Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONBILLITY DALAM

MENGEMBANGKAN UMKM OLEH PT.BANK RAKYAT INDONESIA


MELALUI PROGRAM BRINCUBATOR

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : M. Tanziil Suherman, M.I.Kom

Oleh :

Aghnia Nabila Harum


NIM: 2141911009

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................3

PENDAHULUAN....................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG............................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................10

C. IDENTIFIKASI MASALAH...............................................................................10

D. TUJUAN PENELITIAN......................................................................................11

BAB II.....................................................................................................................13

PEMBAHASAN.....................................................................................................13

A. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peran usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini membantu

menggerakan perekonomian nasioanal Indonesia. Hal ini dibuktikan karena adanya

pandemi COVID-19 yang berdampak pada perubahan sumber pencaharian

masyarakat yang membuat inflasi dalam seluruh aspek kehidupan baik dari aspek

pendidikan, sosial, lingkungan hidup dan juga perekonomian. Dampak dari pandemic

COVID-19 sangatlah signifikan hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan yang

melakukan pengerucutan karyawan guna mampu beradaptasi terhadap kondisi

perekonomian yang semakin menurun. Sehingga banyak karyawan perusahaan yang

di PHK kini beralih mata pencaharian menjadi seorang pedagang atau pembisnis. Hal

ini diperkuat dengan hasil survey dan analisa yang dilakukan dalam website resmi

BPKM bahwa UMKM mengalami pertumbuhan dengan nilai kontribusi terhadap

PDB pada tahun 2020 sebesar 61,97% atau senilai Rp.8.500 triliun.1

Seiring dengan pertumbuhan tersebut maka perlu diimbangi dengan faktor

yang mampu mendukung dan memfasilitasi UMKM agar tetap mampu menjalankan

operasional usahanya ditengah krisis pandemi COVID-19. Dalam hal ini pemerintah

Indonesia melakukan suatu pergerakan guna memberdayakan UMKM agar terus

1
https://www.bkpm.go.id/id/publikasi/detail/berita/upaya-pemerintah-untuk-memajukan-umkm-
indonesia (diakses pada tanggal 7 November 2022, pukul 15.21 WIB)
berkembang. Salah satunya dengan berkolaborasi bersama Kementrian Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang menjadi pusat pemerintah dalam membentuk sebuah

program sebagai bentuk kewajiban perusahaan kepada masyarakat atau yang biasa

disebut Corporate Social Responbillity (CSR). Sehingga perusahaan dalam

menjalankan usahanya tidak hanya mementingkan profit saja, namun sekarang

perusahaan dihadapkan dengan kewajiban untuk melakukan tanggung jawab

sosialnya terhadap stakeholder baik internal maupun eksternal. CSR ini merupakan

komitmen berkelanjutan bagi para pelaku usaha untuk bertindak etis serta

berkontribusi untuk pembangunan ekonomi, serta meningkatkan kualitas hidup para

pekerja. Program yang dibuat oleh CSR adalah Program CSR dan Kemitraan, dan

Bina Lingkungan (PKBL). Diharapkan program CSR yang telah dibuat mampu

memberikan manfaat terhadap masyarakat khususnya para pelaku bisnis Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM).

Bank BRI sebagai salah satu perusahaan BUMN di industri perbankan dan

identik dengan program yang mengusung kepada kerakyatan menerapkan konsep

CSR untuk eksternal yaitu dengan memberdayakan UMKM yang tidak hanya

memberikan fungsi finansial melainkan memberikan fungsi non-finansial juga secara

komperhensif dan terukur. Berdasarkan data yang dimuat dari beberapa informasi

bahwa BRI memiliki program CSR yang bekerjasama antara divisi CSR dengan Desk

Inkubasi yang bernama BRIncubator. BRIncubator merupakan program yang

berorientasi pada pemberian akses pembiayaan dan peningkatan kapasitas UMKM

secara digital. Diadakannya program ini bertujuan karena BRI ingin fokus kepada
pemberian ruang dan pendampingan melalui fasilitas yang bisa mendorong kemajuan

dan berdampak pada ekonomi lokal dan nasional. Dalam pengembangan UMKM,

seluruh BUMN berkolaborasi untuk membuat satu wadah dalam menunjang UMKM

berkembang dengan membentuk Rumah Kreatif BUMN (RKB). RKB ini bertujuan

untuk membentuk Digital Economy Ecosystem yang dimulai dengan mengajak

UMKM untuk Go Digital. Sekarang RKB ini menjadi pusat edukasi, digitalisasi serta

pengembangan kapasitas.2 Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari BRIncubator

(Rumah Kreatif BUMN, n.d).

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari website resmi BUMN mengatakan

bahwa PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memiliki 55 RKB dari 242 RKB

yang beroperasi di seluruh Indonesia dan telah melaksanakan 3.994 pelatihan yang

materinya disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku UMKM. Data tersebut

diperkuat juga dalam redaksi RKB yang dimana terdapat 633.080 UMKM yang

terdaftar dalam kategori Go Modern dengan ciri UMKM hanya memiliki produk

tetapi belum memiliki brand. Selanjutnya untuk kategori Go Digital terdaftar 95.720

UMKM yang dimana sudah naik kelas tetapi tidak memiliki akun digital dan

manajemen bisnisnya masih manual. Untuk kategori Go Online terdapat 21,579

UMKM yang belum memahami sosial media serta penjualannya belum melalui

marketplace dan tidak memiliki website. Kategori terakhir yaitu Go Global dimana

UMKM binaan BRI yang masih sangat minim tidak tertulis dalam buku RKB.

2
https://bumn.go.id/responsible/info/rumah-kreatif-bumn-rkb-5d (diakses pada tanggal 7 November
2022, pukul 16:56 WIB)
Karena hal itu, hambatan yang timbul dari pihak UMKM yaitu masih banyak yang

belum paham mengenai digitalisasi sehingga menghambat untuk pembentukan sistem

di Digital Economy Ecosystem. 3

Dalam perkembangannya pelaksanaan program CSR masih belum sesuai

dengan rencana kegiatan yang telah dirancang. Faktanya, masih terdapat banyak

hambatan antara korporasi dengan para pelaku usaha yang sering terjadi, seperti tidak

efektifnya pola kemitraan, serta pengembangan tidak sesuai harapan. Pelaksanaan

model kemitraan antara pengusaha UMKM dengan usaha skala sedang dan besar

selama ini ditingkatkan dengan melibatkan perusahaan melalui program Corporate

Social Responbillity (CSR). Keterlibatan pemerintah melalui peraturan dengan

konsep kemitraan pengusaha UMKM dengan perusahaan sedang dan besar. Adapun

hambatan-hambatan lain yang dihadapi diantaranya koordinasi antar stakeholder

belum optimal. Dengan peningkatan kemitraan UMKM dengan usaha sedang dan

besar diharapkan dapat mengatasi hambatan yang ada seperti keterbatasan sumber

daya.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Netty Dyah Kurniasari tahun

2015 dengan judul penelitian “PROGRAM CSR BERBASIS PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHA

MIKRO, KECIL MENENGAH DI MADURA)” terdapat beberapa hambatan yang

dialami oleh para pengusaha UMKM di Madura, diantaranya: Pertama, Para pelaku

usaha masih menganggap bahwa program CSR merupakan program bantuan dari
3
https://rumah-bumn.id/about (diakses pada tanggal 7 November 2022, pukul 20:21 WIB)
pemerintah ataupun dari perusahaan yang sifatnya Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Sehingga perspektif pelaku usaha tidak perlu melakukan perencanaan matang

mengenai usahanya seperti packaging produk yang menarik. Artinya para pelaku

usaha yang mengikuti program CSR tidak mengetahui secara detail program yang

akan digalakan. Dalam hal ini peran public relation sangat penting untuk memberikan

informasi yang tepat sasaran mengenai rincian program dan tujuan dari program

tersebut. Kedua, pemasaran atau akses pasar. Mayoritas permasalahan UMKM di

Madura mengalami kesulitan dalam menentukan dan melakukan penetrasi pasar.

Sebagian besar masih bersifat tradisional yaitu tidak melakukan jemput bola dan juga

tidak memanfaatkan akses digital sebagai strategi pemasaran. Ketiga, masalah

permodalan dan akses pembiayaan. Persyaratan yang paling sering terjadi adalah

mengenai ketentuan mengenai agunan yang menjadi kewajiban para pelaku usaha

UMKM untuk mengajukan pendanaan usaha.4

Karena itu, diperlukan sebuah pengembangan dalam hal relasi kemitraan

antara UMKM dan usaha skala sedang dan besar. Salah satu program yang mampu

dijadikan perantara pengembangan tersebut adalah program Corporate Social

Responbillity (CSR). Pelaksanaan program CSR ini meliputi pemerintah, perusahaan

dan masyarakat serta irisan dari ketiganya. Kebijakan public relation dalam program

CSR dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial.5

4
Netty Dyah Kurniasari,. Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (untuk Meningkatkan
Produktivitas Usaha Mikro, Kecil Menengah di Madura) Vol. 9, No 1. Juni: 2015
5
https://blog.olahkarsa.com/keterlibatan-program-csr/ (diakses pada tanggal 07 November 2022 pukul
20:13 WIB)
Public Relation memiliki peranan penting dalam program pembinaan UMKM

khususnya dari segi fungsi manajerial diantaranya: Planning, Organizing, Actuating

dan Controlling. Namun dalam pelaksanaannya sering kali fungsi manajerial ini tidak

tercapai secara maksimal dikarenakan sebagian besar program CSR hanya terpaku

pada langkah Planning, Organizing, dan Actuating sedangkan untuk fungsi

manajerial Controlling masih belum terlaksana secara merata dimana hubungan

antara perusahaan atau pemerintah dengan pelaku usaha UMKM kurang terjalin,

padahal dalam fungsi controlling terdapat langkah memantau dan mengevaluasi

setiap kelebihan dan kekurangan, hambatan dan strategi lanjutan para pelaku usaha

selama program berlangsung. Dengan fungsi controlling, peranan Public Relations

akan menentukan konsistensi para pelaku usaha untuk berkomitmen kepada

perusahaan tersebut sebagai solusi penyelesaian hambatan-hambatan yang dialami

oleh mereka. CSR dapat dilaksanakan sebagai salah satu wujud pemeliharaan

hubungan dengan masyarakat, karena program CSR bukan aktivitas yang dilakukan

sesaat untuk meingkatkan eksistensi dan mengejar keuntungan saja. Dengan itu akan

terjalin komunikasi dua arah antara perusahaan dengan pelaku usaha yang tentu saja

akan berdampak pada kepercayaan masyarakat dan membentuk citra positif tentang

perusahaan tersebut.

Dengan adanya CSR dengan program BRIncubator memperlihatkan

sustainbility dari perusahaan, serta CSR yang berkolaborasi dengan Desk inkubasi

melalui program BRIncubator untuk mengembangkan UMKM menjadi media dalam

pengembangan citra positif perusahaan. Namun masih banyak UMKM BRI yang
tidak mengetahui bahwa program BRIncubator merupakan salah satu CSR Bank BRI

dikarenakan kurangnya komunikasi. Namun, terdapat beberapa kendala yang

dihadapi oleh Program BRIncubator dalam mencapai Digital Economy Ecosystem

dikarenakan masih banyak UMKM yang belum mengerti dan terbuka wawasannya

terkait dengan digitalisasi. Selain itu, masih banyak pula UMKM yang belum

konsisten dalam mengikuti pelatihan pendidikan serta kurangnya kesadaran untuk

mempraktekan nateri pelatihan untuk usaha UMKM sendiri.

Pedoman Public Relation dalam pengendalian kegiatan CSR perlu

diperhatikan secara mendetail dengan mengatur konsep informasi yang selaras

dengan tujuan perusahaan, memantau kegiatan dan hasil kegiatan yang bermakna

pada pencapaian tujuan, perencanaan, pengendalian dalam jangka pendek maupun

jangka panjang menentukan target standarisasi pencapaian program agar mampu

terlaksana secara maksimal.

Dari pembahasan yang telah diuraikan, berdasarkan hambatan yang terjadi

maka penulis menentukan judul penelitian “KETERLIBATAN PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONBILLITY (CSR) DALAM

MENGEMBANGKAN UMKM OLEH BRINCUBATOR” serta peranan Public

Relations dalam mendukung program CSR agar menciptakan komunikasi dua arah

secara maksimal guna meningkatkan citra perusahaan dan pemerintah dimata

masyarakat terutama pelaku dalam usaha UMKM. Dengan rumusan masalah

mengidentifikasi hambatan yang terjadi selama kegiatan berlangsung, menganalisis

peranan Public Relations dalam pelaksanaan kegiatan CSR, menentukan strategi dan
solusi yang tepat untuk meminimalisir hambatan yang mungkin terjadi agar dapat

efektif dan efisien.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh program CSR BRIncubator bagi para pelaku bisnis

UMKM?

2. Menganalisis sejauh mana pengaruh peranan PR dalam kegiatan

BRIncubator?

3. Menganalisis strategi apa saja yang dilakukan dalam mencapai tujuan dari

program BRIncubator?

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari beberapa uraian penjelasan yang dijabarkan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak UMKM yang belum paham mengenai digitalisasi yang

dimana para pelaku UMKM masih banyak yang belum memenuhi kriteria

program dari CSR

2. Belum efektifnya pola kemitraan antara korporasi dengan para pelaku

usaha serta pengembangan belum sesuai

3. Koordinasi antara Stakeholder belum optimal

4. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang dimana menjadi hambatan

dalam menjalankan program CSR ini


5. Pandangan para pelaku usaha mengenai program CSR yang dianggap

bahwa program ini merupakan bantuan dari pemerintah ataupun dari

perusahaan yang sifatnya Bantuan Langsung Tunai (BLT) sehingga

perspektif tersebut membuat para pelaku usaha tidak perlu melakukan

perencanaan matang mengenai usahanya.

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh program CSR BRIncubator bagi para pelaku

bisnis UMKM

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peranan PR dalam kegiatan

BRIncubator

3. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan dalam mencapai tujuan

dari program BRIncubator

4.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Public Relations

Kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat yang sering disebut dengan humas

atau Public Relations pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang pasti dilakukan

oleh setiap lembaga, baik kedinasan maupun swasta maupun lembaga ekonomi

komersial. Public Relations merupakan semua bentuk komunikasi yang terencana

dengan baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua

khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan ada

saling pengertian (Jefkins, 2004: 10). Definisi Public Relations yang diambil dari The

British Institute of Public Relations yaitu: “Public Relations practice is delibrate,

planned and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between

an organization and its public.” (Praktik Public Relations adalah memikirkan,

merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling

pengertian antara organisasi dan publiknya) (dalam Ruslan, 2014:15).6

Tujuan dari Public Relations adalah untuk menciptakan citra baik perusahaan

sehingga dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk yang ditawarkan oleh

perusahaan. (Mulyana,2007).
6
Rindu Rahmadini. Aktivitas Employee Relations Dalam Membina Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt.
Pertamina (Persero) Ru Ii Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis). Jom Fisip
Vol. 4 No. 1 - Februari 2017.
Dari beberapa pengertian Public Relations menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa Public Relations merupakan proses aktivitas manajemen

komunikasi untuk menciptakan mutual understanding antara organisasi dan

publiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, prinsip kesetaraan dan kesederajatan

dalam setiap program komunikasi menjalin relasi publik merupakan pijakan awal.

Peranan praktisi Public Relations dalam suatu organisasi merupakan salah

satu kunci penting untuk pemahaman akan fungsi Public Relations. Sebagai salah

satu pelaksana program Corporate Social Responbility (CSR), Public Relations

mempunyai peran yang sangat penting, baik internal maupun eksternal perusahaan.

Oleh karena itu, apabila kegiatan Public Relations dilakukan dengan baik, pasti akan

menghasilkan suatu kerja sama yang baik bagi keduanya.

2. Peran Public Relations

Peran (role) menurut kamus besar bahasa Indonesia arti kata peran adalah tindakan

yang dilakukan dalam sebuah permainan, permainan disini dapat diartikan sebagai

masalah yang dihadapi sebuah organisasi atau perusahaan. Fungsi Public Relations

sendiri adalah sebagai tokoh yang memiliki tugas untuk mengatasi masalah yang ada

di lingkungan organisasi atau perusahaan. Menurut Ruslan (2012:20) peranan praktisi

public relations dalam organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori;

1. Expert Prexcyber (Penasehat Ahli), seorang praktisi public relation

yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat


membantu mencari solusi dalam menyelesaikan masalah yang

berhubungan dengan publiknya. Hubungan praktisi public relation

dengan manajemen organisasi, seperti hubungan antara dokter

dengan pasiennya. Artinya pihak manajemen hanya bertindak pasif

untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau

usulan dari pakar public relation tersebut dalam memecahkan dan

mengatasi persoalan yang tengah dihadapi organisasi bersangkutan

2. Communication Facilitator (Fasilitator Komunikasi), dalam hal ini

praktisi public relations bertindak sebagai komunikator atau mediator

yang bertindak membantu pihak manajemen mendengar apa yang

diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dengan komunikasi

timbal balik diharapkan dapat tercipta saling pengertian, percaya,

menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah

pihak.

3. Problem Solving Process Facillitator (Fasilitator Pemecah Masalah),

peranan public relations dalam proses pemecahan persoalan

merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk

membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasehat hingga

mengambil tindakan dalam mengatasi permasalahan atau krisis yang

tengah dihadapi secara rasional dan professional. Dalam menghadapi

suatu krisis yang terjadi maka akan dibentuk suatu tim yang

mengkoordinir praktisi ahli public relations dengan melibatkan


berbagai departemen dan keahlian dalam suatu tim khusus untuk

membantu organisasi, perusahaan, dan produk ditengah didera krisis

tertentu.7

3. Corporate Social Responbility (CSR)

CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para

pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan

memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan (Triple Bottom Line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan (Menurut Wibisono, 2007: 4).8

Sumber: powerhousegrowers.com, 2011


Gambar 1. Triple Bottom Line CSR

Sementara itu konsep CSR yang di usung oleh Coombs dan Holladay (2012)

adalah konsep triple bottom line yang dikemukakan oleh John Elklinton yang

memiliki tiga landasan utama jika sebuah perusahaan ingin sustainable yaitu,

perusahaan selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus

7
Elvinaro Ardianto 2009. Public Relations Praktis. Bandung:Widya Padjajaran
8
Isa Wahyudidan Azheri Busyra. 2011. Corporate Sosial Responsibility: Prinsip Pengaturan dan
Implementasi . Malang: Setara Pres.
memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people) dan menjaga kelestarian

lingkungan terutama lingkungan sekitar perusahaan beroperasi (planet). (Brooks)

Sedangkan pengertian CSR menurut Wahyu & Azheri (2008: 143) CSR

sebagai tanggung jawab suatu organisasi atau perusahaan atas dampak dari keputusan

dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan melalui perilaku transparan dan

etis. Dari beberapa pengertian menurut ahli dapat disimpulkan bahwa CSR

merupakan komitmen perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial atas

dampak kegiatan perusahaan untuk bertindak etis dan memperhatikan lingkungan

internal dan eksternal.9

4. Daya saing UMKM

Daya saing merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang

lebih tinggi untuk pemegang saham serta keberlanjutan usaha di era persaingan

Internasional (Siriphattrasophon & Piriyatanarak, 2013). Ukuran daya saing UMKM

yang banyak digunakan adalah kualitas produk, pelayanan pelanggan, differensiasi

dan inovasi, harga yang kompetitif, pengendalian biaya, penawaran sesuai selera

konsumen, melayani ceruk pasar (Valerijs & Sergejs, 2011). Tipe tanggungjawab

sosial akan disesuaikan dengan jenis stakeholder yang akan dilayani. Nilai-nilai yang

diharapkan terbentuk akan disesuaikan dengan jenis stakeholdernya (Jamali, 2008).10

9
Budi Hendrik Untung. 2009. Corporate Sosial Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.
10
Eviatiwi Kusumaningtyas Sugiyanto, Sri Yuni Widowati Ratna Wijayanti. Pola Pengelolaan
Program CSR untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM. Dinamika Sosial Budaya, Vol 19, No. 2,
Desember 2017, pp 240-249 p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524. 2017.
Tabel 2

Community Stakeholder dan Kegiatan CSR

Tujuan Nilai-Nilai yang Key Business Practice


diharapkan

Penciptaan Nilai Tambah  Memupuk hubungan  Sumbangan Finansial


untuk Masyarakat timbal balik antara  Innovative Giving
korporasi dan  Dukungan Program
masyarakat Pendidikan dan
 Berinvestasi dalam pelatihan Kerja
komunitas dimana  Community Volunteer
perusahaan beroperasi
 Meluncurkan kegiatan
pengembangan
masyarakat
 Mendorong partisipasi
karyawan dalam proyek
masyarakat

Program Sumber: Jamali (2008)

5. Pengembangan UMKM melalui CSR

Dalam mengembangkan UMKM terdapat beberapa hambatan yang dihadapi baik

dalam sisi pengembangan maupun UMKM itu sendiri.Dari permasalahan yang

dihadapi UMKM terdapat solusi sehingga ada beberapa aspek yang perlu

ditingkatkan dari UMKM (Budiarto , 2017: 99-102) yaitu :

(1) Pasar, aspek pasar ini perlu diperkuat oleh UMKM karena aspek ini

merupakan hal yang perlu diperhatikan terutama di Indonesia. Masalah –

masalah yang dihadapi oleh UMKM; akses informasi pasar, standar kualitas

pasar, produk inovatif sesuai selera pasar, peluasan konsumen sasaran.


(2) Teknologi dan inovasi, aspek ini sangat berperan dalam pertumbuhan

ekonomi. UMKM perlu memilah teknologi yang tepat untuk digunakan untuk

mengembangkan usahanya.

(3) Permodalan, aspek ini merupakan aspek penunjang yang esensial untuk

meningkatkan produktifitas serta efisiensi

(4) Manajemen, ini merupakan hal terpenting dalam mengembangkan suatu

usaha. Manajemen harus dapat memperlihatkan sikap adaptif terhadap

persoalan global yang dihadapi dan memperhatikan pesaing lain.

6. Program BRINCUBATOR

Program BRIncubator merupakan pemberian akses pembiayaan dan peningkatan

kapasitas UMKM secara digital dan fokus pada validasi ekspor. Fokus program ini

kepada sektor parawisata, pertanian sub sektor kuliner, fashion dan kriya.

BRIncubator dilaksanakan dengan menggandeng para pakar UMKM baik taraf lokal

maupun nasional. Melalui acara ini diharapkan para pelaku UMKM bisa

mendapatkan nilai tambah yang signifikan karena mendapatkan pengetahuan yang

lebih real dan konkret dalam menjalankan bisnis UMKM. Ada 4 tahapan yang dilalui

oleh para UMKMm yang masuk dalam program inkubasi :

(1) Para pelaku UMKM bisa memiliki kecakapan dalam hal keuangan

(2) Para pelaku UMKM ditargetkan dapat mengelola bisnis secara manajerial

sebagai contoh membuat SOP untuk proses produksi


(3) Akselarasi yaitu mulai dikenalkan cara penggunaan channel promosi agar

lebih menjual misalnya penggunaan media sosial dan memanfaatkan trik

digitalisasi dalam berjualan

(4) Rapid Growth yaitu UMKM diharapkan saling bekerjasama dalam

dampingan penyelenggara program selama 3 bulan hingga siap eskport. 11

11
Sharon Rose Widjaja, Susilowati Natakoesoemah. Penerapan Konsep Corporate Social
Responsibility dalam Mengembangkan UMKM melalui Program BRIncubator. Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai