Anda di halaman 1dari 10

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dewasa ini diwarnai dengan persaingan yang ketat.

Terlebih di era kecanggihan informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa

diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku usaha untuk dapat

 bertahan dan bersaing dalam mengembangkan usahanya di dunia bisnis. Dalam

manajemen modern, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun

 pengembangan kelembagaan/usaha, kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa

ditempuh atau dipilih.

Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan sesuatu hal

yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal kemitraan sejak

lama meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong, partisipasi, mitra

masyarakat desa hutan, mitra lingkungan dan masih banyak lagi yang sering kita

 jumpai. Kemitraan tidak sekedar diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi

kemitraan memiliki pola dan memiliki nilai strategis dalam mewujudkan keberhasilan

suatu lembaga/usaha dalam menerapkan manajemen modern.

Kemitraan sebagai suatu jalinan kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung, yang melibatkan usaha mikro, usaha kecil, usaha

menengah dan usaha besar tersebut disertai pembinaan dan pengembangan yang

dilaksanakan atas dasar prinsip saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan

saling menguntungkan. Prinsip ini sangat diperlukan melihat cakupan dari kemitraan ini

sendiri juga luas berupa proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan,

 pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi. Kemitraan usaha juga
2

merupakan satu instrumen kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana

keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya antara para

 pihak yang bermitra melalui perwujudan sinergi kemitraan dengan diwujudkannya

 prinsip-prinsip di atas dan menjunjung etika bisnis yang sehat. Para pihak dalam

melaksanakan kemitraan mempunyai kedudukan hukum yang setara. Setara dalam

artian para pihak yang mengikat perjanjian kemitraan memiliki kedudukan hukum yang

sama dengan hak dan kewajiban yang patut dilaksanakan sebagaimana diatur dalam

 perjanjian.

Pada tahun 1997, perekonomian Indonesia memasuki masa yang sangat sulit.

Pergantian kekuasaan dari orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis

multidimensi mengakibatkan pengangguran dimana-mana. Perekonomian yang saat itu

terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar dan daya

 beli masyarakat pun menurun. Perusahaan-perusahaan melakukan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK), baik untuk industri besar maupun kecil.

Menjadi wirarausaha dapat dijadikan suatu pilihan pemecahan masalah karena

kegiatan berwirausaha dapat memberikan dampak yang positif dari beberapa aspek

kehidupan seperti aspek sosial, kebudayaan, dan politik (Hisrich & Peter, 2002).

Dengan menjadi wirausaha, seseorang juga dapat memperoleh beberapa keuntungan,

antara lain: dapat menentukan arah kehidupan, kesempatan untuk membuat perubahan,

kesempatan untuk membuktikan potensi diri, kesempatan untuk memperoleh laba, dan

kesempatan untuk berkontribusi pada lingkungan sosial dan dikenal (Zimmerer &

Scarborough, 2002). Meskipun demikian, untuk menjadi seorang wirausaha

dibutuhkan kemampuan teknikal dan ciri kepribadian yang dapat menunjang

 berjalannya aktivitas kewirausahaan. Ciri kepribadian seorang wirausaha antara lain

adalah disiplin, atau kontrol internal, pengambil risiko, inovatif, komitmen terhadap
3

tugas, serta memiliki orientasi dan kemampuan untuk menghadapi perubahan. (Hisrich,

1992, Hisrich & Peters, 2002).

Modal usaha dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting dan

manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, fungsi-

fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan

 bagai mana menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Pengertian Manajemen

Keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya

mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang mengutamakan aktivitas

memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya

 penganalisisan sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan

maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajemen keuangan harus memahami

arus peredaran uang baik eksternal maupun internal.

Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain: faktor kebijakan moneter, faktor kebijakan pajak, faktor kondisi ekonomi,

faktor kondisi sosial, dan faktor kondisi politik.

 Namun, Manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan jumlah

aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber

dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan

 bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan

 berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.

Dalam hal ini jenis kegiatan kewirausahaan yang akan dikembangkan

tergantung pada peluang-peluang yang terdapat dimasing-masing daerah. Tampaknya

menumbuhkan jiwa kewirausahaan saja tidak cukup tanpa mengikut-sertakan iklim

usaha dan partisipasi semua pemangku kepentingan (stake holders), seperti pemerintah,
4

masyarakat, LSM, perusahaan dan perguruan tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan

 program kemitraan di antarapemangku kepentingan tersebut.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

1.2.1.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan tentang Kemitraan dalam

Berwirausaha.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Kemitraan

1.2.2.2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Kemitraan

1.2.2.3. Untuk Mengetahui Tujuan Kemitraan

1.2.2.4. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Kemitraan

1.2.2.5. Untuk mengetahui Pola-Pola Kemitraan

1.2.2.6. Untuk mengetahui Pelaku Kemitraan

1.2.2.7. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat dan Jenis-Jenis Kemitraan

1.2.2.8. Untuk Mengetahui Tahap-Tahap Kemitraan Usaha

1.2.2.9. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Kemitraan Usaha

1.2.2.10. Untuk Mengetahui Alasan Terjadinya Kemitraan Usaha

1.2.2.11. Untuk Mengetahui Contoh Kemitraan Usaha


5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan

Pengertian kemitraan secara konseptual adalah adanya kerja sama antara usaha

kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai oleh pembinaan dan

 pengembangan berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan

 prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 (Bab I Pasal 1),

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau

dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan

atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat

dan saling menguntungkan.

Berdasarkan kutipan diatas, kemitraan mencakup kerjasama yang saling

menguntungkan antara bentuk usaha kecil dan usaha menengah dan usaha besar. Dalam

hal ini usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai

kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang

usaha kecil. Usaha menengah dan atau usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang

memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi“Asas

Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka,

 bersifat timbal balik, dan sinergis”.

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling mengun-tungkan

antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusa-haan Mitra) disertai


16

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan menengah atau

 besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya

dalam :

- Memberi bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.

- Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan.

- Menyediakan sarana produksi.

- Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan

 produktivitas usaha.

2. Kemitraan sub-kontrak, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra

memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari

 produksinya.

3. Kemitraan dagang umum, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra

memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra

memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

4. Kemitraan keagenan, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi

hak khusus untuk memasarkan produk usaha perusahaan mitra.

5. Kemitraan waralaba, merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra

usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan lisensi, merek dagang, dan

saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima

waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen.

2.8 Tahap-tahap Kemitraan usaha

Mewujudkan kemitraan usaha diperlukan tahapan-tahapan agar pelaksanaannya

 berjalan lancar. Tahap-tahap kemitraan usaha melibatkan berbagai pihak, mulai dari
17

 petani, perusahaan mitra, lembaga keuangan, dan instansi terkait atau pembina

(Angsriawan, 2002: 3).

Tahap-tahap kemitraan usaha yaitu :

1. Tahap persiapan, merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

organisasi petani, pola kemitraan, calon perusahaan atau lembaga mitra, serta tata cara

 pelaksanaan mitra.

2. Tahap sosialisasi, merupakan tahap pemahaman tentang cara kemitraan serta saran

dan tanggapan untuk penyempurnaan.

3. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-

masing pihak yang bermitra dan evaluasi keragaan usaha kemitraan.

2.9 Kelebihan dan Kelemahan Kemitraan

Strategi kemitraan pada dasarnya memeiliki beberapa keuntungan yaitu :

1. Sinergi terjadi berbagai penggabungan kekuatan-kekuatan dimasing masing

 perusahaan,

2. Mempercepat sistem operasi,

3. Resiko yang ditanggung secara bersama,

4. Transfer teknologi di antara perusahaan,

5. Memasuki pasar perusahaan lain tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk

 bersaing,

6. Memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi yang baru,

7. Memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru karena adanya akses

 pasar yang semakin luas.

Kelemahan dalam strategi kemitraan pada umumnya terjadi karena kesalahan manajemen.

Adapun kelemahan dan kesulitan dalam kemitraan sering terjadi apabila perusahaan yang
18

 bersangkutan tidak memiliki perjanjian yang tegas dalam kerjasama ini, maka plasma

akan mempergunakan apa yang akan dimiliki oleh perusahaan inti dengan seenaknya

(Baga, dalam Gutama, 2000:9).

2.10 Alasan terjadinya Kemitraan Usaha

Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam

kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra

harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika

tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil

atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak

terpenuhi, maka beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut:

a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra

 b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar 

c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru

d. Meningkatkan pengembangan produk 

e. Memperbaiki proses produksi

f. Memperbaiki kualitas

g. Meningkatkan akses terhadap teknologi

2.11 Contoh Kemitraan Usaha ( Bisnis Cetroo Coffee

Pada saat ini sebenarnya dapat dikatakan merupakan peluang bisnis yang

sangat prospektif dan menjanjikan, terlebih jika melihat bahwa produk yang dijual

merupakan salah satu jenis kuliner atau minuman yang mungkin dapat dikatakan di

konsumsi oleh hampir setiap orang. Ya, tentunya siapa yang tidak kenal dengan jenis

minuman seperti kopi, yang akan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di Indonesia
20

sudah harus menemukan lokasi yang strategis, memiliki modal yang cukup dan memadai,

memiliki komitmen yang kuat, hingga memiliki karyawan/ sumberdaya manusia

 berkualitas.

Dari kasus diatas, bisnis Cetroo Coffe  melakukan kemitraan yang saling

melengkapi dengan  franchise, karena usaha minuman dan makanan disatukan dalam

sebuah kemitraan, sehingga kerjasama yang dilakukan saling memperkuat dengan

kelebihan yang saling dimilki setiap usaha. Dengan terjalinnya kemitraan tersebut dengan

kerjasama yang saling melengkapi maka dapat saling memberi keuntungan bagi setiap

usaha.
21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan

usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara

efektif dikembangkan melalui kemitraan. Dengan memahami berbagai aspek

kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat

kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan

 posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling

membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar

mitra usahanya.

3.1.2 Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 (Bab I Pasal 1),

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah

dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha

Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

3.1.3 Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling mengun-tungkan

antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra)

disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga

saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan

dan kesalahan, penulis berharap kritik dan saran dari segala pihak agar kami bisa

mengetahui dimana kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan.

Anda mungkin juga menyukai