Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RTL

“SOSIALISASI BADAN USAHA KOPERASI”

Disusun Oleh:

HUMAIDI M. JIKO S.Pd

DIKLAT PERKOPERASIAN GURU PONDOK PESANTREN


BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayahnya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis

dapat menyelesaikan laporan hasil “Sosialisasi Badan Usaha Koperasi” sebagai bahan

Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari Diklat Perkoperasian Guru Pondok Pesantren.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Penulis juga

menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak

tidak bisa mewujudkan laporan yang sederhana ini. Maka pada kesempatan ini penulis

memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam bentuk tulisan maupun isi kata yang

tidak sesuai.

Selanjutnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

tentunya dapat di terima dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk diproses lebih

lanjut oleh Balai Diklat Keagamaan Manado.

Demikian Wallahul Musta’an


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jailolo, 30 April 2018

PENYUSUN
.BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi adalah perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan anggota.

Secara structural, koperasi terdiri dari beberapa orang atau anggota yang bekerja sama dalam

suatu usaha atau badan usaha untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebagaimana yang

tertuang dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 bahwa koperasi adalah salah satu

badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi yang

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasoanal dalam

rangka mewujutkan masyarakat adil dan makmur.

Dengan demikian, koperasi memiliki peran penting di lingkungan pondok pesantren.

Hadirnya koperasi dilingkungan pondok pesntren dapat menunjang kesejahteraan masyarakat

pesantren dan dapat meningkatkan ekonomi serta munjang kelangsungan hidup pondok

pesantren. Mengingat pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berdiri

sendiri dan tidak berada dibawah naungan pemerintah, sehingga system keuangannya perlu

ditunjang oleh usaha-usaha tertentu, salah satunya yaitu dengan mendirikan koperasi.

Berdasarkan hal tersebut, perlu di adakan sebuah badan usaha koperasi di Pondok

Pesantren Madinatul Khairaat Pabos yang berada di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera

Barat Propinsi Maluku Utara. Pesantren yang berdiri sejak 3 tahgun lalu ini, jika dilihat dari

sudut pandang pembangunan infrastruktunya maka bisa dikatakan berlahan-lahan mulai

nempak. Mulai dari ruang kelas, musholah dan asrama. Namun masih terdapat banyak
kekurangan seperti SDM, administrasi, sarana prasarana dan tentunya keuangan. Keuangan

di pesantren ini masih ditanggung oleh pihak yayasan dan belum memiliki badan atau usaha

yang dapat menopang perekonomian pondok pesantren seperti koperasi.

Berikut adalah kerangka berfikir lahirnya badan usaha koperasi di pondok pesantren:

Dalam rangka menumbuh kembangkan Badan Usaha Koperasi di lingkungan Pondok

Pesantren Madinatul Khairaat Pabos, penulis bermaksud untuk mengadakan sebuah kegiatan

berupa sosialisasi terkait dengan badan usaha koperasi sebagai bahan rencana tindak lanjut

(RTL) dari kegiatan diklat di Balai Diklat Keagamaan Manado yang telah dilaksanakan pada

tanggal 18 Maret-29 Maret 2018.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari rencana tindak lanjut sosialisasi terkait badan usaha koperasi di

lingkungan Pondok Pesantren Madinatul Khairaat Pabos adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan mengenai perkoperasian di pondok pesantren

2. Memberikan informasi terkait pentingnya mendirikan badan usaha koperasi di pondok

pesantren

3. Mendirikan badan usaha koperasi di pondok pesantren


C. Sasaran

Sasaran dari rencana tindak lanjut sosialisasi terkait badan usaha koperasi di

lingkungan Pondok Pesantren Madinatul Khairaat Pabos adalah sebagai berikut:

1. Guru-guru

2. Seluruh pengurus yayasan


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Koperasi

Secara bahasa, koperasi berasal dari Bahasa Latin coopere atau cooperatian dalam

Bahasa Inggris. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja. Jadi, cooperation berarti

bekerjasama. Dalam hal ini, bekerjasama yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai

kepentingan dan tujuan yang sama.

Menurut Internasional Cooperative Alliance (ICA) buku The Cooperative Principles

karangan P.E. Weraman bahwa koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan

hukum,yang bertujuan untuk perbaikan social ekonomi anggotanya dengan memenuhi

kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara yang satu

dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan usaha tersebut harus didasarkan atas

prinsip-prinsip ekonomi.

Bapak Koperasi Dr. Mohammad Hatta juga menyatakan bahwa koperasi adalah

bangunan organisasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Semua

bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai mana dalam

Undang-undang Perkoperasian No.25 tahun 1994 pasal 1 ayat 1 di jelaskan bahwa koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hokum koperasi dengan

melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. Ini artinya bahwa Koperasi bertujuan

menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.


Koperasi memberikan kemampuan yang lebih besar untuk mempertinggi daya potensi

anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mencapai kesejahteraan secara adil

berdasar atas asas kekeluargaan. Hal ini dapat dilihat dari fungsi dan peran koperasi sesuai

dengan ketentuan yaitu:

 Membangun dan mengembangkan potensi dalam kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan sosialnya.

 Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia

dan masyarakat.

 Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perkonomian nasional dengan koperasi sebagai soko guru.

 Berusaha untuk mewujudkan dan mengambangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

B. Badan Usaha Koperasi

Untuk membentuk badan usaha koperasi harus melalui tahgapan-tahapan sebagai berikut :

 Rencana pembentukan koperasi;

 Nama koperasi;

 Rancangan anggaran dasar koperasi

 Usaha koperasi

 Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal;

 Pemilihan pengurus; dan

 Pemilihan pengawas
1. Syarat- syarat pendiri koperasi

 Mempunyai minat dan dinamika yang besar, kreatif dan bercita-cita tinggi,

mempunyai jiwa sosial yang tebal untuk bekerja bagi kepentingan orang banyak

 Berjiwa Pancasila

 Menyadari peranan dan tugas koperasi

 Mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, keberanian, keuletan dan keyakinan

 Mempunyai keluwesan untuk menegakkan integrasi.

C. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut atau disingkat “RTL” memiliki dua unsur penting, yaitu (1)

unsur rencana dan (2) unsur tindak lanjut. Artinya, rencana yang disusun dalam suatu

kegiatan harus relevan dengan kondisi dan memungkinkan untuk ditindaklanjuti, terutama

kegiatan diklat. Supaya kegiatan “Diklat” dapat menghasilkan produk, maka Rencana

Tindak lanjut perlu dikembangkan dalam setiap kegiatannya.

Perlunya dikembangkan RTL di setiap paska kegiatan diklat karena biasanya

kegiatan diklat yang memiliki peranan penting dalam hal menambah pengetahuan dan

pengalaman baik secara konseptual maupun secara administrative ini tidak selalu

menghasilkan peserta diklat yang dapat mengaktualisasikan pengalaman dan pengetahuan

yang diperoleh peserta diklat tersebut sekembalinya ke lembaganya masing-masing.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhui hal tersebut, misalnya motivasi atau

tujuan dari peserta diklat berfariasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf K. (2008)

“Diklat sebagai kegiatan yang sistematis. Meskipun begitu, tidak sedikit yang tidak

memperoleh bekal apa-apa karena motivasi peserta diklat bervariasi”. Wahyu (2000) juga
menambahkan bahwa enyelenggaraan diklat yang tidak provesional menyebabkan peserta

diklat sepulangnya akan kembali seperti semula dan tidak banyak perubahan.

Untuk itu, melakukan tindak lanjut bagi alumni diklat sepertinya merupakan

alternative. Sehingga hasil dari kegiatan diklat dapat ditindaklanjuti oleh peserta diklat.

Memberikan Tugas bagi peserta workshop dan sejenisnya adalah jalan alternative. untuk

mengurangi tingkat ketidakefektifan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya (Yoga:2001)

1. Sistem Kerja Penyusunan RTL

 Dalam penyusunan RTL diperlukan alur pikir yang tepat, proses kerja yang cermat,

dan produk yang terukur.

 Alur pikir dimaksudkan untuk memudahkan peserta memahami langkah-langkah

berpikir yang perlu dikembangkan ketika membuat rencana.

 Alur kerja dimaksudkan untuk memudahkan peserta diklat melakukan proses kerja

secara bertahap dalam menyusun Rencana.

 Produk dimaksudkan untuk menunjukkan hasil akhir yang akan diwujudkan dalam

kegiatan RTL.

2. Alur Pikir

 Bagaimana kondisi di lapangan?

 Pengetahuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan?

 Satuan materi diklat mana saja yang perlu ditindak lanjuti?

 Mengapa materi tersebut perlu ditindaklanjuti? Apa alasan teoretis dan praktisnya?

 Apakah faktor penghambat yang mungkin muncul?

 Bagaimana antisipasi solusinya?

 Apa sarana dan prasarana yang diperlukan?


 Berapa biaya yang diperlukan?

 Kapan menindak lanjutinya?

 Bagaimana tahapan kerjanya?

 Di mana tindak lanjutnya?

 Kepada siapa berkoordinasi?

3. Proses Kerja

 Mengidentifikasi kondisi dilapangan.

 Mengidentikasi kebutuhan Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan di

lapangan.

 Mengidentifikasi satuan materi diklat yang perlu ditindak lanjuti.

 Menyusun alasan teoretis dan praktis atas rumusan materi yang akan ditindaklanjuti.

 Mengidentifikasi faktor penghambat yang mungkin muncul.

 Menyusun alternatif solusinya.

 Menyusun prosedur kerja tindak lanjut.

 Menentukan sarana dan prasarana untuk tindak lanjut.

 Menyusun keperluan pembiayaan.

 Menentukan waktu tindak lanjut.

 Menentukan tempat tindak lanjut.

 Menyusun jadwal kerja tindaklanjut.

 Menyusun sistem koordinasi.

 Menyusun pokok-pokok pikiran untuk proposal kegiatan.


BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pondok pesantren Madinatul Khairaat Pabos Kabupaten Halmahera Barat Propinsi

Maluku Utara telah berdiri kurang libih sejak 3 tahun lalu. Pondok pesantren ini memayungi

4 lembaga pendidikan. Yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah

Aliyah serta Madrasah Diniyah. Dari sudut pembangunan infrastruktur, Pondok Pesantren

Madinatul Khairaat memiliki sejumlah ruang kelas yang sudah digunakan, dan beberapa

diantaranya masih dalam tahapan pembangunan. Adapun asrama dan mesjid pondok

pesantren masih dalam proses pembangunan. Secara ekonomis, sistem keuangan baik

pembiayaan operasional maupun tunjamgan bagi pengurus dan pendidik di Pondok Pesantren

Madinatul Khairaat Pabos masih ditangani oleh pimpinan yayasan dan juga menggunakan

anggaran operasional sekolah MI, MTs dan MA. Sementara belum ada lembaga khusus

seperti badan usaha koperasi yang ditunjuk langsung oleh yayasan untuk mengelola ekonomi

pesantren.

Untuk itu kegiatan sosialisasi sebagai bentuk RTL dari Diklat Perkoperasian Guru

Pondok Pesantren telah dilaksanakan pada hari Senin 09 April 2018 di ruang kantor

Madrasah Aliyah Al-Khairaat Pabos. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini adalah guru dan

kepala sekolah serta tenaga TU. Hasil dari sosialisasi ini ditindak lanjuti oleh pihak yayasan

dan kembali di bicarakan pada rapat pengurus yayasan Pondok Pesantren Madinatul Khairaat

Pabos pada hari selasa 24 April 2018 dan dihadiri oleh seluruh guru 4 madrasah dan kepala-

kepala sekolah serta pimpinan dan pengurus yayasan.

Hasil dari kegiatan sosialisasi atau rapat terkait pengkoperasian ini diantaranya :

 Menambah pengetahuan dan wawasan terkait badan usaha koperasi


 Saran untuk mendirikan koperasi atau badan usaha pengelola ekonomi pesantren

dapat diterima oleh pihak yayasan

 Pihak yayasan merencanakan akan mendidikan koperasi atau badan usaha

pengelola ekonomi madrasah pada tahun pembangunan 2019 di Pondok Pesantren

Madinatul Khairaat sebagai bahan pertimbangan untuk menunjang ekonomi dan

kelangsungan hidup pesantren pada tahun-tahun mendatang

B. Saran

Berdasarkan kesimpilan dari hasil sosialisasi tersebut diatas, adapun saran-saran dari

penulis baik untuk kegiatan diklat maupun pentingnya perkoperasian, diantaranya:

 Setiap pondok pesantren harus memiliki sebuah lembaga khusus atau koperasi

untuk mengelola ekonomi pondok pesantren, agar proses kegiatan kepesantrenan

tidak terhambat oleh faktor keuangan, agar kebutuhan berupa operasional,

tunjangan ekonomi dan maupun pembangunan tidak hanya bergantung pada

pimpinan atau pihak yayasan.

 Untuk mendirikan koperasi di lingkungan pesantren, dibutuhkan SDM khusus

untuk perkoperasian, sehingga roda koperasi yang akan didirikan dapat berjalan

optimal.

 Kegiatan diklat semacam Perkoperasian Guru Pondok Pesantren sebaiknya

diadakan secara berjenjang atau bertahap. Sehingga peserta yang telah mengikuti

diklat tersebut dapat melanjutkan pada jenjang atau tahapan diklat selanjutnya.
Lapmiran:

 Suasana Pembahasan tentang Koperasi


 Suasana Rapat Pengurus yayasan terkait pembangunan Pondok dan Pembahasan

Rencana pendirian badan usaha pondok atau Koperasi


 Suasana kerja bangunan kelas
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Koperasi Indonesia. Aksara. Jakarta.

Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM Nomor 2 Tahun I – 2006

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992

Anda mungkin juga menyukai