Anda di halaman 1dari 12

MELEMBAGAKAN STRATEGI

MAKALAH
DI SUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN STRATEGI
DOSEN PENGAMPU :
Muhammad Fudholi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Riyatul Munfarikha
Selamet
Silo Mujahidin
Sumiyati

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Bustanul Ulum ( STAIBU )
Jl. Doktren No. 26 Krai, Yosowilangun, Lumaang 67382

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tepatnya strategi terletak pada implementasi strategi tersebut, pada waktunya rincian
demikianlah yang menyediakan “wahana” untuk mengkomunikasikan kepada para
pelaksana kegiatan operasional apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya. Artinya untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan suatu
operasionalisasi suatu strategi yang harus dilembagakan. Oleh karena itu pelembagaan
strategi sangat penting artinya dalam menumbuhkan pemahaman yang seragam di
kalangan para pelaksana kegiatan operasional yang berdasarkan prinsip sinergi
menyatukan gerak langkah masing-masing dengan gerak langkah orang lain dalam
perusahaan sebagai keseluruhan atau paduan satuan bisnis yang ditangani oleh
berbagai bidang fungsional. Terdapat tiga elemen organisasi yang paling mendasar
yaitu: struktur organisasi, kepemimpinan dalam organisasi dan kultur yang dianut
oleh organisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana struktur organisasi dalam pelembagaan strategi?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpian dalam pelembagaan strategi?
3. Apa yang dimaksud dengan pengawasan, evaluasi, dan umpan balik strategi?
4. Bagaimana kultur dalam pelembagaan strategi?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui bagaimana struktur organisasi dalam pelembagaan strategi.
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemimpian dalam pelembagaan
strategi.
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengawasan, evaluasi, dan umpan
balik strategi.
4. Dapat mengetahui bagaimana kultur dalam pelembagaan strategi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Organisasi Dan Pelembagaan Strategi

Organisasi merupakan wahana yang digunakan untuk mencapai tujuan dan


berbagai sasaran mengemban misi dan mewujudkan suatu strategi melalui
berbagai kegiatan operasional oleh sekelompok orang yang terikat secara formal
dalam hubungan manajerial pimpinan dan anggota. Organisasi juga merupakan
proses interaksi antara orang-orang dalam organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Konsultan McKinsey menunjukan bahwa dalam lingkungan masa kini


yang komlek dan selalu berubah, organisasi yang berhasil mungkin akan
melakukan perubahan struktural sementara untuk mengimbangi tugas strategis
spesifik tanpa harus meninggalkan dasar divisi struktural diseluruh organisasi.

Prinsip-prinsip Dasar Organisasi

1. Kejelasan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai perlu dinyatakan dengan


jelas dan eksplisit karena apapun yang terjadi dalam organisasi
berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Kejelasan misi. Rumusan misi berperan sebagai rambu-rambu yang
harus diikuti dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan fungsional dan
operasional organisasi.
3. Fungsionalisasi. Ada terbagi tiga bagian yaitu:
a. Setiap fungsi yang diselenggarakan harus dilembagakan;
b. Tidak ada satu fungsi yang dipimpin lebih dari satu satuan
kerja; dan
c. Semua fungsi harus jelas satuan kerjanya.
4. Kejelasan aktifitas. Menyangkut deskripsi tentang tugas pekerjaan
setiap orang dalam organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
5. Kesimbangan antara wewenang dan tanggungjawab. Kedua hal ini
harus seimbang.
6. Pendelegasian tugas. Memberikan kesempatan kepada para bawahan
untuk turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
7. Pembagian pekerjaan. Karena keanekaragaman tugas pekerjaan,
terjadilah pembagian pekerjaan yang diwadahkan dalam berbagai
satuan kerja.
8. Kesatuan arah. Semua persepsi harus menuju kepada kesatuan.
9. Kesatuan komando.
10. Rentang kendali. Dalam manajemen terdapat perdebatan yang sifatnya
perenial tentang penerapan prinsip ini.
11. Sentralisasi versus desentralisasi. Mengelola suatu organisasi ada hal-
hal tertentu yang merupakan hak prerogatif manajemen. Artinya ada
kegiatan-kegiatan tertentu yang diselenggarakan berdasarkan
pendekatan sentralisasi. Akan tetapi sebaliknya, tidak sedikit kegiatan
yang dapat diselenggarakan dengan desentralisasi.
12. Departementalisasi. Hal ini perlu karena aneka ragam bidang
fungsional, diversifikasi produk, seperti proses produksi, proses
penanganan informasi dan sebagainya.

Tipologi struktur organisasi, dari teori organisasi diketahui bahwa struktur


organisasi dimaksudkan untuk mempermudah jalannya koordinasi antara berbagai
satuan kerja yang terdapat di dalamnya dan sebagai alat untuk mengawasi
tindakan para anggotanya.

Dalam upaya memilih struktur yang tepat dari berbagai tipologi struktur
organisasi, pada umumnya tiga komponen yang harus dipetimbangkan, yaitu

a. Kompleksitas berbagai aktifitas yang harus dilakukan.


b. Tingkat formalisasi yang berlaku dan
c. Penerapan konsep sentralisasi versus desentralisasi dalam pengambilan
keputusan.

Peranan kepemimpinan dalam pelembagaan strategi, adanya karyawan


yang terampil, loyal, memiliki dedikasi yang tinggi, sikap yang positif dan
semangat kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam proses implementasi.
Semuanya itu memerlukan unsur lain yang peranannya sangat menentukan, yaitu
kepemimpinan. Tidak ada yang menyanggah kebenaran pendapat yang
mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu elemen organisasi yang
sangat menentukan dalam implementasi strategi. Hal-hal yang dikemukakan
diatas berawal dari filosofi kepemimpinan seseorang sangat tergantung pada
pendekatan pemimpinnya.

Peranan Manajemen, peranan seorang manajer puncak yang menjadi


katalisator utama bukan hanya dalam kelancaran perumusan tetapi juga dalam
implementasi. Manajer puncak juga memikirkan, merumuskan dan menentukan
strategi serta mengarahkan dan memantau pelaksanaannya. Peranan manajemen
puncak bersifat simbolik dan substantif dan juga mendorong tumbuhnya
kegairahan kerja dan komitmen yang besar di kalangan para manajer yang lebih
rendah. Manajemen puncak membutuhkan bantuan dan dukungan kelompok
manajer yang lebih rendah, tetapi manajer itu juga harus tetap kedudukannya.
Oleh karena itu manajemen puncak perlu melakukan penugasan para manajer
kunci.

B. Peranan Kultur Organisasi Dalam Pelembagaan Strategi


Setiap organisasi merupakan suatu satuan kerja yang mempunyai ciri-ciri,
kondisi, kepribadian, sistem nilai, keyakinan, etos kerja dan masalah yang sifatnya
khas. Salah satu aspek organisasi yang unik sifatnya adalah kultur yang dianut dan
berlaku bagi semua orang dalam organisasi yang bersangkutan. Kultur itulah yang
membedakan satu organisasi dari organisasi lain, meskipun bergerak dalam
kegiatan yang sama.
Kultur organisasi mengacu pada seperangkat asumsi penting, seringkali tidak
disebutkan, bahwa anggota sebuah organisasi memiliki kesamaan. Budaya
mencakup asumsi-asumsi, nilai-nilai, tradisi, dan perilaku yang menentukan
tindakan individu di dalam organisasi. Sering kali budaya itu bercokol dan sulit
untuk berubah dan bisa menghambat perubahan strategi yang dibutuhkan.
Beradaptasi terhadap lingkungan dengan perubahan strategi sering kali memaksa
perubahan dalam budaya organisasi.
Beberapa pendekatan terhadap perubahan kultur organisasi meliputi:
a. Mendorong tema-tema kunci atau nilai-nilai dominan.
b. Mendorong menceritakan kembali kisah-kisah dan legenda tentang nilai-nilai
inti.
c. Melembagakan praktik yang secara sistematis memperkuat keyakinan dan
nilai-nilai yang diinginkan.
d. Adaptasi tema budaya umum seperti layanan pelanggan dengan cara yang
berarti bagi anggota organisasi.

Yang dimaksud dengan kultur organisasi adalah makna kehidupan bersama


yang tercermin dalam berbagai asumsi seperti tertulis, diakui dan diterima oleh
masyarakat luas. Pemahaman kultur organisasi mutlak sifatnya karena
pemahaman setiap orang berbeda karena tergantung pada sistem nilai, keyakinan
dan etos kerja yang dianut oleh organisasi.
Pengaruh kultur organisasi pada kehidupan organisasional perlu disadari
bahwa kultur dapat berupa kekuatan, akan tetapi dapat pula menjadi kelemahan
bagi suatu organisasi. Kultur merupakan kekuatan kalau mempermudah dan
memperlancar proses komunikasi, mendorong berlangsungnya proses
pengambilan keputusan yang efektif, memperlancar jalannya pengawasan, dan
menumbuhkan semangat kerja sama dan memperbesar komitmen kepada
organisasi. Sebaliknya kultur dapat menjadi sumber kelemahan bagi organisasi
apabila keyakinan dan sistem nilai yang dianut tidak seirama dengan tuntutan
strategi organisasi.
Konektivitas Strategi dengan Kultur, strategi dan kultur memiliki hubungan
yang erat dalam inplementasi strategi. Dikatakan seperti itu karena kultur
memberi arahan tentang perilaku yang seharusnya ditampilkan oleh para anggota
organisasi, apa yang harus mereka lakukan, skala prioritas yang perlu ditetapkan.
Kultur menjebatani ketentuan-ketentuan formal dengan kenyataan di lapangan.
C. Pengawasan, Evaluasi, Dan Umpan Balik Strategi
Suatu strategi dipilih dari sekian banyak alternatif yang telah dianalisis dan
dipertimbangkan dengan teliti dan matang serta dilaksanakan dalam suatu kurun
waktu tertentu. Maksudnya adalah agar satu organisasi berada dalam kondisi dan
posisi yang efektif dalam upaya mencapai tujuan yang sering berubah-ubah oleh
karena pengaruh lingkungan. Untuk menentukan apakah implementasi strategi
terlaksana dengan baik atau tidak, manajemen perlu melakukan tiga tindakan,
yaitu melakukan pengawasan, membuat penilaian, dan menciptakan suatu sistem
umpan balik yang sifatnya strategis.
Pentingnya fungsi pengawasan, pengawasan dimaksudkan untuk lebih
menjamin bahwa semua kegiatan yang harus diselengarakan dalam suatu
organisasi didasarkan pada suatu rencana. Pengawasan dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam operasionalisasi suatu rencana sehingga kegiatan itu
dapat terlaksana dengan baik begitu juga dengan tingkat efisiensi, efektifitas yang
tinggi. Cara konseptual dan filosofis pentingnya pengawasan berangkat dari
kenyataan bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Teknik-teknik pengawasan:
Untuk mengetahui dengan jelas apakah penyelenggarakan kegiatan
operasional sesuai dengan rencana atau tidak, dan apakah terjadi deviasi, atau
tidak. Manajemen perlu mengamati jalannya kegiatan operasional tersebut.
Berbagai teknik yang dapat digunakan antara lain:
a. Pengamatan langsung atau observasi oleh manajemen untuk melihat sendiri
bagaimana caranya para pertugas menyelenggarakan kegiatan dan
menyelesaikan tugasnya.
b. Melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
c. Melalui penggunaan kuesioner, untuk menggali informasi tentang situasi yang
dihadapi di lapangan.
d. Melalui wawancara, apabila diperlukan wawancara dengan para pekerja dapat
dilakukan dalam rangka pengawasan.

Manfaat terpenting dari pengawasan adalah:


a. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dimana
organisasi itu berada.
b. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana
dengan efisien dan efektif.
c. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelenggaraan operasional.
d. Langkah-langkah apa yang segera diambil untuk menghargai kinerja yang
memuaskan.
e. Tindakan preventif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi dari
standar tidak terus berlanjut.

Penilaian Sebagai Fungsi Manajerial Yang Stratejik. Para manajer yang


melakukan penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk temuan, yaitu:
a. Hasil yang dicapai melebihi harapan dan target.
b. Hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target.
c. Harapan yang dicapai kurang dari harapan dan target. Berbagai sasaran
penilaian adalah seluruh faktor organisasional yang seluruhnya dapat
berbentuk: mempertahankan apa yang sudah ada, mengubah seluruh faktor
organisasional, mengubah hanya sebagian dari faktor-faktor. Yang
menjadi sasaran penilaian termasuk juga tujuan yang hendak dicapai, misi,
strategi, struktur organisasi, manajemen, dan pengambilan keputusan.

Pentingnya peranan umpan balik, semua informasi yang diperoleh dalam


menjalankan roda organisasi perlu dijadikan sebagai umpan balik. Pihak yang
bertanggungjawab untuk sistem umpan balik adalah manajemen puncak dan harus
mengandung informasi yang aktual. Lengkap dan dapat dipercaya. Sistem umpan
balik merupakan cara yang handal dan penting dalam manajemen.
D. Pemimpin dalam berstrategi
Kepemimpinan adalah proses di mana satu orang memberikan pengaruh sosial
kepada anggota kelompok. Agar sukses, perubahan strategi membutuhkan
kepemimpinan yang efektif.
Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki kekuatan di atas orang lain
yang menjalankan kekuatannya ini untuk tujuan mempengaruhi perilaku mereka.
Dewan Direksi dan/atau manajer senior mungkin perlu melakukan perubahan
kepemimpinan untuk menerapkan strategi (yang baru atau yang telah direvisi).
Kepemimpinan strategis berkenaan dengan penentuan arah perusahaan dengan
mengembangkan dan mengkomunikasikan visi kedepat serta memotivasi dan
inspirasi para anggota organisasi untuk mengarah pada visi tersebut Terdapat tiga
elemen yang melekat pada kepemimpinan, yaitu mengajak dan memandu orang
untuk mencapai tujuan, melibatkan kelompok orang yang diarahkan sehingga
terdapat interaksi antar personal dan merupakan penggerak yang dapat
memberikan arti atau nili yang lebih bagi bawahannya.
Kepemimpinan pada suatu organisasi yang melayani masyarakat luas
dikembangkan sistem kepegawaian yang mantap dengan pengembangan karier
yang berdasarkan prestasi kerja, kemampuan yang profesional, keahlian dan
ketrampilan, serta kemantapan sikap mental aparat melalui upaya pendidikan
pelatihan, penugasan, bimbingan dan konsultasi, serta melalui pengembangan
motivasi, kode etik, dan disiplin kedinasan yang sehat, didukung oleh sistem
informasi kepegawaian yang mantap serta, didukung oleh sistem informasi
kepegawaian yang mantap serta, dilengkapi dengan sistem pemberian
penghargaan yang wajar.
Efektivitas organisasi dalam mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi tidak
terlepas dari peranan pemimpin. Kepemimpinan merupakan tulang punggung
pengembangan organisasi karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit untuk
mencapai tujuan organisasi, bahkan untuk beradaptasi dengan perubahan yang
sedang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Hal ini disebabkan karena
setiap pemimpin dapat memberikan pengaruh terhadap bawahannya, misalnya
terhadap kepuasan kerja, komitmen, produktivitas, kinerja dan lain-lain.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin suatu organisasi dapat menentukan
berhasil tidaknya tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam
upaya meningkatkan peran anggota organisasi, maka pelaksanaan prinsip-prinsip
komunikasi perlu lebih ditingkatkan dan gaya kepemimpinan perlu diperhatikan.
Hubungan yang harmonis antara karyawan dan pimpinan merupakan suatu
masalah yang perlu diperhatikan jika dihubungkan dengan tingkat kepuasan kerja.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin suatu organisasi dapat menentukan
berhasil tidaknya tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam
upaya meningkatkan peran anggota organisasi, maka pelaksanaan prinsip-prinsip
komunikasi perlu lebih ditingkatkan dan gaya kepemimpinan perlu diperhatikan.
Hubungan yang harmonis antara karyawan dan pimpinan merupakan suatu
masalah yang perlu diperhatikan jika dihubungkan dengan tingkat kepuasan kerja.
Kepemimpinan sangat penting di semua tingkat dalam sebuah organisasi. Pada
tingkat yang lebih rendah, kepemimpinan mungkin adalah kemampuan untuk
menertibkan dan melaksanakan program atau proyek yang kompleks, melibatkan
dan memotivasi orang lain, dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu. Pada tingkat yang lebih tinggi, kemampuan untuk mengkonseptualisasikan
apa yang perlu diselesaikan, mengartikulasikan kebutuhan secara persuasif, dan
membentuk proses musyawarah yang melibatkan semua unsur organisasi yang
diperlukan.
Untuk dapat bergerak dan bisa sampai ke tujuan, maka seorang pemimpin
harus memiliki suatu gambaran yang jelas akan apa hendak dilakukan dan ingin
menjadi apa dalam satu tahun, lima tahun dan sepanjang hidupnya. Seorang
pemimpin tidak dapat memimpin orang lain dalam mendefinisikan sasaran-
sasaran mereka bila dirinya sendiri tidak mengetahui sasarannya. Beberapa
langkah dasar yang perlu dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran
organisasi :
a. Kumpulkan orang-orang kunci yang dapat memimpin orang lain dan
mengajak mereka untuk bermimpi dan berfikir tentang apa yang harusnya
dicapai dalam kurun waktu lima tahun.
b. Pada awal proses ajaklah orang lain.
c. Prioritaskan banyak ide baik yang akan diperoleh dan diputuskan setiap tahun.
d. Analisislah langkah apa yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran itu.
e. Perkirakan biaya yang diperlukan.
f. Tugaskan orang tertentu dalam melaksanakan tugas tersebut.
g. Komunikasikanlah sasaran anda dengan cara-cara yang menarik, baik dan
wajar.
h. Ingatlah bahwa anda ada dalam suatu proses dimana setiap tahun situasi akan
berubah.
Setiap sasaran yang hendak dicapai harus mempunyai suatu maksud. Sehingga
terlebih dahulu kemukakanlah mengapa perlu melakukan sesuatu dan apa
sasarannya. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada perbedaan sasaran dan maksud
yaitu bahwa sasaran dapat diukur. Karena itu perlu untuk menentukan tanggal
kapan sasaran akan tercapai, namun disamping itu perlu juga untuk mengukur
sejauh mana sasaran itu tercapai, apakah benar-benar tercapai atau tidak.
Manajemen memadukan segala sesuatu di dalam suatu tatanan yang mencakup
sumber daya dengan tujuan tertentu dengan menghasilkan kinerja yang tangguh.
Kinerja yang tangguh ialah mencakup hasil yang baik, tidak tercela dalam
mencapai tujuan, beruntun dalam pemikiran dan aksi, awet dan tidak cepat gugur,
tidak sombong dalam menempatkan diri, mengikuti perkembangan zaman, ulet
dalam pelaksanaannya dan konsekuen dalam tindakannya.
Dengan demikian manajemen adalah suatu tindakan menangani, mengontrol
dan mengarahkan sesuatu pekerjaan secara kerja sama dengan orang lain di dalam
sesuatu institusi lembaga maupun suatu perusahaan.
Manajemen juga dimengerti sebagai sebuah disiplin ilmu yang banyak
mengajarkan tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi atau lembaga yang
dilakukan secara bersama- sama.
Manajemen strategi dapat menciptakan organisasi yang memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan, sehingga gereja harus dapat
mempertahankan diri dalam era globalisasi, dan juga sebagai pemeliharaan
dengan mempertahankan keunggulan yang berkelanjutannya. Adapun manajemen
strategi mempunyai beberapa tugas kritikal, yaitu:
a. Memformulasi misi gereja, dengan tujuannya.
b. Mengembangkan gereja dengan kondisi internal dan kemampuan
c. Memilih beberapa tujuan jangka panjang untuk mencapai apa yang diinginkan
d. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangkan pendek dengan tujuan
jangka panjang dari seluruh strategi
e. engimplementasikan pilihan strategi dengan alat sumber daya yang
dianggarkan, dengan memadai tugas-tugas.
f. Keberhasilan dalam menjalankan strategi adalah masukan pengambilan
keputusan masa yang akan datang.

Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa manajeman strategi juga


mengembangkan gereja dengan kondisi internal dan kemampuan, maka potensi
dari setiap orang harus ditata dengan mengarahkan potensi yang melekat dari
dirinya untuk mendukung tujuan-tujuan gereja. Sehingga dengan demikian harus
ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu di dalam
organisasi, tidak membuat perbedaan antara keduanya, tercapai tidaknya tujuan
adalah usaha dari keduanya.
Hal yang perlu kita ketahui ialah bahwa kerjasama antara kelompok dan setiap
anggota (individu) yang berlebihan itu dapat merugikan, apa yang baik bagi
kelompok baik juga bagi diri sendiri, sehingga dalam kerjasama kita perlu
bertanggungjawab atas diri sendiri dan kebutuhan pribadi, dan seorang pemimpin
perlu siap sedia agar mampu mempergunakan strategi dan cara untuk
menyelesaikan ketegangan yang memungkinkan kebutuhan pribadi dan kelompok
terpenuhi.
Pemimpin dalam melakukan pengawasan dilakukan dengan cara yang benar,
tidak ada intervensi dalam pengawasan, tetapi harus tegas, jujur, dan serius, serta
transparan. Dengan membicarakan transparansi dan menciptakan budaya
keterbukaan, sebenarnya kita sedang membicarakan aliran informasi yang bebas
di dalam dan diantara organisasi dan para pemegang sahamnya, termasuk
masyarakat. Keefektifan organisasi, kemampuan bersaing, menyelesaikan
masalah, berinovasi, mengatasi tantangan, dan meraih tujuan adalah hal-hal yang
penting, namun jika dalam organisasi kesulitan dalam hal kebenaran informasi
karena di dalam organisasi tersebut tertutup, maka itu turut mempengaruhi kinerja.
Agar informasi bisa mengalir dengan bebas maka semua dalam organisasi itu
harus memiliki kebebasan untuk berbicara secara terbuka begitu juga dengan
manajernya.
Kebijaksanaan seorang pemimpin terlihat ketika ia dilanda kesulitan, dan ia
akan menjawab tantangan itu dengan berani mengambil inisiatif, tetapi terlebih
dahulu ia mengidentifikasi masalah, ia menyodorkan pemecahan masalah (solusi),
ia mampu mendelegasikan tugas, ia tahu cara memotivasi orang lain, dan ia ikut
bekerja itulah ciri-ciri pemimpin yang baik dalam mengambil keputusan.
Operasionalisasi strategi, melalui Ketiga tahap yang diberikan (pada bagian isi
mengenai operasionalisasi strategi) tersebut membutuhkan pelaku dari usaha itu,
oleh karena itu perlu dilakukan pemantapan SDM, dan itu adalah bagian dari
strategi manajemen. Sejumlah teknik perencanaan telah dikembangkan orang
guna membantu para manajer. Diantaranya adalah proses masuknya orang ke
dalam perusahaan, bertahannya orang dalam perusahaan, dan keluarnya dari
perusahaan, sesuai dengan sasaran keseluruhan perusahaan. Pilihan pimpinan
mengenai strategi dalam bidang SDM akan bergantung kepada nilai yang dianut
oleh mereka yang berkuasa dalam perusahaan.
Perencanaan SDM berusaha menganalisis berbagai faktor yang mungkin
mempengaruhi penawaran atas dan permintaan akan tenaga kerja, dengan maksud
untuk memaksimumkan kinerja perusahaan di masa depan. Jadi perencanaan bagi
tenaga kerja dalam perusahaan meliputi usaha untuk memperoleh: orang yang
tepat, jumlah yang tepat, dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang tepat.
Keuntungan berstrategi, jika kita menerima contoh alkitabiah yang menyangkut
pragmatisme yang disucikan dalam merencanakan strategi, kita akan mendapatkan
banyak keuntungan, diantaranya adalah:
a. Efisiensi kerja meningkat
b. Efektifitas kerja dapat diukur
c. Ketidakberesan yang mungkin timbul dapat diketahui dan diperbaiki secara
dini
d. Anggota-anggota kelompok kerja dapat dipersatukan
e. Memudahkan perihal pertanggungjawaban
f. Membantu orang lain dalam menyusun suatu strategi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pembahasan yang membahas mengenai dalam mengimplementasikan


manajemen strategisdalam menentukan kelembagaan manajemen strategis itu sendiri
diantaranya dalambidang kepemimpinan struktur sertaklkulturatau budaya dapat kami
simpulkan bahwa:

Organisasi merupakan wahana yang digunakan untuk mencapai tujuan dan


berbagai sasaran mengemban misi dan mewujudkan suatu strategi melalui berbagai
kegiatan operasional oleh sekelompok orang yang terikat secara formal dalam
hubungan manajerial pimpinan dan anggota. Organisasi juga merupakan proses
interaksi antara orang-orang dalam organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.

Kultur organisasi mengacu pada seperangkat asumsi penting, seringkali tidak


disebutkan, bahwa anggota sebuah organisasi memiliki kesamaan. Budaya mencakup
asumsi-asumsi, nilai-nilai, tradisi, dan perilaku yang menentukan tindakan individu di
dalam organisasi. Sering kali budaya itu bercokol dan sulit untuk berubah dan bisa
menghambat perubahan strategi yang dibutuhkan. Beradaptasi terhadap lingkungan
dengan perubahan strategi sering kali memaksa perubahan dalam budaya organisasi.

Pentingnya fungsi pengawasan, pengawasan dimaksudkan untuk lebih


menjamin bahwa semua kegiatan yang harus diselengarakan dalam suatu organisasi
didasarkan pada suatu rencana. Pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam operasionalisasi suatu rencana sehingga kegiatan itu dapat terlaksana
dengan baik begitu juga dengan tingkat efisiensi, efektifitas yang tinggi. Cara
konseptual dan filosofis pentingnya pengawasan berangkat dari kenyataan bahwa
manusia tidak ada yang sempurna

Kepemimpinan sangat penting di semua tingkat dalam sebuah organisasi. Pada


tingkat yang lebih rendah, kepemimpinan mungkin adalah kemampuan untuk
menertibkan dan melaksanakan program atau proyek yang kompleks, melibatkan dan
memotivasi orang lain, dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
Pada tingkat yang lebih tinggi, kemampuan untuk mengkonseptualisasikan apa yang
perlu diselesaikan, mengartikulasikan kebutuhan secara persuasif, dan membentuk
proses musyawarah yang melibatkan semua unsur organisasi yang diperlukan.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun dengan kesungguhan, namuntidak menutup


kemungkina kami melakukan keslahan dalam penyusuan makalah ini. Oleh karena itu
kami meminta bantuan kepada pembaca dam kepada Dosen pngampu untuk
mengkoreksi makalah yang kami susun. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Soemarsino, Hasiono. 2003. Manajemen Plus. Bandung :Lembaga Literatur


Babtis.

P. Octavianus. 2011. Manajemen dan Kepemimpinan. Malang: Gandum Mas.

Prodjowijono, Suharto. 2008. Manajemen Gereja Sebuah Alternatif,.


Jakarta:BPK Gunung Mulia.

Wiryoputro, Sugiyanto. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:BPK Gunung


Mulia.

Radesman, Sitanggang,2006. Memimpin Sesuai Amanah. Pematang Siantar:


L-SAPA.

Charkes J. Keating,2011. Kepemimpinan, Teori dan Pengembangannya.


Yogyakarta: Kanisius.

Warren, Bennis. 1991.Transparansi (Bagaimana Pemimpin Menciptakan


Budaya Keterbukaan), Libri, Jakarta: 2009,

John Mac 2008. Kepemimpinan dalam Strategik. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Margaret Attwood & Stuart Dimmock.1999 Manajemen Personalia.


Bandung: ITB.

Peter, Wagner. 2003. Strategi Perkembangan. Malang: Gandum Emas.

Anda mungkin juga menyukai