Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran sentral dalam ekonomi
Indonesia, berperan bersama dengan sektor swasta dan koperasi. Kontribusinya
terhadap perekonomian nasional sangat besar, merupakan implementasi nyata dari
demokrasi ekonomi yang terus berkembang. BUMN, dalam menjalankan bisnisnya,
mengikuti prinsip-prinsip umum badan usaha dengan tujuan utama memperoleh
keuntungan, sambil tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun,
tantangan utama yang dihadapi BUMN saat ini terletak pada tata kelola dan
profesionalitasnya. Perbaikan regulasi yang mengatur BUMN dan implementasinya
menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan.
Analisis tentang peningkatan peran BUMN dalam bidang Pangan, Infrastruktur, dan
Perumahan memerlukan evaluasi terhadap undang-undang yang terkait. Beberapa
undang-undang yang menjadi fokus meliputi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang BUMN, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, dan sejumlah undang-undang lainnya yang berkaitan dengan bidang-
bidang tersebut. Evaluasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian
norma, potensi tumpang tindih antara undang-undang, dan implementasi peraturan.
BUMN memiliki tujuan jelas yang tercantum dalam Undang-Undang BUMN, yaitu
memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi nasional, meningkatkan
penerimaan negara, serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, BUMN diharapkan menyediakan barang dan jasa berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat serta menjadi pelopor dalam kegiatan ekonomi
yang mungkin tidak dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
Peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam perekonomian Indonesia sangatlah
penting, terutama dalam mengelola sumber daya vital negara agar manfaatnya
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. BUMN seperti Pertamina
telah membuktikan perannya dalam mengelola sektor minyak bumi, memastikan
keuntungan yang dihasilkan dapat dinikmati secara luas. Tak hanya itu, BUMN juga
berperan dalam menciptakan lapangan kerja dengan operasinya yang melibatkan
ratusan perusahaan dan anak perusahaannya, yang telah menciptakan jutaan
lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
Sebagai penyeimbang ekonomi, BUMN memiliki peran strategis yang tidak dapat
diabaikan. Dengan adanya BUMN, pemerintah dapat mengatur secara langsung
arah ekonomi, menciptakan stabilitas ekonomi yang dibuktikan dengan
pengendalian harga beras oleh Perum Bulog. Selain itu, BUMN juga menjadi perintis
dalam sektor yang kurang diminati oleh swasta, seperti yang dilakukan oleh Damri
dalam membuka rute ke daerah terpencil, serta melindungi pelaku ekonomi lemah
seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang tidak dilirik oleh
perusahaan swasta.
Seluruh laba dan keuntungan yang dihasilkan oleh BUMN merupakan kontribusi
bagi negara, yang selanjutnya digunakan untuk pembangunan. Dalam konteks
pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, BUMN memainkan peran penting
dengan mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah, yang
digunakan untuk meningkatkan kinerja, restrukturisasi, dan mendirikan BUMN baru.
BUMN juga terlibat dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan
memberikan kredit kepada UMKM, koperasi, serta penjaminan kredit modal kerja,
yang diharapkan dapat meningkatkan pasokan dan permintaan bahan baku serta
penyerapan tenaga kerja.
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan
dikelola sepenuhnya oleh individu atau kelompok swasta. Tujuan utamanya
biasanya adalah mencari keuntungan, meskipun beberapa BUMS juga mungkin
memiliki tujuan sosial seperti menjalankan rumah sakit, sekolah, atau panti asuhan.
BUMS memiliki berbagai bentuk, termasuk Perusahaan Perseorangan, Persekutuan,
dan Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan Perseorangan dimiliki dan dikelola oleh
satu orang, sementara Persekutuan melibatkan dua pemodal atau lebih. Sedangkan
PT adalah badan hukum yang modalnya terdiri dari saham-saham dan terpisah dari
kekayaan pribadi pemiliknya. Meskipun memiliki keuntungan seperti tanggung jawab
terbatas dan sumber daya yang lebih besar, BUMS juga memiliki beberapa
kelemahan seperti biaya pendirian yang tinggi, administrasi yang kompleks, dan
potensi konflik antara mitra. Dalam PT, keputusan strategis diambil dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), di mana pemegang saham memberikan
wewenang kepada direksi untuk menjalankan perusahaan, sementara komisaris
berfungsi sebagai pengawas kinerja direksi. Secara keseluruhan, BUMS memainkan
peran penting dalam perekonomian dengan berbagai kontribusi tergantung pada
jenisnya, dan pemahaman yang mendalam tentang struktur dan karakteristik
masing-masing jenis BUMS sangat penting bagi pemilik usaha dalam membuat
keputusan yang bijaksana.
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) memiliki peran yang krusial dalam
perekonomian Indonesia, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan negara melalui pembayaran pajak. Dengan aktifitas
ekspor dan impor, BUMS juga berkontribusi terhadap penerimaan devisa negara,
sementara dalam upaya meningkatkan produksi, perusahaan swasta membantu
mencapai kemakmuran masyarakat dan mengurangi tingkat pengangguran. Dengan
menjadi penggerak perekonomian, BUMS mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional dan berkontribusi dalam mengurangi angka kemiskinan.
Selain itu, BUMS juga menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, membuka
lapangan kerja baru, dan membantu pemerintah dalam mengelola sumber daya
ekonomi negara. Dalam sektor-sektor seperti pertambangan dan perkebunan,
pengelolaan yang efisien oleh BUMS memastikan manfaat jangka panjang bagi
ekonomi negara. Melalui pembayaran pajak dan dividen, BUMS juga memberikan
kontribusi langsung kepada pendapatan negara.
Kerjasama antara sektor publik dan swasta, terutama melalui model Public Private
Partnership (PPP), menjadi instrumen penting dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik. PPP memungkinkan pemerintah daerah untuk
mengadopsi program kemitraan dengan sektor swasta, serta berkolaborasi dengan
sektor ketiga seperti organisasi nirlaba dan LSM. Model kemitraan ini berlandaskan
konsep penyedia terbaik (Best Sourcing), di mana sektor swasta terlibat dalam
penyediaan pelayanan publik tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, serta menciptakan solusi saling menguntungkan. Bentuk kerjasama
antara pemerintah dan swasta dapat berupa kontrak pelayanan, tender penyediaan
barang atau jasa, atau Business Process Outsourcing. PPP memberikan kerangka
kerja yang mengakomodasi peran pemerintah dalam memastikan pemenuhan
kewajiban sosial, sementara sektor swasta berkontribusi dalam investasi dan inovasi
yang diperlukan. Melalui alokasi tugas, kewajiban, dan risiko yang optimal, PPP
dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan menggerakkan modal
swasta, meningkatkan efisiensi penyediaan layanan, serta menciptakan peluang
baru untuk pengembangan infrastruktur.
Peran pemerintah dalam membangun hubungan antara sektor publik dan swasta,
terutama dalam konteks Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN,
sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebijakan di masing-masing
negara. Tiongkok, dengan campuran unik antara kapitalisme negara dan inisiatif
pemerintah yang kuat, telah berhasil mengembangkan kemitraan publik-swasta yang
signifikan, terutama dalam proyek infrastruktur besar. Amerika Serikat, dengan
sistem ekonomi yang berbasis pasar, lebih fokus pada penciptaan lingkungan yang
mendukung bisnis melalui regulasi dan insentif pajak. Di sisi lain, negara-negara
ASEAN memiliki pendekatan yang beragam, di mana beberapa negara seperti
Indonesia dan Malaysia memprioritaskan PPP untuk mengatasi kesenjangan
infrastruktur, sementara yang lain seperti Singapura dan Vietnam lebih menekankan
kemitraan dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur.