Anda di halaman 1dari 4

BAB 7: PILAR EKONOMI INDONESIA

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran sentral dalam ekonomi
Indonesia, berperan bersama dengan sektor swasta dan koperasi. Kontribusinya
terhadap perekonomian nasional sangat besar, merupakan implementasi nyata dari
demokrasi ekonomi yang terus berkembang. BUMN, dalam menjalankan bisnisnya,
mengikuti prinsip-prinsip umum badan usaha dengan tujuan utama memperoleh
keuntungan, sambil tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun,
tantangan utama yang dihadapi BUMN saat ini terletak pada tata kelola dan
profesionalitasnya. Perbaikan regulasi yang mengatur BUMN dan implementasinya
menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan.

Analisis tentang peningkatan peran BUMN dalam bidang Pangan, Infrastruktur, dan
Perumahan memerlukan evaluasi terhadap undang-undang yang terkait. Beberapa
undang-undang yang menjadi fokus meliputi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang BUMN, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, dan sejumlah undang-undang lainnya yang berkaitan dengan bidang-
bidang tersebut. Evaluasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian
norma, potensi tumpang tindih antara undang-undang, dan implementasi peraturan.

BUMN memiliki tujuan jelas yang tercantum dalam Undang-Undang BUMN, yaitu
memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi nasional, meningkatkan
penerimaan negara, serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, BUMN diharapkan menyediakan barang dan jasa berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat serta menjadi pelopor dalam kegiatan ekonomi
yang mungkin tidak dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

Dalam menjalankan operasional bisnisnya, BUMN mengadopsi berbagai model


bisnis, seperti Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan
Persero. Setiap jenis badan usaha tersebut memiliki karakteristik dan tujuan yang
berbeda, namun semuanya bertujuan untuk mencapai keuntungan dan memberikan
layanan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam konteks ini, regulasi dan
pengelolaan BUMN perlu disesuaikan dengan perkembangan ekonomi global agar
dapat memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan nilai perusahaan serta
manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam perekonomian Indonesia sangatlah
penting, terutama dalam mengelola sumber daya vital negara agar manfaatnya
dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. BUMN seperti Pertamina
telah membuktikan perannya dalam mengelola sektor minyak bumi, memastikan
keuntungan yang dihasilkan dapat dinikmati secara luas. Tak hanya itu, BUMN juga
berperan dalam menciptakan lapangan kerja dengan operasinya yang melibatkan
ratusan perusahaan dan anak perusahaannya, yang telah menciptakan jutaan
lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
Sebagai penyeimbang ekonomi, BUMN memiliki peran strategis yang tidak dapat
diabaikan. Dengan adanya BUMN, pemerintah dapat mengatur secara langsung
arah ekonomi, menciptakan stabilitas ekonomi yang dibuktikan dengan
pengendalian harga beras oleh Perum Bulog. Selain itu, BUMN juga menjadi perintis
dalam sektor yang kurang diminati oleh swasta, seperti yang dilakukan oleh Damri
dalam membuka rute ke daerah terpencil, serta melindungi pelaku ekonomi lemah
seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang tidak dilirik oleh
perusahaan swasta.

Seluruh laba dan keuntungan yang dihasilkan oleh BUMN merupakan kontribusi
bagi negara, yang selanjutnya digunakan untuk pembangunan. Dalam konteks
pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, BUMN memainkan peran penting
dengan mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah, yang
digunakan untuk meningkatkan kinerja, restrukturisasi, dan mendirikan BUMN baru.
BUMN juga terlibat dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan
memberikan kredit kepada UMKM, koperasi, serta penjaminan kredit modal kerja,
yang diharapkan dapat meningkatkan pasokan dan permintaan bahan baku serta
penyerapan tenaga kerja.

Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan
dikelola sepenuhnya oleh individu atau kelompok swasta. Tujuan utamanya
biasanya adalah mencari keuntungan, meskipun beberapa BUMS juga mungkin
memiliki tujuan sosial seperti menjalankan rumah sakit, sekolah, atau panti asuhan.
BUMS memiliki berbagai bentuk, termasuk Perusahaan Perseorangan, Persekutuan,
dan Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan Perseorangan dimiliki dan dikelola oleh
satu orang, sementara Persekutuan melibatkan dua pemodal atau lebih. Sedangkan
PT adalah badan hukum yang modalnya terdiri dari saham-saham dan terpisah dari
kekayaan pribadi pemiliknya. Meskipun memiliki keuntungan seperti tanggung jawab
terbatas dan sumber daya yang lebih besar, BUMS juga memiliki beberapa
kelemahan seperti biaya pendirian yang tinggi, administrasi yang kompleks, dan
potensi konflik antara mitra. Dalam PT, keputusan strategis diambil dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), di mana pemegang saham memberikan
wewenang kepada direksi untuk menjalankan perusahaan, sementara komisaris
berfungsi sebagai pengawas kinerja direksi. Secara keseluruhan, BUMS memainkan
peran penting dalam perekonomian dengan berbagai kontribusi tergantung pada
jenisnya, dan pemahaman yang mendalam tentang struktur dan karakteristik
masing-masing jenis BUMS sangat penting bagi pemilik usaha dalam membuat
keputusan yang bijaksana.

Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) memiliki peran yang krusial dalam
perekonomian Indonesia, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan negara melalui pembayaran pajak. Dengan aktifitas
ekspor dan impor, BUMS juga berkontribusi terhadap penerimaan devisa negara,
sementara dalam upaya meningkatkan produksi, perusahaan swasta membantu
mencapai kemakmuran masyarakat dan mengurangi tingkat pengangguran. Dengan
menjadi penggerak perekonomian, BUMS mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional dan berkontribusi dalam mengurangi angka kemiskinan.

Selain itu, BUMS juga menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, membuka
lapangan kerja baru, dan membantu pemerintah dalam mengelola sumber daya
ekonomi negara. Dalam sektor-sektor seperti pertambangan dan perkebunan,
pengelolaan yang efisien oleh BUMS memastikan manfaat jangka panjang bagi
ekonomi negara. Melalui pembayaran pajak dan dividen, BUMS juga memberikan
kontribusi langsung kepada pendapatan negara.

Dengan menjadi motor inovasi dan pertumbuhan di sektor-sektor seperti teknologi


dan perdagangan, BUMS tidak hanya memperkaya perekonomian, tetapi juga
meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi secara keseluruhan. Dengan
demikian, peran BUMS tidak dapat diremehkan dalam pembangunan ekonomi dan
sosial Indonesia, dan pemahaman yang mendalam tentang peran dan kontribusinya
sangatlah penting bagi kemajuan negara ini (Hasan & Muhammad, 2018).

Koperasi merupakan konsep kerjasama yang berakar dari prinsip "cooperation",


yang berarti bekerja bersama. Dalam konteks ini, individu-individu dengan
kepentingan dan tujuan yang sama membentuk entitas koperasi. Tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat secara kolektif,
dengan mengelola usaha bersama berdasarkan prinsip kekeluargaan. Koperasi
Indonesia didirikan pada tahun 1960 oleh Drs. Moh. Hatta, yang memandang
ekonomi rakyat sebagai kunci untuk mensejahterakan masyarakat. Sejak itu,
koperasi menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional.

Menurut undang-undang, koperasi didefinisikan sebagai entitas ekonomi rakyat yang


beroperasi atas dasar prinsip kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Dalam
pelaksanaannya, koperasi memiliki peran ganda, yaitu ekonomi dan sosial. Fungsi
ekonominya mencakup peningkatan kesejahteraan anggota, penciptaan lapangan
pekerjaan, dan peran sebagai urat nadi perekonomian bangsa. Di sisi lain, koperasi
juga memupuk persaudaraan dan kekeluargaan melalui semangat gotong royong,
yang merupakan inti dari prinsip koperasi.

Kerjasama antara sektor publik dan swasta, terutama melalui model Public Private
Partnership (PPP), menjadi instrumen penting dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik. PPP memungkinkan pemerintah daerah untuk
mengadopsi program kemitraan dengan sektor swasta, serta berkolaborasi dengan
sektor ketiga seperti organisasi nirlaba dan LSM. Model kemitraan ini berlandaskan
konsep penyedia terbaik (Best Sourcing), di mana sektor swasta terlibat dalam
penyediaan pelayanan publik tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas, serta menciptakan solusi saling menguntungkan. Bentuk kerjasama
antara pemerintah dan swasta dapat berupa kontrak pelayanan, tender penyediaan
barang atau jasa, atau Business Process Outsourcing. PPP memberikan kerangka
kerja yang mengakomodasi peran pemerintah dalam memastikan pemenuhan
kewajiban sosial, sementara sektor swasta berkontribusi dalam investasi dan inovasi
yang diperlukan. Melalui alokasi tugas, kewajiban, dan risiko yang optimal, PPP
dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan menggerakkan modal
swasta, meningkatkan efisiensi penyediaan layanan, serta menciptakan peluang
baru untuk pengembangan infrastruktur.

Peran pemerintah dalam membangun hubungan antara sektor publik dan swasta,
terutama dalam konteks Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN,
sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebijakan di masing-masing
negara. Tiongkok, dengan campuran unik antara kapitalisme negara dan inisiatif
pemerintah yang kuat, telah berhasil mengembangkan kemitraan publik-swasta yang
signifikan, terutama dalam proyek infrastruktur besar. Amerika Serikat, dengan
sistem ekonomi yang berbasis pasar, lebih fokus pada penciptaan lingkungan yang
mendukung bisnis melalui regulasi dan insentif pajak. Di sisi lain, negara-negara
ASEAN memiliki pendekatan yang beragam, di mana beberapa negara seperti
Indonesia dan Malaysia memprioritaskan PPP untuk mengatasi kesenjangan
infrastruktur, sementara yang lain seperti Singapura dan Vietnam lebih menekankan
kemitraan dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur.

Dalam konteks kerjasama global, terutama selama pandemi Covid-19, kerjasama


antara sektor publik dan swasta menjadi kunci dalam memulihkan ekonomi dan
menyelamatkan nyawa. Salah satu contohnya adalah kerjasama antara Tiongkok
dan perusahaan Sinovac Biotech dalam pengembangan dan distribusi vaksin Covid-
19. Tiongkok berhasil mengembangkan vaksin Sinovac dan menjalin kerjasama
dengan berbagai negara, termasuk ASEAN dan Amerika Serikat, dalam upaya
memerangi pandemi ini. Kerjasama ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi
bagi Tiongkok melalui ekspor vaksin, tetapi juga memperkuat ikatan diplomatik dan
membuka potensi perjanjian perdagangan di masa depan. Bagi negara-negara
ASEAN, vaksin Sinovac menjadi alat penting dalam mengurangi dampak pandemi
terhadap kesehatan dan ekonomi, serta mendorong pemulihan ekonomi pasca-
pandemi. Dinamika ini menunjukkan bagaimana kerjasama publik-swasta, terutama
dalam konteks diplomasi vaksin, dapat membentuk lanskap ekonomi dan geopolitik
di kawasan Asia-Pasifik.

Anda mungkin juga menyukai