Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN JEJARING

TUGAS RESUME MATERI PERTEMUAN 1-8

Dosen Pengampu: Daryono, M. Si., Ph.D

Disusun Oleh :
Dita Riskya Marta (190910201074)
Mahasiswa PMM Bilateral Universsitas Jember

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
A. JEJARING ORGANISASI
Jaringan (Network) adalah suatu susunan garis edar yag menghubungkan berbagai
titik, dimana satu organisasi atau lebih bergerak dari satu titik ke titik lain atau setiap
organisasi akrab dengan berbagai jaringan. Jaringan terdiri dari jejaring hubungan yang
dibentuk oleh orang-orang untuk menyelesaikan sesuatu. Jejaring ini mendukung banyak
fungsi yang dipenuhi orang di tempat kerja, mulai dari menyelesaikan transaksi rutin hingga
bersosialisasi, berinovasi, merencanakan, mempelajari, dan mengembangkan karir mereka.
Jejaring juga dapat diartikan :
- Orang – orang yang berhubungan dengan orang – orang
- Menemukan minat yang sama satu sama lain
- Pertukaran informasi
- Informasi diperoleh dna kontak dibuat
- Membangun dan memelihara jalur komunikasi dengan orang lain
- Membangun jejaring lebih ditentukan oleh kemauan daripada bakat

a) Jejaring organisasi mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukan organisasi,


seperti :
- Change : Jika jejaring efektif, mereka dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan.
- Decision Making : Kualitas jejaring seseorang mempengaruhi kualitas keputusan
mereka.
- Leadership : Para pemimpin yang efektif cenderung mengembangkan jejaring
mereka dengan cara-cara tertentu.
- Culture : Budaya organisasi tertanam dalam jaringannya. Jejaring dapat secara efektif
menolak atau memungkinkan perubahan budaya.
- Mergers & Acquisitions : Jika jejaring tidak terintegrasi dengan baik setelah merger
atau akuisisi, organisasi tidak akan mencapai sinergi yang diinginkan atau
penghematan biaya.
- Innovation : Menyatukan orang-orang dengan keahlian yang tepat dari seluruh
jejaring dapat meningkatkan inovasi.
- Projects : Proyek yang sukses dijalankan oleh para pemimpin dengan jejaring yang
lebih kuat.
b) Hal – hal yang harus dilakukan dalam membangun jejaring :
1. Mulailah dengan membangun kepercayaan
2. Tetapkanlah tujuan
3. Seleksi kontak yang kita miliki
4. Alokasikan waktu untuk membangun jejaring
5. Mulailah membangun jejaring
6. Periharalah jejaring
7. Cari kesempatan u tuk memberi dan menerima dalam jejaring yang sudah dibangun
8. Bukan hanya jumlah jejaring yang perlu diperhatikan, kualitas hubungan juga sangat
penting.

c) Hal – hal yang mempengaruhi kualitas jejaring :


1. Pertemuan yang cukup teratur
2. Kedua pihak mendapat manfaat
3. Adanya tentangan yang dihadapi bersama
4. Saling percaya
5. Hubungan yang personal
6. Kenangan masa lalu bersama
7. Adanya musuh bersama
8. Reputasi dan kepercayaan

d) Jenis – Jenis Jejaring Organisasi :


- Jejaring Operasional : membangun hubungan kerja yang baik dengan semua pihak
yang dapat menyelesaikan pekerjaan
- Jejaring Personal : pengembangan diri melalui asosiasi profesi, ikatan alumni, dan
berbagai perkumpulan
- Jejaring Strategis : membuka mata pada arah bisnis baru dan para pemangku
kepentinfan perlu dilibatkan.
B. KOLABORASI ORGANISASI
1. Definisi Kolaborasi
Kolaborasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak yang terlibat suatu
permasalahan dari perspektif atau aspek yang berbeda dapat secara konstruktif
mempertemukan perbedaan dan mencari solusi lebih jauh dari pandangan mereka akan
apa yang mungkin
2. Tujuan Kolaborasi
- Perubahan total
- Etos kerja baru
- Sikap kebersamaan
- Pengambilan keputusan
- Suatu metode dan alat
3. Komponen dalam Kolaborasi Organisasi
Menurut Noorsyamsa Djumara bahwa ada 5 (lima) komponen utama dalam kolaborasi :
- Collaborative Culture : Seperangkat nilai-nilai dasar yang membentuk tingkah laku
dan sikap bisnis. Di sini yang dimaksudkan adalah budaya dari orang–orang yang
akan berkolaborasi.
- Collaborative Leadership : Suatu kebersamaan yang merupakan fungsi situasional
dan bukan sekedar hirarki dari setiap posisi yang melibatkan setiap orang dalam
organisasi.
- Strategic Vision : Prinsip – prinsip pemandu dan tujuan keseluruhan dari oragnisasi
yang bertumpu pada pelajaran yang berdasarkan Kerjasama intern dan terfokus
secara strategis pada kekhasan dan peran nilai tambah di pasar.
- Collaborative Team Process : Sekumpulan Proses kerja non biropkrasi yang dikelola
oleh tim – tim kolaborasi dari Kerjasama professional yang bertanggung jawab penuh
bagi keberhasilannya dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan mereka menjadi mandiri.
- Collaborative Structure : Pembenahan diri dari system-sistem pendukung bisnis
(terutama system informasi dan sumber daya manusia) guna memastikan
keberhasilan tempat kerja yang kolaboratif.
4. Komponen dalam Kolaborasi Organisasi (Ansel dan Gash)
- Dialog antar muka (face to face dialogue) : Sebagai bentuk komunikasi dialog
antarmuka menjadi hal yang penting dalam kolaborasi, karena adanya pembentukan
konsesus.
- Membangun kepercayaan (trust building) : Membangun kepercayaan memerlukan
waktu yang tidak singkat, hal ini karena dalam kolaborasi diperlukan komunikasi
yang intensif (terus menerus) dan penyesuaian terhadap kondisi saat ini dari
munculnya kembali konflik masa lalu.
- Komitmen pada Proses Kolaborasi (commitement to the process) : Komitmen
merupakan komponen penting dalam proses kolaborasi. Komitmen dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni : mutual recognition, join appreciation, kepercayaan antar
actor, ownership the process, dan interdependence.
- Pemahaman bersama (shared undertanding) : Hal ini juga merupakan hal penting
dalam mencapai tujuan Bersama. Pemahaman yang dimaksud adalah penyatuan
pemikiran dan persamaan tujuan, sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahpahaman antar aktor
- Dampak sementara (intermediate outcames) : Dampak sementara terjadi selama
proses kolaborasi, oleh karena itu ada kata “sementara” di dalamnya. Dampak
sementara menghasilkan feedbacks.
5. Pengklasifikasian tingakatan kolaborasi (Jhon Wanna)
- Highest level : ketika adanya komitmen yang tinggi untuk melakukan kerjasama
berupa interaksi yang saling menguntungkan terjadi sesama aktor yang terlibat dalam
proses kolaborasi, kebersamaan yang substantif, adanya kerjasama kuat, dan
kerjasama terjadi antar institusi pemerintah dan non pemerintah.
- Meduium-high level : terjadi apabila adanya orientasi yang kuat, penyatuan aktor
yang kuat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program,
memberikan kewenangan pada client untuk mengambil keputusa, dan adanya
komplektisitas dalam memberikan service delivery.
- Medium level : terjadi ketika adanya komitemen yang timbul dengan banyak pihak.
- Medium low-level : terjadi ketika kerjasama orientasi hanya untuk menyelesaikan
pekerjaan saja.
- Lowest level : terjadi ketika peraturan kerjasama sudah diabaikan.

COLLABORATIVE GOVERNANCE
Kerjasama dalam Menjalankan Tata Kelola Pemerintahan (collaborative
governance). Ansell dan Gash menjelaskan bahwa munculnya konsep collaborative
governance diakibatkan oleh kompleksitas masalah pada pembangunan yang
mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan pemerintah sebagai aktor tunggal penyedia
layanan, sehingga memunculkan inisiatif untuk saling bekerjasama antar aktor pemerintah
dan non pemerintah.

C. MANAJEMEN JEJARING
Manajemen jejaring didefinisikan sebagai semua strategi yang disengaja yang
bertujuan untuk memfasilitasi dan memandu interaksi dan / atau mengubah fitur jejaring
dengan maksud untuk memajukan kolaborasi dalam proses jejaring. Istilah lain digunakan
untuk manajemen jaringan seperti meta-governance (Jessop, 2002; Sorensen dan Torfing,
2007), tata kelola kolaboratif (Ansell dan Gash, 2008), atau manajemen kolaboratif
(O'Leary dan Bingham, 2009).
1. Governance Network
Governance network merupakan pola hubungan sosial yang stabil antara aktor
yang saling bergantung pada seputar masalah kebijakan, program kebijakan, dan / atau
sekumpulan sumber daya dan yang dibentuk, dipelihara, dan diubah melalui satu atau
lebih rangkaian interaksi (Koppenjan dan Klijn, 2004). Berikut ini adalah bentuk
governance dalam hubungan organisasi :
a. Governance Network : pencarian solusi inovatif yang menggabungkan nilai –
nilai
Kepercayaan menjadi lebih penting untuk mengambil risiko ketika para aktor
memiliki perspektif yang berlawanan tentang sifat masalah, nilai apa yang relevan,
dan sifat dari solusi yang diinginkan.
b. Governance Network sebagai asluran untuk pencarian soludi yang didorong
oleh nilai
Para aktor bekerja untuk menentukan solusi mana yang akan diterima oleh
banyak pihak yang terlibat. Melalui mekanisme ini, jejaring dapat dipandang sebagai
upaya untuk menyatukan berbagai nilai satu sama lain.

2. Jejaring Administrasi Publik


Jejaring administrasi publik dapat dikaitkan dengan kepuasan klien atas layanan
dan barang publik. Dalam hal layanan administrasi, dampaknya dapat dikaitkan dengan
eksternalitas negatif kepada klien seperti biaya yang ditanggung oleh klien, waktu yang
terbuang karena proses pemberian layanan.
SKEMA INPUT OUTPUT BAGI JEJARING ADMINISTRASI PUBLIK

 Dalam skema jejaring administrasi publik ini, hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah menentukan tujuan secara keseluruhan dengan berdasar dari kebutuhan dan
harapan yang diminta oleh warga negara atau institusional. Dimana kebutuhan dan
harapan tersebut harus memperhatikan aspek batas ekonomi, sosial, politik, dan
kondisi organisasi. Bentuk dari batas ekonomi adalah keputusan harus disesuaikan
dengan keinginan masyarakat seperti minimnya biaya pengeluaran (cost). Sedangkan
dari segi aspek sosial dapat dilihat melalui terwujudnya keinginan masyarakat seperti
terciptanya pelayanan yang cepat dan merata sehingga kesejahteraan masyarakat
terwujud.
 Proses selanjutnya adalah proses pengiriman layanan dari jejaring administrasi publik
yang diantaranya adalah memproses pelaksanaan tujuan disertai input yang berisi
komponen – komponen seperti SDM, dana (fund), fasilitas, dsb. Dimana komponen
yang ada akan saling berkaitan untuk mendukung aktivitas dalam jeajring
administrasi publik dan pada akhirnya menghasilkan sebuah output yang efektif dan
efisien.
 Dalam model ini, dikatakan efektif ketika perbandingan antara tujuan program /
organisasi dengan result / hasil akhir / dampak sesuai. (Hasil sesuai dengan tujuan).
Sedangkan efisiensi diukur dengan melihat perbandingan antara input dan output,
sehingga dikatakan efisien ketika terjadi minim pengeluaran dan hasil maksimal.
Relevansi sendiri di dalam model ini menggambarkan kerkaitan antara kebutuhan
yang dirasakan dan tujuan yang dirumuskan dimana untuk menjaga kegunaan dan
langgengnya kebermanfaat yang diberikan oleh organisasi ataupun program makanya
perlu adanya sebuah utilitas dan keberlanjutan. Kemudian, kegunaan (utility) dan
keberlanjutan merupakan indikator yang menggambarkan kegunaan dan lenggengnya
kegunaan yang diberikan oleh organisasi.
 Pada bagian hasil dapat dilihat bagaimana suatu pelayanan itu efisiensi lalu
bagaimana akibatnya dengan ekonomi, sosial, serta kondisi organisasi apakah
berdampak atau tidak. Dampak dari hasil dari jaringan administrasi publik dapat
dikaitkan dengan kepuasan klien layanan dan barang publik. Dalam hal pelayanan
teknis, selain itu dapat dikaitkan dengan faktor lain, misalnya waktu tempuh yang
lebih lama jika jalan umum tidak akan dibangun.

D. GOVERNANCE NETWORK SEKTOR PUBLIK


Governance network didefinisikan sebagai serangkaian upaya pengarahan sadar atau
strategi para aktor dalam governance network yang bertujuan untuk memengaruhi proses
interaksi dan / atau karakteristik jaringan ini.
1. Governance Network sebagai jawaban atas Kompleksitas
Contoh kompleksitas yang dialami dalam Governance adalah sebagai berikut :
- Proses pengambilan keputusan yang kompleks terkait dengan mewujudkan,
mengoperasikan, dan memelihara pekerjaan infrastruktur publik (seperti : kereta api,
jalan, bandara, proyek air, insinerator limbah, pembangkit listrik, dan taman turbin
angin)
- Proses restrukturisasi kota – kota dalam dimana kora perlu bekerja sama dengan
organisasi nirlaba (seperti aosiasi perumahan) dan juga pelaku swasta
(pengembang) dan kelompok warga.
2. Kompleksitas dalam Governance Network
a) Kompleksitas yang Substansial
Pemecahan masalah, pembuatan kebijakan, dan penyampaian layanan dalam
sektor publik melibatkan banyak sekali pelaku. Para aktor ini memiliki persepsi
yang berbeda tentang situasi dan juga menafsirkan informasi yang tersedia
secara berbeda. Dengan demikian, mengumpulkan informasi dan memanfaatkan
pengetahuan tidak dapat menyelesaikan kompleksitas substantif dari masalah jahat
selama makna informasi ditafsirkan dengan cara yang berbeda.
b) Kompleksitas yang Strategis
Kompleksitas strategis dalam governance network muncul dari pilihan
strategis yang dibuat oleh para aktor yang berkaitan dengan masalah, kebijakan,
dan layanan (Allison 1971; Crozier dan Friedberg 1980; Axelrod 2006 [1984];
Ostrom 1990, 2007; Kingdon 2011 [1984]).
c) Kompleksitas Kelembagaan
Menangani masalah, kebijakan, dan layanan yang kompleks tidak hanya
membutuhkan keterlibatan berbagai aktor, tetapi aktor ini sering bekerja dari latar
belakang kelembagaan yang berbeda (Burns dan Flam 1987; March dan Olsen
1989)
3. Implementasi Governnace Network Sektor Publik
- Menyelenggarakan layanan kesehatan dan sosial terpadu untuk lansia
- Kebijakan atau penegakan hukum, misalnya dalam industri pangan dimana
pemerintah mencoba mengatur rantai produksi pangan yang kompleks, di mana
berbagai pihak dalam kondisi persaingan dapat menukar keamanan pangan dengan
nilai – nilai lain.

KESIMPULAN

Jejaring adalah membangun hubungan dengan orang atau organisasi lain.


Kesuksesan jejaring organisasi tidak dapat terukur secara kuantitatif akan tetapi secara
kualitatif . Kemampuan membagun jejaring organisasi merupakan kebutuhan bagi orang yang
berorganisasi. Dalam memanfaatkan jejaring organisasi akan mendapatkan hal-hal yang
menguntungkan bagi individu ataupun organisasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai