BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Definisi..........................................................................................................5
B. Dasar Kemitraan...........................................................................................5
C. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage).......................................7
BAB III...............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sedangkan
Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.
Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan
pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.
Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah, kemitraaan adalah suatu
strategis bisnis yang dilakukakn oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan.
Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena
kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak
yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri
sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan
mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan,
Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke
arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi
pasar.
Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah
terbukti berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat
negara macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di
negara-negara tersebut kemitraan umumnya dilakukan melalui pola sub
kontrak yang memberikan peran kepada industri kecil dan menengah sebagai
pemasok bahan baku dan komponen industri besar.
Oleh karena itu, demi kemajuan suatu kemitraan di Negara Indonesia
sendiri, maka makalah ini dibuat agar dapat memberi kejelasan secara pasti
mengenai kemitraan usaha agar dapat diterapkan secara nyata dan konkret.
B. Tujuan
Tujuan umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang apa saja yang ada pada kemitraan
dalam berwirausaha.
2. Meningkatkan profit pada pihak – pihak yang bermitra.
3. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar serta memperbaiki proses produksi
4. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
5. Meningkatkan perkembangan produk serta meningatkan akses terhadap
teknologi.
Tujuan khusus
1. Dapat menjelaskan definisi dari kemitraan usaha.
2. Dapat menyebutkan dari dasar kemitraan
3. Dapat mengetahui bagaimana alasan terjadinya kemitraan usaha.
4. Dapat menganilisis kemitraan usaha.
5. Untuk mengetahui kebijakan usaha nasional dan implementasinya.
6. Dapat menjelaskan pola dari kemitraan usaha
7. Agar dapat mengidentifikasi kendala dari kemitraan usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Bersifat bisnis
2. Saling membutuhkan
3. Saling percaya
4. Sukarela
5. Disiplin
6. Saling menguntungkan
7. Accountable
8. Saling memperkuat
C. Alasan Terjadinya Kemitraan Berwirausaha
Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama
suka. Dalam kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-
pihak yang bermitra harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya
maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai
penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan.
Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa
alasan terjadi kemitraan dikemukakan dalam tujuan kemitraan sebagai berikut:
a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra
b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar
c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
d. Meningkatkan pengembangan produk
e. Memperbaiki proses produksi
f. Memperbaiki kualitas
g. Meningkatkan akses terhadap teknologi
E. Pola Kemitraan
Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat
demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha
kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan
berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur
perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara
lain:
10. Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan
perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa usaha pengusaha mitra. Keagenan merupakan hubungan
kemitraan antara Usaha Kecil Menengah dan Usaha Besar, yang di
dalamnya Usaha Kecil Menengah diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa Usaha Besar sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan
hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki
sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang
menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang
bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan
dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan
daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak
prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya
sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan
(discretionary power).
Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat
dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang
dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa untuk
mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu
mengakomodasi semua kepentingan keluarga.
Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah
digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif.
Menurut Baiman (1990), terdapat tiga model hubungan agensi yaitu:
1. The Principal-Agent Model.
2. The Transaction Cost Economics Model.
3. The Rochester Model.
Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan.
Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab
hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku
kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan
memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari
hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya,
pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku
kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek
pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang
mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah
agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami
bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima,
komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang
dipakai dan menganalisanya.
Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi
memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility
agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan
manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga
memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara
efisien masalah agensi.
Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis
tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth
(kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri
sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis
untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran