitra kepada konsumen, dan Kelompok usaha mikro, kecil dan
koperasi mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan dan komisi yang diberikan
oleh perusahaan mitra.
1.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya buat. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Syaparuddin. 2020. Islam dan kemitraan bisnis. Yogyakarta: Trust Media Publishing