Disusun Oleh :
Dita Riskya Marta (190910201074)
Mahasiswa PMM Bilateral Universsitas Jember
COLLABORATIVE GOVERNANCE
Kerjasama dalam Menjalankan Tata Kelola Pemerintahan (collaborative
governance). Ansell dan Gash menjelaskan bahwa munculnya konsep collaborative
governance diakibatkan oleh kompleksitas masalah pada pembangunan yang
mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan pemerintah sebagai aktor tunggal penyedia
layanan, sehingga memunculkan inisiatif untuk saling bekerjasama antar aktor pemerintah
dan non pemerintah.
C. MANAJEMEN JEJARING
Manajemen jejaring didefinisikan sebagai semua strategi yang disengaja yang
bertujuan untuk memfasilitasi dan memandu interaksi dan / atau mengubah fitur jejaring
dengan maksud untuk memajukan kolaborasi dalam proses jejaring. Istilah lain digunakan
untuk manajemen jaringan seperti meta-governance (Jessop, 2002; Sorensen dan Torfing,
2007), tata kelola kolaboratif (Ansell dan Gash, 2008), atau manajemen kolaboratif
(O'Leary dan Bingham, 2009).
1. Governance Network
Governance network merupakan pola hubungan sosial yang stabil antara aktor
yang saling bergantung pada seputar masalah kebijakan, program kebijakan, dan / atau
sekumpulan sumber daya dan yang dibentuk, dipelihara, dan diubah melalui satu atau
lebih rangkaian interaksi (Koppenjan dan Klijn, 2004). Berikut ini adalah bentuk
governance dalam hubungan organisasi :
a. Governance Network : pencarian solusi inovatif yang menggabungkan nilai –
nilai
Kepercayaan menjadi lebih penting untuk mengambil risiko ketika para aktor
memiliki perspektif yang berlawanan tentang sifat masalah, nilai apa yang relevan,
dan sifat dari solusi yang diinginkan.
b. Governance Network sebagai asluran untuk pencarian soludi yang didorong
oleh nilai
Para aktor bekerja untuk menentukan solusi mana yang akan diterima oleh
banyak pihak yang terlibat. Melalui mekanisme ini, jejaring dapat dipandang sebagai
upaya untuk menyatukan berbagai nilai satu sama lain.
Dalam skema jejaring administrasi publik ini, hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah menentukan tujuan secara keseluruhan dengan berdasar dari kebutuhan dan
harapan yang diminta oleh warga negara atau institusional. Dimana kebutuhan dan
harapan tersebut harus memperhatikan aspek batas ekonomi, sosial, politik, dan
kondisi organisasi. Bentuk dari batas ekonomi adalah keputusan harus disesuaikan
dengan keinginan masyarakat seperti minimnya biaya pengeluaran (cost). Sedangkan
dari segi aspek sosial dapat dilihat melalui terwujudnya keinginan masyarakat seperti
terciptanya pelayanan yang cepat dan merata sehingga kesejahteraan masyarakat
terwujud.
Proses selanjutnya adalah proses pengiriman layanan dari jejaring administrasi publik
yang diantaranya adalah memproses pelaksanaan tujuan disertai input yang berisi
komponen – komponen seperti SDM, dana (fund), fasilitas, dsb. Dimana komponen
yang ada akan saling berkaitan untuk mendukung aktivitas dalam jeajring
administrasi publik dan pada akhirnya menghasilkan sebuah output yang efektif dan
efisien.
Dalam model ini, dikatakan efektif ketika perbandingan antara tujuan program /
organisasi dengan result / hasil akhir / dampak sesuai. (Hasil sesuai dengan tujuan).
Sedangkan efisiensi diukur dengan melihat perbandingan antara input dan output,
sehingga dikatakan efisien ketika terjadi minim pengeluaran dan hasil maksimal.
Relevansi sendiri di dalam model ini menggambarkan kerkaitan antara kebutuhan
yang dirasakan dan tujuan yang dirumuskan dimana untuk menjaga kegunaan dan
langgengnya kebermanfaat yang diberikan oleh organisasi ataupun program makanya
perlu adanya sebuah utilitas dan keberlanjutan. Kemudian, kegunaan (utility) dan
keberlanjutan merupakan indikator yang menggambarkan kegunaan dan lenggengnya
kegunaan yang diberikan oleh organisasi.
Pada bagian hasil dapat dilihat bagaimana suatu pelayanan itu efisiensi lalu
bagaimana akibatnya dengan ekonomi, sosial, serta kondisi organisasi apakah
berdampak atau tidak. Dampak dari hasil dari jaringan administrasi publik dapat
dikaitkan dengan kepuasan klien layanan dan barang publik. Dalam hal pelayanan
teknis, selain itu dapat dikaitkan dengan faktor lain, misalnya waktu tempuh yang
lebih lama jika jalan umum tidak akan dibangun.
KESIMPULAN