Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individu Harian 7

Resume Modul Adaptif

Nama : Berlian Fajar Latifa Noor


NIP : 199405272022032007
Unit Kerja : Pengadilan Agama Pati
Kelompok :3

MENGAPA ADAPTIF

A. Perubahan Lingkungan Strategis


Kasus-kasus yang cenderung eskalatif dan bertransformasi menjadi cara dan pendekatan baru
akan memaksa negara untuk mengadaptasi juga cara-cara baru dalam menghadapi dan
menyelesaikannya.
B. Kompetisi di Sektor Publik
Analog dengan perilaku pelaku usaha yang bersaing satu sama lain, maka negara pun dihadapkan
pada situasi berkompetisi dengan negara lainnya dalam pencapaian kinerjanya.
C. Komitmen Mutu
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan pelayanan,
serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang
mendorong komitmen mutu yang lebih baik.
D. Perkembangan Teknologi
Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan perkembangan teknologi dan juga
kebutuhan kemudahan bagi warga dalam mengakses dan mendapatkannya.
E. Tantangan Praktek Administrasi Publik
Tantangan bagi administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell:
1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi
2. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan
4. Mengelola Perubahan Teknologi

MEMAHAMI ADAPTIF

A. Uraian Materi
Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
B. Kreativitas dan Inovasi
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau
gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari ide-ide
yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan kedalaman dan
komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau gagasan
yang dimunculkan.
C. Organisasi Adaptif

9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK :

1. Purpose
2. Cultural values
3. Vision
4. Corporate values
5. Coporate strategy
6. Structure
7. Problem solving
8. Partnership working
9. Rules
D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).
Jeff Boss dalam Forbes menulis ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif:

1. Eksperimen orang yang beradaptasi


2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3. Memiliki sumberdaya
4. Selalu berpikir ke depan
5. Tidak mudah mengeluh
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan.
7. Tidak mencari popularitas
8. Memiliki rasa ingin tahu
9. Beradaptasi.
10. Memperhatikan sistem.
11. Membuka pikiran.
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan.

PANDUAN PERILAKU ADAPTIF

A. Uraian Materi
Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal berikut:
1. Hadapi Volatility dengan Vision
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility
B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional
Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya organisasi menjadi empat, yaitu:
1. Budaya adaptif (adaptive culture)
2. Budaya misi (mission culture)
3. Budaya klan (clan culture)
4. Budaya birokratik (bureaucratic culture)
C. Perilaku Adaptif Individual
Pergeseran kebutuhan kompetensi ini dijelaskan Nadiem sebagai salah satu dampak dari dua
faktor, yaitu perkembangan teknologi dalam bentuk digital automasi dan robotisasi, serta resesi
global yang merupakan kombinasi dahsyat atau double disruption yang mengubah landscape
pekerjaan di masa depan.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Organisasi adaptif baik di sector publik maupun bisnis dapat dibangun dengan:
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif

Konsep dan strategi untuk terus berkembang dan survive meski berada di lingkungan yang terus

Berubah:

1. Landscape
critical strategies:
a. melihat jauh ke depan
b. memahami landscape bisnis;
c. memahami prinsip ketidaktentuan dunia bisnis; dan
d. memahami rencana strategis pada organisasi yang adaptif.
2. Learning
Upaya learning erat hubungannya dengan knowledge management yang sangat dibutuhkan
sebuah organisasi yang ingin terus berkembang dan survive.
3. Leadership
jiwa kepemimpinan tidak hanya sebagai penujuk arah namun pembimbing menuju
keberhasilan dalam melawan kompleksitas dan menciptakan sebuah organisasi yang ulet
(resilient organization).

ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH

A. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis mudah
diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi
terkenal atau pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan adaptif sulit untuk didefinisikan, tidak
memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan membutuhkan ide-ide baru untuk membawa
perubahan di banyak tempat.
B. Pemerintahan Yang Adaptif
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi, dan
lembaga di berbagai tingkat organisasi. Pemerintahan adaptif mengacu pada caracara di mana
pengaturan kelembagaan berkembang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat
dalam lingkungan yang berubah.
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic Governance)
Tata kelola yang dinamis membutuhkan pembelajaran baru dan pemikiran, desain pilihan
kebijakan yang disengaja, pengambilan keputusan analitis, pemilihan pilihan kebijakan yang
rasional dan pelaksanaan yang efektif. Kepemerintahan yang baik bukan hanya soal tindakan
cepat, tetapi juga soal pemahaman yang memadai.
D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh
Di masa lalu seruan untuk ketahanan (ketangguhan) adalah undangan tersirat, namun persuasif,
untuk transformasi bebas dari krisis yang melanda. Di dunia baru ini, ketahanan akan kembali berarti
kapasitas untuk bertahan dalam jangka panjang.
Tugas Individu Harian 7
Resume Modul Kolaboratif

Nama : Berlian Fajar Latifa Noor


NIP : 199405272022032007
Unit Kerja : Pengadilan Agama Pati
Kelompok :3

Konsep Kolaborasi

A. Definisi Kolaborasi

Dyer and Singh mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance
between two or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”.

B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)

“Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi
saling menguntungkan antar aktor governance . Collaborative governance dalam artian sempit
merupakan kelompok aktor dan fungsi. Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek
pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:

1) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;

2) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;

3) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya


'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;

4) Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;

5) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan

6) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur
horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide.
Tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola
kolaborasi yaitu : 1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang; 2) merencanakan aksi
kolaborasi; dan 3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan

1. Mengenal Whole-of-Government (WoG)

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-


upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagai bagian dari respon terhadap ilusi
paradigma New Public Management (NPM) yang banyak menekankan aspek efisiensi dan
cenderung mendorong ego sektoral dibandingkan perspektif integrasi sektor.

2. Pengertian WoG

WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja
lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
pemerintah terhadap isu-isu tertentu.

WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-
sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan
dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal.

Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah

A. Panduan Perilaku Kolaboratif

Beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu:

1. Kerjasama Informal;

2. Perjanjian Bantuan Bersama;

3. Memberikan Pelatihan;

4. Menerima Pelatihan;

5. Perencanaan Bersama;
6. Menyediakan Peralatan;

7. Menerima Peralatan;

8. Memberikan Bantuan Teknis;

9. Menerima Bantuan Teknis;

10. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan

11. Menerima Pengelolaan Hibah.

B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi
pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.

C. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan
Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundangundangan”.

Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan
oleh Daerah dengan:

a. Daerah lain Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan
kerja sama sukarela;

b. Pihak ketiga; dan/atau

c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai