Pendahuluan ini menggarisbawahi peran koperasi sebagai institusi ekonomi dengan prinsip
identitas ganda, di mana anggota merupakan pemilik dan pelanggan koperasi. Dengan prinsip
ini, koperasi diharapkan tumbuh dan berkembang untuk keuntungan anggotanya.
Pengembangan koperasi diarahkan pada anggota potensial, terutama mahasiswa dan wanita,
yang dianggap memiliki intelektualitas tinggi dan peran penting dalam mengelola sumber
daya terbatas. Di sisi lain, koperasi juga dianggap dapat berkembang dalam sektor pertanian,
khususnya agribisnis dan agroindustri, dengan kemitraan usaha yang dibangun untuk
meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan pendapatan petani. Selain itu, koperasi
diharapkan dapat berperan dalam mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan taraf
hidup anggotanya dan membangun ekonomi daerah secara lebih luas. Kesuksesan koperasi
dalam membangun ekonomi anggota diyakini dapat mengurangi kemiskinan dan mendorong
percepatan perkembangan ekonomi daerah.
BAB II
Latar Belakang
Latar belakang menyatakan bahwa dasar perkoperasian yang sesuai dengan prinsip tolong-
menolong adalah koperasi, seperti yang dinyatakan oleh Hatta (1987). Untuk mencapai cita-
cita tersebut, penting untuk mengembangkan koperasi secara aktif. Dalam pengembangan
koperasi, diperlukan motivator atau penggerak koperasi yang setia pada prinsip-prinsip
koperasi. Regenerasi dan penciptaan kader-kader koperasi yang memiliki gagasan dan
pemikiran baru tentang pengembangan koperasi sangat penting.
Mahasiswa dianggap sebagai harapan bangsa yang memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi. Mereka dituntut untuk mengemban misi pengembangan koperasi, terutama dalam
merealisasikan koperasi sebagai sokoguru ekonomi nasional. Oleh karena itu, mahasiswa
secara tidak langsung diharapkan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang koperasi baik
dari segi teori maupun praktik.
Masalah utama yang dibahas dalam tulisan ini adalah kebijaksanaan apa yang dapat
mendorong pengembangan perkoperasian di kalangan mahasiswa. Ini menjadi fokus penting
dalam rangka menggerakkan mahasiswa untuk terlibat aktif dalam dunia perkoperasian.
Landasan Teori
Landasan teori yang disajikan terbagi menjadi tiga bagian utama: Koperasi, Motivasi
Berkoperasi, dan Partisipasi Anggota.
A. Koperasi:
Menurut Hanel (1984), koperasi adalah badan usaha yang memiliki prinsip identitas, di mana
pelanggan juga merupakan pemilik. Terdapat lima unsur utama dalam koperasi, yaitu anggota
dan ekonomi anggota, kelompok koperasi, dan perusahaan koperasi. Anggota koperasi dan
perusahaan koperasi dapat melakukan transaksi ekonomi dengan non koperasi atau sesama
koperasi melalui pasar. Untuk meningkatkan keuntungan anggota, disarankan agar koperasi
menciptakan Cooperative Advantage. Koperasi perlu memiliki badan hukum untuk
melakukan transaksi yang lebih legal. Bagi koperasi yang belum memiliki badan hukum,
kegiatan mereka dapat dikategorikan sebagai pra koperasi.
B. Motivasi Berkoperasi:
Ada dua motivasi utama yang mendorong seseorang untuk bergabung dalam koperasi:
motivasi ekonomi dan non ekonomi. Motivasi ekonomi termasuk mencari keuntungan seperti
sisa hasil usaha, perbedaan harga potongan, dan jaminan pasar. Sementara itu, motivasi non
ekonomi meliputi persamaan hak dan kewajiban, partisipasi dalam pengawasan kegiatan
koperasi, memberikan sumbangan pemikiran, serta hak untuk dipilih dan memilih menjadi
pengurus koperasi.
C. Partisipasi Anggota:
Peningkatan partisipasi anggota dalam berbagai kegiatan koperasi penting untuk ditekankan.
Hal ini melibatkan peningkatan partisipasi anggota dalam kontribusi keuangan, yang dapat
meningkatkan modal kerja koperasi. Pemanfaatan pelayanan koperasi oleh anggota juga
penting untuk kesuksesan perusahaan koperasi, sehingga koperasi harus berusaha
menciptakan keuntungan bagi anggotanya. Kontrol terhadap kegiatan koperasi juga penting,
dan pemerintah memiliki peran dalam mengembangkan dan mengawasi kehidupan
berkoperasi untuk memastikan pengawasan yang efektif.
Dengan demikian, landasan teori ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang
prinsip-prinsip dasar koperasi, motivasi anggota, dan pentingnya partisipasi dalam kegiatan
koperasi.
Summary:
Pembahasan terbagi menjadi dua bagian utama: Pendidikan Koperasi dan Wirausaha
Koperasi.
A. Pendidikan Koperasi:
Peningkatan pendidikan koperasi di kalangan mahasiswa menjadi fokus utama untuk
mengembangkan koperasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang koperasi serta memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam kehidupan berkoperasi.
Fokus pendidikan koperasi harus ditujukan pada penciptaan kader-kader koperasi dan
pengembangan pemikiran tentang teori koperasi. Dua kebijaksanaan yang dapat ditempuh
untuk mengembangkan perkoperasian melalui pendidikan adalah peningkatan mutu
pendidikan koperasi yang terjadwal dan peningkatan frekuensi serta kualitas kegiatan latihan,
seminar, dan diskusi tentang koperasi untuk mahasiswa.
B. Wirausaha Koperasi:
Selain pendidikan, pengembangan koperasi di kalangan mahasiswa juga membutuhkan unsur
wirausaha koperasi. Koperasi mahasiswa dapat dijadikan tempat praktek untuk berkoperasi.
Namun, pengarahan dan pembinaan dalam hal ini harus menggunakan pendekatan "sponsor"
di mana campur tangan pihak pembinaan/pengarahan diminimalisir. Kebijaksanaan
pengembangan perkoperasian melalui wirausaha di kalangan mahasiswa akan mendorong
mahasiswa untuk berpartisipasi aktif, baik dari segi kontributif maupun insentif. Dua bentuk
kebijaksanaan yang dapat ditempuh melalui wirausaha koperasi adalah pengembangan unit-
unit usaha perusahaan koperasi dan peningkatan mutu pengelolaan koperasi mahasiswa
melalui latihan dan bimbingan.
Dengan demikian, pembahasan ini menyoroti pentingnya pendidikan koperasi dan wirausaha
koperasi dalam mengembangkan koperasi di kalangan mahasiswa serta memberikan strategi
yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
BAB III
LATAR BELAKANG
Konsepsi Pengembangan Koperasi Untuk Wanita 3.1 Latar Belakang Perkembangan koperasi
Indonesia adalah searah dengan cita-cita Kemerdekaan Indonesia yang ingin mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Menurut Hatta (1987) perkonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan (Pasal 33 ayat 1 UUD 1945) adalah koperasi karena
koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka yang berusaha sebegai keluarga. Ini
berarti, koperasi yang telah berkembang akan mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya
dan mendorong tercapainya masyarakat adil dan makmur diberbagai sektor ekonomi. Sejalan
dengan gerak langkah pembangunan koperasi di berbagai sektor ekonomi 13 maka
perkembangan koperasi perlu terus dilakukan. Menurut Inpres no.4 tahun 1984 koperasi
diarahkan untuk memegang peranan utama dalam kegiatan-kegiatan perekonomian
perdesaan. Koperasi diharapkan sebagai wahana untuk melaksanakan aktivitas ekonomi desa
dan pelaksana program-program pembanguanan yang direncanakan pemerintah dan oleh
masyarakat sendiri (Hadisapoetro,1986). Agar koperasi dapat makin besar peranannya dalam
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di pedesaan maka pembangunan aktivitas koperasi
diberbagai kegiatan perekonomian pedesaaan juga harus diprioritaskan. Inpres No. 4 tahun
1984 juga telah menetapkan bahwa bidang-bidang utama ekonomi desa harus mendapatkan
perhatian, adapaun bidang-bidang tersebut adalah: 1. Perkreditan, simpan pinjam dan
pertanggungan kerugian 2. Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan kebutuhan sehari-
hari dan jasa lainnya 3. Pengelolaan dan pemasaran hasil-hasil produksi 14 4. Kegiatan
perekonomian lainnya dibutuhkan oleh anggota. Dalam pengemban tugas tersebut, koperasi
diahadapkan pula dalam beberapa kendala. Untuk itu, diperlukan partisipasi dan dorongan
dari semua pihak. Keikutsertaan organisasi formal dan informal dalam perkembangan
koperasi akan turut mempercepat tercapainya sasaran perkembangan koperasi. Organisasi
wanita baik yang berstatus formal maupun informal dapat memberi andil dalam
pengembangan koperasi tersebut sealur dengan inpres No. 4 tahun 1984. Untuk melihat
peetumbuhan koperasi maka digunakan Provinsi Jambi sebagai kasus. Data tahun 1989
menunjukan : Provinsi Jambi menduduki rangking ke 11 di Indonesia dalam hal pemilikan
koperasi. Pada tahun tersebut, tercapai 267 koperasi beroperasi di Provinsi Jambi dengan
jumlah 63.713 orang. Dalam kurun waktu 1981- 1989, koperasi-koperasi di Provinsi Jambi
telah mencatat beberapa keberhasilan dengan laju pertumbuhan yang cukup berarti seperti
yang terlihat pada tebel berikut ini. 15 Tabel 3.1 Keadaan 4 indikator keberhasilan
koperasikoperasi Provinsi Jambi dan laju pertumbuhan. No Indikator keberhasilan Kondisi
1989 Laju Pertumbuhan 1 Rata-Rata SHU per Koperasi Rp. 484.599,36 19,14% 2 Rata-rata
volume usaha per koperasi Rp. 26.504.173,62 17,24% 3 Rata-rata anggota per koperasi 239
Orang 4,43% 4 Rata-rata modal per koperasi Rp. 12.335.641,67 22,53% Sumber: diolah dari
Kanwil Depkop – BPS Provinsi Jambi Tabel tersebut memperlihatkan, laju pertumbuhan
jumlah anggota (4,43%) cukup rendah dibandingkan indicator keberhasilan lainnya. Ini
berarti, pertumbuhan keikutsertaan masyarakat Provinsi Jambi menjadi anggota koperasi jelas
pula masih kecil. Bila diukur pula pertumbuhan anggota koperasi yang aktif
sepenuhnya/berpartisifasi aktif kitanya laju pertumbuhan anggota koperasi dapat dipastikan
dibawah 4,43 %. 16 Kendatipun secara kuantitatif, secara makro pertumbuhan koperasi-
koperasi di Provinsi Jambi cukup berarti namun secara kualitatif pertumbuhan tersebut masih
dihadapakan pada problem. Untuk pernyataan diperlukan dukungan semua aspek internal dan
eksteral yang terkait. Organisasi wanita dengan berbagai program kerja dan keterkaitan
dengan aktivitas koperasi diharapkan akan dapat member kontribusi terhadap pertumbuhan
koperasi tersebut. Permasalahan Sesuai dengan uraian diatas maka masalah yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimanakah bentuk keterkaitan organisasai wanita
dengan koperasi 2. Bagaimanakah perspektif hubungan organisasi wanita dengan koperasi
Dari kedua masalah tersebut akan dilihat pula secara implisit peranan organisasi wanita
dalam menunjang laju pertumbuhan koperasi
TINJAUAN TEORI
Summary:
Tinjauan teori mengenai aspek internal dan eksternal dalam pengembangan koperasi
menyoroti beberapa permasalahan yang dihadapi. Dari segi internal, masalah-masalah seperti
kurangnya keterampilan pengurus dan manajer, serta kurangnya perhatian terhadap
kebutuhan anggota dapat menghambat pertumbuhan koperasi. Faktor-faktor ini, jika tidak
diatasi, akan berdampak negatif pada perkembangan koperasi secara makro.
Di sisi anggota, rendahnya partisipasi dan kurangnya pemahaman tentang koperasi juga
menjadi hambatan. Namun, melalui keterlibatan organisasi wanita, baik formal maupun
informal, rendahnya partisipasi anggota dapat diatasi, dan anggota dapat didorong untuk lebih
aktif dan kreatif.
Dari segi eksternal, koperasi diimbau untuk hidup dalam suasana persaingan yang sehat, dan
Presiden Soeharto mendorong koperasi untuk melibatkan semua rakyat yang terlibat dalam
produksi di desa. Namun, banyak koperasi yang masih tergantung pada bantuan dan fasilitas
dari lembaga eksternal, sementara pemanfaatan peluang usaha yang mendorong pertumbuhan
koperasi kurang diperhatikan. Kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat juga kurang
dipikirkan oleh pengelola koperasi.
Dalam konteks ini, organisasi wanita dan aktivitasnya diharapkan dapat menjadi perantara
yang menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan antara koperasi dan lembaga
eksternal, sehingga dapat membantu mengatasi beberapa masalah pertumbuhan koperasi dari
segi eksternal.
PEMBAHASAN
Summary:
Pembahasan mengenai keterkaitan antara organisasi wanita dan koperasi menyoroti potensi
kerjasama yang saling menguntungkan bagi perkembangan kedua organisasi tersebut.
Organisasi wanita, baik yang bersifat formal maupun informal, dapat berperan dalam
merangsang pertumbuhan koperasi melalui aktivitasnya.
Dari sisi organisatoris, penting bagi organisasi wanita untuk mendorong kehadiran pengurus
dan manajer koperasi yang juga wanita, sehingga aspirasi anggota koperasi yang wanita dapat
terwakili dengan baik. Hal ini akan membawa dampak positif bagi koperasi dalam memenuhi
kebutuhan anggotanya, khususnya yang merupakan wanita. Selain itu, hubungan
organisatoris antara organisasi wanita dan koperasi dapat membantu menciptakan iklim
berkoperasi yang positif di kalangan wanita pedesaan, meningkatkan transaksi dengan
koperasi, dan mendorong pertumbuhan koperasi.
Dari perspektif bisnis, hubungan antara organisasi wanita dan koperasi dapat terwujud dalam
dua pola: pertama, organisasi wanita sebagai potensi pasar bagi koperasi, dan kedua,
organisasi wanita yang memanfaatkan koperasi sebagai media pemasaran atau objek bisnis.
Keduanya memiliki potensi untuk meningkatkan laju pertumbuhan koperasi dan menciptakan
kerjasama yang dinamis bagi pengembangan koperasi.
BAB IV
Konsepsi Pengembangan Koperasi Untuk Agribisnis dan Agroindustri
Latar Belakang
Latar belakang pengembangan agribisnis dan agroindustri di Provinsi Jambi menunjukkan
pentingnya integrasi seluruh pelaku ekonomi untuk meningkatkan produksi. Koperasi
dianggap sebagai salah satu pelaku ekonomi yang seharusnya terlibat lebih banyak dalam
sektor ini. Meskipun Inpres Nomor 4 tahun 1984 memberikan peluang bagi koperasi untuk
berperan dalam agribisnis dan agroindustri, namun kendala internal dan eksternal masih
menghambat peran koperasi dalam sektor tersebut.
Meskipun Provinsi Jambi memiliki potensi koperasi yang cukup besar, namun koperasi
belum memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan agribisnis dan
agroindustri. Diperlukan keterbukaan operasionalisasi koperasi dan sistem keterkaitan yang
mendukung, serta kebijakan yang mudah diimplementasikan agar koperasi dapat
memanfaatkan potensi mereka dalam aktivitas agribisnis dan agroindustri di Provinsi Jambi.
Pembahasan
Summary:
BAB V
Konsepsi Pengembangan Koperasi Untuk Kemitraan Usaha Agroindustri
Latar Belakang
Latar belakang menyoroti pentingnya pengembangan koperasi, BUMN, dan BUMS sebagai
kekuatan ekonomi nasional yang tangguh, mencerminkan demokrasi ekonomi. Namun,
mayoritas koperasi masih menghadapi keterbatasan modal, terutama dalam agroindustri.
Diperlukan kemitraan dengan BUMN dan BUMS untuk membantu meningkatkan koperasi.
Kebijakan pemerintah mendorong kemitraan ini, termasuk penggunaan laba bersih BUMN
untuk pembinaan koperasi. Ada empat bentuk kemitraan usaha antara koperasi, BUMN, dan
BUMS, namun posisi koperasi cenderung lemah. Tiga pola kemitraan dijelaskan, dengan Pola
III memberikan posisi lebih kuat bagi koperasi. Namun, koperasi harus kuat dalam modal dan
manajemen untuk mengadopsi Pola III. Masalah organisasi dan ketidakpastian usaha juga
menjadi perhatian dalam kemitraan ini. Penelitian di Kabupaten Batang Hari menyoroti
masalah kemitraan usaha, menarik untuk menemukan model pengembangan yang optimal.
Perumusan masalah menetapkan fokus pada perbedaan keberhasilan koperasi sebelum dan
setelah kemitraan dengan BUMN dan BUMS, serta menentukan model kemitraan yang tepat.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi perbedaan keberhasilan dan model
kemitraan yang layak, dengan harapan memberikan kontribusi pada pengembangan
agroindustri melalui kemitraan dan memperkaya pengetahuan bagi peminat koperasi.
Tinjauan Pustaka
Ringkasan:
Metodologi Penelitian
Ringkasan:
Metodologi penelitian ini dilakukan selama empat bulan di Kabupaten Batang Hari, Provinsi
Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, dengan pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Variabel penelitian mencakup koperasi agroindustri, agroindustri itu
sendiri, kemitraan koperasi dengan BUMN dan BUMS, kemitraan usaha, dan keberhasilan
koperasi. Indikator keberhasilan koperasi dijelaskan dalam sebuah tabel. Pengambilan sampel
menggunakan metode stratified random sampling dari daftar koperasi yang terdaftar di Dinas
Koperasi dan PPK Kabupaten Batang Hari. Analisis data dilakukan dengan uji beda dua rata-
rata dependent dan analisis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
langsung dengan pengelola koperasi menggunakan kuesioner, serta data sekunder dari
instansi dan pustaka terkait.
Potensi ekonomi Kabupaten Batang Hari, yang merupakan Dati II dengan luas 11.083,85 km
persegi atau 20,72% dari luas Provinsi Jambi, terletak pada sektor pertanian dan industri.
Kontribusi sektor pertanian dan industri terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Batang Hari adalah yang terbesar, dengan pertumbuhan yang relatif stabil. Sektor
pertambangan dan perdagangan juga turut berkontribusi meskipun dengan penurunan
tertentu.
Di sektor pertanian, Kabupaten Batang Hari memiliki keunggulan pada komoditas pangan,
khususnya padi, yang mampu memenuhi kebutuhan beras penduduknya secara signifikan.
Selain itu, upaya pengembangan komoditi perkebunan seperti karet dan kelapa sawit juga
dilakukan, dengan luas areal tanam yang signifikan.
BAB VI
Konsepsi Pengembangan Koperasi Untuk Pengentasan Kemiskinan
Latar Belakang
Ringkasan:
Latar Belakang:
- Pembangunan ekonomi Indonesia selama PJPT I menunjukkan kenaikan pendapatan
perkapita dengan fokus pada sektor industri dan pertanian, terutama di pedesaan.
- Pengembangan koperasi di pedesaan menjadi penting untuk mendukung pembangunan
pertanian dan ekonomi pedesaan.
- Masalah ketimpangan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan menyebabkan kemiskinan.
- Koperasi diharapkan mampu mengatasi ketimpangan pendapatan dengan meningkatkan
kesejahteraan sosial anggotanya.
- Kabupaten Sarolangun Bangko memiliki banyak desa miskin dan koperasi, dengan harapan
koperasi dapat memanfaatkan desa miskin untuk peningkatan pendapatan.
Tinjauan Pustaka
Ringkasan:
Tinjauan Pustaka:
- Kebijakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan ketimpangan pendapatan,
terutama didukung oleh pertumbuhan sektor industri.
- Upaya untuk mengatasi ketimpangan pendapatan memerlukan penggunaan seluruh
sumberdaya yang ada, terutama di daerah pedesaan.
- Keterlibatan koperasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat desa miskin dianggap
penting, terutama melalui usaha pemasaran dan efisiensi pengadaan input.
- Usaha koperasi yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi masyarakat desa miskin
dapat berdampak positif terhadap pendapatan mereka.
- Koperasi dianggap sebagai wahana ekonomi utama untuk memenuhi kepentingan ekonomi
masyarakat anggotanya, terutama di desa miskin.
- Koperasi diharapkan mampu menciptakan harga jual yang rendah dan harga beli yang tinggi
untuk anggotanya, sehingga mereka dapat mendapatkan nilai tambah dari keberadaan
koperasi.
Hipotesis:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan masyarakat desa miskin yang
menjadi anggota koperasi dan yang bukan anggota.
2. Terdapat keterkaitan yang signifikan antara keberadaan koperasi dengan pendapatan desa
miskin.
Metodologi Penelitian
Ringkasan:
Metodologi Penelitian:
- Penelitian dilakukan selama 180 hari di Kabupaten Sarolangun Bangko, Provinsi Jambi,
dengan fokus pada desa miskin.
- Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan penggunaan kuesioner sebagai alat
pengumpul data.
- Variabel penting dalam penelitian ini meliputi desa miskin, masyarakat desa miskin,
pendapatan masyarakat desa miskin, anggota koperasi, keberadaan koperasi, dan koperasi itu
sendiri.
- Pengambilan sampel menggunakan metode Cluster Random Sampling untuk masyarakat
desa miskin dan metode sensus untuk koperasi.
- Analisis statistik menggunakan uji beda dua rata-rata untuk hipotesis satu dan uji Chi-
Square untuk hipotesis dua.
- Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan masyarakat desa miskin dan
pengelola koperasi, serta pengumpulan data sekunder dari instansi terkait dan kepustakaan.
Hasil dan Pembahasan
Ringkasan dari kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
Pada bagian "Hasil dan Pembahasan", penelitian dilakukan terhadap kondisi ekonomi,
koperasi, dan kemiskinan di Kabupaten Sarolangun Bangko. Berdasarkan data PDRB selama
10 tahun (1979-1989), terjadi kenaikan PDRB namun dengan fluktuasi. Sektor pertanian
masih menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB, menunjukkan struktur perekonomian
yang masih agraris. Kondisi koperasi juga mengalami peningkatan jumlah koperasi dan
anggota, namun terjadi fluktuasi dalam jumlah anggota setiap tahunnya. Di sisi lain,
kemiskinan masih menjadi masalah serius di daerah tersebut, dengan 43,32% desa di
Kabupaten Sarolangun Bangko dikategorikan sebagai desa miskin.
Analisis menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat desa miskin yang menjadi anggota
koperasi lebih besar dibandingkan dengan yang bukan anggota. Namun, masih terdapat
fluktuasi dalam jumlah anggota koperasi setiap tahunnya. Terdapat keterkaitan yang
signifikan antara keberadaan koperasi dengan pendapatan masyarakat desa miskin,
menunjukkan potensi pentingnya koperasi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh
karena itu, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa miskin,
seperti diversifikasi sumber pendapatan dan peran koperasi dalam meningkatkan nilai tambah
dan pemasaran hasil produksi anggotanya. Dukungan eksternal juga diperlukan untuk
merealisasikan kebijakan tersebut.
BAB VII
Konsepsi Pengembangan Koperasi Untuk Pembangunan Daerah
Latar Belakang
Ringkasan:
Latar Belakang:
Pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan melalui pengembangan usaha kecil, menengah,
dan koperasi menjadi fokus utama. Program ini dirancang untuk memacu pembangunan
ekonomi daerah yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, dengan pengakuan bahwa usaha
kecil, menengah, dan koperasi memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi
daerah.
Perumusan Masalah:
1. Kontribusi usaha kecil, menengah, dan koperasi terhadap PDRB, investasi, tenaga kerja,
dan PAD di Provinsi Jambi.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pembangunan usaha kecil, menengah, dan
koperasi di Provinsi Jambi dari aspek makro dan mikro ekonomi.
3. Strategi pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk meningkatkan
peranannya dalam perekonomian Provinsi Jambi.
Tujuan Penelitian:
1. Mengetahui kontribusi usaha kecil, menengah, dan koperasi terhadap PDRB, investasi,
tenaga kerja, dan PAD di Provinsi Jambi.
2. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pengembangan usaha kecil,
menengah, dan koperasi di Provinsi Jambi dari aspek makro dan mikro ekonomi.
3. Mengidentifikasi strategi pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk
meningkatkan peranannya dalam perekonomian Provinsi Jambi.
Manfaat Penelitian:
1. Memberikan masukan bagi Kementerian UKM dan Koperasi Provinsi Jambi dalam
merumuskan program dan kegiatan pembangunan usaha kecil, menengah, dan koperasi.
2. Menyediakan informasi bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jambi dan
dinas/kantor terkait dalam menyusun strategi dan pengembangan usaha kecil, menengah, dan
koperasi di Provinsi Jambi.
Tinjauan Pustaka
Ringkasan dari tinjauan pustaka 7.2 ini membahas tentang koperasi dan upaya
pemberdayaannya.
- **Konsepsi Koperasi**: Koperasi adalah usaha bersama yang memiliki karakteristik seperti
otonom, diorganisir oleh anggota, dan memiliki perusahaan yang dimiliki bersama.
- **Pemberdayaan Koperasi**: Pemberdayaan koperasi adalah upaya untuk menjadikan
koperasi lebih berdaya dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya serta memberikan
manfaat ekonomi bagi anggotanya.
- **Permodalan Koperasi**: Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman,
yang berasal dari simpanan anggota, dana cadangan, dan hibah.
Metode Penelitian
Ringkasan dari bagian 7.3 Metode Penelitian adalah sebagai berikut:
Metode penelitian yang digunakan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Metode Kegiatan
Deskriptif Kuantitatif dan Metode Penelitian Survai. Metode Deskriptif Kuantitatif digunakan
untuk menganalisis peranan usaha kecil menengah dan koperasi dalam pembangunan
ekonomi Provinsi Jambi secara makro, sedangkan Metode Survai digunakan untuk analisis
mikro ekonomi peran dari usaha kecil, menengah, dan koperasi dalam aktivitas ekonomi
Provinsi Jambi.
Teknik pengumpulan data melibatkan data primer yang diperoleh melalui wawancara
langsung dengan pengusaha dan pejabat terkait, serta data sekunder dari instansi terkait dan
kepustakaan.
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Metode Cluster Random Sampling, dengan
alokasi sampel secara proporsional berdasarkan jumlah populasi masing-masing jenis usaha.
Model analisis data yang digunakan mencakup Model Kontribusi dan Model Matematis.
Model Kontribusi digunakan untuk menganalisis kontribusi usaha kecil, menengah, dan
koperasi terhadap PDRB, investasi, daya serap tenaga kerja, dan PAD. Sedangkan Model
Matematis digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi baik dari segi makro ekonomi maupun
mikro ekonomi.
Operasionalisasi variabel penelitian dilakukan untuk menjelaskan variabel utama yang dinilai
penting dalam penelitian, seperti barang dan jasa, PDRB, investasi, dana APBN, dana APBD,
kebijakan khusus, sumberdaya manusia, infrastruktur, sistem informasi dan teknologi,
BUMN, perbankan, kemitraan swasta, keberhasilan pengembangan, modal, pelatihan, studi
banding, magang, pameran/promosi, temu usaha, konsultasi lapangan, bantuan teknologi, dan
pendampingan.
Pada umumnya, meskipun ada pertumbuhan dan kontribusi yang positif, masih ada potensi
untuk peningkatan dan optimalisasi dalam kontribusi UKM, koperasi, dan perekonomian
Provinsi Jambi secara keseluruhan.
Dari ringkasan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembangunan usaha kecil, menengah, dan koperasi (UKM) serta
strategi pengembangannya dapat dibagi menjadi dua aspek utama: makroekonomi dan
mikroekonomi.
### A. Makroekonomi:
### B. Mikroekonomi: