Kelas : B
Oleh :
UFI INANI SANGIDAH
(120210301002)
AJENG PUSPITA
(120210301007)
JUNAIDI ABDLLAH
(120210301031)
SYAMSUL ARIF
(120210301073)
(120210301092)
(120210301098)
dimasing-masing negara yang sangat maju selalu dapat dikaitkan dengan tiga ciri utama
koperasi tersebut.Sebagai bagian sejarah pengenalan koperasi di Indonesia melalui pola
titipan, penjenisan koperasi ini kurang dikenal. Terkait dengan itu yang membuat rancu
higga pada hari ini adalah kebanyakan koperasi dibedakan berdassarkan kelompok
menurut basis perkembangan, apakah berdasarkan atas wilayah , atau dibedakan basis
kelompok, profesi dan kemasyarakatan. Pengembangan koperasi dan kombinasi keduadua nya (wilayah dan basis kemasyarakatan).Dengan demikian untuk memahami
koperasi di Indonesia untuk sementara kita, dapat menggunakan pengelompokan yang
ada amun dalam pemahaman peta kekuatan koperasi harus selalu kita kembalikan kepada
3 pilar koperasi tersebut.Sebagai konsekuensi kegiatan universal koperasi Indonesia
adalah kredit sementara koperasi produsen terbatas pada sector-sektor yang
menghadapi kegagalan di pasar yang serius, sedangkan kperasi konsumen yang murni
(dari, oleh dan untuk anggota), belum mampu berkemang.Salah satu alasan objektif nya
adalah cukup besarnya sumbangan sector informal sebagai bentuk lapanga bekerja yang
pada dasarnya mengsubsidi sector modern (pasar).
Bagi perekonomian Indonesia , kita perlu mengaitkan dngan konteks Sistem
Ekonomi Nasiona Indonesia (SENI) dan kedudukan koperasi . Dari sisi produktif pelaku
ekonomi di Indonesia terdiri dari usaha negara, usaha swasta besar nasional , usaha
swasta asing dan usaha ekonomi rakyat. Dalam hal jumlah unit usaha , sector ekonomi
rakyat yang mendominasi unit usaha yang ada di Indonesia terdiri dan usaha rumah
tangga , usaha kecil dan menengah dalam bentuk usaha yang berbadan hukum meupun
tidak berbadan hukum .
Kontribusi masing-masing sector dalam produksi national , dapat dilihat dari
sudut sumbangan tiap sector terhadap jumlah unit usaha, sumbangan terhadap PDB
maupun penyerapan tenaga kerja . Dan sisi konsumsi sector ekonomi rakyat , secara
mudah dapat dikenali dari sector rumah tangga yang memegang posisi penting dalam
menentukn permintaan domestic . Dikatakan mudah dikenali karena memegang porsi
tersebar yaitu 65% (1998) dari pengeluaran agregat. Pengeluaran rumah tangga yang
mencerminkan kehidupan sector ekonomi rakyat dapat dilihat dari komposisi rumah
tangga miskin dan hampir miskin .Bagaimana gambaran mekanisme system ekonomi
rakyat dalam SENI dapat jelas dalam skema di bawah ini.
Pada pasar persaingan sempurna , persaingan harga tidak akan cocok untuk
masing-masing penjual ( termasuk koperasi) , yang memungkinkan adalah persaiangan
dalam biaya. Semakin efisien seorang penjual tersebut akan semakin tinggi tingkat
kemampuan penjual tersebut dalam bersaing . Koperasi yang mempunyai kemampuan
kemampuan tinggi akan mempunyi kemampuan bersaing di pasar persaingan sempurna
ini. Tetapi apakah kemampuan bersaing tersebut dapat bertahan lama ? Menurut teori
koperasi konvensional kemungkinan itu bisa terjadi , karena koperasi mempunyai
keunggulan-keunggulan tertentu dibanding dengan perusahaan non-koperasi .
Hanya saja karena analisis perusahaan didasarkan pada gabungan antara harga
dan biaya dalam menentukan keuntungan dan orientasi koperasi bukan profit mitive
seperti halnya perusahaan non koperasi , maka kendati koperasi mempunyai kemampuan
tinggi, lama kelamaan seiring dengan perjalan waktu , maka kemampuan itu akan
semakin menurun dan akhirnya sama.
Dalam analisis jangka pendek bila koperasi tidak mempertahankan output pada
jumlah tertentu dan harga tertentu ,kemampuan koperasi akan semakin menurun hingga
pada suatu saat koperasi mempunyai kemampuan sama dengan pesaingnya . Dalam
analisis jangka panjang kecenderungan koperasi mempunyai kemampuan sama sangat
dominan disbanding dengan koperasi yang mempunyai kemampuan tinggi.
Persoalan yang mungkin timbul adalah bagaimana jika koperasi berorientasi ke
luar negeri? Bagi koperasi seperti ini , transaksi ke non anggota harus didasrkan pada
prinsip maksimisasi profit sebagaiman layaknya perusahaan non koperasi . Tetapi jika
transaksi koperasi dangan anggota berdasarkan prinsisp maksimisasi pelayanan dengan
menetapkan harga yang lebih rendah dengan harga pasar , maka ada kemungkinan
banyak anggota yang membeli ke koperasi untuk kemudian dijual lagi ke pasar dengan
harga pasar yang lebih tinggi daripada harga koperasi. Disamping itu karena di koperasi
ada prinsip kebebasan keluar masuk menjadi anggota , maka koperasi akan banyak
menarik anggota potensial. Bila ini terjadi tingkat produks koperasi akan semakin banyak
dan biaya produksi per unitnya akan semakin naik. Akibatnya kkoperasi bukan lagi
alternative pilihan anggota atau anggita potensial karena koperasi tidak lagi memberikan
keunggulan pelayanan atas penjual lain pesaingnya ( harga di koperasi akan sama dengan
harga pesaingnya).
Berbeda dengan jangka pendek , dalam jangka panjang semua penjual akan
berada dalam kondisi break event atau dikenal sebgai keuntungan normal. Hal ini terjadi
karena ada proses pergeseran permintaan individualdan biaya masing-masing penjual
(termasuk koperasi) .proses pergeseran permintaan dan biaya dapat dijelaskan sebagai
berikut. Bila salah satu penjual memperoleh keuntungan , maka keuntungan tersebut akan
merangsang penjual potensial untuk masuk ke dalam pasar karena banyak di antara
penjualyang memanfaatkan koperasi sebagai sarana memasuki pasar . bertambahnya
penula berarti bertambah pula output di pasar. Sesuai dengan hukum permintaan ,
semakin banyak jumlah output yang dijual , akan semakiin rendah tingkat harga jualnya .
Dengan demikian akan terjadi pergeseran harga jual ke bawah. Di samping tu ,
semakin bertambahnya output akan di dorong naiknya harga input. Akibatnya biaya
produksi mengalami kenaikan .jadi ada pergeseran harga jual ke bawah . jika harga
bergeser ke bawah dna biaya bergeser ke atas , maka lama kelamaan posisi break event
tidak dapat dihindari lagi , setelah itu tidak akan ada lagi penjual baru yang masuk ke
pasar.
D. Koperasi dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Agar koperasi yang beroperasi di pasar persaingan monopolistic mencapai
kesuksesan , maka ia harus mampu memberikan tambahan pendapatan kepada
anggotanya dan atau secara umum harus mempu memperbesar kemakmuran para
anggotanya. Pada pasar persaingan monopolistic kemampuan tersebut masih terbuka
mengingat kurva permintaan yang dicapai adalah elastis, dengan demikian sampai batas
tertentu koperasi masih mampu bersaing dalam menetapkan harga.
Asumsi yang mendasari model persaingan monopolistic secara mutalak sama
sepeerti kompetis sempurna , kecuali mengenai produk yang homogen . Pada pasar
persaingan monopolistic para penjual bersaing dengan diferensiasi (pembedaan) produk
dalam hal kalitas , iklan , lokasi , pengepakan , dan lain-lain. Setiap penjual telah
mencoba membuat produknya berbeda sedikit dibanding produk penjual lainnya.
Menurut banyak ahli ekonomi , struktur pasar seperti ini adalah secara empiris paling
relevan dalam dunia nyata. Satu perbedaan analisis yang membedakan situasi persaingan
sempurna dengan persaingan monopolistic adalah bahwa karena ke heterogenan produk ,
ehingga setiap penjualan dapat berperilaku sebagai monopolistic kecil. Jika penjual
mengubah harga produknya, maka aka nada perpindahan konsumen secara total ke
penjual lain. Oleh karena itu kurva permintaan individual tidak akan horizontal seperti
pada pasar persaingan sempurna , tetapi akan menurun dari kiri atas ke kanan bawah
dengan elastisitas yang kurang sempurna .
d = AR =P
MR
0
Camberlin (Hender dan Kusnasi, 1999) mengatakan bahwa kurava permintaan tidak
hanya ditentukan oleh kebijaka penentuan harga oleh produsen , tetapi juga oleh
penampilan dari barang itu sendiri, pelayanan produsn dan juga kegiatan iklan . dengan
demikian permintaan menggambarkan jumlah barang yang diminta konsumen untuk sifat
produk tertentu, jenis pelayanan tertentu yang ditawarkan dengan kebijakan yang tertentu
pula. Jadi posisi kurva permintaan akan bergeser bila :
1. Ada perusahaan dalam penampilan produk, pelayanan penjualan dan strategi
pemasaran
2. Produsen pesaing mengubah tingkat harga jual , jumlah outpt, pelayanan penjuala da
kebijakan pemasarannya, dan
3. Selera, penghasilan , harga atau kebijakan penjualan produsen lai berubah.
Diferensiasi (perbedaan) produk mendapat tekanan khusus dalam model Chamberlin.
Pembedaan ini bisa dalam arti yang sesungguhnya atau hanya sekedar semu. Dikatakan
semu bila produk tersebut pada dasarnya sama dengan produk sejenis lainnya, tetapi
dengan promoi khusus konsumen diberi kesempatan seolah-olah produk terebut berbeda
satu dengan yang lain. Perbedaan diantara dua produk bisa dalam arti yang sebenarnya
apabila diantara dua produk tersebut ada perbedaan diantara spesifikasi dalam artian
input yang digunakan, letak perusahaan atau pelayanan produsen terhadap konsumen.
Akibat dari adanya perbedaan produk ini, produsen sampai dengan tingkat tertentu dapat
menetapkan tingkat harga jual, karena walaupun sedikit , ia mepunyai kekuatan monopoli
dalam mennual outputnya.
E. Koperasi dalam Pasar Persaingan Oligopoli
Oligopoly adalah stuktur pasar dimana hanya ada beberapa peruahaan (penjual)
yang menguasai pasar, baik secara independen maupun secara diam-diam bekerjasama.
Oleh karena itu perusahaan dalam pasar hanya sedikit , maka akan selalu ada rintanagan
bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar. Di sampig itu setiap keputusan harga yang
diambil oleh suatu perusahaan harus dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan lain
dalam pasar. Dengan kata lain , reaksi pesaing terhadap keputusan harga dan output
adalah paling penting dalam model oligopoly.
Dewasa ini banyak koperasi di pasar-pasar lokal yang telah berintegrasi vertikal
atau pasar-pasar yang lebih besar dimana perusahaan-perusahaan yang telah mapan masih
sangat terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi telah berada di struktur pasar
oligopoli, yaitu struktur pasar dimana hanya terdapat beberapa penjual (perusahaan) yang
menyebabkan kegiatan penjual (perusahaan) yang satu mempunyai peranan penting bagi
penjual (perusahaan) yang lain. Integrasi vertikal yang dilaksanakan oleh perusahaan
koperasi atau perusahaan-perusahaan lainnya di samping sebagai upaya peningkatan
efisiensi perusahaan, juga untuk menghadiri persaingan yang lebih ketat antar penjual.
Persaingan diantara beberapa penjual (perusahaan) akan berbeda dengan
persaingan diantara banyak penjual (persaingan sempurna dan persaingan monopolistik),
sebab keterbatasan jumlah penjual akan mengakibatkan saling ketergantungan antara
penjual satu dengan penjual lainnya, sehingga setiap keputusan dari masing-masing
penjual akan mempunyai dampak signifikan (nyata) pada perusahaan lain. Jadi perilaku
setiap penjual sangat tergantung dari keputusan-keputusan penjual lainnya.
Dalam
pasar
persaingan
sempurna,
suatu
perusahaan
tidak
akan
memaksimumkan, dalam arti memiliki suatu hasil terbaik sangat sulit diterapkan oleh
masing-masing penjual karena dihadapkan pada ketidakpastian.
Suatu koperasi dapat menciptakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli
(harga lebih rendah daripada harga pesaingnya).Harga sedikit demi sedikit dikurangi dari
harga pesaingnya.Karena adanya saling ketergantungan yang tinggi antar perusahaan
(penjual), koperasi dapat menghancurkan para pesaingnya dan mengakibatkan terjadinya
penurunan keuntungan mereka. Reaksi yang akan timbul dari para pesaing atas kerugian
tersebut akan sulit diramalkan. Maka ada kemungkinan terjadi perang harga, dan terjadi
saling meghancurkan dengan menetapkan harga yang lebih rendah (predatory pricing).
Dengan kebijakan harga yang lebih aktif, koperasi menciptakan rangsanganrangsangan yang lebih kuat bagi para pesaingnya dalam mengurangi kesempatan
masuknya koperasi baru. Jika koperasi berproduksi dengan kemampuan yang lebih
rendah (koperasi dengan biaya yang lebih tinggi daripada pesaingnya), maka para pesaing
dapat dengan mudah menyingkirkan koperasi keluar pasar dan menjadikan koperasi
tergantung bantuan dari luar (bantuan pemerintah) untuk tetap hidup (survive).
Dengan demikian apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga
untuk menyingkirkan koperasi. Hal ini menurut Hendar dan Kusnadi (1999) akan sangat
tergantung pada faktor-faktor :
1. Perbedaan kenggulan biaya (cost advantages) dari koperasi. Koperasi yang
mempunyai rata-rata lebih rendah daripada para pesaingnya akan susah untuk
disingkirkan dari persaingan dengan kebijakan harga yang lebih aktif. Sebaliknya
koperasi yang mempunyai biaya rata-rata lebih besar daripada para pesaingnya
akan mudah disingkirkan dengan kebijakan harga aktif.
2. Posisi likuiditas dari para pelaku kegiatan ekonomi. Untuk menyingkirkan
koperasi diperlukan dana cair yang cukup besar guna membiayai kemungkinan
kerugian yang diderita akibat penetapan harga yang lebih ekstern (harga predator).
Bila dana tersebut tidak mencukupi, maka para pelaku ekonomi tidak akan mudah
untuk menyingkirkan koperasi.
3. Keinginan para anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin timbul (tingkat
loyalitas anggota). Sebagai dampak dari kebijakan harga aktif para pesaing
koperasi adalah kerugian yang akan diderita koperasi. Bila anggota mampu
membiayai berbagai kerugian yang ditimbulkan, akan susah bagi pesaing untuk
menyingkirkan koperasi.
Dari ketiga hal tersebut yang paling penting adalah kenggulan atau kelemahan dalam
hal biaya.Pada umumnya disinilah kelemahan koperasi karena modalnya kecil.sehingga
tidak mampu berproduksi secara masal. Karena tidak bisa membuat produk masal, maka
produknya menjadi produk biaya tinggi.
F. Koperasi dalam Pasar Persaingan Monopoli
Pasar persaingan monopoli adalah struktur pasar dimana hanya ada satu
perusahaan (penjual) di pasar yang bersangkutan, sehingga tidak ada pihak lain yang
menyainginya. Sebagai penjual tunggal monopolis lebih mampu mengendalikan harga
dan output-nya dibandingkan dengan perusahaan pada pasar sempurna atau pasar
persaingan monopolistik.Kasus monopoli dengan hanya satu penjual sehingga tidak ada
pengganti yang siap bagi produk monopolis, sering disebut monopoli murni.
Asumsi-asumsi yang menjadi dasar bagi model monopoli murni menurut Hendar dan
Kusnadi (1999) adalah sebagai berikut :
1. Di pasar hanya ada satu penjual produk tertentu;
2. Produk yang dijual tidak ada barang substitusinya;
3. Adanya penghalang / penghambat bagi perusahaan baru untuk masuk baik legal
maupun natural, tetapi yang paling penting berupa penghalang legal, baik melalui
undang-undang maupun peraturan pemerintah lainnya.
Pada asumsi ketiga (c) adalah penting bagi pemeliharaan kekuatan monopoli dalam
jangka panjang. Hambatan-hambatan untuk masuk harus ada jika monopolis ingin tetap
sebagai produsen tunggal dari suatu barang dalam jangka panjang, karena dalam waktu
yang sama perolehan profit murni akan merangsang perusahaan lain untuk masuk dalam
pasar.
Dalam kenyataa kasus monopoli murni dengan hanya satu penjual di pasar sangat sulit
dicari karena ada beberapa factor pembatas sebagai berikut :
1. Persaingan tidak langsung, sebagai contoh PT. Kereta Api Indonesia (KAI)
mendapat persaingan tidak langsung dari perusahaan Bus dan perusahaan
Penerbangan;
2. Pesaing potensial yang memungkinkan adanya perusahaan baru masuk pasar
sehingga menyebabkan perilaku monopolis tidak bebas lagi seperti pada
monopoli murni. Masuknya perusahaan baru ke dalam pasar menyebabkan
struktur pasar berubah menjadi oligopoli, yaitu struktur pasar dengan beberapa
penjual;
3. Kemungkinan campur tangan pemerintah yang mengharuskan tidak boleh hanya
ada satu perusahaan di pasar.
Walaupun dalam jangka pendek monopolis menderita kerugian, namun dalam jangka
panjang monopolis berusaha mengubah selera konsumen melalui kampanye iklan dan
teknik penjualan lainnya. Jika masih terus menderita kerugian, maka mungkin
dilancarkan kampanye yang lain sampai monopolis memperoleh keuntungan atau
minimal dalam keadaan normal profit (Break Event Point). Setelah normal profit
tercapai, kampanye iklan atau teknik penjualan lainnya akan mendorong monopolis
memperoleh keuntungan (excess profit) dalam jangka panjang.
Kasus monopoli adalah kasus yang paling mudah dijelaskan.Dengan kasus ini pulalah
yang kebanyakan dipakai untuk mendemonstrasikan keunggulan koperasi.Sayangnya,
kasus ini secara empiris tidak relevan, sebab kenyataan lingkungan ekonomi terutama di
negara-negara sedang berkembang telah disusun secara kompetitif. Jika koperasi
menghadapi monopolis, ia dapat menghilangkan profit monopoli dengan mengikuti
aturan penetapan harga aktif atau harga optimal koperasi (harga = biaya rata-rata). Dalam
kasus monopoli yang menarik adalah bahwa keunggulan potensial dalam struktur pasar
itu secara nyata dapat direalisasikan.Tetapi untuk memperoleh keunggulan tersebut harus
diasumsikan bahwa penghalang untuk masuk yang dibangun monopolis untuk
melindungi pasarnya dapat diatasi oleh koperasi. Jika masuknya perusahaan baru
diabaikan, maka ada perusahaan lain memasuki industri itu dan struktur pasar berubah
menjadi oligopoli. Dalam literatur koperasi hal ini banyak membingungkan daripada
memberikan
kejelasan,
sebab
ada
perbedaan
sasaran
monopoli
dengan
koperasi
lebih
banyak
mempromosikan
anggota
(maksimasi
Jika koperasi tidak mampu mempertahankan output tertentu, tekanan permintaan anggota
akan semakin memperbanyak jumlah yang diproduksi dan dijual. Hal ini mengakibatkan
harga semakin menurun dan koperasi akan bekeja dengan biaya rata-rata yang semakin
besar.