Disusun Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2022
PENDAHULUAN
Masyarakat perkotaan kini dimanjakan oleh kehadiran berbagai pusat
perbelanjaan. Bahkan lokasinya kadang-kadang di satu kawasan. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena masyarakat tinggal memilih gerai mana yang akan
dimasukinya. Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi
barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui
ritel, suatu produk dapat bertemu langsung dengan penggunanya.
Industri ritel di sini didefinisikan sebagai industri yang menjual produk dan
jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, keluarga, kelompok, atau pemakai akhir. Produk yang dijual kebanyakan
adalah pemenuhan dari kebutuhan rumah tangga termasuk sembilan bahan pokok.
Industri ritel di Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) dan juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang
besar.
Dalam iklim usaha yang tidak sehat berlaku hukum rimba. Siapa yang
kuat dialah yang keluar sebagai pemenang. Mungkin Indonesia belum
separah itu, tetapi jika tidak segera dibenahi maka potensi berlaku hukum
rimba tinggal selangkahlagi. Pemerintah daerah selaku penguasa wilayah
semestinya tahu potensidaerahnya. Berapa daya beli masyarakatnya dan sudah
ada berapa ritel yang beroperasi. Selama ini ada kecenderungan pemerintah
daerah tidak pernah keberatan memberi ijin kepada investor yang hendak
membuka gerai ritel.
Saat ini gaya hidup konsumen di kota Mataram mengalami perubahan, seperti
kebutuhan, keinginan dan selera konsumen yang selalu berubah-ubah dalam
mengkonsumsi barang dan jasa yang mereka beli, termasuk juga perilaku-perilaku
konsumen dalam berbelanja yang lebih menyukai berbelanja di ritel modern yang
menunjukkan bahwa perilaku konsumen dalam berbelanja mengalami perubahan.
Konsumen dalam berbelanja akan memilih berdasarkan penilaian yang mereka
lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan selera mereka seperti
penilaian terhadap lokasi berbelanja, kelengkapan produk yang dijual, hargaproduk
yang baik, promosi yang dilakukan, suasana toko dan pelayanan terhadap
pelanggan. Tempat berbelanja yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
merekalah yang dipilih sebagai tempat berbelanja. Apabila konsumen memiliki
penilaian yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan menjadi konsumen
yang loyal terhadap tempat berbelanja tersebut.
Bergabungnya puluhan ribu ritel maka para mitra SRC bisa saling berbagi
dan membantu secara lokal di paguyuban masing-masing area untuk terus memacu
perkembangan usahanya. Program kemitraan SRC yang sudah diluncurkan sejak
tahun 2008 ini diharapkan bisa terus dikembangkan oleh Sampoerna. Banyaknya
mitra SRC yang telah berkontribusi dalam berbagai kegiatan sosial diharapkan bisa
terus menyalurkan hal positif dengan aktivitas sosial lainnya, baik untuk lingkungan
maupun masyarakat sekitar.
SRC untuk meningkatkan daya saing dalam era industri 4.0 saat ini
meluncurkan tiga inovasi berupa identitas baru, “Ayo SRC, Pojok Bayar dan Pojok
Lokal”. Ketiga inovasi ini merupakan upaya untuk membuka peluang kerja sama
dan akses pasar tanpa batas bagi para pelaku saling berbagi ilmu bisnis dan
mendapatkan informasi mengenai pembinaan dan pengelolaan ritel tradisional
menjadi ritel modern. Peluncuran aplikasi ini turut mendukung proses infrastruktur
berbasis digital pada perkembangan bisnis dan penciptaan peluang. Untuk
mempromosikan Pojok Lokal yang merupakan salah satu bentuk nyata dukungan
untuk mengajak masyarakat berbelanja di toko kelontong yang lebih dekat dengan
rumah, sebagai upaya mendorong ekonomi kerakyatan di daerah melalui slogan
“Berbelanja Dekat Rumah”. Dari upaya dan program yang diluncurkan ini pada
tahun 2019, keberadaan SRC mampu memberikan iklim persaingan yang sehat
antara ritel tradisioal dengan ritel modern untuk membawa perubahan dalam
mengembangkan usaha ritel tradisional dengan ritel modern untuk membawa
perubahan dalam mengembangkan usaha ritel tradisional yang bermanfaat bagi
komunitas, meningkatkan daya saing usaha serta mampu menggerakkan ekonomi
daerah.
Terdapat tiga pihak yang terlibat langsung dalam kemitraan usaha SRC ini,
yaitu pemilik toko retail SRC, mitra SRC selaku penyedia atau distributor barang,
dan pihak PT SRC Indonesia Sembilan. Pola kemitraan usaha ini dikategorikan
secara ideal ke dalam pola Kemitraan Inti Plasma, yaitu PT SRC Indonesia
Sembilan sebagai Inti dalam kemitraan ini, dan kedua lainnya sebagai plasma. Pola
Kemitraan SRC, berbentuk supply chain dari produsen pertamanya yaitu
sampoerna bemitra dengan wholeseller (penyedia grosiran) dalam pengisian
produkproduk yang dijual di toko klontongan, yang dimana retailer tersebut bias
mendapatkan harga produk yang lebih terjangkau, dengan syarat toko tersebut harus
yang menjadi member dan akan mendapatkan manfaat dan keuntungan dari
bergabungnya ke SRC dari pembinaan maupun bantuan dari program SRC ini.
Program SRC ini bisa digunakan sebagai perubahan cara promosi produk
rokok yang sebelumnya dilakukan di media telivisi karena pada saat sekarang
tentunya iklan promosi produk rokok yang menampilkan rokok secara langsung
sudah dilarang oleh pemerintah, dalam kata lain program ini bisa dipakai sebagai
branding oleh pihak sampoerna sebagai komunikasi promosi produknya kepada
konsumen, dan keuntungan dalam promosi ini juga membantu perekonomian
UKM-UKM untuk lebih bergairah memajukan ekonomi kerakyaktan. Salah satu
strategi yang sangat tepat, karena siapapun yang tergabung dalam SRC, tokonya
akan mengambarkan bahwa itu branding dari pihak rokok sampoerna itu sendiri,
dapat dilihat dari design retail yang warna dominan putih dan sedikit merah, dan itu
adalah ciri khas dari identitas sampoerna itu sendiri, dan ini juga termasuk
competitive advantage (keunggulan bersaing) dari sampoerna yang bisa
mengunggulin pesaing terdekatnya ialah gudang garam dan djarum yang belum
memakai strategi ini.
Pada pelaksanaan pola kemitraan antara inti dan plasma ini perlu lebih
dicermati pola hubungan kelembagaan antar mitra, sebab secara umum memang
harus disadari bahwa pola kemitraan ini mempertemukan dua kepentingan yang
sama tetapi dilatarbelakangi oleh kemampuan manajemen, kekurangpahaman
dalam pengetahuan hukum serta permodalan yang berbeda sehingga plasma sangat
rentan untuk menjadi korban dari perusahaan inti yang jelas-jelas mempunyai latar
belakang lebih kuat, baik dari segi permodalan dan manajemen.
Hal ini menunjukan bahwa perjanjian yang terjadi antara perusahaan inti dan
usaha plasma, tidak berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak diantara kedua
pihak yang mempunyai kedudukan seimbang. Dalam hal ini kedudukan usaha
plasma sangat lemah karena tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
negoisasi terhadap isi perjanjian, mereka hanya mempunyai pilihan menerima atau
menolak (take it or leave it) isi perjanjian yang disodorkan oleh perusahaan inti.
Apabila retail SRC menerima perjanjian tersebut, maka harus siap dengan segala
konskuensi yang ada dan timbul sebagai akibat dari perjanjian tersebut, tetapi
apabila pemilik retail SRC menolak maka mereka akan kehilangan kesempatan
untuk mengembangkan usaha yang dimilikinya. Pilihan yang sulit ini
mengharuskan pemilik retail SRC untuk bijaksana dalam mengambil keptusan.
Perusahaan inti yang biasanya mempunyai latar belakang lebih kuat dalam
berbagai hal dibandingkan plasma harus mempunyai komitmen yang kuat terhadap
pelaksanaan kemitraan itu sendiri, karena tidak tertutup kemungkinan terjadinya
pembelokan arah program kemitraan tersebut demi keuntungan perusahaan inti
semata. Bukannya tidak mungkin terjadi dalam praktek, bahwa tujuan semula dari
program kemitraan adalah untuk membangun hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan antara inti yang menjadi induk, dengan plasma yang menjadi mitra
usahanya, dalam kenyataannya justru plasma sering menjadi sasaran pemerasan
oleh perusahaan induknya.
Surat perjanjian yang telah dibuat dan disiapkan oleh perusahaan inti tersebut
merupakan bentuk dari perjanjian standar, dimana pihak plasma yang mempunyai
kedudukan lebih lemah, tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tawar
menawar terhadap isi perjanjian. Pihak plasma hanya bisa menerima semua isi
perjanjian yang disodorkan oleh perusahaan inti.
Sedikit dari kutipan wawancara dengan salah satu pemilik toko/outlet yang
bernama Ibu Ayu. Ibu Ayu mendapat tawaran dari pihak Sampoerna yakni sebuah
program yang bernama SRC (Sampoerna Retail Community). Ibu Ayu megikuti
program SRC ini dari tahun 2019 dan sudah berjalan hampir 3 tahun. Dengan
mengikuti program SRC(Sampoerna Retail Community) ini, Ibu Ayu mendapatkan
uang dari pihak sampoerna sebesar 100.000 perbulannya. Tetapi sebelum
mendapatkan uang 100.000 perbulan, beliau sudah mendapatkan uang sebesar
500.000 di awal perjanjian untuk kebutuhan renovsasi dan sebagainya sesuai
dengan arahan dari sampoerna. Dari wawancara tersebut bahwasannya program
SRC (Sampoerna Retail Community) tersebut memberikan pemasukan yang
menguntungkan. Tidak seperti program rokok lainnya yang memberikan uang sewa
hanya dalam satu tahun sekali atau 6 bulan sekali. Disamping menguntungkan juga
dapat penghasilan tambahan.
Dalam perjanjian sewa kontrak ini, pihak yang disewa yakni toko/outlet
diharuskan menjalankan 4 parameter yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya
untuk tahap awal dan jika ingin mendapatkan business suport. Akan tetapi yang
terjadi dilapangan, bahwasannya pihak Sampoerna memberikan penawaran secara
langsung jika mengikuti pogram SRC (Sampoerna Retail Community), akan
mendapatkan uang untuk pengecatan sejumlah Rp.500.000,-. Program ini
ditawarkan kepada toko dengan kesepakatan kontrak yang tidak ada masa
waktunya, yang artinya tidak ada batas waktu dalam perjanjian kontrak sewa tempat
tersebut. Dan dalam penyataan yang di sampaikan oleh pihak sampoerna,
bahwasannya jika mengikuti program tersebut akan mendpatkan kompensasi
sebesar Rp.100.000,-/bulan.
Tidak dapat dipungkiri jika apa yang di sampaikan oleh pihak sampoerna
dapat menarik minat pemilik toko/outlet untuk mengikuti program SRC
(Sampoerna Retail Community) jika apa yang dikatakan oleh pihak sampoerna
pendapatan bertambah dan meningkatnya omset. Akan tetapi program tersebut
yang dinyatakan sebagai program pembinaan nyatanya banyak dimanfaatkan
sebagai promosi oleh PT. HM SAMPOERNA Tbk. untuk mempromosikan produk-
produknya lebih mudah terjual.
www.src.id