Anda di halaman 1dari 4

Beberapa hari terakhir ini publik diramaikan oleh perdebatan yang cukup panas

antara pelaku usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik
Swasta (BUMS). Perdebatan dimulai ketika para pelaku BUMS melontarkan kritikan
bahwa proyek-proyek pembangunan saat ini banyak dikuasai oleh BUMN sehingga
peran serta BUMS dalam proyek-proyek pembangunan tersebut mulai jauh
berkurang. Namun, di sisi lain pelaku usaha BUMN merasa sejauh ini pelaku usaha
BUMS sangat mendominasi dalam perekonomian nasional.

Sebenarnya jika kita membandingkan jumlah aset dan penguasaan lahan yang
dimiliki oleh BUMN dan BUMS maka akan didapat ketimpangan yang cukup besar.
Penguasaan lahan perkebunan antara BUMN dengan BUMS seperti ibarat bumi dan
langit. Penguasaan BUMN terhadap total lahan perkebunan sawit di Indonesia tidak
lebih dari enam persen. Pun dengan sektor pertambangan dan perumahan di mana
pelaku BUMS sudah sangat mendominasi bahkan sudah mengarah ke kondisi
konglomerasi.

Perdebatan mengenai peran dan fungsi BUMN dan BUMS dalam perekonomian
Indonesia sebenarnya tidak perlu terjadi jika semua pelaku ekonomi mengembalikan
peran dan fungsinya masing-masing ke dalam prinsip yang terkandung dalam
Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Pancasila dan UUD 1945 yang menjadi dasar
sistem perekonomian Indonesia secara jelas telah menyebutkan bahwa ada tiga
pilar pelaku ekonomi yang mendasari sistem perekonomian Indonesia yaitu BUMN,
BUMS, dan Koperasi.

Ketiga pilar ekonomi tersebut adalah infrastruktur perekonomian Indonesia sesuai


Pasal 33 UUD 1945. BUMN, BUMS, dan Koperasi merupakan manifestasi usaha
bersama dan harus mampu mewujudkan cita-cita negara sesuai dengan maksud
dan tujuan negara ini didirikan. Namun, dewasa ini sepertinya kondisinya masih jauh
panggang dari api.

Peran dan Fungsi BUMN

BUMN merupakan suatu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara. BUMN hadir sebagai manifestasi keberadaan negara untuk
menopang sistem perekonomian yang tidak selamanya berpihak pada kepentingan
masyarakat luas. Tujuan utama pendirian BUMN ini adalah untuk menambal
kegagalan pasar (market failures) yang terjadi dalam sistem ekonomi pasar yang
saat ini dianut oleh Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia. Setidaknya ada
enam kondisi yang mengakibatkan kegagalan pasar yaitu failure of competition,
kebutuhan terhadap barang publik (public good), adanya fenomena
eksternalitas, incomplete market, kegagalan informasi (information failures), serta
pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan.

Kehadiran BUMN setidaknya bisa mengisi kekosongan dua kondisi dari enam
kondisi penyebab market failures tersebut yaitu kebutuhan terhadap barang publik
dan adanya fenomena incomplete market. Sistem ekonomi pasar yang
mengedepankan tingkat efisiensi tidak akan bisa memenuhi dan menyediakan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang sifatnya kebutuhan kolektif seperti
barang publik. Oleh karena itu, BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah
perlu membangun sektor-sektor publik yang sifatnya tidak menguntungkan bagi
pelaku BUMS.

Peran kedua yang diemban BUMN sebagai agen pemerintah adalah masuk ke
industri-industri yang bersifat incomplete market. BUMS hanya akan masuk ke
dalam pasar yang normal (complete market) di mana harga jual melebihi biaya yang
dikeluarkan. Jika harga jual produk di bawah biaya produksinya maka tidak akan ada
BUMS yang mau masuk ke dalam industri tersebut. Dalam kondisi inilah BUMN
mengambil peran utama sebagai agen pembangunan negara dengan masuk ke
dalam pasar-pasar yang sifatnya incomplete market yang secara ekonomi tidak
menguntungkan.

Selain menutup dua lubang market failures tersebut, peran lain yang juga harus
dijalankan BUMN adalah mengelola sumber daya –sumber daya yang menguasai
hajat hidup orang banyak sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia.

Namun selama ini peran dan fungsi BUMN ini belum berjalan baik. Beberapa BUMN
bersifat kanibalisme terhadap BUMN lainnya karena bergerak dalam bidang dan
pasar yang sama. Bidang usahanya pun terlalu luas sehingga tidak ekonomis.
Dengan jumlah yang terlalu banyak, BUMN dinilai tidak profesional dan tidak efisien
sehingga seringkali menjadi sumber masalah dari pada sumber solusi.

Peran dan Fungsi BUMS

BUMS adalah badan usaha yang modalnya merupakan milik swasta baik
perorangan maupun sekelompok orang. Tujuan utama dari BUMS adalah
memaksimalkan profit perusahaan. Sedangkan tugas utama BUMS adalah
menyediakan barang dan atau jasa yang dibutuhkan masyarakat melalui usaha
komersial.

Pemerintah harus menjamin semua BUMS di Indonesia memperoleh kesempatan


yang sama untuk melakukan usahanya. Pemerintah harus menjamin semua BUMS
bisa bersaing secara adil sehingga bisa menghasilkan barang dan atau jasa yang
paling efisien yang tentunya akan menguntungkan seluruh rakyat Indonesia.

Selama ini pemerintah di setiap rezim telah mendorong dan membantu kinerja
BUMS secara total dengan berbagai fasilitas dan kebijakan. Bahkan dengan
berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh setiap BUMS tersebut, konglomerasi
tumbuh cepat. Bahkan di beberapa sektor ekonomi telah terjadi monopoli oleh
beberapa perusahaan besar. Di sisi lain, dengan berbagai fasilitas yang diberikan
pemerintah, sebagian BUMS juga tidak berdaya saing sehingga sangat rawan
terhadap berbagai goncangan. Saat diterpa krisis ekonomi tahun 1997/1998, sektor
swasta justru punya andil besar terhadap terjadinya krisis dengan utang-utang luar
negerinya.

Peran dan Fungsi Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yaitu
gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan. Dengan kata lain, koperasi adalah
suatu gerakan kolektif ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
Koperasi diarahkan untuk bisa mendorong masyarakat menengah bawah
meningkatkan taraf hidupnya ke arah yang lebih baik.

Namun tidak jarang Koperasi justru memiliki citra buruk disebabkan tidak mampu
memegang amanah bantuan yang diberikan pemerintah. Selama ini Koperasi
biasanya memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya manusia, teknologi, dan
permodalan. Oleh karena itu tidak sedikit Koperasi yang tumbuh kemudian mati
dengan cepat karena pengelolaannya yang tidak profesional. Sejauh ini Koperasi
masih belum bisa menjalankan peran dan fungsinya secara optimal yaitu sebagai
motor penggerak ekonomi rakyat menengah bawah.

Kembali ke UUD 1945

Pancasila dan UUD 1945 telah sangat jelas mengatur bagaimana ekonomi
Indonesia seharusnya dijalankan termasuk bagaimana ketiga pilar ekonomi (BUMN,
BUMS, dan Koperasi) saling bersinergi. BUMN sebaiknya fokus dan tidak terlalu
banyak. BUMN lebih diarahkan kepada pengelolaan bumi, air, kekayaan alam yang
berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan kekayaan milik bangsa sehingga harus
dimanfaatkan bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat Indonesia dan tidak boleh
keuntungannya justru lebih dinikmati bangsa lain.

Swasta diarahkan untuk memproduk barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
secara efisien. Swasta didorong supaya beroperasi secara efisien sehingga
menghasilkan produk yang berdaya saing, dan mampu berkontribusi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan mengurangi pengangguran, dan
ketimpangan ekonomi yang sampai saat ini masih sangat lebar. Selain itu, usaha
swasta besar harus didorong untuk menjadi orang tua asuh bagi usaha-usaha kecil
dan koperasi sehingga bisa tumbuh usaha bersama yang saling menguatkan.

Sedangkan Koperasi diarahkan sebagai usaha kolektif masyarakat untuk


meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonomi secara bersama. Koperasi harus
didorong supaya menjalankan usahanya secara profesional sehingga bisa
beroperasi selayaknya perusahaan-perusahaan besar dan masuk ke dalam supply
chain usaha swasta besar.

Harus diakui memang tidak mudah menata kembali ketiga pilar perekonomian
Indonesia tersebut sesuai dengan amanat UUD 1945. Diperlukan komitmen
dan political will yang kuat dari seluruh stakeholder. Dengan kesabaran, keyakinan,
dan kemampuan semua elemen bangsa, sinergi ketiga pilar ekonomi tersebut dapat
terwujud dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai