Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI MENENTUKAN KEMITRAAN DAN

MERUMUSKAN KONTRAK KERJA KEMITRAAN PADA


PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN PT.
SURYA INTI TERNAK INDONESIA

TUGAS PRAKTIKUM

Oleh

Leni Sufenni
Happy Giovanny
M. Adam Ridho Hakiki
Nafizah Dwi Hardini R.
Muhammad Riziq Ridho

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS UNGGAS


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB. 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 3
1.2 Konsep dan Kebijakan Terkait Kemitraan ................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB. 2 METODE KAJIAN ..................................................................................................... 5
2.1 Metode ................................................................................................................... 5
2.2 Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Program Kemitraan di Sektor Peternakan . 5
2.2.1 Faktor Internal: Peran Pemerintah, Kelompok Peternak, dan Dunia Usaha ................... 5
2.2.2 Faktor Eksternal: Daya Dukung Ekonomi Daerah........................................................ 6
3.1 Gambaran Umum .................................................................................................... 7
3.2 Kontrak Kerja ........................................................................................................... 7
3.1 Syarat Gabung Kemitraan ........................................................................................ 7
3.3 Keuntungan Kemitraan SS........................................................................................ 8
3.4 Kelemahan Kemitraan SS ......................................................................................... 8
BAB. 4 PENUTUP ............................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

2
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan ketenagakerjaan Indonesia tidak berhenti pada permasalahan
klasik ketenagakerjaan, yaitu tingkat pengangguran dan setengah pengangguran
yang masih tinggi, namun permasalahan juga dialami oleh dunia usaha.
Produktivitas tenaga kerja masih tergolong rendah sementara pengembangan usaha
yang semakin kompetitif dalam era globalisasi membutuhkan peningkatan daya
saing dan ketersediaan tenaga kerja dengan keterampilan dan kompetensi yang
lebih baik. Tantangan ketenagakerjaan ini semakin berat mengingat sebagian besar
usaha di Indonesia merupakan usaha kecil dan menengah (UKM). Oleh karena itu,
keberhasilan pembangunan harus dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada semua
skala sektor ekonomi, mulai usaha skala besar, menengah, hingga skala kecil..
Berdasar konsep pembangunan yang berkembang saat ini, kemitraan dan
pemberdayaan merupakan model pembangunan yang banyak mendapat perhatian.
Kemitraan dan pemberdayaan pada dasarnya merupakan sebuah konsep terpisah
walaupun dalam praktiknya dapat saling melengkapi. Pada pola yang sederhana,
keterkaitan antara kemitraan dan pemberdayaan dapat dilihat pada implementasi
kebijakan pemerintah khususnya terkait peningkatan kesejahteraan kelompok
masyarakat tertentu, seperti kelompok peternak dan pekerja informal.
Keterkaitan antara kemitraan dan pemberdayaan dapat juga dilihat dari defenisi
kedua konsep tersebut yang intinya adalah sama, yakni membangun kepercayaan,
menciptakan kemandirian, dan peningkatan kesejahteraan. Kemitraan merupakan
suatu bentuk hubungan kerja yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang berbagi
komitmen untuk mencapai tujuan dengan menggabungkan sumber daya dan
mengkoordinasi kegiatan bersama. Kemitraan hanya dapat terbentuk apabila pihak-
pihak yang terlibat di dalamnya telah memiliki kesepakatan. Konsep kemitraan itu
sendiri mengandung proses membangun kepercayaan, pemecahan masalah bersama
dan mengelola hubungan antara pihak-pihak yang terkait di dalamnya (Sukada dkk,
2007).
1.2 Konsep dan Kebijakan Terkait Kemitraan
Dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
Kemitraan atau “partnership” mengandung pengertian adanya hubungan
kerjasama antara dua atau lebih pihak yang bersinergis dan bersifat sukarela atas
dasar saling memerlukan, saling memperkuat, saling menguntungkan. Dalam hal
3
ini, tidak ada pihak yang dirugikan, masing-masing pihak yang bermitra akan
mendapat manfaat dari kerjasama tersebut. Kemitraan usaha adalah hubungan
antar pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan usaha yang saling
menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergis (Kartasismita, 1996).
Dengan kata lain, kemitraan usaha merupakan hubungan kerjasama pelaku usaha
yang sejajar, terutama dalam pengambilan keputusan, dilandasi prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Kemitraan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha kecil dimulai sejak
dicanangkannya Gerakan Kemitraan Usaha Nasional (GKUN) pada tahun 1996
di Jimbaran, yaitu menindaklanjuti kebijakan pemerintah yang menjadikan
kemitraan usaha sebagai program untuk mengembangkan usaha kecil
sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil. Gerakan ini dilakukan sebagai upaya untuk mepersempit
kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil, menengah dengan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan swasta skala besar. Selain itu, gerakan ini juga
bertujuan untuk menghindarkan praktek monopoli oleh perusahaan besar dengan
cara mengajak perusahaan besar melakukan kemitraan bersama koperasi atau
usaha kecil dan menengah. Bagi usaha kecil, kerjasama dalam bentuk kemitraan
dengan usaha besar merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan dan
menjaga keberlangsungan usaha. Bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah
maupun usaha besar tidak hanya terbatas pada modal usaha tetapi penyuluhan
maupun bimbingan dan pemasaran hasil produk.
1.3 Tujuan
Untuk menganalisis strategi dan menentukan kemitraan serta kontrak kerja
kemitraan perusahaan di bidang peternakan unggas SS MITRA PT. SURYA INTI
TERNAK INDONESIA

4
BAB. 2 METODE KAJIAN
2.1 Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Jenis penelitian
kualitatif yang dijelaskan adalah proses penelitian menghasilkan data deskriptif
dalam bentuk ucapan atau tulisan manusia dan perilaku yang dapat diamati
(Lusiana, 2017). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus. Studi kasus adalah bagian dari hal ini penekanan pada metode analisis
data kualitatif kasus khusus muncul pada objek analisis (Bungin, 2012).
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah proses perencanaan sumber
daya manusia yang terdiri dari peramalan kebutuhan sumber daya manusia dan
perencanaan program sumber daya manusia. Metode penetapan narasumber yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling (Wijaya
& Kempa, 2017). Untuk membantu penelitian, peneliti memilih 3 narasumber
dengan pertimbangan narasumber mengetahui dengan jelas informasi tentang
perusahaan. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder
(Indriantoro dan Supomo,2011). Teknik pegumpulan data yang digunakan adalah
teknik wawancara dan dokumen.

2.2 Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Program Kemitraan di Sektor


Peternakan
Terdapat banyak faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan
program kemitraan dan pemberdayaan. Dilihat menurut kekuatan pengaruhnya,
keberhasilan program kemitraan dan pemberdayaan dapat dilihat pada kondisi aspek
internal maupun eksternal (Dillon, 2012:12). Aspek internal menyangkut institusi
pelaksana kegiatan yang meliputi pemerintah, pelaku usaha, dan pihak swasta.
Sementara aspek eksternal meliputi kelengkapan infrastruktur pendukung dan daya
dukung potensi usaha yang tersedia.
2.2.1 Faktor Internal: Peran Pemerintah dan Kelompok Peternak
Sinergi antara pemerintah, kelompok peternak, dan dunia usaha memiliki
peran yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program
kemitraan dan pemberdayaan peternak. Idealnya, pemerintah sebagai pembuat
kebijakan dan memiliki kemampuan penganggaran diharapkan dapat memfasilitasi
berbagai program kemitraan dan pemberdayaan dengan melibatkan kelompok

5
peternak dan dunia usaha. Pelaksanaan program juga seharusnya dintegrasikan
bersama program lainnya dari dinas-dinas teknis terkait, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaan program dan kelompok/individu penerima
program.
Bagi kelompok peternak, sebagai objek dan subjek pelaksanan program,
dituntut profesionalisme organisasi yang memungkinkan peternak mampu
mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan menentukan alternatif solusi terhadap
kendala yang dihadapi. Dalam konsep kemitraan dan pemberdayaan yang ideal,
kelompok peternak setidaknya mampu menawarkan program-program
pemberdayaan yang benar-benar mereka butuhkan dan mampu mengangkat
kemandirian, bukan hanya sekedar menerima program yang diberikan oleh
pemerintah
2.2.2 Faktor Eksternal: Daya Dukung Ekonomi Daerah
Daya dukung ekonomi daerah memiliki peran strategis dalam mendukung
pengembangan usaha peternakan baik yang bersifat backward maupun inward
linkages. Suatu daerah yang memiliki kapabilitas sarana dan prasarana pendukung
pengembangan industri peternakan dipastikan mampu meningkatkan nilai tambah
dari produksi peternakan yang dihasilkan. Daya dukung tersebut diantaranya
ketersediaan dan kelengkapan lahan kandang, tempat penjualan ayam pootong, pasar
ayam, dan usaha pengolahan hasil ayam broiler (produk turunan). Keberadaan daya
dukung sarana dan prasarana tersebut diakui akan berdampak positif terhadap
meningkatnya kesempatan peternak untuk mengoptimalkan usaha melalui kerjasama
yang saling menguntungkan.
Sementara itu, ketersediaan industri pengolahan hasil peternakan di jember
telah memberikan efek berantai terhadap memungkinkannya pengembangan usaha
peternakan di suatu daerah. Hal tersebut karena keberadaannya dapat menghidupkan
kegiatan ekonomi sektor lainnya, terutama sektor perdagangan dan pengolahahan
bahan makanan. Keberadaan industri pengolahan ayam broiler juga dapat
berkontribusi positif di suatu daerah.

6
BAB. 3 PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
Peternakan SS MITRA terletak di desa Antirogo Kecamatan Sumebersari
Kabupaten Jember merupakan salah satu kemitraan dari PT. Surya Inti Ternak
Indonesia yang bergerak di bidang peternakan ayam broiler. Peternakan SS Mitra
didirikan oleh bapak Fahmi Ashadi sejak tahun 2007 namun, baru bergabung
dengan PT. Surya Inti Ternak Indonesia sudah berjalan 3 tahun ini. System
perkandangan yang digunakan peternak ini yaitu kandang open house, peternakan
ini memiliki pupulasi sebesar 5.500 ekor dimana di bagi menjadi 2 kandang dan
dengan rata-rata bobot panen yaitu 2,2 kg/ ekor.

3.2 Kontrak Kerja


Hasil dari wawancara yang kami lakukan Kemitraan SS sendiri dalam hal ini
memfasilitasi dan mendatangkan modal semisal obat, pakan, dan bibit dari mereka
sendiri dan peternak menyediakan kandang dan jasa merawat nya.
Biasanya nantinya dari hasil daging yang di dapat peternak dalam jumlah kg
atau tonase di kalikan dengan harga kontrak yang telah di sepakati di awal, termasuk
harga DOC dan pakan dan harga daging. Jika jumlah tonase daging lebih banyak
dari jumlah modal DOC, pakan dan OVK maka peternak akan mendapat
keuntungannya dari selisih hitungan tersebut.
.
3.1 Syarat Gabung Kemitraan
Hasil dari wawancara yang kami lakukan di Kandang SS Mitra.
1. Fotocopy KTP, KK, Buku Tabungan Rekening.
2. Jaminan berupa BPKB motor atau surat tanah. Biasanya usia pabrikan motor di
batasin untuk pembuatan 2010 ke atas tp ini kembali lg pada kebijakan perusahaan
masing-masing.
3. Kandang Populasi minimal 1.500 ekor.
4. Menandatangani perjanjian kerjasama, yg intinya dilarang menambah dan
menjual sapronak perusahaan, harga kontrak daging dan pakan serta OVK yang
di sepakati.

7
3.3 Keuntungan Kemitraan SS
Kelebihannya adalah
 Tidak takut akan turunnya harga jual sewaktu-waktu yang dapat di bawah hpp
 Sapronak juga sudah jelas dan di tanggung oleh kemitraan.
 Ada pengawas lapangan yang membantu untuk penyuluhan dan manajemen
kandang.
 Penjualan juga sudah di atur dari pihak perusahaan

3.4 Kelemahan Kemitraan SS


Adapun kelemahan dalam kemitraan SS adalah
 Karena Sarana produksi peternakan sudah di atur terkadang, bibit yang datang
kurang baik, begitu juga kualitas pakan yang belum tentu bagus karena kemitraan
juga mendapatkan keuntungan dari harga bibit dan pakan yang di bawah harga
kontrak.
 Panen yang di atur oleh perusahaan terkadang membuat ayam yang harusnya
mendapatkan keuntungan jd merugi karena telat panen yang disebabkan over
suplai sehingga perusahaan harus menahan stok ayamnya.

8
BAB. 4 PENUTUP
Pengembangan kemitraan dan pemberdayaan peternak merupakan salah
satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin keberlangsungan usaha dan
pekerjaan di sektor peternakan. Selain meningkatkan pendapatan, pengembangan
kemitraan dan pemberdayaan peternak juga dapat mendukung peningkatan
ekonomi dan sosial penduduk yang lebih luas. Di samping itu, pengembangan
kemitraan dan pemberdayaan peternak sangat diperlukan untuk mengurangi
kemiskinan peternak, melepas ketergantungan peternak terhadap lembaga
permodalan tradisional, dan sebagai sarana untuk mencapai pembangunan yang
lebih adil dan berkelanjutan.

4.1 Kesimpulan
Pada SS Mitra terdapat kontrak kerja yang harus diketahui pihak peternak
yang ingin bergabung kemitraan dan syarat syarat yang harus disiapkan dari pihak
peternak di PT. SURYA INTI TERNAK INDONESIA

9
DAFTAR PUSTAKA

Asiati, Devi dkk. 2010. Kemitraan Antara Tenaga Kerja, Dunia Usaha dan
Pemerintah Untuk Kelangsungan Pekerjaan, Laporan Penelitian, PPK-LIPI

Asiati, Devi dan Laila Nagib. 2011.Program Coremap di Desa Mapur Kabupaten
Kepulauan Riau, Mamfaat dan Perubahan Pendapatan Masyarakat, Indonesia Pintar
Publishing, 2011.

Arifin, Zainal., 2009, Alternatif Pola Kemitraan untuk Usaha Perikanan.

(http://web.ipb.ac.id/~psp//?pilih=news&mod=yes &aksi=lihat&id=339. Diakses


pada tanggal : 23 Maret 2013

Dillon, H.S. 2012.An Indonesian Renaissance : Sebuah Konsep Pemikiran. Penerbit


Buku Kompas, Jakarta. Darwin, 2003. Model Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

1
0

Anda mungkin juga menyukai