Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Kemitraan Koperasi”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Ekonomi Kerakyatan Koperasi dan UMKM”

Disusun Oleh:

Kelompok 3 (tiga)/R4E

1. Rena Wati Putri (202014500441)


2. Nur Annisa Puspita Sari (202014500442)
3. Virni Hendri Yani (202014500499)
4. Puttri Anjar Sari (202014500518)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
@2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Kemitraan Koperasi”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Kerakyatan
Koperasi dan UMKM, dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang Kemitraan Koperasi.

Kami meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.

Jakarta, 24 September 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi dan Manfaat Kemitraan 3
B. Karakteristik Kerjasama Koperasi 8
C. Peranan Pelaku Kemitraan Usaha 10
D. Contoh Bentuk Kemitraan Koperasi di Indonesia 12

BAB III PENUTUP 14


A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang perlu dilakukan untuk


pengembangan sebuah usaha agar mampu berdaya saing global. Kemitraan memiliki
tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi kuat dan
berkembang melalui dukungan modal serta pelatihan sumber daya yang profesional
dan terampil agar dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan kelanjutan sebuah
usaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa
perusahaan kecil dan perusahaan besar yang telah menjalin kerjasama (kemitraan)
masih sekitar 20 persen dari total usaha yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu,
kementerian Koperasi dan UMKM berupaya mendorong kemitraan antara usaha kecil
dan usaha besar karena kemitraan diyakini akan meningkatkan kontribusi UMKM
sebagai tulang punggung perekonomian nasional. (Halik, Rifin, & Jahroh, 2020)

Secara sederhana kemitraan diartikan sebagai kerjasama pihak yang


mempunyai modal dengan pihak yang mempunyai keahlian atau peluang usaha
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Esensi kemitraan jika ditinjau dari sudut pandang tujuan
perlindungan usaha adalah agar kesempatan usaha yang ada dapat dimanfaatkan pula
oleh yang tidak mempunyai modal tetapi punya keahlian untuk memupuk jiwa
wirausaha, bersama-sama dengan pengusaha yang telah diakui keberadaannya. Hal ini
sejalan dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI yang ditargetkan untuk
menambah jumlah kemitraan usaha besar-kecil, sesuai mandat Undang-Undang No.
20 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2013 (Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
(Irawan, 2018)

Di Indonesia, perkembangan kemitraan usaha telah tumbuh terutama


sejak pertengahan tahun 70-an. Namun demikian perkembangannya terkesan
sangat lambat. Penyebabnya adalah adanya faktor kondisi dan struktur yang
spesifik dan berbeda dibandingkan dengan negara lain. Misalnya, kondisi dan
struktur perekonomian kita masih diwarnai oleh mekanisme pasar yang belum
efisien dan efektif. Seiring dengan itu, kita masih menjumpai berbagai bentuk
kesenjangan, seperti kesenjangan antar daerah, antarkelompok pendapatan,
antar sektor, antar pelaku ekonomi, dan sebagainya. Persoalan selanjutnya ialah
bahwa di satu sisi, kita memang membutuhkan kemitraan usaha, tetapi disisi
lain kondisi dan struktur ekonomi kita belum sepenuhnya kondusif untuk
menumbuhkan kemitraan berdasarkan pertimbangan bisni murni atau dorongan
pasar yang bersaing sehat. (Irawan, 2018)

1
Dengan demikian, kemitraan usaha pada hakekatnya adalah perpaduan
berbagai kompetensi yang dimiliki oleh pengusaha besar, menengah, dan KUMK.
Dalam kemitraan tersebut, pengusaha besar dan menengah diharapkan berperan
sebagai pemrakarsa sedangkan KUMK sebagai mitra usaha. Pengusaha besar dan
menengah dapat memperbaiki inefesiensi usaha yang timbul karena spesialisasi,
sedangkan KUMK diharapkan dapat memetik keuntungan karena percepatan
pengembangan usaha melalui jangkauan yang lebih luas terhadap peluang-peluang
bisnis dan kompetensi pengusaha besar. Itulah sebabnya kemitraan yang sedang
digalakkan harus berpedoman pada prinsip saling memerlukan, memperkuat dan
menguntungkan. Namun demikian, untuk mewujudkan cita-cita dan implementasi
kemitraan tersebut bukan berarti tanpa kendala dan rintangan. Hambatan tersebut bisa
saja berasal dari sebelum kondusifnya iklim berusaha, kesadaran yang masih rendah
oleh kedua belah pihak (usaha besar maupun usaha kecil) atau juga karena
terdapatnya kelemahan usaha kecil di bidang SDM, modal, teknologi, informasi
maupun organisasi dan manajemen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahannya antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan?
2. Apa saja manfaat dari kemitraan?
3. Bagaimana karakteristik kerjasama koperasi?
4. Apa peranan pelaku kemitraan usaha?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang “Kemitraan
Koperasi”. Di samping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu untuk mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Manfaat Kemitraan

1. Pengertian Kemitraaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2023) : Arti kata mitra adalah
teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya : perihal hubungan
atau jalinan kerjasama sebagai mitra. (Irawan, 2018) mengemukakan pengertian
kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis
maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara
yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Rachbini dalam (Jaya, 2022) menyatakan kemitraan adalah salah satu


strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Kemitraan usaha antara pelaku ekonomi, yaitu antara
usaha besar dan menengah dengan usaha kecil/koperasi akan mewujudkan
demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. Karena
usaha kecil dan koperasi merupakan bagian terbesar dari pelaku perekonomian
nasional. Sementara itu, Linton dalam (Jaya, 2022) menyatakan kemitraan adalah
sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama
lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. kemitraan merupakan suatu sikap
menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu
kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.

Pada hakekatnya kemitraan usaha tersebut sesuai dengan jiwa dan


semangat demokrasi ekonomi yang diamanatkan konstitusi. Secara jelas UUD
NRI Tahun 1945 pasal 33 ayat yang pertama menyebutkan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Kemudian dalam
penjelasannya ditegaskan bahwa dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi
ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang
diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Oleh sebab itu, perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Menurut undang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 13 yang dimaksud dengan kemitraan adalah
Kerjasama dalam keterkaitan Usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas
dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan
yang melibatkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan menengah dengan usaha besar.

3
Lebih lanjut, (Sutrisno, 2001) dalam (Syaparuddin, 2020) menjelaskan
bahwa kemitraan dapat diartikan sebagai upaya melibatkan berbagai komponen
baik sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan atau non-pemerintahan
untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha


antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar dengan
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. (Rudiyanto, 2014)

2. Prinsip-prinsip Kemitraan
Menurut Pertamina Foundation (2015) dalam (Irawan, 2018) , untuk
membangun jaringan kemitraan diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus
disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:

a. Kesamaan Visi-Misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta
tujuan organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemitraan tersebut.
b. Kepercayaan (trust)
Setelah adanya kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak
kalah penting adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra.
Kepercayaan adalah modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis
dan mutualis. Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus
dilandasi oleh itikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
a. Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan
ataupun merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu
keharmonisan dalam bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling
memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus saling merasa
diuntungkan dengan adanya jalinan kemitraan.
b. Efisiensi dan Efektifitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru
sebaliknya malah dapat meningkatkan kualitas proses dan produk yang
dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses
kerja kita melibatkan mitra kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai
kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra tentang siapa melakukan
apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan akan menjadi lebih efektif.
c. Komunikasi Dialogis

4
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling
menghargai. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam membangun
kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak yang satu
terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak hubungan
yang sudah dibangun.
d. Komitmen yang Kuat
Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu
sama lain terhadap kesepakatan yang dibuat bersama.

3. Pola-pola Kemitraan
Dalam rangka merealisasikan kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan
usaha, maka diselenggarakan melalui pola kemitraan berdasarkan Undang-undang
No.20 Tahun 2008 Pasal 26 jo Perarturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 Pasal 11
kemitraan dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pola Inti Plasma, Usaha Besar/ Menengah sebagai inti dan UMK sebagai
plasma,
b. Pola Subkontrak, Usaha Besar/ Menengah sebagai kontaktor dan UMK
sebagai subkontraktor Fanlia Prima Jaya 19
c. Waralaba, Usaha Besar/ Menengah sebagai pemberi waralaba dan UMK
sebagai penerima waralaba.
d. Perdagangan Umum, Usaha Besar/ Menengah sebagai penerima barang dan
UMK sebagai pemasok/ produsen.
e. Distribusi & keagenan, Usaha Besar/ Menengah memberi hak khusus
memasarkan barang dan jasa kepada UMK
f. Bagi Hasil, UMK sebagai pelaksana yang menjalankan usaha yang dibiayai
usaha Besar/ Menengah
g. Kerjasama Operasional Antara UMK dan Usaha Besar/ menengah
menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai pekerjaan selesai
h. Join Venture UMK dan Usaha Besar menengah asing menjalankan pola
usahapatungan, melakukan aktivitas ekonomi dengan membentuk badan
usaha baru.
i. Outsoourching usaha besar/ menengah meng – outsourcing kan pekerjaan
(bukan utama) kepada UMK.

4. Manfaat Kemitraan
Menurut (Jaya, 2022) manfaat Kemitraan Secara konsepsional, ada 7
manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan pola kemitraan, yakni:
a. Tercapainya produktivitas tinggi.
Bagi Usaha Besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua
cara :
1) Tingkat produksi (output) dicapai dengan mengurangi input.
2) Peningkatan output dengan menggunakan sumberdaya yang tetap, baik
jumlah maupun kualitasnya.

5
Bagi UKM, misalnya petani individu, peningkatan produktivitas dapat
dicapai secara simultan, yaitu dengan cara menambah input dalam jumlah
tertentu (bibit unggul, obatobatan, pupuk, dan lainlain), sedangkan outputnya
meningkat berkali lipat. Dalam bentuk kelompok UKM (misalnya kelompok
tani), dapat meningkatkan produktivitasnya dengan cara mengurangi input,
terutama yang dimanfaatkan secara bersama, misalnya traktor, pemeliharaan
irigasi, pembelian sarana produksi, penjualan produk, dan lain-lain.

b. Tercapainya efisiensi.
Efisiensi dan produktivitas laiknya mata-uang dengan sisi yang berbeda,
tetapi keduanya dapat ditingkatkan dengan meminimalkan penggunaan input.
Beberapa literatur menyatakan, bahwa efisiensi sudah dikaitkan dengan nilai
(misalnya berbentuk rupiah), sedangkan produktivitas semata-mata bersifat
fisik (misalnya: ton, meter). Dalam hal efisiensi, input tersebut dapat
berbentuk waktu dan tenaga kerja. Dalam kemitraan, UB (atau UM) dapat
menghemat tenaga kerja internalnya, dan digantikan oleh UKM. Sebaliknya,
bagi UKM, dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana
produksi yang dimiliki UB (atau UM).

c. Jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas.


Produk akhir dari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat-tidaknya diterima
pasar, yang indikatornya adalah kesesuaian dengan kontinuitas, kuantitas, dan
kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Dalam era pasar bebas, standar
kualitas sangat bervariasi tergantung sifat pasar masing-masing kawasan.
Beberapa kawasan/organisasi menerapkan standar kualitas tidak hanya pada
produknya, tapi juga proses produksinya. Pada kegiatan kemitraan di mana
proses produksi tidak dikuasai oleh satu pihak, maka perlu ditetapkan suatu
standar kualitas yang disepakati, sehingga dicapai jaminan mutu yang
kontinu. Atau, karena tuntutan keterjaminan kualitas mulai dari hulu hingga
hilir, maka satu-satunya alternatif adalah terjalinnya kemitraan industri hulu
dengan industri hilir. Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sangat terkait
dengan efisiensi dan produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan
pasar, hingga menjamin keuntungan pihak yang bermitra. Karena itu, perlu
manajemen yang mantap, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemantauan dan evaluasinya.

d. Pengendalian risiko.
Sebagai konsekuensi logis dari kegiatan usaha. Dengan kemitraan, risiko
usaha dapat ditanggulangi secara bersama (risk-sharing), secara proporsional.
Bagi Fanlia Prima Jaya 21 UKM, risk-sharing terlaksana apabila memperoleh
mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi,
sehingga risiko kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga dapat
dihindarkan. Risiko yang ditanggung bersama ini mengandung makna lebih

6
dalam, yaitu senasibsepenanggungan. Eksistensi perusahaan yang bermitra
menjadi besar, sehingga risiko usaha menjadi lebih ringan.

e. Manfaat sosial.
Dengan kemitraan usaha, bukan hanya memberikan dampak positif dengan
saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak sosial (social
benefit) yang cukup tinggi. Ini berarti negara terhindar dari kecemburuan
sosial, yang dapat berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan
pendapatan yang terlalu mencolok. Demikian pula, kemitraan yang
berlangsung dengan baik akan menciptakan persaudaraan antar-pelaku
ekonomi yang berbeda status. Model bapak-anak angkat untuk sebagian besar
mengacu pada manfaat sosial semacam ini.

f. Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan.


Melalui peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan, sekaligus
pemerataan yang lebih baik, maka akan mengurangi kesenjangan ekonomi
antar-pelaku ekonomi yang terlibat dalam kemitraan, serta mampu
meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

g. Mendukung Keberlangsungan Program.


Keberlangsungan program dari suatu perencanaan lebih kuat sebagai bagian
dari adanya dukungan suatu kemitraan yang saling memperkuat, saling
menguntungkan, dan saling memerlukan.

5. Indikator Kemitraan Koperasi

Berdasarkan uraian Menurut Muhammad jafar Hafsah, 2000:10, dalam


(Jaya, 2022) tentang kemitraan yaitu suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak (accessibility) atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama (utlity value) dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan (synergy) dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Kemampuan Mengakses (Accessibility)


Umumnya usaha mikro dan usaha kecil termasuk koperasi yang jumlahnya
sangat besar yang bekerja pada pasar yang sangat kompetitif, Fanlia Prima
Jaya 22 masih lemah dalam mengakses terhadap permodalan, pemasaran,
pengelola, dan teknologi serta informasi. Aksesibilitas adalah derajat
kemudahan dicapai oleh orang atau organisasi, terhadap suatu objek,
pelayanan ataupun lingkungan.

b. Adanya Nilai Manfaat (Utility Value)


Kemitraan sangat tergantung pada komitmen dan prinsip saling
menguntungkan. Kemitraan yang dilakukan oleh pelaku mitra dapat

7
memberikan manfaat bagi kelangsungan usaha karena melalui sistem ekonomi
terbuka sekarang ini daya tarik pasar akan selalu mendorong munculnya
pendatang baru, terutama usaha berskala besar yang dapat memberikan
ancaman bagi usaha berskala kecil dan menengah. Ancaman yang dimaksud
adalah usaha besar umumnya dapat memenangkan persaingan dengan teknik-
teknik bersaing, ilmu pengetahuan dan tekonologi yang modern dan
sebagainya. Tanpa kerjasama atau kemitraan cepat atau lambat banyak usaha
kecil akan terkalahkan oleh usaha besar. Kemitraan berjalan
berkesinambungan jika pihak-pihak yang bermitra semua memperoleh
manfaat. Banyak kasus menyatakan kemitraan sering tidak dimanfaatkan
sebaikbaiknya oleh pelaku mitra, hal ini disebabkan oleh kesalahan untuk
menilai apa yang sesungguhnya yang dibutuhkan, penilaian yang diberikan
secara sepihak oleh pelaku usaha sehingga telah menghasilkan suatu hubungan
kemitraan yang tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang dianggap
membutuhkannya. Manfaat yang diterima oleh pelaku usaha berkaitan erat
dengan peran sertanya dalam kegiatan tersebut.

c. Adanya Sinergisitas (Sinergy).


Kerja sama luar secara luar biasa dan bersifat kreatif dan secara idiom
diartikan bahwa Sinergi ialah sebuah hasil dari proses kalkulasi yang hasilnya
lebih dari unsur penyusunnya (The total is bigger than the sum of its parts).
yang dengan demikian suatu struktur dalam hal ini organisasi menjadi semakin
tangguh dan kuat ketika organisasi tersebut telah bersinergi. Berbeda dengan
berbagai jenis kerjasama keanggotaan lainnya, Sinergi merupakan puncak
sebuah satu kesatuan yang berlainan namun saling membangun, membentuk,
dan meneguhkan. Fanlia Prima Jaya 23 Sinergisitas merupakan modal dasar
untuk terlaksananya program secara terarah, terukur, dan tepat sasaran.
Sinergisitas antar perusahaan mutlak diperlukan walaupun berada di lingkup
bisnis yang sama ataupun berbeda. Sinergisitas tidak lain bertujuan untuk
meningkatkan daya saing dan daya tahan perusahaan terhadap tantangan
zaman dalam memanjakan kebutuhan stakeholders.

B. Karakteristik Kerjasama Koperasi

(Gayatri & Nurranto, 2019) berpendapat bahwa, Dalam mengantisipasi


ketidak efektifan dalam menjalin kemitraan atau kerjasama, koperasi perlu memilih
bentuk kerjsama yang cocok, baik secara prinsip maupun tujuan koperasi.
Karakteristik utama kerjasama koperasi adalah dikembangkannya kegiatan/ tindakan
nyata yang menunjukkan solidaritas antar koperasi yang dipahami sebagai
serangkaian kegiatan yang dilakukan antar koperasi dan anggotanya dalam mencapai
tujuan ekonomi koperasi secara bersama-sama.

8
Aspek lain yang menjadi ciri kerjasama antar koperasi adalah terwujudnya
prinsip kerjasama antar koperasi dan oleh karenanya kerjasama merupakan hasil dari
pengelolaan identitas koperasi yang dibedakan. Dari perspektif lain, kerjasama
menyiratkan bahwa identitas kerjasama dibangun dari perbedaan sehingga hasilnya
adalah penegasan kembali identitas koperasi dan berbagi tindakan bisnis nyata dan
terintegrasi dengan koperasi lainnya.

Kerjasama koperasi tidak dapat berkembang jika tidak ada kegiatan di dalam
koperasi yang berhasil menyalurkan aksi bersama dengan koperasi lain, tuntutan,
harapan dan keinginan para anggota dalam bidang kualitas hidup mereka, kepentingan
kelompok sebagai keinginan transformative. Koperasi bisa memilih dan tau
mengembangkan bentuk kerjasama dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Jaringan Kerjasama
Upaya kerjasama tidak hanya dilakukan antara koperasi primer, tetapi juga
terjadi antar koperasi sekunder dalam kerangka menyusun suatu jaringan.
Pendekatan in merupakan upaya mengintegrasikan koperasi untuk memperkuat
keberadaan koperasi, memberikan perlindungan usaha, promosi dan konsolidasi
gerakan koperasi sebagai kesatuan kekuatan dari mereka sendiri dalam
menciptakan spesifisitas atau kekhasan yang membedakan koperasi dari
organisasi lain di pasar.
2. Kelompok Swadaya
Kelompok swadaya merupakan kelompok individu yang mewujudkan tujuannya
melalui suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Melalui kelompok
swadaya ini, diharapkan menghasilkan kemampuan untuk menyusun kekuatan
sendiri secara bersama supaya kehidupan koperasi baik sendiri maupun sektoral
berkualitas dan tidak tergantung kepada pihak lain.
3. Badan Usaha Permanen
Koperasi harus memiliki visi yang kuat untuk menjadi badan usaha yang
permanen. Koperasi dapat bekerjasama dalam membangun kegitannya dengan
mendirikan atau membentuk badan usaha permanen dan memiliki legalitas.
4. Pusat Pelayanan Anggota dan Masyarakat
Jaringan kerjasama yang dibangun harus mampu menghadirkan koperasi yang
selalu melayani kebutuhan dan kepentingan anggota dan mayarakat sehingga
benar-benar menjadi kekuatan nyata dalam tata perekonomian nasional. Pusat-
pusat layanan in bisa terbentuk dengan bekerjsama dengan pihak lain, misalnya
layanan jasa pembayaran tagihan, pusat layanan kesehatan bekerjsama dengan
Palang Merah Indonesia (PM), pusat informasi pendidikan yang bekerjsama
dengan lembaga-lembaga pendidikan dan sebagainya.
5. Melahirkan Para Wirakoperasi Profesional
Koperasi dituntut untuk mendidik dan menyiapkan para wirakoperasi yang
profesional untuk mengelola berbagai jenis bisnis koperasi. Dalam upaya
melahirkan wirakoperasi, koperasi dapat melaksanakan kerjasama dengan
berbagai pihak, misalnya lembaga pendidikan tinggi, penggiat koperasi dan

9
UMKM, pendidikan dan pelatihan koperasi dan sebagainya. Melahirkan
wirausaha koperasi tentunya membutuhkan keteladanan dari para pendahulunya,
misalnya pengurus ataupun bukti-bukti kinerja yang dicapai oleh koperasi.

C. Peranan Pelaku Kemitraan Usaha

(Irawan, 2018) berpendapat bahwa, dalam konsep kemitraan semua pihak harus
menjadi stakeholders dan berada dalam derajat subyek-subyek bukan subyek-obyek,
sehingga pola yang dijalankan harus dilandasi dengan prinsip-prinsip partisipatif dan
kolaboratif yang melibatkan seluruh stakeholders dalam kemitraan yang dijalankan.
Kemitraan sekarang ini sudah menjadi perhatian semua pihak, karena kemitraan
merupakan salah satu aspek dalam pertumbuhan iklim usaha untuk pengembangan
KUMK melalui “pemberdayaan” dalam rangka memperoleh peningkatan pendapatan
dan kemampuan usaha serta peningkatan daya saing dari usaha kecil dan menengah
atau usaha besar. Pemberdayaan tersebut disertai perbaikan dan pengembangan oleh
usaha menengah dan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dengan demikian kemitraan
merupakan suatu tindakan dan hubungan bisnis untuk membesarkan KUMK secara
rasional.

Sesuai dengan pendapat Porter (1980), jika suatu usaha ingin mencapai tujuan
intern maka usaha tersebut akan bergantung pada mitra usahanya (Halik, Rifin, &
Jahroh, 2020). Dengan adanya mitra usaha dapat meningkatkan penyebaran informasi,
transaksi yang efisien, proses teknologi dan inovasi, penghematan biaya,
memperpendek waktu pengembangan produk, manajemen logistik dan program
pemasaran lainnya seperti dapat melakukan promosi bersama.

Mohammad Jafar Hafsah (2003) dalam (Gayatri & Nurranto, 2019) membagi
masing-masing peranan dalam bermitra yang dilihat dari:

1. Peranan Pengusaha Besar


Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kepada pengusaha kecil/
koperasi dalam hal:
a. Memberikan bimbingan dalam meningkatkan kualitas SDM pengusaha kecil/
koperasi, baik melalui pendidikan, pelaihan, dan pemegangan dalam bidang
kewirausahaan, manajemen, dan keterampilan teknis produksi
b. Menyusun rencana usaha dengan pengusaha kecil/ koperasi mitranya untuk
disepakati bersama.
c. Bertindak sebagai penyandang dana atau penjamin kredit untuk permodalan
pengusaha kecil/ koperasi mitranya.
d. Memberikan bimbingan teknologi kepada pengusaha/ koperasi.
e. Memberikan pelayanan dan penyediaan sarana produksi untuk keperluan
usaha bersama yang disepakati.
f. Menjamin pembelian hasil produski pengusaha kecil/ koperasi sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati bersama.

10
g. Promosi hasil produksi untuk mendapatkan pasar yang baik.
h. Pengembangan teknologi yang mendukung pengembangan usaha dan
keberhasilan kemitraan.

2. Peranan Pengusaha Kecil/Koperasi


Dalam melaksanakan kemitraan usaha, pengusaha kecil/ koperasi didorong
untuk melakukan:
a. Bersama-sama dengan pengusaha besar mitranya melakukan penyusunan
rencana usaha untuk disepakati.
b. Menerapkan teknologi dan melaksanakan ketentuan sesuai kesepakatan
dengan pengusaha besar mitranya.
c. Melaksanakan kerjasama antar sesama pengusaha kecil yang memiliki usaha
sejenis dalam rangka mencapai skala usaha ekonomi untuk mendukung
kebutuhan pasokan produksi kepada pengusaha besar mitranya.
d. Mengembangkan profesionalisme untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan teknis produksi dan usaha.

3. Peranan Pembina
Pembina tidak selalu dari pemerintah, namun bisa berasal dari non
pemerintah maupun lembaga lain. Peran pembinaan yaitu menciptakan iklim yang
kondusif dalam mewujudkan kemitraan usaha serta dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang bermitra dengan cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan pembinaan kemampuan kewirausahaan dan manajemen
pengusaha kecil atau koperasi.
b. Membantu penyediaan fasilitas permodalan dengan skim-skim Kredit lunak
dengan prosedur yang sederhana schingga mampu diserap dan dimanfaatkan
oleh pengusaha kecil.
c. Mengadakan penelitian, pengembangan dan penyuluhan teknologi baru yang
dibutuhkan oleh dunia usaha khususnya usaha yang dikembangkan dengan
kemitraan usaha.
d. Melakukan koordinasi dalam pembinaan pengembangan usaha, pelayanan,
penyediaan informasi bisnis, promosi peluang pasar dan peluang usaha yang
akurat dan aktual pada setiap wilayah.
e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik SDM aparat maupun
pengusaha kecil melalui pendidikan, pelatihan, inkubator, magang, studi
banding, dan sebagainya.
f. Bertindak sebagai arbitrase dalam pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
kemitraan usaha di lapangan agar berjalan sebagaimana yang diharapkan.

D. Contoh Bentuk Kemitraan Koperasi di Indonesia

(Gayatri & Nurranto, 2019) Berikut adalah contoh-contoh beberapa bentuk kemitraan
yang dilaksanakan oleh koperasi maupun UMKM Indonesia.

11
a. Kerja sama Organisasi Koperasi Antar Negara
Koperasi Indonesia melalui Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) pernah
melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan (Perkoperasian) dengan
Angkatan Koperasi Kebangsaan Malaysia Berhad (Angkasa). Kemitraan
Koperasi Indonesia dengan Koperasi Malaysia pada April 2010 dalam bidang
perdagangan.

b. Kerja sama UKM Indonesia dengan negara ASEAN


Pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia Tengah dan Timur
mempunyai peluang dalam meningkatkan ekspor ke Brunei Darussalam,
Malaysia, dan Philipina dengan memanfaatkan perjanjian kerja sama BIMP-
EAGA (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Philipine East Asean
Growth Area) yang merupakan kerja sama dalam meningkatkan pertumbuhan
ckonomi di kawasan empat negara ASEAN.

c. Kerja sama PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dengan Koperasi dan UMKM
melalui program Toko Milik Rakyat (TOMIRA).
PT Sumber Alfaria Trijaya TB merupakan perusahaan pengelola Alfamart
melakukan kemitraan dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan beberapa koperasi dan UMKM.

d. Kemitraan KUD petani tembakau dengan PT Gudang Garam.


PT Gudam Garam sebagai salah satu perusahaan rokok berbahan baku
tembakau virginia terbesar di Indonesia bermitra dengan kelompok petani
tembakau virginia yang tegabung dalam KUD.
Sebagai perusahaan mitra berkewajiban memberikan bantuan dalam
menyediakan sarana produksi, melakukan pembinaan dan bimbingan usaha
tani, menjamin pasar dengan menghimpun hasil tembakau sesuai dengan harga
yang sudah disepakati sesuai dengan biaya produksi dan tingkat keuntungan
petani. Adapun dari sisi petani tembakau, berkewajiban melakukan usaha tani
sebaik-baiknya untuk kemudian meniual seluruh produksinya ke perusahaan
mitra.

e. Kemitraan Koperasi Indosat (Kopindosat) dengan PT Huawei Tech


Investment.
Kopindosat bermira dengan PT Huawei Tech Investment dalam pembangunan
BTS Cellular untuk beberapa operator selular seperti PT Natrindo Telephone
Cellular untuk produk AXIS, dan Hutchison CP Telecommunication untuk
produk 3-Tri.

f. Kemitraan antara Petani Kopi Rakyat dengan Perusahaan


(Cahyanto, Wibowo, & Permatasari, 2021) Saat panen raya, produksi kopi
Kintamani terbilang cukup tinggi dan memerlukan kesiapan pasar untuk
penjualan. Selama ini pasar kopi Kintamani mengandalkan pengepul dari

12
sekitar Kintamani, Singaraja atau yang lain namun belum bisa menyerap
semua bahan baku yang dimiliki petani. Biasanya pengepul lokal membatasi
pembelian ke petani. Pembatasan tersebut menyebabkan petani harus mencari
pasar lagi agar dapat terserap semua. Hal tersebut dapat menyebabkan harga
kopi dipermainkan oleh pengepul. Penjualan ke pengepul lokal cukup sulit,
harga yang ditawarkan sangat rendah kurang lebih sebesar Rp5000/kg.
Minimnya pasar lokal dan harga kopi yang rendah karena ketidak sanggupan
pengepul lokal dalam menyerap kopi petani dengan kapasitas besar membuat
petani kopi rakyat Kintamani membutuhkan pasar yang dapat menyerap
semua produksi kopi dengan harga yang layak.

Maka dibutuhkan kemitraan antara petani dengan perusahaan agar


dapat menyerap produksi secara keseluruhan sekaligus peningkatan produksi
kopi petani. Kemitraan yang dilakukan diharapkan bisa saling
menguntungkan. PT. Perkebunan Nusantara XII merupakan perusahaan yang
menjadi mitra petani kopi rakyat Kintamani Bali tepatnya di Kebun Blawan
Bondowoso dengan membentuk suatu pola kemitraan inti plasma.
Keterbatasan petani kopi rakyat dataran tinggi Ijen membuat Kebun Blawan
mengambil kebijakan dengan memilih wilayah plasma di Kintamani Bali.
Keputusan tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan suplai produksi kopi
kepada Kebun Kalisat Jampit, Kebun Pancur Angkrek dan Kayumas di
dataran tinggi Ijen Bondowoso. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
kondisi kemitraan yang terjalin antara petani kopi rakyat Kintamani dengan
Kebun Blawan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah
dan atau dengan usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan (Rudiyanto, 2014). Dalam kemitraan
tersebut, pengusaha besar dan menengah diharapkan berperan sebagai pemrakarsa
sedangkan KUMK sebagai mitra usaha. Pengusaha besar dan menengah dapat
memperbaiki inefesiensi usaha yang timbul karena spesialisasi, sedangkan KUMK
diharapkan dapat memetik keuntungan karena percepatan pengembangan usaha
melalui jangkauan yang lebih luas terhadap peluang-peluang bisnis dan kompetensi
pengusaha besar.
Kerjasama koperasi tidak dapat berkembang jika tidak ada kegiatan di dalam
koperasi yang berhasil menyalurkan aksi bersama dengan koperasi lain, tuntutan,
harapan dan keinginan para anggota dalam bidang kualitas hidup mereka, kepentingan
kelompok sebagai keinginan transformative. Untuk membangun jaringan kemitraan
diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus disepakati bersama agar terjalin kuat dan
berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah:
a. Kesamaan Visi-Misi
b. Kepercayaan (trust)
c. Saling Menguntungkan
d. Efisiensi dan Efektifitas
e. Komunikasi Dialogis
f. Komitmen yang Kuat

Hingga pada akhirnya, dengan adanya mitra usaha diharapkan dapat


meningkatkan penyebaran informasi, transaksi yang efisien, proses teknologi dan
inovasi, penghematan biaya, memperpendek waktu pengembangan produk,
manajemen logistik dan program pemasaran lainnya seperti dapat melakukan promosi
bersama.

B. Saran
Diharapkan dalam konsep kemitraan semua pihak dapat menjadi stakeholders dan
berada dalam derajat subyek-subyek bukan subyek-obyek, sehingga pola yang
dijalankan dapat dilandasi dengan prinsip-prinsip partisipatif dan kolaboratif yang
melibatkan seluruh stakeholders dalam kemitraan yang dijalankan

14
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto, G., Wibowo, A., & Permatasari, P. (2021). Kemitraan antara Petani Kopi Rakyat
dengan Perusahaan (Studi Kasus Kintamani). Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 173-
190.

Gayatri, A., & Nurranto, H. (2019). Ekonomi Kerakyatan: Koperasi dan UMKM. Jakarta:
Unindra Press.

Halik, R. A., Rifin, A., & Jahroh, S. (2020). Pengaruh Kemitraan Terhadap Kinerja Usaha
Mikro dan Kecil Tahu di Indonesia. Journal Agribisnis Indonesia, 164-174.

Irawan, D. (2018). Pengembangan Kemitraan Koperasi, Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Dengan Usaha. Institut Manajemen Koperasi Indonesia, 53-66.

Jaya, F. P. (2022). Efektivitas Kemitraan Koperasi. Banjarmasin: Hanken Sukses Jaya.

Rudiyanto, A. A. (2014). Pola Kemitraan Koperasi Sejahtera Abadi Dalam Meningkatkan


Keuntungan Petani cabai. Journal of Economics and Policy, 173-183.

Syaparuddin. (2020). Islam & Kemitraan Bisnis. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.

15
LAMPIRAN 1 : Pertanyaan dan Jawaban Pada Sesi Diskusi

1. Apakah pemerintah memiliki peranan dalam kemitraan koperasi?


Oleh Didan Aldiansyah (Kelompok 1)
Jawab :
Ya ada, peran pemerintah dalam gerakan kemitraan sangat diperlukan,
setidaknya pada tahap-tahap awal yang sifatnya memotivasi dan mendorong
pelaksanaan kemitraan. Peran pemerintah yang paling utama adalah
menciptakan iklim usaha yang sehat bagi kemitraan usaha. Selanjutnya
pemerintah dapat berperan dalam memberikan pedoman tentang kemitraan
melalui peraturan perundangan. Pemerintah juga berperan penting dalam
memberikan informasi dan peluang kemitraan serta rencana teknis kepada
usaha kecil dalam perencanaan kemitraan dan negosiasi bisnis. Pemerintah
dapat mendukung kemitraan dengan memantapkan prasarana, sarana dan
memperkuat kelembagaan, antara lain mengembangkan sistem dan lembaga
keuangan.

2. Menurut kelompok anda, kemitraan yang baik itu seperti apa?


Oleh Ardena Novelya (Kelompok 6)
Jawab:
Kemitraan yang baik adalah bila pihak-pihak yang bermitra sama-sama
memperoleh manfaat. Walaupun pada jangka pendek, ada pihak atau salah
satu pihak memperoleh manfaat lebih banyak dari pihak lain. Tetapi itu adalah
satu proses untuk mewujudkan kemitraan yang ideal. Serta kemitraan yang
baik, dijalankan harus berpedoman pada prinsip saling memerlukan,
memperkuat dan menguntungkan.

3. Mengapa koperasi membutuhkan kemitraan dalam aktivitas ekonomi?


Oleh Desti Fitriani (Kelompok 7)
Jawaban :
Ada beberapa alasan koperasi membutuhkan kemitraan dalam aktivitas
ekonomi, diantaranya :
a. Dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan profit (keuntungan) bagi
para pihak yang bermitra.
b. Dapat memperbaiki kualitas kerja sama antara koperasi yang satu dengan
koperasi yang lainnya.
c. Dapat memberikan manfaat bagi para pelanggan yang bermitra.
d. Dapat mendorong Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUKM)
agar proses pengembangan usaha yang dilakukan lebih cepat.
e. Dapat memperluas pasar, dan memberikan kemudahan akses terhadap
teknologi maupun permodalan.

4. Mengapa kemitraan usaha berperan penting dalam mewujudkan ekonomi?


Oleh Dinda Amelia Putri (Kelompok 3)

16
Jawaban:
Karena, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi,
produktivitas. peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi,
mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan
meningkatkan daya saing.

5. Apa keuntungan pola kemitraan bagi usaha kecil dan menengah dalam suatu
usaha?
Oleh Zahra Zahira Sri Puspita (Kelompok 2)
Jawaban :
a. Meningkatkan produktivitas dan kreatifitas
b. Efisiensi
c. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
d. Menurunkan resiko kerugian
e. Memberikan social benefit yang cukup tinggi
f. Meningkatkan ketahanan perekonomian daerah

6. Mengapa sebuah perusahaan perlu untuk menjalin hubungan kemitraan?


Oleh Salma Nada Salsabillah (Kelompok 8)
Jawaban:
Kemitraan memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi kuat dan berkembang melalui dukungan modal serta pelatihan
sumber daya yang profesional dan terampil agar dapat meningkatkan pen-
dapatan perusahaan dan kelanjutan sebuah usaha.

7. Salah satu pola kemitraan terdapat pola kemitraan subkontrak. Pertanyaan saya,
apa peran usaha besar terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pola
kemitraan subkontrak ini?
Oleh Isni Rahmawati (Kelompok 4)
Jawaban:
Dalam pola Kemitraan subkontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b dan/ atau memproduksi barang dan/atau jasa, Usaha Besar
memberikan dukungan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di daerah
berupa:
a. kesempatan dan kemudahan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/
atau komponennya;
b. kesempatan dan kemudahan memperoleh bahan baku yang diproduksi
secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar;
c. bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan /atau manajemen;
d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;
e. pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan
salah satu pihak; dan / atau upaya untuk tidak melakukan pemutusan
hubungan sepihak.

17
LAMPIRAN 2 : Dokumentasi

18

Anda mungkin juga menyukai