“Kemitraan Koperasi”
Disusun Oleh:
Kelompok 3 (tiga)/R4E
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Kemitraan Koperasi”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Kerakyatan
Koperasi dan UMKM, dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang Kemitraan Koperasi.
Kami meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi dan Manfaat Kemitraan 3
B. Karakteristik Kerjasama Koperasi 8
C. Peranan Pelaku Kemitraan Usaha 10
D. Contoh Bentuk Kemitraan Koperasi di Indonesia 12
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan demikian, kemitraan usaha pada hakekatnya adalah perpaduan
berbagai kompetensi yang dimiliki oleh pengusaha besar, menengah, dan KUMK.
Dalam kemitraan tersebut, pengusaha besar dan menengah diharapkan berperan
sebagai pemrakarsa sedangkan KUMK sebagai mitra usaha. Pengusaha besar dan
menengah dapat memperbaiki inefesiensi usaha yang timbul karena spesialisasi,
sedangkan KUMK diharapkan dapat memetik keuntungan karena percepatan
pengembangan usaha melalui jangkauan yang lebih luas terhadap peluang-peluang
bisnis dan kompetensi pengusaha besar. Itulah sebabnya kemitraan yang sedang
digalakkan harus berpedoman pada prinsip saling memerlukan, memperkuat dan
menguntungkan. Namun demikian, untuk mewujudkan cita-cita dan implementasi
kemitraan tersebut bukan berarti tanpa kendala dan rintangan. Hambatan tersebut bisa
saja berasal dari sebelum kondusifnya iklim berusaha, kesadaran yang masih rendah
oleh kedua belah pihak (usaha besar maupun usaha kecil) atau juga karena
terdapatnya kelemahan usaha kecil di bidang SDM, modal, teknologi, informasi
maupun organisasi dan manajemen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan?
2. Apa saja manfaat dari kemitraan?
3. Bagaimana karakteristik kerjasama koperasi?
4. Apa peranan pelaku kemitraan usaha?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang “Kemitraan
Koperasi”. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kemitraaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2023) : Arti kata mitra adalah
teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya : perihal hubungan
atau jalinan kerjasama sebagai mitra. (Irawan, 2018) mengemukakan pengertian
kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis
maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara
yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
3
Lebih lanjut, (Sutrisno, 2001) dalam (Syaparuddin, 2020) menjelaskan
bahwa kemitraan dapat diartikan sebagai upaya melibatkan berbagai komponen
baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan atau non-pemerintahan
untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.
2. Prinsip-prinsip Kemitraan
Menurut Pertamina Foundation (2015) dalam (Irawan, 2018) , untuk
membangun jaringan kemitraan diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus
disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:
a. Kesamaan Visi-Misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta
tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan tersebut.
b. Kepercayaan (trust)
Setelah adanya kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak
kalah penting adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra.
Kepercayaan adalah modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis
dan mutualis. Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus
dilandasi oleh itikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
a. Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
ataupun merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu
keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling
memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa
diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.
b. Efisiensi dan Efektifitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru
sebaliknya malah dapat meningkatkan kualitas proses dan produk yang
dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses
kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai
kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang siapa melakukan
apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan akan menjadi lebih efektif.
c. Komunikasi Dialogis
4
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling
menghargai. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam membangun
kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak yang satu
terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak hubungan
yang sudah dibangun.
d. Komitmen yang Kuat
Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu
sama lain terhadap kesepakatan yang dibuat bersama.
3. Pola-pola Kemitraan
Dalam rangka merealisasikan kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan
usaha, maka diselenggarakan melalui pola kemitraan berdasarkan Undang-undang
No.20 Tahun 2008 Pasal 26 jo Perarturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Pasal 11
kemitraan dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pola Inti Plasma, Usaha Besar/ Menengah sebagai inti dan UMK sebagai
plasma,
b. Pola Subkontrak, Usaha Besar/ Menengah sebagai kontaktor dan UMK
sebagai subkontraktor Fanlia Prima Jaya 19
c. Waralaba, Usaha Besar/ Menengah sebagai pemberi waralaba dan UMK
sebagai penerima waralaba.
d. Perdagangan Umum, Usaha Besar/ Menengah sebagai penerima barang dan
UMK sebagai pemasok/ produsen.
e. Distribusi & keagenan, Usaha Besar/ Menengah memberi hak khusus
memasarkan barang dan jasa kepada UMK
f. Bagi Hasil, UMK sebagai pelaksana yang menjalankan usaha yang dibiayai
usaha Besar/ Menengah
g. Kerjasama Operasional Antara UMK dan Usaha Besar/ menengah
menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai pekerjaan selesai
h. Join Venture UMK dan Usaha Besar menengah asing menjalankan pola
usahapatungan, melakukan aktivitas ekonomi dengan membentuk badan
usaha baru.
i. Outsoourching usaha besar/ menengah meng – outsourcing kan pekerjaan
(bukan utama) kepada UMK.
4. Manfaat Kemitraan
Menurut (Jaya, 2022) manfaat Kemitraan Secara konsepsional, ada 7
manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan pola kemitraan, yakni:
a. Tercapainya produktivitas tinggi.
Bagi Usaha Besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua
cara :
1) Tingkat produksi (output) dicapai dengan mengurangi input.
2) Peningkatan output dengan menggunakan sumberdaya yang tetap, baik
jumlah maupun kualitasnya.
5
Bagi UKM, misalnya petani individu, peningkatan produktivitas dapat
dicapai secara simultan, yaitu dengan cara menambah input dalam jumlah
tertentu (bibit unggul, obatobatan, pupuk, dan lainlain), sedangkan outputnya
meningkat berkali lipat. Dalam bentuk kelompok UKM (misalnya kelompok
tani), dapat meningkatkan produktivitasnya dengan cara mengurangi input,
terutama yang dimanfaatkan secara bersama, misalnya traktor, pemeliharaan
irigasi, pembelian sarana produksi, penjualan produk, dan lain-lain.
b. Tercapainya efisiensi.
Efisiensi dan produktivitas laiknya mata-uang dengan sisi yang berbeda,
tetapi keduanya dapat ditingkatkan dengan meminimalkan penggunaan input.
Beberapa literatur menyatakan, bahwa efisiensi sudah dikaitkan dengan nilai
(misalnya berbentuk rupiah), sedangkan produktivitas semata-mata bersifat
fisik (misalnya: ton, meter). Dalam hal efisiensi, input tersebut dapat
berbentuk waktu dan tenaga kerja. Dalam kemitraan, UB (atau UM) dapat
menghemat tenaga kerja internalnya, dan digantikan oleh UKM. Sebaliknya,
bagi UKM, dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana
produksi yang dimiliki UB (atau UM).
d. Pengendalian risiko.
Sebagai konsekuensi logis dari kegiatan usaha. Dengan kemitraan, risiko
usaha dapat ditanggulangi secara bersama (risk-sharing), secara proporsional.
Bagi Fanlia Prima Jaya 21 UKM, risk-sharing terlaksana apabila memperoleh
mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi,
sehingga risiko kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga dapat
dihindarkan. Risiko yang ditanggung bersama ini mengandung makna lebih
6
dalam, yaitu senasibsepenanggungan. Eksistensi perusahaan yang bermitra
menjadi besar, sehingga risiko usaha menjadi lebih ringan.
e. Manfaat sosial.
Dengan kemitraan usaha, bukan hanya memberikan dampak positif dengan
saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak sosial (social
benefit) yang cukup tinggi. Ini berarti negara terhindar dari kecemburuan
sosial, yang dapat berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan
pendapatan yang terlalu mencolok. Demikian pula, kemitraan yang
berlangsung dengan baik akan menciptakan persaudaraan antar-pelaku
ekonomi yang berbeda status. Model bapak-anak angkat untuk sebagian besar
mengacu pada manfaat sosial semacam ini.
7
memberikan manfaat bagi kelangsungan usaha karena melalui sistem ekonomi
terbuka sekarang ini daya tarik pasar akan selalu mendorong munculnya
pendatang baru, terutama usaha berskala besar yang dapat memberikan
ancaman bagi usaha berskala kecil dan menengah. Ancaman yang dimaksud
adalah usaha besar umumnya dapat memenangkan persaingan dengan teknik-
teknik bersaing, ilmu pengetahuan dan tekonologi yang modern dan
sebagainya. Tanpa kerjasama atau kemitraan cepat atau lambat banyak usaha
kecil akan terkalahkan oleh usaha besar. Kemitraan berjalan
berkesinambungan jika pihak-pihak yang bermitra semua memperoleh
manfaat. Banyak kasus menyatakan kemitraan sering tidak dimanfaatkan
sebaikbaiknya oleh pelaku mitra, hal ini disebabkan oleh kesalahan untuk
menilai apa yang sesungguhnya yang dibutuhkan, penilaian yang diberikan
secara sepihak oleh pelaku usaha sehingga telah menghasilkan suatu hubungan
kemitraan yang tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang dianggap
membutuhkannya. Manfaat yang diterima oleh pelaku usaha berkaitan erat
dengan peran sertanya dalam kegiatan tersebut.
8
Aspek lain yang menjadi ciri kerjasama antar koperasi adalah terwujudnya
prinsip kerjasama antar koperasi dan oleh karenanya kerjasama merupakan hasil dari
pengelolaan identitas koperasi yang dibedakan. Dari perspektif lain, kerjasama
menyiratkan bahwa identitas kerjasama dibangun dari perbedaan sehingga hasilnya
adalah penegasan kembali identitas koperasi dan berbagi tindakan bisnis nyata dan
terintegrasi dengan koperasi lainnya.
Kerjasama koperasi tidak dapat berkembang jika tidak ada kegiatan di dalam
koperasi yang berhasil menyalurkan aksi bersama dengan koperasi lain, tuntutan,
harapan dan keinginan para anggota dalam bidang kualitas hidup mereka, kepentingan
kelompok sebagai keinginan transformative. Koperasi bisa memilih dan tau
mengembangkan bentuk kerjasama dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Jaringan Kerjasama
Upaya kerjasama tidak hanya dilakukan antara koperasi primer, tetapi juga
terjadi antar koperasi sekunder dalam kerangka menyusun suatu jaringan.
Pendekatan in merupakan upaya mengintegrasikan koperasi untuk memperkuat
keberadaan koperasi, memberikan perlindungan usaha, promosi dan konsolidasi
gerakan koperasi sebagai kesatuan kekuatan dari mereka sendiri dalam
menciptakan spesifisitas atau kekhasan yang membedakan koperasi dari
organisasi lain di pasar.
2. Kelompok Swadaya
Kelompok swadaya merupakan kelompok individu yang mewujudkan tujuannya
melalui suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Melalui kelompok
swadaya ini, diharapkan menghasilkan kemampuan untuk menyusun kekuatan
sendiri secara bersama supaya kehidupan koperasi baik sendiri maupun sektoral
berkualitas dan tidak tergantung kepada pihak lain.
3. Badan Usaha Permanen
Koperasi harus memiliki visi yang kuat untuk menjadi badan usaha yang
permanen. Koperasi dapat bekerjasama dalam membangun kegitannya dengan
mendirikan atau membentuk badan usaha permanen dan memiliki legalitas.
4. Pusat Pelayanan Anggota dan Masyarakat
Jaringan kerjasama yang dibangun harus mampu menghadirkan koperasi yang
selalu melayani kebutuhan dan kepentingan anggota dan mayarakat sehingga
benar-benar menjadi kekuatan nyata dalam tata perekonomian nasional. Pusat-
pusat layanan in bisa terbentuk dengan bekerjsama dengan pihak lain, misalnya
layanan jasa pembayaran tagihan, pusat layanan kesehatan bekerjsama dengan
Palang Merah Indonesia (PM), pusat informasi pendidikan yang bekerjsama
dengan lembaga-lembaga pendidikan dan sebagainya.
5. Melahirkan Para Wirakoperasi Profesional
Koperasi dituntut untuk mendidik dan menyiapkan para wirakoperasi yang
profesional untuk mengelola berbagai jenis bisnis koperasi. Dalam upaya
melahirkan wirakoperasi, koperasi dapat melaksanakan kerjasama dengan
berbagai pihak, misalnya lembaga pendidikan tinggi, penggiat koperasi dan
9
UMKM, pendidikan dan pelatihan koperasi dan sebagainya. Melahirkan
wirausaha koperasi tentunya membutuhkan keteladanan dari para pendahulunya,
misalnya pengurus ataupun bukti-bukti kinerja yang dicapai oleh koperasi.
(Irawan, 2018) berpendapat bahwa, dalam konsep kemitraan semua pihak harus
menjadi stakeholders dan berada dalam derajat subyek-subyek bukan subyek-obyek,
sehingga pola yang dijalankan harus dilandasi dengan prinsip-prinsip partisipatif dan
kolaboratif yang melibatkan seluruh stakeholders dalam kemitraan yang dijalankan.
Kemitraan sekarang ini sudah menjadi perhatian semua pihak, karena kemitraan
merupakan salah satu aspek dalam pertumbuhan iklim usaha untuk pengembangan
KUMK melalui “pemberdayaan” dalam rangka memperoleh peningkatan pendapatan
dan kemampuan usaha serta peningkatan daya saing dari usaha kecil dan menengah
atau usaha besar. Pemberdayaan tersebut disertai perbaikan dan pengembangan oleh
usaha menengah dan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dengan demikian kemitraan
merupakan suatu tindakan dan hubungan bisnis untuk membesarkan KUMK secara
rasional.
Sesuai dengan pendapat Porter (1980), jika suatu usaha ingin mencapai tujuan
intern maka usaha tersebut akan bergantung pada mitra usahanya (Halik, Rifin, &
Jahroh, 2020). Dengan adanya mitra usaha dapat meningkatkan penyebaran informasi,
transaksi yang efisien, proses teknologi dan inovasi, penghematan biaya,
memperpendek waktu pengembangan produk, manajemen logistik dan program
pemasaran lainnya seperti dapat melakukan promosi bersama.
Mohammad Jafar Hafsah (2003) dalam (Gayatri & Nurranto, 2019) membagi
masing-masing peranan dalam bermitra yang dilihat dari:
10
g. Promosi hasil produksi untuk mendapatkan pasar yang baik.
h. Pengembangan teknologi yang mendukung pengembangan usaha dan
keberhasilan kemitraan.
3. Peranan Pembina
Pembina tidak selalu dari pemerintah, namun bisa berasal dari non
pemerintah maupun lembaga lain. Peran pembinaan yaitu menciptakan iklim yang
kondusif dalam mewujudkan kemitraan usaha serta dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang bermitra dengan cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan pembinaan kemampuan kewirausahaan dan manajemen
pengusaha kecil atau koperasi.
b. Membantu penyediaan fasilitas permodalan dengan skim-skim Kredit lunak
dengan prosedur yang sederhana schingga mampu diserap dan dimanfaatkan
oleh pengusaha kecil.
c. Mengadakan penelitian, pengembangan dan penyuluhan teknologi baru yang
dibutuhkan oleh dunia usaha khususnya usaha yang dikembangkan dengan
kemitraan usaha.
d. Melakukan koordinasi dalam pembinaan pengembangan usaha, pelayanan,
penyediaan informasi bisnis, promosi peluang pasar dan peluang usaha yang
akurat dan aktual pada setiap wilayah.
e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik SDM aparat maupun
pengusaha kecil melalui pendidikan, pelatihan, inkubator, magang, studi
banding, dan sebagainya.
f. Bertindak sebagai arbitrase dalam pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
kemitraan usaha di lapangan agar berjalan sebagaimana yang diharapkan.
(Gayatri & Nurranto, 2019) Berikut adalah contoh-contoh beberapa bentuk kemitraan
yang dilaksanakan oleh koperasi maupun UMKM Indonesia.
11
a. Kerja sama Organisasi Koperasi Antar Negara
Koperasi Indonesia melalui Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) pernah
melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan (Perkoperasian) dengan
Angkatan Koperasi Kebangsaan Malaysia Berhad (Angkasa). Kemitraan
Koperasi Indonesia dengan Koperasi Malaysia pada April 2010 dalam bidang
perdagangan.
c. Kerja sama PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dengan Koperasi dan UMKM
melalui program Toko Milik Rakyat (TOMIRA).
PT Sumber Alfaria Trijaya TB merupakan perusahaan pengelola Alfamart
melakukan kemitraan dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan beberapa koperasi dan UMKM.
12
sekitar Kintamani, Singaraja atau yang lain namun belum bisa menyerap
semua bahan baku yang dimiliki petani. Biasanya pengepul lokal membatasi
pembelian ke petani. Pembatasan tersebut menyebabkan petani harus mencari
pasar lagi agar dapat terserap semua. Hal tersebut dapat menyebabkan harga
kopi dipermainkan oleh pengepul. Penjualan ke pengepul lokal cukup sulit,
harga yang ditawarkan sangat rendah kurang lebih sebesar Rp5000/kg.
Minimnya pasar lokal dan harga kopi yang rendah karena ketidak sanggupan
pengepul lokal dalam menyerap kopi petani dengan kapasitas besar membuat
petani kopi rakyat Kintamani membutuhkan pasar yang dapat menyerap
semua produksi kopi dengan harga yang layak.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah
dan atau dengan usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan (Rudiyanto, 2014). Dalam kemitraan
tersebut, pengusaha besar dan menengah diharapkan berperan sebagai pemrakarsa
sedangkan KUMK sebagai mitra usaha. Pengusaha besar dan menengah dapat
memperbaiki inefesiensi usaha yang timbul karena spesialisasi, sedangkan KUMK
diharapkan dapat memetik keuntungan karena percepatan pengembangan usaha
melalui jangkauan yang lebih luas terhadap peluang-peluang bisnis dan kompetensi
pengusaha besar.
Kerjasama koperasi tidak dapat berkembang jika tidak ada kegiatan di dalam
koperasi yang berhasil menyalurkan aksi bersama dengan koperasi lain, tuntutan,
harapan dan keinginan para anggota dalam bidang kualitas hidup mereka, kepentingan
kelompok sebagai keinginan transformative. Untuk membangun jaringan kemitraan
diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus disepakati bersama agar terjalin kuat dan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah:
a. Kesamaan Visi-Misi
b. Kepercayaan (trust)
c. Saling Menguntungkan
d. Efisiensi dan Efektifitas
e. Komunikasi Dialogis
f. Komitmen yang Kuat
B. Saran
Diharapkan dalam konsep kemitraan semua pihak dapat menjadi stakeholders dan
berada dalam derajat subyek-subyek bukan subyek-obyek, sehingga pola yang
dijalankan dapat dilandasi dengan prinsip-prinsip partisipatif dan kolaboratif yang
melibatkan seluruh stakeholders dalam kemitraan yang dijalankan
14
DAFTAR PUSTAKA
Cahyanto, G., Wibowo, A., & Permatasari, P. (2021). Kemitraan antara Petani Kopi Rakyat
dengan Perusahaan (Studi Kasus Kintamani). Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 173-
190.
Gayatri, A., & Nurranto, H. (2019). Ekonomi Kerakyatan: Koperasi dan UMKM. Jakarta:
Unindra Press.
Halik, R. A., Rifin, A., & Jahroh, S. (2020). Pengaruh Kemitraan Terhadap Kinerja Usaha
Mikro dan Kecil Tahu di Indonesia. Journal Agribisnis Indonesia, 164-174.
Irawan, D. (2018). Pengembangan Kemitraan Koperasi, Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Dengan Usaha. Institut Manajemen Koperasi Indonesia, 53-66.
15
LAMPIRAN 1 : Pertanyaan dan Jawaban Pada Sesi Diskusi
16
Jawaban:
Karena, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi,
produktivitas. peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi,
mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan
meningkatkan daya saing.
5. Apa keuntungan pola kemitraan bagi usaha kecil dan menengah dalam suatu
usaha?
Oleh Zahra Zahira Sri Puspita (Kelompok 2)
Jawaban :
a. Meningkatkan produktivitas dan kreatifitas
b. Efisiensi
c. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
d. Menurunkan resiko kerugian
e. Memberikan social benefit yang cukup tinggi
f. Meningkatkan ketahanan perekonomian daerah
7. Salah satu pola kemitraan terdapat pola kemitraan subkontrak. Pertanyaan saya,
apa peran usaha besar terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pola
kemitraan subkontrak ini?
Oleh Isni Rahmawati (Kelompok 4)
Jawaban:
Dalam pola Kemitraan subkontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b dan/ atau memproduksi barang dan/atau jasa, Usaha Besar
memberikan dukungan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di daerah
berupa:
a. kesempatan dan kemudahan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/
atau komponennya;
b. kesempatan dan kemudahan memperoleh bahan baku yang diproduksi
secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar;
c. bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan /atau manajemen;
d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;
e. pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan
salah satu pihak; dan / atau upaya untuk tidak melakukan pemutusan
hubungan sepihak.
17
LAMPIRAN 2 : Dokumentasi
18