Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK HARI KE 2

ANALISIS ISU KONTEMPORER : BAHAYA NARKOTIKA

KELOMPOK 3

A. Identifikasi Isu
Sudah 2 (dua) dekade Indonesia menapaki abad ke-21 yang dipenuhi dnegan
perkembangan teknologi yang canggih dan pergeseran lingkungan strategis global.
Pergeseran ini menimbulkan dinamika ancaman baru yang bersifat multidimensional,
dimana tidak lagi hanya ancaman militer namun juga ancaman non militer yang dapat
menyebabkan ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan bagi stabilitas dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terdapat 3 isu yang telah kelompok
kami identifikasi dan sangat mempengaruhi stabilitas dan keamanan NKRI, yaitu:
1. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini. Di
berbagai belahan dunia terdapat varian kelompok radikal yang mengatasnamakan
agama-agama semisal Kristen, Yahudi, Sikh, Hindu, Budha, dan Islam. Terorisme
merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena nyawa manusia
menjadi korban, menganggu stabilitas keamanan, menghancurkan tatanan ekonomi
dan pembangunan, sehingga terorisme berdampak negatif terhadap masyarakat
Indonesia memiliki potensi terorisme yang sangat besar dan diperlukan langkah
antisipasi yang ekstra cermat. Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan
dan ancaman radikalisme, terorisme dan separatisme yang semuanya bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
2. Korupsi
Korupsi dalam berbagai sektor dan elemen masyarakat sangat berbahaya, baik
bagi masyrakat, individu, generasi muda, lingkungan birokrasi hingga ekonomi.
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai cara,
namun hingga saat ini masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang
dilakukan oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa bahaya sebagai akibat
korupsi, yaitu bahaya terhadap: masyarakat dan individu, generasi muda, politik,
ekonomi bangsa dan birokrasi. Terdapat hambatan dalam melakukan
pemberantasan korupsi, antara lain berupa hambatan: struktural, kultural,
instrumental, dan manajemen. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah
untuk mengatasinya, antara lain: mendesain dan menata ulang pelayanan publik,
memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi, meningkatkan pemberdayaan
perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 korupsi diklasifikasikan ke
dalam: merugikan keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam pengadaan, gratifikasi. Dalam
rangka pemberantasan korupsi perlu dilakukan penegakan secara terintegrasi,
adanya kerja sama internasional dan regulasi yang harmonis
3. Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.
Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang
berarti jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak
sadarkan diri. Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa
digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan
kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika
yang mengandung arti obatobatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Penggolongan Narkotika dibagi menjadi 3 yaitu, Golongan I yang ditujukan
untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh : Opiat: morfin, heroin, petidin, candu
Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi
tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin, serta Golongan III
berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.

B. Teknik-teknik Analisis Isu


Penetapan Core Issue dilakukan dengan teknik tapisan USG (Urgency,
Seriousness, Growth) dan analisis Diagram Fishbone. Metode USG menetapkan rentang
penilaian berdasarkan skala likert (1-5) berdasarkan kriteria Urgency : seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness : seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth :
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani dengan
segera. Dari tapisan USG ini akan dihasilkan satu isu yang memiliki skor tertinggi. Isu
tersebutlah yang akan diangkat menjadi core issue. Satu isu prioritas tersebut dianalisis
lagi dengan menggunakan diagram fishbone. Diagram fishbone akan mengidentifikasikan
berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah. Masalah akan dipecah menjadi
beberapa kategori yang berkaitan, seperti manusia, material, mesin, dan prosedur. Setiap
kategori memiliki sebab-sebab yang perlu diuraikan lebih lanjut.

Identifikasi Isu berdasarkan Tapisan USG


Kriteria Prioritas
No. Isu Skor
U S G Masalah
1. Terorisme dan Radikalisme 4 5 4 13 II
2. Korupsi 4 4 4 12 III
3. Narkotika 5 5 5 15 I

Berdasarkan teknik analisis tapisan isu USG, didapatlah isu yang diangkat oleh
kelompok kami yaitu “Narkotika”. Hasil analisis isu ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan Diagram Fishbone untuk menemukan penyebab terjadinya isu tersebut.

C. Penyebab Isu
Untuk menganalisis penyebab dari isu yang diangkat oleh kelompok kami yaitu
“Narkotika”, kami akan menganalisisnya menggunakan metode Fishbone sebagai
berikut:

Penyebab Akibat

Surroundings System
- Pergaulan Bebas
- Kurangnya pemahaman agama
- Kurangnya dukungan orang tua dan
- Pola asuh yang salah
pihak sekolah
- Kurangnya pengetahuan
- Lingkungan masyarakat yang
tentang narkoba Bahaya
Toxic
Narkotika

- Manajemen stress yang buruk - Penyalahgunaan Teknologi


- Emosi yang tidak stabil

People Material

Dari hasil analisis menggunakan metode Fishbone ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyebab bahaya narkotika adalah Pergaulan Bebas, Kurangnya dukungan orang
tua dan pihak sekolah, Lingkungan masyarakat yang Toxic, Kurangnya pemahaman
agama, Pola asuh yang salah, Kurangnya pengetahuan tentang narkoba, Manajemen
stress yang buruk, Emosi yang tidak stabil dan Penyalahgunaan Teknologi.
D. Upaya Pencegahan

Pada bagian ini, akan diuraikan mengenai upaya pencegahan internal dan
eksternal. Upaya pencegahan internal adalah upaya pencegahan yang dilakukan diri
sendiri dan keluarga. Upaya pencegahan eksternal adalah upaya pencegahan yang
dilakukan masyarakat dan pemerintah.

1. Upaya Pencegahan Internal


Ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan diri sendiri dan keluarga
agar terhindar dari penggunaan narkoba Jangan pernah mencoba menggunakan
narkoba atau narkotika, kecuali untuk alasan pengobatan serta terapi. Mencari tahu
tentang apa itu narkoba serta dampak negatifnya bagi kesehatan tubuh. Memilih
lingkungan pergaulan yang baik. Melakukan berbagai kegiatan positif, seperti belajar
ataupun berolahraga. Gunakan waktu luang untuk bersantai bersama keluarga, belajar,
berolahraga ataupun melakukan kegiatan positif lainnya. Jika memiliki permasalahan,
jangan gunakan narkoba sebagai pelarian atau jalan keluarnya.1 Selain itu dapat
dilakukan juga upaya dalam keluarga berupa penanaman nilai agama dan akhlak,
memberikan perhatian dan kasih saying dalam keluarga, menjaga komunikasi yang
baik, tidak mengekang anak, tetapi tetap memberikan pengawasan dan bersikap
bijaksana, memberi dorongan agar anak berprestasi.2
2. Upaya Pencegahan Eksternal
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh mayarakat di antaranya:
memasukkan program edukasi bahaya narkoba dalam kegiatan rutin masyarakat,
seperti giat gotong royong, pengajian, sosialisasi kesehatan, dll. Membentuk relawan
anti narkoba di dalam kelompok masyarakat. Membentuk IBM di setiap wilayah.3 Selain
itu, upaya pencegahan dapat dilakukan oleh Pemerintah, di antaranya memberlakukan
peraturan perundang-undangan. Membentuk lembaga negara yang fokus pada
penanganan narkoba. Menyebarkan edukasi kepada masyarakat. Mengembangkan
sarana untuk mendeteksi penggunaan narkoba. Memberlakukan sistem tes urine
dalam perekrutan anggota dalam suatu instansi.4

1
Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Selatan, “Upaya Sindikat Narkoba dan Upaya menghindari
Narkoba”https://sumsel.bnn.go.id/upaya-sindikat-narkoba-upaya-menghindari-narkoba/ diakses 6 September
2022
2
Badan Narkotika Nasional Kota Mojokerto, “Cegah Narkoba Mulai Dari Keluarga”,
https://mojokertokota.bnn.go.id/cegah-narkoba-mulai-dari-keluarga/ diakses 6 September 2022
3
Badan Narkotika Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat “Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika :
Berperankah Masyarakat?” https://ntb.bnn.go.id/pencegahan-penyalahgunaan-narkotika-berperankah-
masyarakat/ diakses 6 September 2022
4
Abdul Hamid, “5 Upaya Pemerintah dalam Rangka Mengurangi Peredaran Narkoba di Indonesia”,
https://utaratimes.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-1192541538/5-upaya-pemerintah-dalam-rangka-
mengurangi-peredaran-narkoba-di-indonesia?page=2 diakses 6 September 2022
E. Peran ASN Untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkotika

Berdasarkan data yang dirilis Word Drugs Report 2016, sejak 2008 sampai 2015
telah terindikasi sebanyak 664 jenis narkoba yang telah terdata. Sedangkan menurut
Badan Narkotika Nasional (BNN) telah beredar 65 jenis narkoba baru di Indonesia.
Permasalahan narkoba ini bukan hanya menjadi urusan kepolisian atau BNN saja,
tetapi diperlukan kerja sama lintas instansi, termasuk kerja sama masyarakat dan
pemerintahan. Kita sebagai ASN sudah menjadi kewajiban bersama untuk membantu
menangkal ancaman penyalahgunaan narkoba.
Sinergisitas setiap pihak sangat diperlukan dalam melakukan pencegahan
terhadap penyebaran narkoba, yang semakin aktif dan menyasar hampir ke seluruh
sendi kehidupan masyarakat. Untuk itu, dalam rangka memaksimalkan program
Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN), diperlukan adanya kerja sama dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Dinas
Kesehatan (Dinkes), masyarakat, bahkan instansi pemerintah.
Sebagai seorang ASN, kita harus mengantisipasi, yakni dengan kepedulian kita
bersama, dan saling mengingatkan kita bersama terhadap bahaya narkoba. Ke depan
berharap peningkatan kualitas SDM menjadi hal penting, dan ASN memberikan inovasi
terhadap masyarakat dan lingkungan kerja. Tugas dan tanggung jawab kita bersama
sangat dinantikan untuk mencegah penyebaran narkoba di lingkungan kita, dan
berharap penuh apa yang kita lakukan terhadap kesadaran diri kita sendiri, untuk
menjaga pola hidup sehat, hidup aman, meningkatkan disiplin moral dan memotivasi
kita untuk menghindari narkoba baik diri sendiri maupun untuk keluarga. Sesuai dengan
kebijakan dari kepala BNN RI, perlu dilakukanberbagai strategi dalam memerangi
narkoba, yaitu bersinergi dengan aparat penegak hukum seperti Polri, melakukan
penindakan atau penangkapan terhadap para pelaku. Selain itu, melakukan
pendekatan/preventif pencegahan yaitu BNN bersinergi dengan stakeholder, salah
satunya dengan BPSDM
Penerapan kebijakan di lingkungan kerja bersih narkoba bertujuan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi komunitas pegawai,
melindungi dan mempromosikan pola hidup sehat dan aman sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan memperkuat kinerja organisasi secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai