Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman maka perusahaan mengalami persaingan

yang sangat ketat. Perusahaan akan mengalami banyak tantangan di era globalisasi.

Perusahan dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi

di setiap aspek. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan berbagai langkah strategi

untuk dapat mengembangkan dan mempertahankan perusahaan yang telah

dibangun dan dikembangkan. Strategi perusahaan dapat meliputi bidang

pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, dan pendekatan kemitraan.

Persaingan usaha yang semakin banyak dari waktu ke waktu menuntut para

pelaku usaha atau pendirinya untuk mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.

Persaingan usaha ini tidak hanya terjadi dengan perusahaan skala besar, namun

perusahaan skala kecil juga dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan

lainnya. Perusahaan besar memiliki kelebihan dalam segi modal, teknologi dan

sumber daya manusia, sedangkan perusahaan kecil dihadapkan dengan

permasalahan internal maupun eksternal.

Permasalahan yang termasuk dalam kategori internal adalah rendahnya

profesionalisme tenaga pengelola perusahaan kecil, keterbatasan permodalan dan

kurangnya akses terhadap perbankan dan pasar, serta kemmapuan teknologi yang

kurang memadai. Sedangkan yang termasuk dalam kategori eksternal antara lain

adalah iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi pengembangan perusahaan

kecil, kurangnya dukungan fasilitas yang memadai, kurangnya pembinaan dalam

1
manajemen maupun kualitas sumber daya manusia, dan kurangnya menjalin kerja

sama dengan perusahaan lainnya.

Perusahaan perlu melakukan strategi kinerja bisnis yang bertujuan untuk

mengembangkan perusahaan dengan cara memperluas hubungan kemitraan.

Perusahaan yang dapat menjalin suatu hubungan kemitraan maka dapat bersama-

sama meminimalisir resiko kerugian. Hal ini dilakukan untuk dapat membangun

kinerja bisnis perusahaan.

Hamid dan Haryanto (2011), Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang

dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk

meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan. Dengan demikian kemitraan merupakan jalinan kerjasama dari dua

pelaku usaha atau lebih yang saling menguntungkan. Melalui kemitraan dengan

perusahaan besar atau menengah, diharapkan pelaku usaha kecil mendapat

bimbingan dan binaan dari mitranya tersebut sehingga mampu mengembangkan

usahanya dan dapat menjadi mitra yang handal dalam meraih keuntungan dan dapat

meningkatkan perekonomiannya. Dengan kata lain pihak-pihak yang bermitra

saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bermitra, meningkatkan

perekonomian tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain.

Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995 Kemitraan usaha adalah

kerjasama antar usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang disertai

dengan memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan

saling menguntungkan. Kemitraan usaha perlu dilakukan sebagai salah satu cara

untuk mengembangkan usaha. Perusahaan yang menjalin kerjasama atau kemitraan

2
usaha dapat saling menguntungkan antara perusahaan kecil, besar, dan menengah.

Perusahaan kecil bisa mendapat pembinaan dan pengembangan oleh perusahaan

besar. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu menjalin kerjasama dengan

perusahaan lain dalam berbagai bidang.

Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang perlu dilakukan untuk

pengembangan sebuah usaha agar mampu berdaya saing global. Kemitraan

memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi

kuat dan berkembang melalui dukungan modal serta pelatihan sumber daya yang

profesional dan terampil agar dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan

kelanjutan sebuah usaha. Perusahaan yang melakukan pendekatan kemitraan

diharapkan dapat membangun kinerja bisnis dalam usaha yang didirikan.

Kinerja bisnis merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan

usaha yang didirikan. Kinerja bisnis juga merupakan peran penting dalam

pengembangan perusahaan, karena dapat meningkatkan keberhasilan suatu

perusahaan yang dapat dilihat dari kondisi suatu perusaahaan mengenai baik dan

buruknya kinerja bisnis keadaan perusahaan tersebut. Kinerja bisnis dapat

dikatakan unggul apabila tercapainya target perusahaan dan memiliki kinerja di atas

standar yang telah ditetapkan perusahaan. Selain itu, perusahaan yang memiliki usia

panjang dan bertahan lama dapat dijadikan sebagai indikator dari kinerja bisnis

suatu perusahaan itu baik.

Dalam kondisi saat ini, peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara dinilai penting. UMKM memiliki

kontribusi besar dan krusial bagi perekonomian Indonesia. UMKM dinilai mampu

3
menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Menurut Arif Budimanta,

Wakil Ketua Dewan Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), industri UMKM

memiliki potensi yang sangat besar. Menurut data Kementerian Koperasi dan

UMKM, sebanyak 98,7% usaha di Indonesia adalah usaha mikro. Melalui jumlah

tersebut, UMKM dinilai mampu menyerap 89,17% tenaga kerja dalam negeri.

UMKM juga berpartisipasi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia

sebesar 36,82%. Jika UMKM diberdayakan, mereka bisa mencapai pertumbuhan

ekonomi lebih dari 7%. (CNN Indonesia, 2019).

Gilingan Padi Kardy Jaya Utama merupakan suatu usaha UMKM yang

berada di Desa Tolai Timur Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong Provinsi

Sulawesi Tengah. Gilingan padi Kardy Jaya Utama merupakan salah satu usaha

yang banyak memiliki pelanggan karena dapat memberikan pinjaman modal

kepada petani dan dapat dibayarkan setelah selesai panen. Karena dapat

memberikan pinjaman modal kepada petani maka Gilingan Padi Kardy Jaya Utama

dituntuk untuk mampu membangun kinerja bisnis dengan pendekatan kemitraan

agar usaha yang didirikan dapat berkembang dan tidak rugi. Dikhawatirkan

pinjaman modal yang diberikan tidak dapat memberi keuntungan dan dapat

berpengaruh negatif terhadap keberlangsungan usaha yang didirikan.

Berdasarkan latar belakang penilitian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Melipatgandakan Kinerja Bisnis Berbasis

Pendekatan Kemitraan (Studi Kasus: Pada Gilingan Pagi Kardy Jaya Utama

Desa Tolai Timur).”

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat

merumuskan suatu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini dengan

rumusan masalah bagaimana strategi yang diterapkan oleh Kardy Jaya Utama

dalam melipatgandakan kinerja bisnis berbasis pendekatan kemitraan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian betujuan untuk mengetahui dan memahami strategi yang

diterapkan oleh Kardy Jaya Utama dalam melipatgandakan kinerja bisnis berbasis

pendekatan kemitraan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan

tambahan refrensi bagi para pembaca, mahasiswa ataupun pelajar

mengenai “Melipatgandakan Kinerja Bisnis Berbasis Pendekatan

Kemitraan (Studi Kasus: Pada Gilingan Pagi Kardy Jaya Utama Desa

Tolai Timur)”.

2. Manfaat Praktis

Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman serta mampu

menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan dalam dunia

pekerjaan. Dengan adanya penelitian ini sangat diharapkan dapat

memberikan sebuah masukan dalam melipatgandakan kinerja bisnis

berbasis pendekatan kemitraan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait

dengan penelitian yang hendak dilakukan. Kemudian diringkas sesuai kebutuhan

baik itu penelitian yang sudah terpublikasikan seperti jurnal, tesis, dan skripsi.

Sehubungan dengan adanya penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang

terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai Membangun Kinerja Bisnis

Berbasis Pendekatan Kemitraan, antara lain:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Sidiqqoh dan Alamsyah (2017), yang berjudul

“Peningkatan Kinerja Bisnis Usaha Mikro Melalui Kajian Komitmen Dan

Abisius Pengusaha”. Metode penelitian dilakukan dengan survey pada 100

pengusaha Usaha Mikro di Kota Bandung, melalui analisis regresi linier

berganda. Data kuantitatif didapat melalui penyebaran kuesioner dan diolah

untuk melihat hasil secara deskriptif dan verifikatif. Temuan penelitian

disampaikan bahwa terdapat hubungan antara komitmen, jiwa ambisius

pengusaha dengan kinerja bisnis pengusaha. Namun kinerja bisnis pengusaha

dari Usaha Mikro di Kota Bandung dapat ditingkatkan lebih optimal melalui

komitmen pengusaha. Penelitian bermanfaat untuk Dinas UMKM di Kota

Bandung secara khusus dan pengusaha secara umum, bahwa pentingnya

memperhatikan komitmen pengusaha berkaitan dengan kinerja bisnis.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Araufi (2019), yang berjudul “Strategi Untuk

Meningkatkan Kinerja Bisnis di PT. Pelni Cabang Semarang Dalam

6
Menghadapi Persaingan Bisnis”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif . Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui penerapan analisis SWOT untuk menetapkan strategi

meningkatkan kinerja bisnis pada PT. Pelni Cabang Semarang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa PT. Pelni Cabang Semarang harus memanfaatkan peluang

semaksimal mungkin, dengan menggunakan strategi yang agresif untuk dapat

menyerang pasar, serta dapat memperlebar jarak persaingan.

3) Penelitian yang dilakukan oleh FArumsari (2020), yang berjudul “Pengaruh

Kualitas Produk Terhadap Kinerja Bisnis Melalui Keunggulan Bersaing (Studi

Pada UMKM Batik D.I. Yogyakarta)”. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif

dan menggunakan kuesioner sebagai metode pengumulan data. Dengan

menggunakan analisis IBM SPSS 25 diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh

positif dan signifikan kualitas produk terhadap kinerja bisnis secara langsung

maupun melalui keunggulan bersaing.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Sarwoko, Nurfarida dan Ahsan (2021), yang

berjudul “Membangun Strategi Kemitraan Untuk Meningkatkan Pendapatan

Pengrajin Tusuk Sate di Kabupaten Malang”. Metode yang digunakan adalah

Community Based Participatory (CBP) dengan melibatkan partisipasi aktif

antara pengabdi dengan pengrajin serta dengan perusahaan mitra. Kegiatan

utama yang akan dilaksanakan meliputi 3 program yaitu focus group discussion

(FGD), bertujuan untuk merumuskan strategi pemecahan masalah dengan

melibatkan pengrajin dan perusahaan mitra. Program kedua mengembangkan

pola kemitraan Subkontrak, dimana para pengrajin biting bambu memproduksi

7
bahan baku tusuk sate khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan mitra.

Program ketiga difusi teknologi, berupa penggunaan mesin pembuat biting

bambu, dan program keempat adalah pelatihan produksi dan pendampingan

mulai tahap persiapan sampai pelaksanaan kemitraan. Hasil kegiatan kemitraan

mampu meningkatkan kapasitas produksi dan penghasilan pengrajin biting, hal

ini disebabkan sudah ada target kapasitas produksi per bulan yang harus dipenuhi

pengrajin, dengan harga yang sudah ditetapkan. Keuntungan bagi perusahaan

mitra adalah terjaminnya ketersediaan bahan baku tusuk sate dengan kualitas

yang sesuai yang diharapkan.

5) Penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah (2022), yang berjudul “Strategi

Kemitraan Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Dalam Meningkatkan

Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pada Usaha Koperasi

Ternak Tani Syari’ah Mitra Subur Kabupaten Bondowoso)”. Metode penelitian

ini adalah penelitian kualitatif deksriptif dengan instrumen kunci peneliti sendiri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola kemitraan yang dijalankan oleh

KTTS adalah pola kemitraan inti plasma dengan lembaga sebagai penyedia

barang dan pemasaran produk. Keberadaan konsep kemitraan Koperasi Ternak

Tani Syariah dapat memberikan pemberdayaan, peningkatan pendapatan, dan

kesejahteraan bagi anggota/mitra-mitranya. Pemberdayaan yang dilakukan

berupa pembinaan terhadap anggota tentang bagaimana caranya agar dapat

beternak dengan cara dan waktu yang lebih efektif dan efisien. Dampaknya tentu

akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

dari masing-masing anggota.

8
Tabel 2.1

Matriks Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No Nama Peneliti dan Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian


Judul Penelitian
1 Sidiqqoh dan Alamsyah a. Membahas a. Metode Terdapat
(2017). Peningkatan mengenai kinerja penelitian hubungan antara
Kinerja Bisnis Usaha bisnis dengan b. Objek komitmen, jiwa
Mikro Melalui Kajian pendekatan penelitian. ambisius
Komitmen Dan Abisius kemitraan pengusaha
Pengusaha
dengan kinerja
bisnis pengusaha.
Namun kinerja
bisnis pengusaha
dari Usaha Mikro
di Kota Bandung
dapat
ditingkatkan lebih
optimal melalui
komitmen
pengusaha
2 Araufi (2019). Strategi a. Menggunakan a. Objek PT. Pelni Cabang
Untuk Meningkatkan metode penelitian penelitian Semarang harus
Kinerja Bisnis di PT. kualitatif b. Fokus memanfaatkan
Pelni Cabang Semarang b. Membahas Penelitian. peluang
Dalam Menghadapi mengenai kinerja semaksimal
Persaingan Bisnis bisnis.
mungkin, dengan
menggunakan
strategi yang
agresif untuk
dapat menyerang
pasar, serta dapat
memperlebar
jarak persaingan
3 Arumsari (2020). a. Membahas a. Metode Terdapat
Pengaruh Kualitas mengenai kinerja penelitian pengaruh positif
Produk Terhadap Kinerja bisnis yang dan signifikan
Bisnis Melalui digunakan. kualitas produk
Keunggulan Bersaing b. Fokus terhadap kinerja
(Studi Pada UMKM penelitian
bisnis secara
Batik D.I. Yogyakarta). yang dibahas.
langsung maupun
melalui
keunggulan
bersaing

9
No Nama Peneliti dan Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Judul Penelitian
4 Sarwoko, Nurfarida dan a. Menggunakan Fokus penelitian Hasil kegiatan
Ahsan (2021). metode penelitian yang dibahas. kemitraan mampu
Membangun Strategi kualitatif meningkatkan
Kemitraan Untuk b. Membahas kapasitas produksi
Meningkatkan mengenai
dan penghasilan
Pendapatan Pengrajin pendekatan
pengrajin biting, hal
Tusuk Sate di Kabupaten kemitraan.
Malang ini disebabkan
sudah ada target
kapasitas produksi
per bulan yang
harus dipenuhi
pengrajin, dengan
harga yang sudah
ditetapkan
5 Nurjannah (2022). a. Menggunakan Fokus penelitian Pola kemitraan
Strategi Kemitraan metode penelitian yang dibahas. yang dijalankan
Sebagai Upaya kualitatif oleh KTTS adalah
Pemberdayaan b. Membahas pola kemitraan inti
Ekonomi Dalam mengenai plasma dengan
Meningkatkan pendekatan lembaga sebagai
Pendapatan dan kemitraan. penyedia barang
Kesejahteraan dan pemasaran
Masyarakat (Studi produk
Kasus Pada Usaha
Koperasi Ternak Tani
Syari’ah Mitra Subur
Kabupaten
Bondowoso.
Sumber : Data Diolah penulis (2023)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kinerja Bisnis

Menurut Ghifary (2003), Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh

seseorang atau kelompok dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara legal,

tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.

10
Menurut Prasetyo dan Harjanti (2013), “kinerja bisnis merupakan

akumulasi dari hasil aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan itu sendiri”.

Menurut Voss (2000), “kinerja organisasi atau sering disebut juga sebagai

kinerja bisnis atau perusahaan merupakan indikator tingkat kesuksesan dalam

mencapai tujuan perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik menunjukkan

kesuksesan dan efisiensi perilaku perusahaan”.

Fairoz et al. (2010) menyatakan “kinerja bisnis sebagai hasil dari

tujuan-tujuan organisasi yang dicapai melalui efektifitas strategi dan teknik”.

Chung et al. (2012) menjelaskan bahwa “kinerja bisnis seperti tingkat

keuntungan, pertumbuhan penjualan, kualitas produk, kualitas layanan,

customer maintain rate, produk baru yang berhasil di pasar dan return of

invesment”.

Agarwal et al. (2003) mengukur kinerja bisnis dengan menggunakan

dua dimensi, yaitu dimensi pertama adalah kinerja keuangan atau kinerja

berdasarkan pada pemasaran seperti tingkat penggunaan, profitabilitas dan

market share, sedangkan dimensi yang kedua adalah kinerja subjektif.

Kinerja subjektif merupakan pengukuran kinerja yang berdasarkan pada

pengukuran terhadap kepuasan pelanggan dan karyawan, seperti kualitas

layanan, kepuasan konsumen, dan kepuasan kerja karyawan.

Sedangkan menurut Liu dan Zhao (2018), kinerja bisnis diukur oleh

tiga dimensi, termasuk kinerja keuangan, kepuasan pelanggan dan kinerja

operasional potensial (peningkatan produk atau proses). Metode-metode ini

11
melibatkan kinerja bisnis jangka pendek dan jangka panjang, yang mewakili

kinerja terintegrasi dan daya saing perusahaan.

Berdasarkan beberapa teori menurut pendapat para ahli diatas, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja bisnis adalah pencapai

usaha atau bisnis yang dijalankan dengan diukur oleh beberapa dimensi yaitu

kepuasaan pelanggan dan karyawan, kualitas pelayanan, kinerja keuangan,

dan kinerja operasional.

2.2.2 Kemitraan

Menurut Hafsah (2010), kemitraan merupakan suatu strategi bisnis,

keberhasilan kemitraan ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang

bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku

yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar etika

bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam

menjalankan kemitraan.

Mardikanto (2011), kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar

dua atau lebih pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan (in acion with).

Kerjasama tersebut merupakan pertukaran sosial yang saling memberi (sosial

rewards), bersifat timbal balik (dyadic) dan saling menerima (reinforcement).

2.2.2.1 Prinsip-Prinsip Kemitraan

Kemitraan mempunyai beberapa prinsip yang harus dilakukan agar

proses kemitraan tersebut dapat berjalan dengan baik serta tujuan dapat

tercapai. Prinsip- Prinsip kemitraan adalah saling membutuhkan,

menguntungkan, ketergantungan, dan saling mendukung.

12
Sudarmadjo (2009), pengembangan kelembagaan kemitraan dalam

sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan

pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut adalah:

1. Keterpaduan dalam sistem pembinan yang saling mengisi antara materi

pembinaan dengan kebutuhan nyata petani

2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan

kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan

tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat

secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra.

3. Keterkaitan antar pelaku dalam sistem agribisnis yang mempunyai

komitmen terhadap kesinambungan bisnis.

4. Prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan

oleh masing-masing anggota kemitraan:

a. Prinsip kesetaraan (Equity).

b. Prinsip keterbukaan.

c. Prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit), Individu

2.2.2.2 Pola Kemitraan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada beberapa jenis-jenis pola kemitraan

sebagai berikut :

1. Pola Inti Plasma adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra

(petani, kelompoktani, gabungan kelompok tani, koperasi dan usaha kecil)

dengan perusahaan mitra dalam hal ini perusahaan menengah dan

13
perusahaan besar, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma.

2. Pola Sub Kontrak adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari

produksinya.

3. Pola Dagang Umum adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan

hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan

yang diperlukan perusahaan mitra.

4. Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari

pihak perusahaan mitra dan berkelompok mitra atau pengusaha kecil

mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus

kepada kelompok mitra untuk memasrkan barang atau jasa perusahaan

yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar atau

menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau

jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk

barang atau jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan

tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya komisi yang diterima

oleh pihak yang memasarkan produk.

5. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis adalah hubungan kemitraan antara

kelompok mitra dengan pemisahaan mitra usaha yang di dalamnya

kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan

14
perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal usaha dengan sarana

untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian

Berdasarkan beberapa teori menurut pendapat para ahli diatas, maka peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama yang saling

menguntungkan antara pengusaha untuk mencapai suatu tujuan bersama

berdasarkan kesepakatan prinsip bersama. Dalam kerjasama harus ada misi, visi,

tujuan dan kesepakatan yang telah dibuat bersama dan saling berbagi resiko

maupun keuntungan yang diperoleh masing-masing pelaku kemitraan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern serta perubahan

lingkungan yang cepat dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan ekonomi

di bidang industri dan jasa. Salah satunya yaitu bisnis di bidang jasa. Gilingan Padi

Kardy Jaya Utama merupakan salah satu bisnis di bidang jasa yang terletak di Desa

Tolai Timur yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat Tolai khususnya Tolai

Timur.

Raharjo dan Rinawati (2014) lebih lanjut menjelaskan pola kemitraan terdiri

dari: 1) Kemitraan Inti-plasma, dimana perusahaan mitra melakukan pembinaan

pada unit usaha atau kelompok usaha yang lebih kecil sebagai mitranya; 2)

Kemitraan Sub-kontrak, dalam hal ini usaha kecil menghasilkan produk setengah

jadi sebagai bahan baku untuk diproses menjadi barang jadi oleh perusahaan mitra;

3) Kemitraan Keagenan, khusus digunakan untuk kemitraan bidang perdagangan,

dimana perusahaan mitra memberikan hak kepada unit usaha lain untuk menjual

produknya dengan sistem imbalan berdasarkan kesepatan; 4) Kemitraan Dagang

15
Umum, dimana perusahaan mitra membantu memasarkan produk dari usaha kecil

sebagai mitranya; 5) Kemitraan Kerjasama Operasional, dimana perusahaan mitra

menyediakan modal, biaya, dan sarana, sedangkan usaha mitra menyediakan tenaga

kerja, dan lokasi usaha.

Kemitraan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk pengembangan

usaha mikro Melalui core bisnis dan kemitraan sehingga menghasilkan kinerja

gilingan dan kinerja tambahan yang saling berkesinambungan sehingga hasil

penelitian diperoleh melipatgandakan kinerja bisnis. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teori dai Sudarmadjo (2009). Adapun kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Gilingan Padi Kardy Jaya Utama

Core Bisnis Kemitraan

Kinerja Gilingan Kinerja Tambahan

Melipatgandakan Kinerja Bisnis


Sudarmadjo (2009)
Prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun
suatu kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan:
a. Prinsip kesetaraan (Equity).
b. Prinsip keterbukaan.
c. Prinsip azas manfaat bersama (mutual benefit)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah area dan situasi berlangsungnya observasi serta

wawancara secara langsung, wawancara kepada narasumber dalam penelitian ini

dilakukan di tempat dan jam yang telah disepakati terlebih dahulu dengan informan.

Situasi berlangsungnya wawancara dilakukan dengan susunan dan tanpa tekanan,

agar informan dapat memberikan informasi secara leluasa tanpa merasa ada tekanan

dan paksaan untuk memberi informasi yang akurat dan dibutuhkan berdasarkan

pengalaman. Dalam melakukan wawancara, tidak lupa dilakukan pengamatan

langsung mengenai “Melipatgandakan Kinerja Bisnis Berbasis Pendekatan

Kemitraan (Studi Kasus: Pada Gilingan Pagi Kardy Jaya Utama Desa Tolai

Timur)”.

3.2 Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang peneliti lakukan yaitu “Melipatgandakan

Kinerja Bisnis Berbasis Pendekatan Kemitraan (Studi Kasus: Pada Gilingan Pagi

Kardy Jaya Utama Desa Tolai Timur)”, peneliti menggunakan jenis metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purporive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan

17
dengan triagulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/deduktif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di tempat usaha UD.Jaya Utama yang berada di

Desa Tolai Timur Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Tengah.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk hasil

wawancara, observasi, dokumentasi, maupun catatan lapangan yang disusun

secara deskriptif dari hasil temuan yang diperoleh.

Menurut Rokhmat (2017;72), “Data adalah sekumpulan informasi atau

angka dari hasil pencatatan suatu kejadian atau informasi yang digunakan

dalam menjawab suatu masalah. Dalam penelitian kualitatif data yang

disajikan berupa argumen-arugmen dan kata-kata”.

3.4.2 Sumber Data

Menurut Sugiyono (2014:308), “sumber data terbagi menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder sumber data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder

adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat dokumen”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Sebagai sumber data primer adalah Pemilik Usaha, Pengelola

18
Keuangan Usaha, Karyawan, Konsumen. Dari data tersebut akan diambil

informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal penting dalam penelitian,

hal ini di karenakan dalam melakukan penelitian dibutuhkan suatu teknik dalam

pengumpulan data, karena data sangat penting bagi keberlangsungannya suatu

penelitian, jika data tidak ada penelitian bisa disebut tidak valid dan tidak

terpercaya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan antara

lain:

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati objek yang akan diteliti, menganalisis, serta mencatat hasil

temuan di tempat penelitian.

3.5.2 Wawancara

Dalam peneletian ini, peneliti akan menggunakan teknik wawancara

dalam melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang diteliti.

Adapun informan yang akan di wawancarai untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Daftar Informan

No Informan Jumlah
1 Pemilik Usaha 1
2 Karyawan 1
3 Pelanggan 1
JUMLAH 3 Informan
Sumber: Diolah Penulis (2023)

19
3.5.3 Mempelajari Berbagai Dokumen

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan penelitian kepustakaan yaitu dengan menganalisis bahan-bahan

pustaka yang berhubungan dengan penelitian khususnya yang berkaitan

dengan “Melipatgandakan Kinerja Bisnis Berbasis Pendekatan Kemitraan

(Studi Kasus: Pada Gilingan Pagi Kardy Jaya Utama Desa Tolai Timur)”.

3.5.4 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2017:476), dokumen merupakan catatan atas suatu

fenomena yang telah terjadi. Dokumen dapat berupa tulisan,gambar, dan

sebuah karya seseorang. Contoh dalam bentuk tulisan adalah catatan harian,

sejarah kehidupan, biografi, peraturan, dan kebijakan. Contoh dokumen dalam

bentuk gambar adalah foto, sketsa, gambar hidup, dan lainnya.sedangkan

dokumen dalam bentuk karya, misalnya patung, lukisan film, gambar, dan

lainnya. Jadi dokumentasi ini diperlukan untuk melengkapi data-data yang

kurang atau menambahkan dan digunakan untuk mengetahui permasalahan

yang akan diteliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011:246-247), Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Berikut tiga alur analisis data penelitian kualitatif:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang dilakukan dengan cara

memilah, mamusatkan, menyederhanakan, dan memfokuskan data yang

20
ditemukan di lapangan berdasarkan catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti

dari hasil wawancara dengan sumber data (informan). Melalui catatan tersebut,

peneliti dapat melakukan reduksi data dengan cara proses pemilihan data

berdasarkan focus penelitian, Menyusun data berdasarkan kategori, serta

membuat pengodean data dengan kisi-kisi penelitian yang dibuat oleh peneliti

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk diagram, table, grafik, dan

sebagainya. Dalam proses penyajian data, peneliti dapat menerima input dari

peneliti lainnya, sehingga data tersebut dapat tersusun jelas dan lebih mudah

dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan (coclusion)

Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti masih bersifat sementara, di mana

peneliti masih dapat menerima saran dari peneliti lainnya. Kesimpulan yang

dibuat oleh peneliti dapat berubah jika peneliti menemukan bukti-bukti baru

pada saat melakukan penelitian di lapangan. Sehingga, peneliti memperoleh

kesimpulan akhir yang lebih meyakinkan.

3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari uji kredibilitas data,

uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Diantaranya akan di

uraikan sebagai berikut:

21
3.7.1 Uji kredibilitas (credibility)

Uji kredibilitas (credibility) merupakan uji kepercayaan terhadap suatu

data hasil penelitian yang telah diolah oleh peneliti. Sehingga, hasil penelitian

yang dilakukan dapat dipercaya dan tidak diragukan sebagai sebuah karya

ilmiah. Uji kredibilitas dapat dilakukan oleh peneliti dapat berupa

memperpanjang waktu pengamatan, meningkatkan kecrmatan, menerapkan

triangulasi, menggunakan bahan pendukung (refrensi), serta mengecek data.

Berikut adalah uraian dari teknik kredibilitas:

1. Memperpanjang Waktu Pengamatan

Perpanjang waktu pengamatan dilakukan untuk meningkatkan

kepercayaan atau kredibilitas dari hasil penelitian yang dilaukan oleh

peneliti. Untuk menguji apakah data yang di lakukan akurat, peneliti dapat

kembali ke tempat penelitian untuk melakukan observasi serta wawancara

lagi dengan sumber data (infoman) yang pernah diwawancarai maupun

dengan sumber data (informan) yang baru. Melalui perpanjangan

pengamatan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data

yang diperoleh, apakah benar atau tidak, konsisten atau ada perubahan.

Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti

sebagai data yang kredibel. Dan jika pengamatan dirasa cukup peneliti bisa

mengakhiri pengamatan.

2. Meningkatkan Kecermatan

Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara yang dilakukan

oleh peneliti untuk mengecek apakah data yang diperoleh di tempat

22
penelitian telah dikumpulkan, dianalisis, dan disusun dengan benar sesuai

kategori yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti

dapat meningkatkan kecermatan dengan cara membaca berbagai refrensi,

baik melalui jurnal, buku, dokumen, maupun penelitian terdahulu.

Semakin sering peneliti membaca berbagai refrensi dan mencatat setiap

temuan di lapangan, maka semakin cermat peneliti dalam membuat hasil

penelitian yang baik.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang di pakai dalam

penelitian in sebagai berikut:

a) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk menguji kredibilitas

data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa

sumber. Data atau informasi di gali dari informan.

b) Tirangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan peneliti untuk menguji kredibilitas

data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan

empat macam teknik pengumpulan data, yakni observasi,

23
wawancara, mempelajari berbagai dokumen dan dokumentasi.

Untuk lebih jelas gambaran proses penelitian dalam triangulasi

teknik dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Teknik Triangulasi

Mempelajari
Berbagai Dokumen

Wawancara

Observasi

(Sugiyono, 2016)
c) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Triangulasi

waktu digunakan peneliti untuk menguji kredibilitas data dengan

cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara atau

teknik lain dalam waktu, hari dan situasi kondisi yang berbeda-beda.

Maka pengecekan bisa dilakukan secara berulang-ulang sampai

ditemukan kepastian data. Tiga triangulasi dalam penelitian ini akan

dilakukan dengan mencocokkan data hasil temuan lapangan berupa

data-data kegiatan penelitian yang didapat melalui hasil observasi

langsung, hasil wawancara, serta dari dokumentasi kegiatan berupa

foto-foto kegiatan tersebut.

24
4. Bahan Pendukung (refrensi)

Refrensi dapat digunakan oleh peneliti sebagai alat pendukung untuk

membuktikan data yang diperoleh. Data yang diperoleh dapat dibuktikan

dengan bahan pendukung seperti, foto-foto serta dokumen penting lainnya.

5. Mengecek Data (Member Check)

Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan member chek dengan

tujuan agar data yang diperoleh peneliti di lapangan valid atau sesuai dengan

bahan pendukung. Sehingga, hasil penelitian dapat sesuai denga apa yang di

butuhkan oleh sumber data (informan).

3.7.2 Uji Transferability

Uji transferability merupakan uji keabsahan data eksternal dalam

penelitian kualitatif, uji transferability dilakukan untuk mengukur derajat

kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, sehingga dapat

diterapkan oleh subjek peneliti tempat data tersebut di peroleh.

3.7.3 Uji Dependability

Uji dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian. Peneliti dapat memanfaatkan auditor independent

(dosen pembing) untuk menguji keseluruhan aktivitas penelitian yang dilakukan

peneliti, mulai dari awal penelitian hingga penelitian tersebut berakhir.

3.7.4 Uji Confirmability

Uji confirmability disebut juga uji objektivitas, yang dilakukan untuk

menguji seberapa banyak pihak yang menerima hasil penelitian yang telah

dilakukan. Hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan

25
peneliti, dalam penelitian, proses dan hasil penelitian harus seimbang sehingga

tidak menimbulkan keraguan selama penelitian.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kecamatan Torue mempunyai luas wilayah mencapai

kurang lebih 78, 76 Km². Dengan jumlah penduduk Kecamatan Torue sebanyak

2.500 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 768 KK. Musim di Kecamatan Torue

sebagaimana daerah lain di wilayah Indonesia umumnya adalah musim hujan dan

musim kemarau.

4.1.1 Keadaan Demografi

A. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan titik sentral dalam pembangunan suatu daerah dan

sumber daya yang paling penting bagi kemajuan daerah tersebut. Penduduk menjadi

modal pembangunan dan juga dasar sekaligus sasaran semua kebijakan

pembangunan suatu daerah. Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan

ekonomi serta usaha membangun suatu perekonomian karena penduduk

menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan tenaga kerja usahawan

dalam menciptakan kegiatan ekonomi.

27
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Torue

Jumlah jiwa
Laki-laki Perempuan
186 179
327 321
359 352
396 380
1.268 1.232
Sumber data : Kantor Kecamatan Torue Tahun 2020

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sex ratio di

Kecamatan Torue yaitu 103, artinya dalam 100 penduduk perempuan terdapat 103

penduduk laki-laki.

B. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu usaha yang dilakukan secara sadar dan

sistematis dan berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan

dari seorang kepada orang lain. Tingkat pendidikan yang diraih dapat menunjukkan

kualitas hidup penduduk dalam suatu daerah. Pendidikan merupakan salah satu

indikator yang tidak bisa lepas dalam penentuan kemiskinan dan kesejahteraan

suatu daerah. Berikut ini adalah gambaran tingkat pendidikan warga masyarakat

Kecamatan Torue:

Tabel 4.2
Jumlah Tingkat Pendidikan Kecamatan Torue

Jumlah Persentase
No Tingkat pendidikan (Orang)
1 Strata 2 10 0,40
2 D 4 / Strata 1 47 1,88
3 D 3 / Sarjana Muda 4 0,16
4 D1/D2 6 0,24
5 SLTA Sederajat 315 12,60

28
Jumlah Persentase
No Tingkat pendidikan (Orang)
6 SLTP Sederajat 280 11,20
7 SD Sederajat 643 25,72
8 Tidak Sekolah 382 76,40
Jumlah 2.500 100
Sumber data: Kantor Kecamatan Torue Tahun 2020

Tabel 4.2 menyajikan data mengenai tingkat pendidikan masyarakat Di

Kecamatan Torue. Dapat diasumsikan bahwa secara keseluruhan tingkat

pendidikan masyarakat yang ada di Kecamatan Torue termasuk dalam kategori

tinggi.

C. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk merupakan gambaran kegiatan ekonomi suatu

daerah sehingga maju mundurnya suatu daerah dapat dilihat dari sektor

ekonominya. Kondisi alam suatu daerah akan berpengaruh terhadap aktifitas atau

mata pencaharian masyarakat, selain faktor kondisi sosial dan ekonomi berupa

kepadatan penduduk, dan keadaan sentra-sentra ekonomi lainnya. Sebagai mana

layaknya masyarakat Kecamatan Torue yang berdomisili di daerah pinggiran kota.

pada dasarnya jenis mata pencaharian mereka tidak jauh dari keadaan alam

sekitarnya.

Berikut ini adalah data jumlah penduduk Kecamatan Torue berdasarkan

mata pencaharian:

Tabel 4.3
Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Torue

Jumlah (Orang) Persentase


No Mata Pencaharian Laki- Perempua Laki-
Laki n Laki Perempuan
1 PNS 20 6 1,19 0,73

29
Jumlah (Orang) Persentase
No Mata Pencaharian Laki- Perempua Laki-
Laki n Laki Perempuan
2 Polri 7 0 0,41 0
3 Karyawan Swasta 30 15 1,78 1,84
4 Petani/Pekebun 160 40 9,50 4,90
5 Wiraswasta 1102 195 50,59 14,70
6 Tukang 15 0 0,89 0
7 Tidak Bekerja 350 560 20,78 68,62
Total 1684 816 100,00 100,00
Sumber data: Kantor Kecamatan Torue Tahun 2020

Tabel 4.3 menyajikan data mengenai mata pencaharian masyarakat

Kecamatan Torue. Jika dilihat dari aspek mata pencaharian atau jenis pekerjaan

maka mayoritas masyarakat adalah wiraswasta. Namun ada juga beberapa yang

tidak bekerja, tidak bekerja merupakan penduduk yang masih berusia belum

sekolah dan usia sekolah.

D. Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sumber daya pembangunan mutlak diperlukan dalam rangka

menentukan langkah, arah serta strategi pembangunan di desa secara tepat.

Masyarakat membutuhkan sumberdaya pembangunan sebagai penunjang sarana

prasarana kegiatan di kelurahan. Keadaan sarana dan prasarana yang dimaksud

adalah sarana dan prasarana pemerintahan, permukiman, ekonomi, kesehatan,

penduduk, trasportasi dan komunikasi. Sarana dan prasarana merupakan penunjang

setiap bentuk aktivitas penduduk. Tersedianya sarana dan prasarana juga menjadi

faktor pendorong kemajuan masyarakat karena memudahkan masyarakat dalam

menjalankan aktivitasnya. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di

Kecamatan Torue, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

30
Tabel 4.4
Sarana dan Prasarana Desa Kecamatan Torue

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Kantor Kecamatan 1 Unit
2 Sekolah Dasar 5 Unit
3 Sekolah Taman Kanak-Kanak 4 Unit
4 Madrasah Ibtidaiah 1 Unit
5 Puskesmas Pembantu 3 Unit
6 Gedung Posyandu 4 Unit
7 Masjid 3 Unit
8 Pura 6 Unit
9 Gereja 5 Unit
10 Lapangan Sepak Bola 1 Unit
Sumber data: Kantor Kecamatan Torue Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.4 yang menyajikan sarana dan prasarana di

Kecamatan Torue menunjukkan bahwa keseluruhan desa sudah memiliki sarana

dan prasarana yang lengkap untuk menjalankan roda pemerintahan baik dari

segi kesehatan pendidikan dan adat istiadat. Hal ini terlihat dari keseluruhan desa

yang sudah memiliki kantor desa untuk menjalankan tugasnya sebagai aparatur

pemerintah. Bidang kesehatan masyarakat juga tidak luput dari perhatian

pemerintah Desa dimana pemerintah telah membangun satu unit puskesmas

pembantu dan empat posyandu dan di bidang pendidikan pemerintah telah

menyediakan sarana pendidikan dan juga pemerintah telah menyediakan sarana

peribadatan sudah memadai.

31
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Proses Produksi Penggilingan Padi Kardy Jaya Utama

Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa Penggilingan padi

merupakan salah satu proses/kegiatan pascapanen padi. Sedangkan pascapanen

sendiri berarti semua kegiatan yang dilakuan sesaat setelah melakukan

pemanenan padi hinggi mengubah produk tersebut menjadi beras siap konsumsi.

Kegiatan tersebut meliputi pemanenan, perontokan, pengangkutan,

pembersihan, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengemasan, hingga

pada proses pemasarannya. Namun data dilapangan menunjukkan bahwa proses

yang melingkupinya cenderung lebih kompleks. Proses bisnis usaha

penggilingan padi adalah sebagai berikut:

a. Mencari pasokan padi/gabah

Secara sederhana proses ini mudah untuk dilakukan jika kondisi yang ada

normal. Namun pada kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa padi/gabah

bisa diperoleh dari petani. Akan menjadi sulit mendapatkan pasokan ketika

petani hanya mampu memproduksi gabah yang tidak banyak. Hal tersebut

diakibatkan lahan pertanian yang semakin tahun menyusut akibat adanya

pembangunan infrastruktur dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tidak

hanya itu musim juga menjadi kendala kelangkaan pasokan. Hal tersebut sesuai

dengan yang dikemukakan oleh ibu Pini Alvionita:

“Untuk mendapatkan stok gabah memang terkadang sangat sulit, apalagi


saat musim panas seperti saat ini. Namun karena kemitraan yang kita
lakukan, jadi kami selalu mendapatkan pasokan gabah dari petani yang
menjadi mitra kami.”

32
Mudah mendapatkan pasokan ketika musim panen raya tiba, namun akan

kesulitan pasokan jika saat bukan musim panen raya dan penggilingan padi harus

tetap beroperasional demi memenuhi kebutuhan. Hal ini disebabkan data

dilapangan yang menunjukkan semakin banyak pengilingan padi yang

bermunculan baik skala kecil maupun menengah yang artinya persaingan dalam

mendapatkan pasokan bahan baku menjadi sulit didapatkan. Hal ini sangat

menjadi kendala bagi pasokan penggilingan padi kecil yang menerapkan

penggilingan padi sebagai jasa penggilingan saja. Kardy Jaya Utama

menerapkan sistem kemitraan dengan para petani untuk bersedia menjual gabah

hasil produksinya.

b. Menentukan kualitas dan harga gabah,

Proses lanjutan setelah mendapatkan gabah adalah menentukan harga

gabah atau bahan baku berdasar kualitas gabah yang didapatkan. Proses ini tidak

begitu rumit, namun membutuhkan kejelian agar mampu meminimalisir risiko

yang ditanggung kemudian. Penentuan harga biasanya didasarkan pada harga

pasaran, kadar air gabah, dan lainnya. Kardy Jaya Utama yang mana usaha yang

dilakukan tidak sekedar melakukan jasa penggilingan melainkan lebih pada

bisnis jual beli dan produksi. Sehingga insting dan pengalaman menjadi kunci

utama dalam menentukan kualitas dan harga gabah tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh ibu Pini Alvionita:

“penentuan harga kami sesuaikan dengan harga pasar, namun kami juga
melihat kualitas gabah yang dibawa petani. Walaupun beberapa petani
menjadi mitra kami, namun kita menjual sesuai dengan harga semestinya,
kami tidak membeli dibawah harga pasar, asal kualitas sesuai dengan
kesepakatan”

33
Sangat memungkinkan terjadi tawar menawar antara pengusaha dengan

petani terkait harga gabah disamping terjadi hubungan emosional antara

keduanya yang menyebabkan kecanggungan dalam penentuannya. Hal ini juga

menjadi salah satu kendala lemahnya harga tawar yang menyebabkan pada

kerugian yang didapat diantara keduanya.

c. Menjemur gabah jika dibutuhkan,

Jika Kardy Jaya Utama mendapatkan gabah yang berkualitas baik maka

proses ini tidak perlu dilakukan. Akan berbeda jika ternyata Kardy Jaya Utama

mendapatkan gabah dengan kualitas yang kurang baik atau masih memiliki

kadar air yang tinggi sehingga dilakukan proses penjemuran gabah. Tujuan dari

proses ini adalah mengupayakan agar bahan baku (gabah) dapat ditingkatkan

kualitasnya sehingga ketika dimasukan pada proses penggilingan akan

mendapatkan beras dengan kualitas yang maksimal dan meminimalisir resiko

kegagalan produk akhir yaitu mendapatkan beras kepala dengan prosentase yang

lebih besar. Proses ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan

otomatis. Manual dimaksudkan proses penjemuran dengan mengandalkan

tenaga manusia dengan bantuan panas cahaya matahari. Sedangkan otomatis

dimaksudkan memerlukan bantuan mesin untuk mengeringkan gabah agar

mendapatkan kualitas yang baik. Hal ini dilakukan untuk menghemat tenaga

dan biaya serta mengantisipasi ketika musim hujan sedang berlangsung.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh ibu Pini Alvionita:

“untuk mempercepat pengeringan gabah kami menggunakan 2 metode


yaitu dengan metode pengeringan manual dan menggunakan mesin. Hal
ini kami lakukan agar tidak terjadi antrian”

34
d. Proses penggilingan dan pengemasan,

Setelah mendapatkan pasokan bahan baku yang telah disesuaikan dengan

kualitas, langkah selanjutnya adalah proses penggilingan padi yang merupakan

proses utama dalan bisnis penggilingan padi. Penggilingan padi merupakan

proses mengubah bahan baku gabah menjadi beras siap konsumsi. Pada proses

ini, semua peralatan harus dipersiapkan dengan baik guna menghindari

kemacetan produksi. Biasanya penyesuaian yang dilakukan adalah cek bahan

bakar, kondisi stabilitas mesin dan alat utama lainnya.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh karyawan Kardi Jaya

Utama:

“sebelum menggilingkan kita menyiapkan mesin yang akan digunakan.


Seperti gilingan dengan menggunakan listik yang pas dan menggunakan
polis uap”

Pada proses ini akan dihasilkan beberapa produk diantaranya sekam,

bekatul, dedak, menir, beras patah, dan beras kepala. Bekatul dan dedak sendiri

memiliki perbedaan spesifikasi diantaranya besaran kepingan yang akan

menentukan perbedaan kualitas dan harga. Bekatul lebih halus sedangkan dedak

cenderung lebih kasar. Pada produk hasilan penggilingan padi masing-masing

memiliki nilai ekonomis yang berbeda.

4.2.2 Pengembangan Bisnis Kardy Jaya Utama

Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dalam

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Sebagai implementasi

dari hubungan kemitraan tersebut dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan

35
yang sesuai sifat/kondisi dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan menciptakan

iklim usaha yang kondusif, baik dalam hal pembinaan maupun pelaksanaan

operasionalnya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, pola kemitraan

yang digunakan Kardy Jaya Utama (perusahaan mitra) dengan Petani (kelompok

mitra) yaitu menggunakan pola kemitraan kepercayaan.

Kemitraan antara petani padi dengan Kardy Jaya Utama dilandasi oleh

rasa saling percaya dan saling menguntungkan. Antar mitra sudah saling

mengenal dan sudah menjadi teman sejak lama, sehingga kemitraan tersebut

berjalan secara alami. Dalam kemitraan, tidak terdapat Memorandum of

Understanding (MOU) secara tertulis antara Kardy Jaya Utama dengan petani.

Kedua belah pihak saling melengkapi satu sama lain. Petani mitra bertugas

dalam penyediaan dalam kegiatan budidaya, sedangkan Kardy Jaya Utama

bertugas dalam penyediaan modal dan pemasaran hasil panen.

Dalam memilih petani untuk diajak bekerjasama mengutamakan

kekerabatan. Sebagain besar petani yang menjual hasil panen merupakan

kenalan lama dan satu desa. Hal ini dikarenakan Kardy Jaya Utama telah

mengenal bagaimana sifat dan kondisi pribadi petani tersebut sehingga tidak

ragu untuk menjalin kemitraan. Selain saling mengenal dengan baik, Kardy Jaya

Utama dalam mencari petani yang diajak bermitra juga melihat dari luas lahan

yang dimiliki dan kondisi tanaman padi saat itu. Apabila tanaman padi dianggap

baik, maka Kardy Jaya Utama akan mendatangi petani tersebut dan menawarkan

untuk membeli tanaman padi tersebut.

36
Namun bukan hanya Kardy Jaya Utama yang datang ke petani, ada

beberapa petani yang menawarkan sendiri tanaman padinya. Beberapa petani

yang menawarkan padinya. Biasanya hal ini dikarenakan petani tersebut

membutuhkan pinjaman. Pinjaman ini biasanya digunakan untuk tambahan

modal usahatani maupun untuk kebutuhan sehari-hari.

Salah satu yang dipertimbangkan dalam menentukan harga gabah beras

ialah varietas yang digunakan. Selain varietas padi yang digunakan, keadaan

gabah beras juga menjadi pertimbangan penentuan harga. Walaupun varietas

yang digunakan baik, namun kondisi gabah beras tidak baik, yaitu banyak yang

kopong, gabah beras tidak bening dan bulir beras banyak yang pecah, harga yang

ditetapkan akan lebih rendah dibanding gabah beras dengan kondisi baik. Musim

saat itu juga menjadi pertimbangan tersendiri. Seperti saat penelitian ini

dilakukan dimana sedang musim penghujan, gabah beras membutuhkan waktu

lebih lama dalam pengeringannya, sehingga penyusutan pada gabah menjadi

lebih tinggi dibanding saat musim kemarau.

Gabah yang dijual kepada Kardy Jaya Utama sebagian besar berupa

gabah basah. hal ini dikarenakan sebagian besar petani tidak memiliki tempat

untuk proses penjemuran. Petani yang bekerjasama dengan Kardy Jaya Utama,

sebelum panen akan ke gudang untuk mengambil karung sebagai wadah gabah

nantinya. Gabah biasanya diambil oleh Kardy Jaya Utama di lahan sawah

maupun dirumah petani mitra. Setelah sampai di gudang, gabah di timbang.

Pendapatan yang didapat petani mitra akan disesuaikan dengan berat gabah beras

37
dikurangi biaya penyusutan. Setelah itu gabah yang telah dibeli disimpan

digudang penyimpanan untuk menunggu tempat penjemuran tersedia.

Gabah yang telah dijemur kemudian di giling dan dikemas kedalam

kemasan. Beras kemudian dipasarkan ke beberapa toko atau pedagang baik yang

ada di sekitar Tumpang, maupun di luar kota. Namun tak jarang beberapa

pembeli merupakan tetangga Kardy Jaya Utama sendiri. Pembeli biasanya akan

menghubungi Kardy Jaya Utama atau datang langsung ke gudang pengumpulan

beras Kardy Jaya Utama. Setelah dijelaskan mengenai mekanisme berjalannya

kerjasama antara petani padi dengan Kardy Jaya Utama, dapat dilihat bagaimana

kemitraan tersebut berlangung. Dalam kemitraan yang terjadi antara petani padi

dengan Kardy Jaya Utama, terdapat dua belah pihak yang terlibat. Petani padi

sebagai petani mitra yang menyediakan sarana produksi, lahan dan tenaga kerja.

Sedangkan Kardy Jaya Utama yang bertugas menyediakan sarana panen dan

pasca panen dan penyedia pemasaran hasil panen.

Petani Padi Kardy Jaya


Utama

- Lahan - Biaya
- Sarana produksi - Pemasaran hasil panen
- Tenaga kerja - Informasi Harga

Gambar 4.1
Kemitraan Petani Padi dengan Kardy Jaya Utama

Pada skema diatas dapat dilihat bagaimana kemitraan yang berlangsung

antara petani padi dengan Kardy Jaya Utama. Petani padi bertugas dalam

38
menyediakan lahan, sarana produksi dan tenaga kerja dalam kegiatan budidaya

tanaman padi tersebut. Pedagang pengumpul bertugas untuk menyediakan

sarana pasca panen, pemasaran hasil panen, dan informasi. Informasi yang

dimaksud disini ialah informasi mengenai harga beras yang terbentuk saat itu.

Dengan saling terbukanya mengenai harga beras di pasaran, maka pedagang

pengumpul tidak dapat mematok harga yang terlalu rendah kepada petani. Kardy

Jaya Utama juga memiliki tugas bertugas untuk menyediakan sarana pasca

panen, pemasaran hasil panen, dan informasi. Informasi yang dimaksud disini

ialah informasi mengenai harga beras yang terbentuk saat itu, namun Kardy Jaya

Utama juga bertugas dalam penyediaan biaya dan sarana panen. Hal ini

dikarenakan petani yang bermitra dengan juragan memiliki keuntungan dimana

biaya dan sarana panen disediakan oleh Kardy Jaya Utama.

Kemitraan yang terjalin antara petani padi dengan Kardy Jaya Utama

telah berjalan sangat lama. Hal ini didasari oleh pengakuan petani bahwa

kemitraan telah terjalin sejak pertama kali petani memulai membudidayakan

tanaman padi. Berdasarkan data yang diperoleh, informan telah bekerja sebagai

petani padi selama 5 tahun, sehingga dapat dikatakan jika kemitraan antara

petani padi dengan Kardy Jaya Utama telah berlangsung lama. Namun demikian,

lamanya jalinan kemitraan tersebut tidak menutup kemungkinan adanya

permasalahan yang terjadi, baik dari dalam maupun luar desa. Maka untuk

mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan usaha dari Kardy Jaya Utama

sendiri agar dapat mempertahankan kemitraan yang baik dengan petani padi di

desa tersebut.

39
Petani Padi Kardy Jaya
Utama

Saling Menguntungkan
dan Saling Percaya

Kemitraan Berlangsung
Lama

Upaya Membangun
Hubungan Baik

Komunikasi dan
Pemberian Pinjaman

Gambar 4.2
Strategi Menjalin Kemitraan

Dalam kemitraan yang berjalan antara petani padi dengan Kardy Jaya

Utama, tidak ada kesulitan khusus dalam menjaga kemitraan tersebut. Hal ini

dikarenakan Petani padi dan Kardy Jaya Utama Saling menguntungkan dan

saling percaya.

4.2.3 Pendapatan Penggilingan Padi Kardy Jaya Utama

Penerimaan yang diperoleh penggilingan padi Kardy Jaya Utama berasal

dari upah jasa penggilingan padi dan penjualan produk samping. Sedangkan

penerimaan dari produk sampingan yang di hasilkan berupa dedak, menir dan

40
sekam. Untuk melihat penerimaan usaha penggilingan padi Kardi Jaya Utama

dari tahun 2020-2022.

Tabel 4.5
Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Kardi Jaya Utama

2020 2021 2022


Jasa Penggilingan 129.200.400 152.418.000 173.888.400
Padi
Penjualan Sekam 10.336.000 12.193.400 13.911.000
Penjualan Dedak 51.680.000 60.966.000 69.554.000
Penjualan Menir 6.460.000 7.620.000 8.690.000
Jumlah 197.676.400 233.197.400 266.043.400

Penerimaan tersebut didapat dari hasil jasa penggilingan padi dan

penjualan produk samping berupa sekam, dedak dan menir. Jasa penggilingan

padi di dapatkan dari jumlah beras yang telah digiling dikalikan dengan harga

jasa giling yaitu Rp. 700/kg, sekam diperoleh dari 20% rendemen gabah yang

digiling kemudian dikalikan dengan harga jual sekam yaitu Rp. 200/Kg, dedak

diperoleh dari 10% rendemen gabah yang di giling kemudian dikalikan dengan

harga jual dedak yaitu Rp. 2000/Kg, menir yang diperoleh penggilingan

biasanya 1 ton gabah mendapatkan menir sebanyak 5 kg yang kemudian

dikalikan dengan harga jual menir yaitu Rp. 5000/kg.

4.3 Pembahasan

Setiap manusia dalam memutuskan sesuaatu pasti didasari oleh beberapa

alasan. Begitu juga dengan petani padi, dalam memutuskan untuk bekerjasama

dengan Kardy Jaya Utama pastilah didasari oleh beberapa alasan.Dalam

pemilihan keputusan petani padi untuk bekerjasama dengan Kardy Jaya Utama,

tidak dapat dipisahkan dari faktor perekonomian petani itu sendiri. Seperti yang

41
diketahui bahwa sebagian besar permasalahan dari petani ialah keterbatasan

modal. Keterbatasan modal inilah yang sampai sekarang merupakan alasan

utama petani padi memilih bekerjasama dengan Kardy Jaya Utama, dibanding

menjual langsung hasil pertaniannya ke konsumen. Selanjutnya, karena

keterbatasan modal ini, terbentuklah sebuah pemikiran dalam diri petani padi

bahwa dengan memilih menjual hasil pertanian kepada Kardy Jaya Utama, maka

akan tercipta sebuah kepraktisan. Kepraktisan ini didapat dikarenakan kepastian

dalam memperoleh bantuan dari Kardy Jaya Utama dalam mencari tenaga kerja

panen dan pasca panen. Dengan bantuan tersebut, secara tidak langsung akan

memangkas biaya produksi petani padi sehingga modal yang dikeluarkan tidak

terlalu besar.

Hal ini dibenarkan oleh Soekartawi (2006), bahwa petani khususnya

petani kecil di Indonesia masihlah kekurangan dalam hal modal dan tabungan

serta terbatasnya sarana dan prasarana usaha dimana mengakibatkan

ketidakmampuan sebagian besar petani menjual langsung hasil pertanian kepada

konsumen. Namun berbeda dengan pernyataan Soekartawi (2006) selanjutnya

yang menyatakan bahwa petani di Indonesai cenderung memiliki keterbatasan

dalam hal pengetahuan, khususnya pengetahuan mengenai pemasaran hasil

petanian, salah satu alasan petani yang memilih bekerjasama dengan salah satu

Kardy Jaya Utama.

Pengetahuan mengenai pemangkasan rantai pemasaran ini didapatkan

petani saat adanya penyuluhan dari pemerintah daerah. Dengan adanya

pengetahuan ini, dapat disimpulkan bahwa sebagian petani padi di Torue telah

42
memahami bahwa dengan memangkas rantari pemasaran, maka akan

mengoptimalkan profit yang akan didapat. Selain alasan-alasan yang telah

dijelaskan diatas, alasan yang masuk dalam faktor ekonomi ialah kebutuhan

sehari-hari yang mendesak, dimana sebagian besar dialami petani yang

bekerjasama dengan juragan dan perbedaan harga yang ditawarkan oleh masing-

masing Kardy Jaya Utama.

Alasan kebutuhan yang mendesak ini sesuai dengan pernyataan

Purnaningsih (2008), dimana salah satu alasan utama petani dalam memutuskan

untuk menjual hasil pertanian ialah kondisi ekonomi yang mendesak. Alasan

lainnya, yaitu perbedaan harga yang ditawarkan juga sesuai dengan Nashikha

(2014), dimana disampaikan bahwa petani cenderung lebih mengutamakan besar

keuntungan yang diperoleh untuk menentukan dengan siapa kerjasama

dilakukan. Hal inilah yang menjadi alasan sebagian besar petani yang

bekerjasama dengan pedagang pengumpul untuk menjual hasil panen kepada

pedagang pengumpul.

Selain dari faktor ekonomi, keputusan petani padi memilih bekerjasama

dengan Kardy Jaya Utama juga di pengaruhi oleh faktor sosial. Faktor sosial ini

merupakan sikap petani padi itu sendiri, dimana sebagian besar petani, baik yang

bekerjasama dengan Kardy Jaya Utama, lebih mengutamakan rasa sungkan.

Rasa sungkan ini ialah rasa tidak enak apabila menolak menjual kepada Kardy

Jaya Utama. Hal ini dikarenakan adanya ikatan pertemanan yang sangat lama

antara petani padi dengan Kardy Jaya Utama. Dikarekan tidak ingin merusak

pertemanan yang telah terjalin, petani akhirnya mau menjual hasil pertanian

43
mereka kepada Kardy Jaya Utama, walaupun kemungkinan adanya penawaran

harga yang lebih tinggi dari lainnya.

Hubungan kerjasama yang berlangsung antara petani padi dengan Kardy

Jaya Utama memang tidak memiliki perjanjian secara tertulis seperti apabila

bekerjasama dengan sebuah perusahaan. Tidak adanya perjanjian tertulis ini

dikarenakan segala hubungan kerjasama yang dilakukan oleh petani padi dengan

Kardy Jaya Utama didasari oleh rasa saling percaya oleh kedua belah pihak.

Hal ini sesuai dengan penyampaian Scott (1993) dalam Kausar dan

Zaman (2011), dimana menyatakan bahwa kemitraan bukan hanya hubungan

kerja saja, namun juga ikatan moral yang terjalin antara pihak yang terlibat

didalamnya yang menjadikan hubungan ini lebih bersifat pribadi, yaitu

hubungan yang didasarkan rasa saling percaya dan bersifat informal.

Berbeda dengan hubungan kerjasama yang membentuk suatu kemitraan,

dimana walaupun sama-sama bertujuan untuk menguntungkan kedua belah

pihak yang terlibat, dalam hubungan kemitraan terdapat suatu peraturan yang

jelas antar pihak yang terlibat. Peraturan ini baik secara tertulis maupun lisan,

berisikan mekanisme suatu kemitraan berlangsung (Martodireso dan Suryanto,

2002 dalam Yulianjaya dan Hidayat, 2016). Namun, tidak adanya perjanjian ini

bukan berarti bahwa hubungan kerjasama tersebut tidak masuk kedalam sebuah

kemitraan. Hal ini dikarenakan secara tidak langsung diantara petani padi dan

Kardy Jaya Utama terdapat aturan secara lisan yang harus tetap dijalankan kedua

belah pihak agar kerjasama terus berlanjut. Dengan adanya aturan-aturan yang

dibuat secara lisan, terdapat beberapa hak dan kewajiban, baik dari segi petani

44
padi maupun Kardy Jaya Utama yang tetap harus dijalankan guna menjaga

keberlangsungan kemitraan tersebut.

Hak dan kewajiban ini juga dapat dilihat dari bagaimana selama ini

mekanisme kerjasama antara petani padi dan Kardy Jaya Utama berlangsung.

Dengan adanya hak dan kewajiban dalam kemitraan antara petani padi dengan

Kardy Jaya Utama, walaupun hak dan kewajiban tersebut tidak tertulis, maka

tidak mengherankan apabila kemitraan tersebut dapat berjalan sangat lama. Hal

ini disebabkan dengan adanya hak dan kewajiban dalam kemitraan tersebut,

maka tujuan dari dibangunnya kemitraan akan lebih mudah untuk dicapai

sehingga tidak ada alasan, baik dari pihak petani maupun pihak Kardy Jaya

Utama untuk memutuskan kemitraan yang berlangsung.

Sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kausar dan Zaman (2011), bahwa

tujuan dasar diadakannya sebuah kemitraan patron-klien ialah persediaan

jaminan sosial sehingga kemitraan tersebut haruslah berjalan secara seimbang,

dimana Kardy Jaya Utama harus mampu memberikan perlindungan ekonomi

kepada petani mitranya, sedangkan petani membalasnya dengan memberikan

segala sumberdaya yang dimiliki kepada Kardy Jaya Utama. Apabila kemitraan

yang berlangsung tidak berjalan secara seimbang, maka tidak ada alasan bagi

pihak yang terlibat untuk melanjutkan kemitraan tersebut.

45
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah dalam kemitraan antara petani padi dengan Kardy Jaya

Utama tidak ada perjanjian tertulis, tetapi dilakukan dengan sikap saling percaya.

Namun demikian, terdapat hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak yang tetap

harus dijalankan guna keberlangsungan kemitraan. Petani padi mitra

berkewajiban dalam menyediakan lahan, sarana produksi dan tenaga kerja.

Kardy Jaya Utama berkewajiban dalam menyediakan sarana panen dan pasca

panen, pemasaran hasil panen serta informasi harga.

5.2 Saran

1. Meningkatkan kemitraan sehingga pendapatan petani akan meningkat.

2. Penggilingan padi di dalam desa dapat membentuk suatu lembaga


pemasaran bersama yang dibantu oleh pemerintah setempat, seperti

koperasi. Adanya lembaga pemasaran tersebut, diharapkan para petani

mendapat wadah dalam mencari informasi mengenai pemasaran hasil

pertanian tanaman padi mereka. Informasi yang dapat dibagikan antara lain

mengenai adopsi teknologi budidaya tanaman padi terbaru dan harga beras

di pasar.

46
5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya mewawancarai satu pelanggan gilingan Kardy Jaya

Utama sehingga informasi yang didapatkan belum sepenuhnya menggambarkan

kinerja kemitraan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal A, Saleh RA, Bedaiwy MA. 2003. Role of reactive oxygen species in the
pathophysiology of human reproduction. Fertil Steril. 79: 829-843.

Araufi, Novytian Ayu. 2019. Skripsi. Strategi Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
di PT. Pelni Cabang Semarang Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis.
Universitas Semarang. Semarang

Arumsari, Findi Arista Dyah. 2020. Skripsi. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Kinerja Bisnis Melalui Keunggulan Bersaing (Studi Pada UMKM Batik D.I.
Yogyakarta). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
Dang, X., Liu, Z., Zhou, Y., Chen, P., Liu, J., Yao, X. and Lei, B., 2018.
Steroidsspecific target library for steroids target prediction. Steroids, 140,
pp.83-91.
Fairoz et al. 2010. Entrepreneurial Orientation and Business Performance of Small
and Medium Scale Enterprises of Hambantota District Sri Lanka. Asian
Social Science. Vol.6 No.3
Ghifari. 2003. Percaya Diri Sepanjang Hari, Panduan Sukses Generasi Qurani.
Bandung : Muhajid.
Hafsah, Mohammad Jafar. 2010. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi, Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan.
Hamid, Abdul Munir Haryanto, 2011. Untung Besar dari Bertanam Cabai Hibrida.
Jakarta: AgroMedia.
Mardikanto, Totok. 2011. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan 1.
Surakarta : UNS Press.
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjannah, Feby. 2022. Tesis. Strategi Kemitraan Sebagai Upaya Pemberdayaan
Ekonomi Dalam Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat
(Studi Kasus Pada Usaha Koperasi Ternak Tani Syari’ah Mitra Subur
Kabupaten Bondowoso). Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq,
Jember.
Prasetyo T, Harjanti D. 2013. Modal Sosial Pengusaha Mikro dan Kecil Sektor
Informal dan Hubungannya Dengan Kinerja Bisnis di Wilayah Jawa Timur.
Student Jurnal, Vol.1 No.3
Raharjo, T. W., & Rinawati, H. S. 2014. Penguatan Strategi Pemasaran dan Daya
Saing UMKM Berbasis Kemitraan Desa Wisata. Surabaya: Jakad Media
Publishing.

48
Sarwoko, E., Iva Nurdiana Nurfarida dan Moh. Ahsan. 2021. Membangun Strategi
Kemitraan Untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Tusuk Sate di
Kabupaten Malang. Jurnal Karya Abadi, Vol.5 No.3
Sidiqqoh, Siti Ati dan Doni Purnama Alamsyah. 2017. Peningkatan Kinerja Bisnis
Usaha Mikro Melalui Kajian Komitmen dan Ambisius Pengusaha. Jurnal
Ecodemica, Vol.1 No.2
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.
Voss, G.B.,Voss Z.G. 2000. Strategic Orientation and Firm Performance in an
Artistic Environment. Journal of Marketing.

49
LAMPIRAN

50
Lampiran 1 Pedoman Wawancara kepada Pemilik Gilingan Padi
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Lengkap :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Ceritakan awal mula berdirinya usaha ini?

2. Bagaimana cara mengembangkan usaha awal hingga bisa seperti ini?

3. Apakah saja kendala-kendala dalam pengembangan usaha ini?

4. Bagaimana cara bapak untuk melayani pelanggan bapak dengan baik agar tidak

terjadi kericuhan dalam menjemur padi dan penggilingan padi?

5. Selama satu panen normal berapa kira-kira laba kotor dan bersih yang

diperoleh?

6. Apakah ada kendala dalam memasarkan beras?

7. Berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan?

8. Berapa gaji karyawan yang diterima tiap bulannya?

51
Lampiran 2 Pedoman Wawancara kepada Karyawan Gilingan Padi
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Lengkap :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana pelayanan yang diterapkan oleh Gilingan Padi Kardy Jaya Utama?

2. Bagaimana karyawan membuat suasana nyaman untuk pelanggan?

3. Bagaimana strategi yang diterapkan agar pelanggan menetap?

4. Apa yang bapak/ibu lakukan agar beras dari penggilingan ini bisa berkualitas?

52
Lampiran 3 Pedoman Wawancara kepada Pelanggan Gilingan Padi
IDENTITAS RESPONDEN

Nama Lengkap :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

DAFTAR PERTANYAAN

1. Darimana bapak/ibu memperoleh informasi mengenai gilingan padi kardy jaya

utama?

2. Bagaimana pengalaman bapak/ibu menjadi pengguna jasa di gilingan padi

Kardy Jaya Utama ini?

3. Bagaimana produksi yang dilakukan oleh gilingan padi kardy jaya utama ?

4. Apa hal positif yang bapak/ibu temui sehingga bapak/ibu menjadi pelanggan

tetap pada gilingan padi kardy jaya utama?

5. Bagaimana komunikasi yang dikembangkan oleh karyawan gilingan kepada

pelanggan?

53
Lampiran 4 Manuscrip Wawancara dengan Pemilik Gilingan Padi

Informan: Pini Alvionita

Tempat Wawancara: Tolai

Tanggal Wawancara: 11 Oktober 2023

Peneliti : Selamat sore ibu, perkenalkan saya intan mahasiswi akuntansi

Untad. Saya memohon kesediaan ibu untuk melakukan wawancara

terkait penelitian saya.

Informan : Oh bisa dek, silahkan dimulai.

Peneliti : Ceritakan awal mula berdirinya usaha ini?

Informan : Usaha mulai berjalan tahun 2007, tapi awalnya penggilingan

menggunakan mesin yang memakai swinger, namun setelah 3 tahun

saya merasa kurang puas dengan hasilnya. Kemudian saya ganti

dengan diesel mobil. Karena saya membeli langsung jadi kalau

berasnya tidak bagus maka saya sulit menjualnya. Kemudian

setelah 3 tahun dirubah lagi memakai gilingan listrik.

Peneliti : Bagaimana cara mengembangkan usaha awal hingga bisa seperti

ini?

Informan : Dengan menambah daya listrik untuk menambah gilingan padi

karena banyak nasabah yang tidak mendapatkan jatah dalam

menggiling padi.

Peneliti : Apakah saja kendala-kendala dalam pengembangan usaha ini?

Informan : Kendalanya adalah pasokan listrik.

54
Peneliti : Bagaimana cara bapak untuk melayani pelanggan bapak dengan

baik agar tidak terjadi kericuhan dalam menjemur padi dan

penggilingan padi?

Informan : Harus melayani nasabah dengan baik, setelah pemotongan padi kita

jemput padi tepat waktu. Harus menyiapkan padi dari sawah ke

tempat penjemuran

Peneliti : Apakah ada kendala dalam memasarkan beras?

Informan : Kendala cuaca yang tidak mendukung, jika hujan maka kualitas

beras akan menurun karena warna berasnya menjadi kuning dan

susah untuk menjualnya

Peneliti : Berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan?

Informan : Jumlah karyawan dipenjemuran 30 orang, karyawan dimesin

penggilingan 4 dan dipemanasan padi ada 3

Peneliti : Berapa gaji karyawan yang diterima tiap bulannya?

Informan : Gaji karyawan bukan dibayarkan perbulan namun dibayarkan

perpanen. Gaji yang dibayarkan tidak menenentu tergantung dari

jumlah nasabah

55
Lampiran 5 Transkrip Wawancara dengan karyawan Gilingan Padi

Informan: I Nyoman Fransiswandi

Tempat Wawancara: Tolai

Tanggal Wawancara: 12 Oktober 2023

Peneliti : Selamat pagi pak, perkenalkan saya perkenalkan saya intan

mahasiswi akuntansi Untad. Saya memohon kesediaan ibu untuk

melakukan wawancara terkait penelitian saya.

Informan : Ok bisa

Peneliti : Bagaimana pelayanan yang diterapkan oleh Gilingan Padi Kardy

Jaya Utama?

Informan : Pelayanan yang dilakukan bagaimana caranya kami untuk mencari

nasabah dengan memberikan sah pada saat panen padi atau pada

saat menanam padi saat ketika kekurangan modal akan memberikan

pinjaman biasanya tanpa bunga

Peneliti : Bagaimana karyawan membuat suasana nyaman untuk pelanggan?

Informan : Ada yang menangani sehingga jadwal penjemuran dan

penggilingan sudah ada yang menangani sehingga tidak ada yang

berebutan gilran menjemur atau menggiling. Semua sudah diatur

oleh karyawan

Peneliti : Bagaimana strategi yang diterapkan agar pelanggan menetap?

Informan : Pada saat panen padi diberikan sah kepada petani kemudian pada

saat menanam padi saat ketika kekurangan modal akan memberikan

pinjaman

56
Peneliti : Apa yang bapak/ibu lakukan agar beras dari penggilingan ini bisa

berkualitas?

Informan : Gilingan dengan menggunakan listik yang pas dan menggunakan

polis uap

57
Lampiran 6 Transkrip Wawancara dengan Pelanggan Gilingan Padi

Informan: I Wayan Surianto

Tempat Wawancara:Tolai

Tanggal Wawancara: 10 Oktober

Peneliti : Bagaimana pengalaman bapak/ibu menjadi pengguna jasa di

gilingan padi Kardy Jaya Utama ini?

Informan : Awalnya saat mendegar informasi dari teman-teman sesama petani

kardy jaya mengutamakan pelayanan yang maksimal dan

menggunakan peralatan-peralatan yang canggih. Kemudian kardy

jaya utama memprioritaskan kepada nasabah yang betul-betul ikut

serta dalam produksi pertanian yang maksimal pengerjaan dalam

tingkat waktu atau satu musim yang memiliki kinerja maksimal

dalam pengolahan sawah, begitu juga dengan hasil produksi

diperoleh akan dimasukan sebagai pelanggan tetap. Kardy jaya

utama membantu memberikan modal untuk menggarap sawah,

memberikan pestisida serta perlakuan-perlakuan lainnya yang

dibutuhkan petani, serta pupuk yang tidak kalah penting.

Peneliti : Bagaimana produksi yang dilakukan oleh gilingan padi kardy jaya

utama ?

Informan : Penggunaan teknologi yang canggih membuat hasil produksi lebih

baik sehingga pelanggan menjadi puas karena hasil produksi beras

memiliki kualitas beras, yang bisa menembus pasar luar daerah.

58
Peneliti : Apa hal positif yang bapak/ibu temui sehingga bapak/ibu menjadi

pelanggan tetap pada gilingan padi Kardy jaya utama?

Informan : Karyawan gilingan padi Kardy Jaya Utama juga memberikan

pelayanan yang maksimal sehingga pelanggan merasa puas.

Peneliti : Bagaimana komunikasi yang dikembangkan oleh karyawan

gilingan kepada pelanggan?

Informan : Kardy jaya utama selalu mengkomunikasikan kepada petani

mengenai kebutuhan-kebutuhan petani, sehingga petani merasa

puas terhadap kerjasama dengan penggilingan padi.

59
Lampiran 7 Dokumentasi

Wawancara dengan karyawan

Wawancara dengan Pemilik

60
Wawancara dengan Pelanggan

61

Anda mungkin juga menyukai