KEMITRAAN AGRIBISNIS
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
TINGKAT 1 C
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Kemitraan Agribisnis” Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi gas
mata kuliah Kemitraan Agribisnis.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurna makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bogor, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Untuk memenuhuhi tugas matakuliah “ Kemitraan Agribisnis” selain itu utuk
menjadi bahan blajar dan Agar kita dapat mengerti dan memahami apa itu
Kemitaan Usaha .
BAB II
ISI
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo, kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individui-ndividu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau
tujuan tertentu.
Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama,
diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance),
strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan
sumber daya kemitraan (partnership sourcing).
Banyak program pemerintah yang dibuat demi majunya koperasi dan usaha
kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan koperasi mandiri
dan pengusaha kecil tangguh dan modern, Koperasi dan pengusaha kecil sebagai
kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat. Koperasi dan pengusaha
kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih
efisien. Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha
bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan
pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari
sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi.
Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya.
Misalnya peningkatan penjualan tanpa diimbangi kapasitas produksi yang lebih
memadai, justru akan memperburuk efisiensi.
Dalam Islam akad kemitraan biasa disebut dengan Muzâra„ah adalah seorang
yang memberikan lahan kepada orang lain untuk ditanami dengan upah bagian
tertentu dari hasil tanah tersebut.
1. Al-Qur‟an
Artinya:
2. As-Sunnah
Artinya:
Artinya:
Berkata Rafi’ bin Khadij: “Diantara Anshar yang paling banyak mempunyai
tanah adalah kami, maka kami persewakan, sebagian tanah untuk kami dan
sebagian tanah untuk mereka yang mengerjakannya, kadang sebagian tanah itu
berhasil baik dan yang lain tidak berhasil, maka oleh karenanya Rasulullah SAW.
Melarang paroan dengan cara demikian. (H.R. Bukhari)
Artinya:
Dari Ibnu Umar: “Sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan kebun kepada
penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan
diberi sebagian dari penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari hasil
pertahun (palawija)” (H.R Muslim)
3. Undang-Undang
1. Kerjasama Usaha
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang
dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada
kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah
pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara
pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan
yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh
berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan
usahanya.
Dengan demikian terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari
kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.
Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “winwin solution
partnership” kesadaran dan saling menguntungkan. Pada kemitraan ini tidak
berarti para partisipan harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi
yang essensi dan lebih utama adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan
peran masing-masing. Pada kemitraan usaha terutama sekali terhadap hubungan
timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan majikan, atau terhadap
atasan kepada bawahan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan
proporsional, disinilah letak kekhasan dan karakter dari kemitraan usaha tersebut.
Secara rinci (Hakim dalam Eka, 2014) mengatakan tujuan dari kemitraan
yaitu:
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih kongkrit yaitu:
Sebagai wujud tanggung jawab sosial dari pengusaha besar dapat diwujudkan
melalui pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil dapat
tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri.
Selain itu berkembangnya kemitraan diharapkan dapat menciptakan pemerataan
pendapatan dan mencegah kesenjangan sosial. Dari segi pendekatan kultural,
tujuan kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan mengadaptasikan
nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa dan
kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan aspek-aspek
manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan.
Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil baik dari sisi modal,
penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha juga bersifat
pribadi atau perorangan sehingga kemampuan untuk mengadopsi teknologi dan
menerapkan teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian, diharapkan
dengan adanya kemitraan, pengusaha besar dapat membina dan membimbing
petani untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha.
Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga memiliki
pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha diharapkan
pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk membenahi manajemen,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan organisasi usaha.
2.5 Pelaku Kemitraan
Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya
yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang
bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas
nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan
etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi.
PENUTUP
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. (M. Jafar Hapsah)
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1105315060-3-bab%20ii%20-%20Copy.pdf
Diakses pada pukul 12:03 WIB tanggal 03 Maret 2017.