Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisasi baik yang bersifat sosial, politik, maupun ekonomi tentunya
tidak bisa berjalan dengan cara sendiri-sendiri atau dengan kata lain perlu bantuan
orang/organisasi lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, ada kaitan
kegiatan usaha maupun tidak kaitannya dengan bidang usahanya. Demikian sama
halnya dengan organisasi koperasi yang merupakan kegiatan usaha yang bergerak di
bidang ekonomi, maka perlu kerja sama dengan organisasi lain, baik itu sesama
koperasi atau bukan koperasi.

Kerja sama koperasi tersebut ada yang bersifat horizontal dan vertikal, bahkan
sebagai konsekuensi dalam melakukan kerja sama tersebut menghendaki untuk
dibentuknya wadah organisasi baru untuk mengembangkan kegiatan usahanya.

Koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi


rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Kinerja koprasi khusus mengenai
perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan undang-undang umum
mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang dan
hukum pajak. Organisasi koperasi yang khas dari suatu organisasi harus diketahui
dengan menetapkan anggaran dasar yang khusus. Selain itu koperasi juga menjalin
kerja sama di bidang usaha yang bertujuan untuk lebih memajukan koperasi itu
sendiri. Dengan demikian, kita perlu mempelajari lebih dalam tentang kerjasama
koperasi dibidang usaha tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kerja sama koperasi ?
2. Bagaimana bentuk dari kerja sama koperasi ?
3. Apakah koperasi hanya bisa kerja sama dengan sesama koperasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerja Sama Koperasi

Kerja sama koperasi adalah hubungan antar orang-orang atau badan hukum
baik antar koperasi atau bukan koperasi dan di bidang usaha atau bukan bidang usaha,
yang bertujuan untuk saling membantu atau saling membutuhkan dalam
meningkatkan suatu usaha atau penghasilan.

Selama ini koperasi telah bekerja sama dengan baik dengan sesama koperasi
maupun bukan koperasi, koperasi juga dapat bekerja sama dengan sesama koperasi
dengan cara membentuk suatu organisasi baru yang berbentuk hukum.

Maka kesimpulan pengertian kerjasama koperasi dibidang usaha yaitu pada


dasarnya segala bentuk kerja sama yang bertujuan untuk mempertahankan diri
terhadap tindakan pihak luar, dengan menarik manfaat yang sebesar-besarnya dari
suatu suasana hidup berkumpul.1

2.2 Kerjasama di Bidang Usaha Antar Koperasi

Kerjasama koperasi sebenarnya sudah di amanatkan oleh ICA dalam


kongresnya yang ke-23 di Viena pada tahun 1966, yang memasukkan “Kerjasama
antar Koperasi” (Coorperation among Cooperatives) sebagai salah satu asas yang
harus dipatuhi oleh semua jenis koperasi. Pola Kerjasama antar koperasi dan antara
pengusaha dan koperasi yang baik sebenarnya harus mengacu pada pemberian
keuntungan kepada kedua belah pihak. Dengan melakukan Kerjasama antar koperasi
ini maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

1
Sudarsono dan Edilius, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rhineka Cipta, 1996).
Hal. 183

2
1. Peningkatan kemampuan daya tawar (bargaining power) mereka terhadap pihak
ketiga.
2. Menjamin kontinuitas pemasukan bahan baku.
3. Biaya dapat ditekan jauh lebih rendah karena dapat beroperasi secara besar-
besaran (economic of scale).
4. Bila kerjasama dilakukan oleh koperasi tingkat di atasnya dan bidang usahanya
dapat mengadakan integrasi vertikal, maka akan dapat menurunkan biaya
transaksi (transaction cost).
5. Bila kerjasama dilakukan dengan horizontal (antar koperasi yang setingkat), maka
akan meningkatan kemampuan bersaing mereka terhadap pihak ketiga. 2

Sesungguhnya sudah banyak koperasi-koperasi di Indonesia yang


mengadakan kerjasama baik dengan sesama koperasi maupun dengan badan usaha
lain yang bukan koperasi. Kerjasama di bidang usaha antar koperasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu sebagai berikut :
a. Dengan membentuk organisasi baru yang berbentuk badan hukum. Kerjasama
antar koperasi dengan membentuk wadah baru, dan berbadan hukum sendiri,
ini umumnya banyak dilakukan oleh koperasi tingkat sekunder, seperti yang
dilakukan dalam pendirian Bank Bukopin, Koperasi Asuransi Indonesia
(KAI), Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), dan lain sebagainya.
b. Dalam bentuk proyek atau kemitraan usaha yang baru tanpa membentuk
organisasi baru yang berbadan hukum.

Kerjasama antara koperasi, selain melakukan pembentukan wadah baru yang


berbadan hukum sendiri, juga dapat dilakukan tanpa diikuti dengan pembentukan
wadah baru, seperti dalam bentuk proyek atau kemitraan usaha.

2
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 113-
114

3
Dalam hal ini biasanya salah satu pihak bertindak sebagai pelaksana dan pihak
yang lainnya bertindak sebagai pengawas. Kerjasama tersebut biasanya dilakukan
dengan membuat surat perjanjian kerjasama yang mengikat kedua belah piahk dan
pastinya untuk saling menguntungkan.

2.3 Kerjasama Antara Koperasi dengan Bukan Koperasi

Koperasi dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain yang bukan koperasi.
Kerjasama yang dimaksud jelas adalah saling menguntungkan.

Kerjasama antara koperasi dan bukan koperasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk wadah baru berbentuk badan hukum. Kerjasama ini banyak
dilakukan oleh koperasi-koperasi sekunder, khususnya tingkat induk, sepertik
IKPN dan induk koperasi yang lain dengan mitra usahanya masing-masing
membentuk bank dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota-
anggotanya, khususnya dalam pemberian kredit maupun dalam menunjang
kebutuhan hidup anggotanya.
2. Tanpa membentuk wadah baru yang berbadan hukum. Biasanya kerjasama itu
berbentuk dalam kemitraan usaha. Kemitraan antara koperasi dengan perusahaan-
perusahaan besar lebih merupakan tanggung jawab sosial dalam rangka
“membantu dan membina” koperasi.3

Pada umunya kerjasama antara koperasi dengan bukan koperasi dilakukan


dengan membentuk wadah baru yang berbentuk hukum. Koperasi ini biasanyan
dilakukan oleh koperasi tingkat sekunder, khususnya di tingkat induknya, seperti
Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN), dan beberapa induk koperasi lainnya yang
bermitra usaha dengan mendirikan Bank, SPBU dan lain sebagainya.

3
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 115

4
Dalam kerjasama ini mitra usaha IKPN adalah Badan Usaha Milik Negara dan
Yayasan Dana Pensiunnya, yaitu PT. Taspen, PT. ASEI (Asuransi Ekspor Indonesia),
Yayasan Dana Pensiun Jasa Raharja, Yayasan Dana Pensiun Jasindo, dan Yayasan
Dana Pensiun Pertamina, mendirikan sebuah Bank pada tahun 1992, yang diberi
nama “Bank Kesejahteraan Ekonomi” yang berbadan hukum Perseroan Terbatas
(PT). Semula IKPN ingin memakai wadah berbadan hukum koperasi, tetapi tidak
memungkinkan karena ada kebiajakan Menteri Koperasi nomor 12/M/I/1989 yang
tidak mengijinkan gerakan koperasi mendirikan Bank Umum Koperasi selain bank
BUKOPIN. Dalam usaha perbankan ini, IKPN merupakan pemegang saham
mayoritas dengan menguasai 70% dari seluruh jumlah sahamnya. 4

2.4 Kerjasama Bukan di Bidang Usaha antar Koperasi

Koperasi di Indonesia mengenal empat tingkatan organisasi koperasi yang


didasarkan atas tingkat daerah administrasi pemerintahan, yaitu koperasi primer,
pusat koperasi, gabungan koperasi dan induk koperasi. Dimana masing-masing jenis
koperasi dapat menggalang persatuan dan kerjasama di bidang usaha maupun non
usaha di antar sesama mereka dan bahwa induk koperasi tersebut dapat mewakili
kepentingan masing-masing jenis koperasi pada tingkat nasional.

Pada Kongres kedua gerakan koperasi yang diadakan pada tahun 1953 di
Bandung telah mendapat 5 (lima) keputusan penting antara lain adalah mendirikan
pemusatan gerakan koperasi yang ada di Indonesia yang dinamakan dengan Dewan
Koperasi Indonesia (DKI) sebagai pengganti dari SOKRI dan mengangkat Bapak
Mohammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Maksud dan tujuan pembentukan Dewan Koperasi Indonesia adalah sebagai


berikut :
1. Menyebarkan, memelihara, dan mempertahankan cita-cita koperasi.

4
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 115

5
2. Memperhatikan dan membantun pelaksanaan kepentingan perkumpulan koerasi
dengan nyata.
3. Membela hak hidup dan berkembang secara bebas bagi perkumpulan koperasi
terhadap segala usaha yang merintanginya, bila perlu dengan kerjasama, terutama
dengan seluruh gerkan koperasi, serta memandanginya dari sudut perkembangan
ekonomi nasional.

Tujuan tersebut, berbagai usaha akan dilakukan DKI, antara lain :


a. Memberikan penerangan dan pendidikan tentang koperasi kepada rakyat
Indonesia.
b. Mendorong pemerintah membuat Undang-undang koperasi yang baru.
c. Mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan koperasi yang ada di luar
negeri.5

Pada permulaan tahun enam puluhan, tampak ada perubahan sikap pemerintah
terhadap gerakan koperasi sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang
memberlakukan demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin. Pemerintah mulai ikut
campur dalam gerakan koperasi dan ingin menjadikan koperasi sebagai alat
pelaksanaan dari kebijaksanaan ekonomi terpimpin. Tanggal 3 Juni 1961 dengan
Keputusan Presiden No. 236 didirikan Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh
Indonesia (KOKSI) sebagai perwujudan dari musyawarah nasional koperasi
(Munaskop 1) yang di selenggarakan pada tanggal 25 s/d 27 April 1961 di Surabaya.
Pimpinan organisasi berbetuk dewan pimpinan dengan pimpinan tertinggi
presiden/pimpinan besar revolusi Indonesia, sedangkan menteri yang diserahi tugas
urusan koperasi menjadi ketua pimpinan dewan nasional koksi.

Sejak itu gerakan koperasi memasuki era baru. Jika, semula koperasi bekerja
berasaskan demokrasi, maka sejak saat itu koperasi telah dijadikan alat Indonesia

5
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 116-
117

6
untuk melaksanakan kebijaksanaan ekonomi terpimpin. Bahkan dalam
perkembangannya, pemerintah berusaha membawa gerakan koperasi pada aliran
politik melalui Munaskop dengan mengeluarkan Undang-undang Koperasi No.
14/1965 yang ternyata hanya berumur pendek.

Dalam Undang-undang yang baru tersebut dengan jelas dikatakan bahwa


koperasi berfungsi sebagai organisasi ekonomi maupun sebagai salah satu alat
revolusi. Dikatakan juga, bahwa kepengurusan harus mencermikankan kekuatan
progresif revolusioner berporoskan Nasakom dan Manipol.

Berkaitan dengan itu, dalam Munaskop II di selenggarakan pada tanggal 2 s/d


10 Agustus 1965 hampir bersamaan dengan diundangkannya Undang-undang
Koperasi No. 14/1965 diputuskan tentang Penentuan Haluan Gerakan Koperasi
Indonesia, yang berisi :
a. Landasan idiil: Pancasila.
b. Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom, Pancasila, Manipol, Trisakti,
Tavip, Berdikari), Dekon dan Ketentuan MPRS.
c. Amanat dan tulisan Pemimpin Besar Revolusi Ir. Sukarno. 6

Setelah orde baru berkuasa, pada sidang keempat, MPRS dengan


keputusannya No. XXIII memutuskan/mengizinkan pemerintah untuk mencabut
Undang-undang Koperasi No. 14/1965 dan menggantikan segera dengan Undang-
undang yang baru. Untuk itu, pemerintah (Departemen Perdagangan dan Koperasi)
telah membentuk tim/panitia pembentukan Undang-undang koperasi yang baru.

Dalam perkembangannya, DKI mengalami perubahan-perubahan, baik dalam


nama singkatannya, AD-nya, strukturnya, dan cara kerjanya. Suatu symposium yang
diadakan tanggal 7 s/d 8 November di Jakarta, mengusulkan adanya perubahan AD
dan ART DKI. Beberapa perubahan bukti AD yang penting, yaitu sebagai berikut :

6
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 117

7
a. Singkatan nama yang semula Dewan Koperasi Indonesia (DKI) diganti
menjadi Dekopin.
b. Jika, semula struktur organisasinya berdasarkan penjenjangan federatif, di
mana masing-masing jenjang mempunyai kedudukan otonomi, maka dalam
AD yang baru Dekopin merupakan satu kesatuan dari pusat hingga daerah.
Ini berarti bahwa Dekopin yang berada di tingkat Provinsi menjadi
perwakilan Dekopin Wilayah (Dekopwil), sedangkan yang berada di wilayah
Kabupaten/Kota menjadi perwakilan Dekopin Daerah (Dekopinda).
c. Jika semula kepengurusan DKI tidak diikutkan unsure masyarakat, maka
berdasarkan AD yang baru, unsure masyarakat diikutsertakan sejumlah 1/3
nya. Tentang keanggotaan Dekopin, yang dapat menjadi anggota Dekopin
adalah koperasi yang berbadan hukum naik koperasi primer maupun
sekunder. Sedangkan tugas dan fungsi Dekopin sesuai dengan AD dan ART
sebagai berikut :
1) Dekopin adalah lembaga yang bersifat idiil dan karenanya tidak boleh
melakukan kegiatan di bidang komersial (business).
2) Dekopin adalah lembaga tertinggi yang mewakili Dewan Koperasi
Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri.
3) Dekopin adalah lembaga yang menampung dan mengelola segala aspirasi
dan permasalah dari Gerakan Koperasi Indonesia.
4) Dekopin menyediakan bantuan bagi Gerakan Koperasi Indonesia untuk
kepentingan idiil organisasi, pendidikan, penyuluhan, penelitian,
pengembangan, manajemen, usaha komersial, ekonomi dan keuangan. 7

Jika, perubahan AD dan ART Dekopin pada tahun 1977 dimaksudkan untuk
menyesuaikan dengan UU Nomor 12/1967, maka dengan dikeluarkannya UU Nomor
25/1992 tentang Perkoperasian, maka Dekopin juga wajib mengadakan penyesuaian.
Keberadaan Dekopin diatur dalam pasal 57, 58 dan 59 UU No. 25/1992.

7
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 119

8
 Pada Pasal 57 UU No. 25/1992 disebutkan bahwa :
1. Koperasi secara bersama-sama mendirikan satu organisasi tunggal yang
berfungsi sebagai pembawas aspirasi koperasi.
2. Organisasi ini berasaskan Pancasila.
3. Nama, tujuan, susunan dan tata kerja organisasi diatur dalam anggaran
dasar organisasi yang bersangkutan.

Dalam penjelasan atas pasal UU No. 25/1992 pasa 57 (1) dinyatakan


bahwa organisasi tersebut bukan merupakan badan usaha dan karenanya tidak
melakukan kegiatan usaha ekonomi secara langsung. Sedangkan penjelasan
pasal 57 (3) dinyatakan bahwa AD organisasi yang bersangkutan sekurang-
kurangnya memuat :
a. Nama organisasi,
b. Tujuan organisasi,
c. Susunan organisasi,
d. Ketentuan mengenai kepengurusan dan jabatannya,
e. Ketentuan mengenai tata kerja organisasi,
f. Ketentuan mengenai rapat organisasi dan rapat lainnya,
g. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban anggota,
h. Ketentuan mengenai sumber dan pengelolaan uang,
i. Ketentuan mengenai perubahan dan pembubaran,
j. Ketentuan mengenai sanksi organisasi.8

 Pada Pasal 58 UU No. 25/1992 disebutkan bahwa :


1. Organisai tersebut melakukan kegiatan :
a. Memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi koperasi,
b. Meningkatkan kesadaran berkoperasi dikalangan masyarakat,

8
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 119-
120

9
c. Melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat,
d. Mengembangkan kerjasama antar koperasi dan antar koperasi dengan
badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
2. Melaksanakan kegiatan tersebut, koperasi secara bersama-sama
menghimpun dana koperasi.

Dalam penjelasan UU No. 25/1992 pasal 58 (1.b) dinyatakan bahwa upaya


untuk meningkatkan kesadaran berkoperasi dikalangan masyrakat, dilakukan
antara lain melalui kegiatan penerangan, penyampaian informasi penerbitan
dan pembinaan kelompok usaha dalam masyarakat untuk diarahkan menjadi
koperasi. Sedangkan penjelasan UU No. 25/1991 pasal 58 (1.d) menyatakan
bahwa untuk engembangkan kerjasama antar koperasi dan antar koperasi
dengan badan usaha lainnya, organisasi ini mendorong pertumbuhan dan
perkembangan jaringan kelembagaan dan usaha koperasi baik tingkat
regional, nasional maupun intrnasional.9

 Pada Pasal 59 UU No. 25/1992 disebutkan bahwa :


Organisasi koperasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam pasal
57 ayat (1) disahkan oleh pemerintah.
Pada tanggal 3 Juni 1997 dikeluarkan Keputusan Presiden (Keppres)
Republik Indonesia No. 21 Tahun 1997 tentang pengesahan AD Dekopin.
Dalam pasal 1 dari Keppres tersebut dinyatakan : “Mengesahkan AD Dekopin
sebagaiman terlampir dalam keputusan Presiden ini sebagai penyempurnaan
terhadap AD yang berlaku selama ini, yang diajukan oleh pengurus induk
koperasi atas nama 20 koperasi beserta seluruh anggotanya dan 23
Dekopinwil dengan surat tertanggal 26 Mei 1997”.

9
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 120

10
Dekopin inilah yang mewakili gerakan koperasi Indonesia dalam
hubungannya dengan organisasi koperasi internasional yaitu International
Cooperative Alliance (ICA), dimana Dekopin menjadi anggotanya.

 International Cooperative Alliance and Asean Cooperative Organization


Suatau kongres koperasi internasional yang diadakan pada tahun 1985
telah berhasil membentuk organisasi, yaitu : “The International Cooperative
Alliance” (ICA). ICA diciptakan bukan sebagai federasi dari gerakan-gerakan
koperasi, tetapi sebagai suatu badan di mana segala macam koperasi yang
bonafid dan berbagai negara bebas menajdi anggota.
Tujuan pembentukan ICA adalah untuk mempersatukan semua
kegiatan usaha yang tidak bermotif mencari keuntungan, melainkan mencapai
kesejahteraan bersama bagi para anggota dan masyarakat atas dasar sukarela
dan kerjasama menolong diri sendiri.
Selain dibentuknya organisasi kerjasama di tingkat internasional,
gerakan koperasi di Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) juga membentuk
organisasi Kerjasama antar koperasi tingkat regional yang dikenal dengan
nama Asean Cooperative Organization (ACO). Tujuan pembentukan ACO
adalah untuk mengembangkan kerjasama antara gerakan koperasi di Negara-
negara Asean, baik yang bersifat regional maupun internasional, dengan tidak
menutup kemungkinan untuk mengadakan kerjasama di bidang usaha yang
bersifat patungan.
Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) pada tanggal 5 Desember 1977
telah menyelenggarakan konferensi pertama koperasi negara-negara ASEAN
di Jakarta. Konferensi tersebut telah berhasil mengambil dua keputusan, yaitu
sebagai berikut :
1. Membuat pernyataan bersama wakil-wakil gerakan koperasi negara-
negara Asean (joint declaration of Representative of ASEAN Cooperative
Movements), yang bertujuan :

11
a. Bersama-sama menumbuhkan dan mengembangkan saling pengertian
dan kerjasama yang efektif antara gerakan koperasi negara-negara
ASEAN;
b. Membentuk landasan yang kuat bagi kegiatan-kegiatan bersama dan
daya upaya regional untuk mengembangkan perkoperasian.
2. Membentuk organsiasi koperasi ASEAN (ASEAN Cooperative
Organization) disingkat ACO sebagai wadah untuk mengembangkan
kerjasama antara gerakan koperasi di negara-negara ASEAN. Ini brtujuan
untuk :
a. Melalui kegiatan-kegiatan bersama perusahaan-perusahaan patungan
meletakkan dasar-dasar hubungan kerjasama regional dan
internasional,
b. Membantu tercapainya tujuan ASEAN seperti tercantum dalam
Bangkok declaration 8 Agustus 1967.10

Konstitusi ACO telah ditandatangani oleh wakil-wakil gerakan


koperasi Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand pada tanggal
6 Desember 1977 di Jakarta. Pimpinan organisasi koperasi ASEAN (ACO)
berada di tangan sebuah Dewan Pimpinan (ACO COUNCIL) yang terdiri dari
tiga unsur, yaitu sebagai berikut :
1. Presidium sebanyak 2 orang wakil gerakan koperasi dari tiap negara
ASEAN sejumlah 10 orang.
2. Dewan pejabat sebanyak 1 orang yang mewakili Departemen ASEAN
membawahi perkoperasian di masing-masing negara ASEAN, sejumlah 5
orang.
3. Seorang Sekretaris Jenderal.11

10
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 122
11
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 122

12
Keanggotaan ACO terdiri dari koperasi-koperasi tingkat nasional dan
dewan koperasi di masing-masing negara Asean.

Kerjasama antar koperasi dari negara-negara Asean dititikberatkan


pada bidang perdagangan, peminjaman uang untuk modal, konsultasi untuk
membantu meningkatkan kemajuan koperasi.

 Kerjasama Organisasi Koperasi Antar Negara


Beberapa jenis koperasi di AS yang telah melebarkan sayapnya untuk
dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kerjasama dengan koperasi di Negara-
negara berkembang, antara lain hal-hal berikut ini.
1. NRERA (National Ruler Electric Cooperative Association) atau
perhimpunan koperasi listrik pedesaan nasional, membangunan koperasi
listrik pedesaan di beberapa negara berkembang di Amerika Latin dan
Asia.
2. CLLJSA (Cooperative Leagues of United States of America) atau liga
koperasi Amerika Serikat, yang telah membantu di bidang manajemen
untuk kegiatan-kegiatan koperasi-koperasi pertanian di Amerika Latin,
Afrika dan Asia.
3. CUNA (Credit Union National Association) atau perhimpunan nasional
simpan pinjam, yang telah membantu mendirikan koperasi simpan pinjam
(Credit Union) di berbagai negara.
4. FCH (Federation of Cooperatives Housing), yang telah memberikan
bantuan untuk mendirikan koperasi-koperasi perumahan di seluruh dunia.
5. ACDI (Agricultural Cooperative Development International) yang telah
membantu dalam berbagai bentuk dalam rangka pemasaran perlengkapan
pertaniatn dan juga perkreditan.12

12
Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV. Alfabeta. 2013). Hal 123

13
2.5 Cara Menyusun Kerjasama Koperasi

Adapun fungsi penyusunan jaringan kerjasama koperasi ini adalah agar


kerjasama koperasi-koperasi dapat terkoordinir atau teratur sehingga dapat
terwujudnya kerjasama dengan baik.
Adapun cara menyusun jaringan kerjasama koperasi antara lain;
1. Ditingkat Pusat
Tugas badan ini meneliti dan merancanakan kerja sama dengan menyusun
skala prioritas proyek-proyek yang harus ditangani secara bersama, baik
secara Vertikal, Horizontal, dan Diagonal.
2. Ditingkat Provinsi
Pusat-pusat koperasi dan koperasi-koperasi primer membentuk kerja sama
usaha koperasi dibawah koordinasi Dekopin.13

2.6 Analisis Kerjasama Koperasi

Dalam kerjasama koperasi sangatlah dibutuhkan oleh sesama koperasi


maupun koperasi dengan bukan koperasi, karena dalam kerjasama yang dilakukan
tentu bertujuan untuk saling menguntungkan antara kedua belah pihak, namun dalam
menjalankan suatu kerjasama harus ada suatu perjanjian yang nyata atau tertulis, agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada kemudian hari.

Dalam kerjasama koperasi yang ada di Indonesia harus melakukan kerjasama


antar koperasi yang ada di negara ASEAN maupun Internasional, terutama
bekerjasama dengan megara maju seperti Amerika Serikat dan lain sebagainya, agar
suatu perkembangan yang ada di Indonesia dapat mengikuti sesuai pola pikir atau
cara kerja yang digunakan oleh negara maju, sehingga suatu peningkatan yang ada di
Indonesia tidak kalah dengan perkembangan yang dimiliki oleh negara maju.

13
Sudarsono dan Edilius, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rhineka Cipta, 1996).
Hal. 184

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi kerjasama dalam koperasi sangat di butuh kan untuk kelangsungan


koperasi dan agar koperasi dapat berkembang serta mempunyai wilayah kekuasaan
atau ruang lingkup yang luas sehingga hal ini dapat meningkatkan kemakmuran para
Anggota koperasi tersebut.
Adapun bentuk macam-macam jaringan kerjasama koperasi ada tiga macam, yaitu:
1. Vertikal : Kerjasama antara koperasi-koperasi primer dengan koperasi-
koperasi sekunder yang sejenis
2. Horizontal : Kerjasama antara koperasi primer dengan koperasi primer dan
koperasi sekunder dengan koperasi sekunder.
3. Diagonal : Kerjasama antara koperasi primer dengan koperasi sekunder yang
tidak sejenis, dan antara koperasi dengan non koperasi.
4. Internasional : Kerjasama koperasi didalam negeri dengan koperasi di luar
negeri.
Dan bentuk jenis kerjasama koperasi ada 3 macam, yaitu:
1. Kerjasama di bidang usaha antar koperasi
2. Kerjasama bukan di bidang usaha antar koperasi
3. Kerjasama koperasi dengan bukan koperasi

15
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Sudarsono dan Edilius. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. (Jakarta : PT


Rineka Cipta. 1996)

Dr. Subandi, M.M, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), (Bandung : CV.
ALFABETA. 2013)

16

Anda mungkin juga menyukai