Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346716802

MAKALAH KONSEP POLA KEMITRAAN SUB KONTRAK PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA 2020

Conference Paper · December 2020

CITATIONS READS

0 3,453

1 author:

Alifia Friska Aryani


Universitas Negeri Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Economics View project

EKONOMI RAKYAT View project

All content following this page was uploaded by Alifia Friska Aryani on 08 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH
KONSEP POLA KEMITRAAN SUB KONTRAK

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kerakyatan


Dosen Pengampu: Ngadiyono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Alifia Friska Aryani
19804241023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Konsep Pola Kemitraan Sub Kontrak” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ngadiyono, S.Pd., M.Pd.,
selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi Kerakyatan yang telah membantu penulis
dalam memahami materi dan juga kepada seluruh pihak yang telah memberikan
dorongan dan motivasi kepada penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi terciptanya makalah yang jauh lebih baik lagi.

Yogyakarta, 16 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Kemitraan ................................................................................................................ 3
1. Konsep Dasar Kemitraan ................................................................................. 3
2. Hubungan Kemitraan ....................................................................................... 4
B. Pola Kemitraan Sub Kontrak ................................................................................ 6
1. Definisi Sub Kontrak ........................................................................................ 6
2. Mekanisme Sub Kontrak.................................................................................. 8
3. Kelebihan dan Kekurangan Pola Sub Kontrak ............................................. 9
4. Contoh Pola Kemitraan Sub Kontrak Antara Petani Tebu Dengan Pabrik
Gula Ngadirejo Kabupaten Kediri ................................................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 12
B. Saran ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, para pemilik usaha sangat membutuhkan
jejaring kerja (networking) untuk dapat membangun mitra atau kerja sama guna
mencapai target usaha yang optimum. Pada dasarnya, sebagai makhluk sosial
manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya, serta setiap manusia
tentunya membutuhkan manusia yang lain dalam melakukan segala aktivitas
dengan tujuan agar dapat terus memenuhi kebutuhannya. Secara alamiah,
manusia akan terus melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama
manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya.
Kerja sama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua
orang atau lebih yang bersifat saling menguntungkan. Moh. Jafar Hafsah
menyebut bahwa kerja sama ini serupa dengan istilah “kemitraan”, yang artinya
adalah “suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
membutuhkan dan saling membesarkan. Dalam kerja sama maupun kemitraan
terdapat beberapa pola, salah satunya adalah pola sub kontrak yang mana
merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh
perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Kemitraan pola sub
kontrak ini mempunyai keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih
teknologi, modal, dan keterampilan serta menjamin pemasaran produk
kelompok mitra usaha. Sehingga para pemilik usaha dapat menggunakan pola
ini sebagai upaya menjalin kerja sama dengan pihak lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pola sub kontrak?
2. Bagaimana mekanisme dari pola sub kontrak?

1
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan pola sub kontrak?
4. Apa contoh dari penggunaan pola sub kontrak?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui apa pola sub kontrak.
2. Dapat mengetahui mekanisme dari pola sub kontrak.
3. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari pola sub kontrak.
4. Dapat mengetahui contoh dari penggunaan pola sub kontrak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemitraan
1. Konsep Dasar Kemitraan
Menurut UU Republik Indonesia No. 9 tahun 1995 kemitraan adalah
kerja sama usaha antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar
disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
besar dengan memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Secara umum, kerja sama
merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa pihak secara
bersama-sama dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai hasil yang
lebih baik dibandingkan ketika dikerjakan secara individu. Sedangkan
menurut para ahli, kemitraan merupakan hubungan antara dua pihak atau
lebih yang bertujuan untuk mencari keuntungan, dimana salah satu pihak
berada dalam kondisi yang lebih rendah dari yang lainnya namun
membentuk suatu hubungan yang meletakkan keduanya berdasarkan kata
sepakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kemitraan juga dikenal sebagai istilah gotong royong atau kerja
sama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo, kemitraan adalah suatu kerja sama secara formal
antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok atau
organisasi dengan organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu. Menurut Muhammad jafar hafsah, kemitraan adalah suatu strategi
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu
untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
saling membesarkan. Lan Lion mengatakan bahwa kemitraan adalah suatu
sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang,
suatu kerja sama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan
pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.
Menurut Louis E. boone dan david L. Kurtz kemitraan juga termasuk

3
partnership yang merupakan afiliasi dari dua atau lebih perusahaan dengan
tujuan yang sama, yaitu saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.
Kunci keberhasilan dalam memberikan peluang untuk meningkatkan peran
usaha kecil adalah melalui program kemitraan dimana pemerintah Indonesia
dalam hal ini presiden telah merencanakan program kemitraan pada tanggal
14 Januari 1991. Program kemitraan melalui keterkaitan mitra usaha
tersebut mengatur hubungan kerja sama dan keterkaitan antara usaha besar
dan usaha menengah dengan usaha kecil. Di samping itu, kemitraan
memiliki beberapa unsur yang mendasari, antara lain:
a. Unsur kerja sama antara usaha kecil dan usaha menengah atau usaha
besar di lain pihak.
b. Unsur kewajiban pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha
menengah dan pengusaha besar.
c. Unsur usaha yang saling memperkuat dan saling menguntungkan
Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha
kecil di bidang manajemen, produk, pemasaran, dan teknis, di samping agar
bisa mandiri demi kelangsungan usahanya sehingga bisa melepaskan diri
dari sifat ketergantungan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan kemitraan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat
b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.
c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha
kecil
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
e. Memperluas kesempatan kerja.
f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
2. Hubungan Kemitraan
Hubungan kemitraan merupakan bentuk kerja sama dua orang atau
lebih, atau lembaga yang bertujuan untuk berbagi biaya, resiko, dan manfaat
dengan cara menggabungkan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing

4
pihak. Berikut ini adalah beberapa upaya yang harus dilakukan saat
melakukan hubungan kemitraan, antara lain sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang sama (common goal)
Umumnya tujuan dari semua perusahaan adalah sama, yakni untuk
dapat terus berjalan dan berkembang. Maka dari itu, perusahaan harus
mampu menghasilkan barang/jasa yang bermutu dengan harga yang
layak sehingga laku terjual di pasaran dengan imbalan-imbalan
keuntungan yang sama. Akan tetapi, pada praktiknya, banyak
perusahaan yang hanya berpaku pada keuntungan saja tanpa
memperhatikan kualitas dari usahanya.
b. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Setiap pihak harus saling menghasilkan sesuatu yang bersifat
menguntungan bagi kedua belah pihak. Terjadinya kegagalan dalam
mitra dikarenakan hanya terdapat salah satu pihak saja yang
diuntungkan, sedangkan pihak lainnya dirugikan. Prinsip saling
menguntungkan ini membutuhkan motivasi yang sangat kuat. Oleh
karena itu, tidak ada satu pihak pun yang boleh merasa berada di atas
pihak lain dan semua harus merasa dan diperlakukan sejajar.
c. Saling mempercayai (mutual trust)
Dalam hal ini contohnya dapat mempercayai perhitungan biaya
produksi dan harga barang/jasa yang dihasilkan. Saling percaya juga
tidak hanya pada kejujuran dan itikad baik masing-masing pihak, tetapi
juga pada kapasitas, dan kapabilitas masing-masing pihak untuk dapat
memenuhi perjanjian serta kesepakatan bersama. Misalnya dalam
ketepatan waktu pembayaran, waktu penyerahan, dan mutu barang.
Untuk membangun kemitraan yang berjangka panjang maka pihak-
pihak yang bersangkutan harus mampu membangun kepercayaan
tersebut.
d. Bersifat terbuka (transparant)
Keterbukaan dalam hal ini dapat berupa data perhitungan harga dan
biaya-biaya yang digunakan dalam operasional usaha.

5
e. Mempunyai hubungan jangka panjang (long term relationship)
Kedua belah pihak harus mampu untuk membangun kepercayaan, sifat
saling menguntungkan dan mempunyai kepentingan yang sama. Ketika
hal-hal tersebut dijaga, maka kedua belah pihak cenderung akan mampu
untuk menjalin hubungan kerja sama dalam jangka waktu yang panjang,
yakni tidak hanya 5 tahun atau 10 tahun, tetapi sering kali lebih dari 20
tahun. Hubungan jangka panjang juga dapat memungkinkan kedua
belah pihak untuk dapat meningkatkan mutu produknya.
f. Melakukan perbaikan dalam mutu dan harga/biaya (continuous
improvement in quality and cost)
Salah satu prinsip yang penting dalam kemitraan adalah bahwa kedua
belah pihak harus senantiasa terus-menerus meningkatkan mutu barang
atau jasa serta efisiensi atau biaya atau harga barang/jasa dimaksud.
Dengan demikian perusahaan dapat bertahan dalam kompetisi global
yang kian hari semakin ketat.

B. Pola Kemitraan Sub Kontrak


1. Definisi Sub Kontrak
Dalam bahasa Inggris istilah kontrak berasal dari kata “contract”,
sedangkan dalam bahasa Perancis “contrat” dan dalam bahasa Belanda
“overeenkomst” sekalipun kadang-kadang juga digunakan istilah
“contract”. Dalam aktivitas bisnis dimana para pihak atau pelaku bisnis
dalam pertukaran kepentingan mereka, sebagian besar didasarkan atas
perikatan yang bersumber dari suatu kontrak. Pengertian kontrak dalam
literatur bahasa Indonesia sama dengan pengertian perjanjian. Istilah
kontrak lebih menunjukkan pada nuansa bisnis atau komersial dalam
hubungan hukum yang dibentuk. Adapun Y. Sogar Simamora
mengemukakan bahwa istilah perjanjian cakupannya lebih luas daripada
kontrak, berbeda halnya dengan istilah kontrak yang lebih menunjukkan
pada nuansa bisnis atau komersial dalam hubungan hukum yang dibentuk.
Sedangkan Agus Yudha Hernoko mengemukakan bahwa pengertian antara

6
kontrak dengan perjanjian sama, hal ini disebabkan fokus kajian
berlandaskan pada prespektif Burgelijk Wetboek (BW), dimana antara
perjanjian atau persetujuan (overeenkoms) mempunyai pengertian yang
sama dengan kontrak (contract). Beberapa orang sering pula terjebak dalam
pemahaman bahwa perbedaan kontrak dan perjanjian ada pada bentuknya
yakni kontrak berbentuk tertulis dan perjanjian berbentuk lisan. Pemahaman
demikian adalah keliru karena dalam kontrak juga dapat berbentuk lisan
misalnya jual beli di pasar. Terlepas dari penggunaan istilah kontrak dan
perjanjian, dalam penulisan ini menggunakan makna yang sama antara
kontrak dan perjanjian sesuai dengan BW.
Definisi perjanjian telah diatur dalam Pasal 1313 BW yang
menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dari definisi tersebut nampak bahwa esensi kontrak pada dasarnya adalah
kewajiban, hal mana juga jelas dalam kata-kata Subekti, “perjanjian adalah
suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”. KRMT
Tirtodiningrat memberikan definisi perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk
menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan oleh undang-
undang. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan
kontrak atau perjanjian adalah perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih
dimana masing-masih dituntut untuk melakukan prestasi sebagai
konsekuensi dari kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak dianggap sah oleh hukum dan
mengikat para pihak ketika perjanjian tersebut telah memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan. Pasal 1320 BW telah menentukan 4 (empat) syarat
sahnya suatu perjanjian, yaitu: kesepakatan para pihak yang mengikatkan
dirinya dalam perjanjian, kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian,
suatu hal tertentu dan suatu sebab yang diperbolehkan.

7
Pola sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan antara
perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi
kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen
produksinya. Bentuk kemitraan ini telah banyak diterapkan dalam
kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
menengah dan besar. Pola sub kontrak ditandai dengan adanya kesepakatan
tentang kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu.
Pola ini sangat bermanfaat dalam transfer alih teknologi, modal,
keterampilan, dan produktifitas.
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-undang No. 9 Tahun
1995 bahwa pola sub kontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha
Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha
Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau
Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan, sub
kontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha
Besar dan Usaha Kecil Menengah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan
induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku sub kontraktor untuk
mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung
jawab penuh pada perusahaan induk.
2. Mekanisme Sub Kontrak
Model sub kontrak pihak usaha mikro, kecil/koperasi adalah dengan
melaksanakan produksi komponen dan atau jasa yang dibutuhkan atau
merupakan bagian dari produksi usaha menengah/besar. Model sub kontrak
berbeda dengan model kontrak beli, dimana pada pola sub kontrak
kelompok usaha mikro, kecil/koperasi tidak melakukan kontrak secara
langsung dengan perusahaan pengolahan mitra tetapi melalui agen atau
pedagang.
Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming
tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung
dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang.

8
Dalam melakukan kemitraan, terdapat beberapa syarat yang harus
dilakukan, antara lain sebagai berikut:
a. Pembinaan Kelompok Mitra
Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal sebagai
berikut:
1) Merencanakan Usaha.
2) Melaksanakan dan menaati perjanjian kemitraan.
3) Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional.
4) Memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra
sebagai bagian dari komponen produk perusahaan mitra.
5) Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi.
6) Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi.
7) Menyediakan tenaga kerja.
8) Membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan
waktu ditetapkan.
b. Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra
Perusahaan Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal sebagai
berikut:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra.
2) Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak.
3) Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi
tepat guna.
4) Melakukan konsultasi dan temu usaha.
5) Menampung dan membeli komponen produksi perusahaan mitra
yang dihasilkan oleh mikro dan kecil.
6) Menyediakan bahan baku /modal kerja.
7) Melakukan pembinaan teknis mengawasi kualitas produk.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pola Sub Kontrak
a. Kelebihan
1) Dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan
keterampilan.

9
2) Menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha.
b. Kekurangan
1) Hubungan sub kontrak yang terjalin kian lama semakin mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke tindakan monopoli atau monopsoni,
terutama dalam hal penyediaan bahan baku serta dalam hal
pemasaran.
2) Berkurangnya nilai-nilai kemitraan kedua belah pihak
3) Terjadi keketatan kontrol kualitas produk yang tidak diimbangi
dengan sistem pembayaran yang tepat
4) Sering timbul gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target
produksi.
4. Contoh Pola Kemitraan Sub Kontrak Antara Petani Tebu Dengan
Pabrik Gula Ngadirejo Kabupaten Kediri
Sebagai salah satu komoditas perkebunan, tanaman tebu memiliki
peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Produk
utama dari pengolahan tebu adalah gula. Di Indonesia, gula pasir atau gula
kristal putih termasuk kebutuhan pokok masyarakat. Kabupaten Kediri
terdapat 3 pabrik industri pengolahan tebu yang dinaungi PTPN X, salah
satunya yaitu Pabrik Gula Ngadirejo. Pabrik Gula Ngadirejo merupakan
salah satu pabrik pengolahan tebu yang tidak memiliki lahan HGU (Hak
Guna Usaha), namun kegiatan kemitraan sub kontrak yang dilakukan
dengan petani tebu membuat lahan mitra yang dimiliki Pabrik Gula
Ngadirejo memiliki luas yang lebih jika dibandingkan dengan 2 Pabrik Gula
lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ifa Nur Hidayah (2016)
menunjukkan bahwa petani tebu dengan Pabrik Gula Ngadirejo Kabupaten
Kediri melakukan hubungan Kemitraan Sub Kontrak yang terjalin sangat
erat karena adanya keadaan saling membutuhkan. Petani membutuhkan
permodalan yang tinggi dari Pabrik Gula Ngadirejo yang berasal dari modal
KKP-E, sedangkan Pabrik Gula Ngadirejo membutuhkan pasokan tebu
yang didapat dari petani tebu. Petani tebu tidak hanya membutuhkan

10
permodalan yang tinggi dari Pabrik Gula Ngadirejo, namun petani tebu juga
membutuhkan pembinaan dalam perencanaan produksi mulai dari tanam
hingga panen yang meliputi sumber daya manusia, permodalan, teknologi,
dan manajemen, selanjutnya jaminan pengolahan setelah panen yang harus
memenuhi syarat dan ketentuan Pabrik Gula yaitu MBS (manis, bersih, dan
segar), dan jaminan pemasaran dari Pabrik Gula Ngadirejo Kabupaten
Kediri yang nantinya hasil dari penjualan gula yang dilakukan Pabrik Gula
Ngadirejo akan memberikan jaminan pendapatan terhadap petani tebu mitra

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pola sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan antara
perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi
kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen
produksinya. Bentuk kemitraan ini telah banyak diterapkan dalam kemitraan
yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah dan
besar. Pola sub kontrak ditandai dengan ada nya kesepakatan tentang kontrak
bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Pola ini sangat
bermanfaat dalam transfer alih teknologi, modal, keterampilan, dan
produktifitas.
Kemitraan pola sub kontrak ini mempunyai keuntungan yang dapat
mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan keterampilan serta menjamin
pemasaran produk kelompok mitra usaha.Dan beberapa kelemahan yang
dijumpai dalam pelaksanaan kemitraan sub kontrak. Sub kontrak seringkali
memberikan kecenderungan mengisolasi grosen kecil sebagai subkontak pada
satu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni, terutama dalam penyediaan
bahan baku dan pemasaran yaitu terjadinya penekanan terhadap harga input
yang tinggi dan harga produk yang rendah, kontrak kualitas produk.

B. Saran
1. Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu
dikembangkan.
2. Komponen-komponen kemitraan seperti pengembangan SDM, inovasi
teknologi,manajemen, dan permodalan harus diperthatikan
3. Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan
kelompok mitra dan sesame anggota kolompok mitra

12
DAFTAR PUSTAKA

Fajarini, D. P. (2019). Sub kontrak dalam Pengadaan Barang/jasa


Pemerintah. Mimbar Keadilan, 12(1), 278176.
Hidayah, I. N. (2016). Pola Kemitraan Sub Kontrak Antara Petani Tebu dengan
Pabrik Gula Ngadirejo Kabupaten Kediri.
Jamilah, P. (2015). KERJA SAMA PT. GEMILANG UNGGAS
PRIMAPEKANBARU DENGAN MITRA PETERNAK JL. GARUDA SAKTI
KM. 21 PASAR MINGGU KEC. TAPUNGMENURUT
PERSPEKTIFEKONOMI ISLAM (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau)
Widyadewa. (2009). Pola-pola Kemitraan. Dalam
https://widyadewa.wordpress.com/2009/11/25/hello-world/. (Diakses pada:
16 November 2020).
Sigit Restuhadi. (2011). Pola-pola Kemitraan Usaha. Dalam http://sigit-
rh.blogspot.com/2011/04/pola-pola-kemitraan-usaha.html. (Diakses pada:
16 November 2020).

13

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai