EKONOMI KOPERASI
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ekonomi Koperasi)
Dosen Pengampu :
Maman Resmana, S.E, MM
Disusun Oleh :
SRI RAHMAWATI
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SORE
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
BAB 11
Strategi Peningkatan Daya Saing Koperasi
Dalarn konteks ekonomi pasar koperasi sebagai asosiasi perorangan harus dilihat
sebagai organisasi atau metode menjalankan usaha untuk melakukan kerjasama pasar dan
anggotanya sebagai pelaku ekonomi. Dalam suatu perekonomian, pelaku pasar adalah para
produsen dan konsumen selain pemerintah yang di semua negara berperan melalui pelaku
ekonomi, melalui aktivitas produksi dan konsumsinya. Sebelum melangkah lebih jauh perlu
kita lihat posisi gerakan koperasi di dunia dalam memposisikan dirinya pada saat ini dengan
melihat definisi koperasi sesuai Kongres Koperasi Dunia di Manchester 1995 sebagai berikut.
A cooperative is an autonomous association of persons united voluntarily to meet their
common economic, social, and cultural controlled enterprise.
Dalam konteks di atas, pada dasarnya ada tiga tugas utama koperasi untuk membuat ekonomi
pasar lebih "fair" di mata parapendukung koperasi. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Koperasi mempunyai tugas utama untuk meningkatkan kapasitas produktif para anggotanya,
sehingga mampu menghadapi persaingan pasar yangsemata-mata menekankan pada norma
efisiensi. Dengan demikian koperasi harus mampu menjadikan para anggotanya lebih
produktif dan lebih efisien dengan berkoperasi ketimbang mereka harus berusaha sendiri. Hal
ini terutama dimiliki oleh koperasi-koperasi yang didirikan para produsen.
Dengan dasar ini yang menjadi dasar pengorganisasian koperasi selalu berkaitan dengan
kehematan skala (economies of scale) karena adanya sifat kekakuan satuan investasi
(indivisibility of investment), jaminan kualitas termasuk semangat baru akan kesadaran
lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Ciri utama dari koperasi produsen selalu bergerak di dataran pembelian bersama (input),
pengolahan bersama (produk untuk nilai tambah) dan pemasaran bersama secara selektif
sesuai struktur pasar komoditas (untuk memperbaiki posisi tawar dan menekan resiko).
Pada saat ini koperasi konsumsi sudah sedemikian jauh hingga sampai pada tataran manfaat
yang maya atau "intangible". Seperti kepemimpinan harga (Danish Brugsen di Denmark),
produk ramah lingkungan (Koperasi konsumen di Jepang) sampai pada berbagai produk
asuransi dan jasa-jasa untuk kenyamanan (pleasure) seperti wisata dan lain-lainnya.
Meningkatkan kemampuan anggota dalam menjaga kelancaran arus pertukaran yang efisien.
Gerakan koperasi sadar bahwa Pertukaran adalah wahana terpenting dalam suatu
perekonomian pasaragarsetiap orangdapat meningkatkan kesejahteraannya secara optimal
dan para produsen mendapat balas jasa yang wajar. Instrumenterpenting dari pertukaran
barang dan jasa dalam masyarakat antara rumah tangga produsen dan konsumen adalah alat
pembayaran. Oleh karena itu sayap terpenting dari gerakan koperasi di dunia adalah
koperasikreditataukoperasisimpan pinjam yang siap membantu posisi dalam menjaga
likuiditasnya untuk rendapatkan posisi tawar pasar yang terbaik.
Dengan demikian pada dasarnya hanya ada tiga macam jenis jurusan pengembangan koperasi
yang dikenal di dunia yaitu: (i) koperasi para produsen (atau juga sering disebut koperasi
produksi), (ii) koperasi para konsumen (koperasi konsumsi), dan (iii) koperasi kredit. Di
dunia pilar gerakan koperasi di masing-masing negara yang sangat maju selalu dapat
dikaitkan dengan tiga ciri utama koperasi tersebut. Sebagai bagian sejarah panjang
pengenalan koperasi di Indonesia melalui pola "titipan", penjenisan koperasi ini kurang
dikenal. Terkait dengan itu yang membuat rancu hingga pada hari ini adalah kebanyakan
koperasi dibedakan menurut kelompok basis pengembangan, apakah berdasar atas wilayah,
atau dibedakan basis kelompok profesi dan kemasyarakatan. Pengembangan koperasi dan
kombinasi kedua-duanya (wilayah dan basis kemasyarakatan). Dengan demikian untuk
memahami koperasi di Indonesia untuk sementara kita, dapat menggunakan pengelompokan
yang ada. Namun dalam pemahaman peta kekuatan koperasi harus selalu kita kembalikan
kepada ketiga pilar jenis koperasi tersebut. Sebagai konsekuensinya kegiatan universal
koperasi Indonesia pada dasarnya adalah "kredit" sementara koperasi produsen akan terbatas
pada sektor-sektor yang menghadapi kegagalan pasar yang serius sedangkan koperasi
konsumen yang murni (dari, oleh dan untuk anggota), belum mampu berkembang. Salah satu
alasan obyektifnya adalah cukup besarnya sumbangan sektor informal sebagai bentuk
lapangankerjayang pada dasarnya mensubsidi sektor modern (pasar).
Bagi perekonomian Indonesia, kita perlu mengaitkan dengan konteks Sistem Ekonomi
Nasional Indonesia (SENI) dan kedudukan koperasi. Dari sisi produksi pelaku ekonomi di
Indonesia terdiri dari Usaha Negara, Usaha Swasta Besar Nasional, Usaha Swasta Asing dan
Usaha Ekonomi Rakyat. Dalam hal jumlah unit usaha, Sektor Ekonomi Rakyat yang
mendominasi unit usaha yang ada di Indonesia terdiri dan usaha rumah tangga, usaha kecil
dan menengah dalam bentuk badan usaha yang berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum.
Kontribusi masing-masing sektor dalam produksi nasional, dapat dilihat dari sudut
sumbangan tiap sektor terhadap jumlah unit usaha, sumbangan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) maupun penyerapan tenaga kerja. Dan sisi konsumsi sektor ekonomi rakyat,
secara mudah dapat dikenali dari sektor rumah tangga yang memegang posisi penting dalam
menentukan permintaan domestik. Dikatakan mudah dikenali karena memegang porsi
terbesar yaitu 65% (1998) dari pengeluaran agregat. Pengeluaran rumah tangga yang
mencerminkan kehidupan sektor ekonomi rakyat dapat dilihat dari komposisi rumah tangga
berdasarkan pengeluaran di mana secara umum masih didominasi oleh kelompok rumah
tangga miskin dan hampir miskin. Bagaimana gambaran mekanisme sistem ekonomi rakyat
dalam SENI dapat jelas dalam skema di bawah ini.
Di sektor produksi jasa, koperasi merupakan salah satu bentuk pengorganisasian pelayanan
jasa keuangan sebagai lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank. Sementara di sisi
konsumsi, koperasi adalah organisasi para konsumen yang bergerak di dalam pelayanan jasa
pemenuhan barang-barang konsumsi bagi rumah tangga.
Dengan demikian koperasi konsumen sebenarnya lebih menyerupai perusahaan jasa bagi para
konsumen (terutama kelompok menengah ke bawah) untuk menekan biaya transaksi dan
mendapatkan nilai tambah serta jaminan pasar di sektor produksi. Dengan cara ini para
konsumen dapat meningkatkan kesejahteraannya dan terjaga hak-haknya.
Dalam konteks organisasi, koperasi mempunyai aturan dan cara tersendiri dalam
memperjuangkan kepentingan ekonomi anggotanya. Oleh karena itu koperasi juga disebut
sebagai gerakan, bahkan mempunyai organisasi dengan skala dunia yang mempunyai
kedudukan sebagai "observer" pada badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Bila koperasi memasuki pasar persaingan sempurna maka koperasi akan bersaing secara
sempurna dengan para pesaing di pasar. Artinya secara umum koperasi tidak dapat
menentukan harga untuk produk yang dijualnya. Alasannya adalah, jika koperasi menetapkan
lebih tinggi daripada harga pasar maka banyak pelanggan yang beralih ke penjual lain.
Sebaliknya jika koperasi menetapkan harga di bawah harga pasar yang berlaku, maka
sebenarnya koperasi dapat menderita kerugian, karena pada harga pasar yang berlakupun
semua barang dapat terjual. Dalam jangka pendek bisa saja koperasi menetapkan harga di
bawah pasar, tetapi penetapan harga ini tidak akan berlangsung lama sebab harga yang lebih
rendah akan meningkatkan permintaan anggota akan produk yang dijual dan biaya produksi
di koperasi akan semakin tinggi, sampai akhirnya terpaksa menetapkan harga yang sama
dengan harga pasar untuk menutup kerugian.
Pada pasar persaingan sempurna, persaingan harga tidak akan cocok untuk masing-masing
penjual (termasuk koperasi), yang memungkinkan adalah persaingan dalam biaya. Semakin
efisien seorang penjual akan semakin tinggitingkat kemampuan penjual tersebut dalam
bersaing. Koperasi yang mempunyai kemampuan tinggi (dalam arti biaya produksi lebih
rendah dari pada pesaingnya) akan mempunyai kemampuan bersaing di pasar persaingan
pasar sempurna ini. Tetapi apakah kemampuan bersaing tersebut dapat bertahan lama?
Menurut teori koperasi konvensional kemungkinan itu bisa terjadi, karena koperasi
mempunyai keunggulankeunggulan tertentu dibanding dengan perusahaan non-koperasi
(economics of large scale, competition, participation, dan lain-lain).
Hanya saja karena analisis perusahaan didasarkan pada gabungan antara harga dan biaya
dalam menentukan keuntungan, dan orientasi koperasi bukan profit mitive seperti halnya
perusahaan non koperasi, maka kendati koperasi mempunyai kemampuan tinggi, lama
kelamaan seiring dengan perjalanan waktu, maka kemampuan itu akan semakin menurun dan
akhirnya sama.
Dalam analisis jangka pendek bila koperasi tidak mempertahankan output pada jumlah
tertentu dan harga tertentu, kemampuan koperasi akan semakin menurun hingga pada suatu
saat koperasi mempunyai kemampuan sama dengan pesaingnya. Dalam analisis jangka
panjang kecenderungan koperasi mempunyai kemampuan sama sangat dominan dibanding
dengan koperasi yang mempunyai kemampuan tinggi.
Persoalan yang mungkin timbul adalah bagaimana jika koperasi berorientasi ke luar anggota?
Bagi koperasi seperti ini, transaksi ke nonanggota harus didasarkan pada prinsip maksimisasi
profit sebagaimana layaknya perusahaan non-koperasi. Tetapi jika transaksi koperasi dengan
anggota berdasarkan prinsip maksimisasi pelayanan (service) dengan menetapkan harga yang
lebih rendah dengan harga pasar, maka ada kemungkinan banyak anggota yang membeli ke
koperasi untuk kemudian dijual lagi ke pasar dengan harga pasar yang lebih tinggi daripada
harga koperasi. Disamping itu karena di koperasi ada prinsip kebebasan keluar masuk
menjadi anggota, maka koperasi akan banyak menarik anggota potensial. Bila ini terjadi
unitnya tingkat akan produksi semakin koperasi atau naik. anggota akan Akibatnya semakin
koperasibanyakkarena bukan koperasi dan biaya lagi tidak menjadi produksi lagi alternatif
memberikan per pilihan keunggulan anggota pelayanan atas potensial penjual lain pesaingnya
(harga di koperasi akan sama dengan harga pesaingnya).
Berbeda dengan jangka pendek, dalam jangka panjang semua penjual termasuk koperasi akan
berada dalam kondisi break event (tidak untung, tetapi juga tidak rugi) atau dikenal sebagai
keuntungan normal (normal profit) Hal ini terjadi karena ada proses pergeseran permintaan
Individual dan biaya masing-masing penjual (termasuk koperasi). Proses pergeseran
permintaan dan biaya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila salah satu penjual memperoleh
keuntungan, maka keuntungan tersebut akan merangsang penjual potensial untuk masuk ke
dalam pasar karena banyak di antara penjual yang memanfaatkan koperasi sebagai sarana
memasuki pasar. Bertambahnya penjual berarti bertambah pula output di pasar. Sesuai
dengan hukum permintaan, semakin banyak jumlah output yang dijual, akan semakin rendah
tingkat harga jualnya.
Dengan demikian akan terjadi pergeseran harga jual ke bawah. Di samping itu, semakin
bertambahnya output akan didorong naiknya harga input (karena banyaknya permintaan
input). Akibatnya biaya produksi mengalami kenaikan. Jadi ada pergeseran harga jual ke
bawah. Jika harga bergeser ke bawah dan biaya bergeser ke atas, maka lama kelamaan posisi
break event tidak dapat dihindari lagi, setelah itu tidak akan ada lagi penjual baru yang masuk
ke pasar.
Agar koperasi yang beroperasi di pasar persaingan monopolistik mencapai kesuksesan, maka
ia harus mampu memberikan tambahan pendapatan kepada anggotanya dan atau secara
umum harus mampu memperbesar kemakmuran para anggotanya. Pada pasar persaingan
monopolistik kemampuan tersebut masih terbuka mengingat kurva permintaan yang dicapai
adalah elastis, dengan demikian sampai batas tertentu koperasi masih mampu bersaing dalam
menetapkan harga.
Pada pasar persaingan monopolistik para penjual bersaing dengan diferensiasi (pembedaan)
produk dalam hal kualitas, iklan, lokasi, pengepakan, dan lain-lain. Setiap penjual telah
mencoba membuat produknya berbeda sedikit dibanding produk (barang) penjual lainnya.
Menurut banyak ahli ekonomi, struktur pasar seperti ini adalah secara empiris paling relevan
dalam dunia nyata. Satu perbedaan analisis yang membedakan situasi persaingan sempurna
dengan persaingan monopolistik adalah bahwa karena keheterogenan produk, sehingga setiap
penjualan dapat berperilaku sebagai monopolistik kecil. Jika penjual mengubah harga
produknya, maka akan ada perpindahan konsumen secara total ke penjual lain. Oleh karena
itu kurva permintaan individual tidak akan horizontal seperti pada pasar persaingan
sempurna, tetapi akan menurun dari kiri atas ke kanan bawah dengan elastisitas yang kurang
sempurna (Gambar 11.1).
Gambar 11.1
Kurva Permintaan dan Kurva Marginal Revenue pada Pasar Persaingan Monopolistik
Camberlin (Hendar dan Kusnadi, 1999) mengatakan bahwa kurva permintaan tidak hanya
ditentukan oleh kebijakan penentuan harga oleh produsen, tetapi juga oleh penampilan (style)
dari barang itu sendiri, pelayanan (service) produsen dan juga kegiatan iklan (advertensi).
Dengan demikian permintaan menggambarkan jumlah barang yang diminta konsumen untuk
sifat produk tertentu, jenis pelayanan tertentu yang ditawarkan dengan kebijakan yang
tertentu pula. Jadi posisi kurva permintaan akan bergeser bila:
1. Ada perusahaan dalam penampilan (style) produk, pelayanan penjualan dan strategi
pemasaran;
2. Produsen pesaing mengubah tingkat harga jual, jumlah output, pelayanan penjualan
dan kebijakan pemasarannya; dan
3. Selera, penghasilan, harga atau kebijakan penjualan produsen lain berubah.
Diferensiasi (perbedaan) produk mendapat tekanan khusus dalam model Chamberlin.
Pembedaan ini bisa dalam arti yang sesungguhnya (real different) atau hanya sekedar semu
(fancied). Dikatakan semu bila produk tersebut pada dasarnya sama dengan produk sejenis
lainnya, tetapi dengan promosi khusus, konsumen diberi kesempatan seolah-olah produk
tersebut berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan di antara dua produk bisa dalam arti yang
sebenarnya apabila di antara dua produk tersebut ada perbedaan di antara spesifikasi dalam
artian input yang digunakan, letak perusahaan atau pelayanan produsen terhadap konsumen.
Akibat dari adanya perbedaan produk ini, produsen sampai dengan tingkat tertentu dapat
menetapkan tingkat harga jual, karena walaupun sedikit, ia mempunyai kekuatan monopoli
dalam menjual output-nya.
Oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada beberapa perusahaan (penjual) yang
menguasai pasar, baik secara independen (sendiri-sendiri) maupun secara diam-diam
bekerjasama. Oleh karena itu perusahaan dalam pasar hanya sedikit, maka akan selalu ada
rintangan bagi perusahaan (penjual) baru untuk memasuki pasar. Di samping itusetiap
keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan (penjual) harus dipertimbangkan oleh
perusahaan-perusahaan lain dalam pasar. Dengan kata lain, reaksi pesaing terhadap keputusan
harga dan output adalah paling penting dalam model oligopoli.
Dewasa ini banyak koperasi di pasar-pasar lokal yang telah berintegrasi vertikal atau pasar-
pasar yang lebih besar di mana perusahaanperusahaan yang telah mapan masih sangat
terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi telah berada di struktur pasar oligopoli, yaitu
struktur pasar di mana hanya terdapat beberapa penjual (perusahaan) yang menyebabkan
kegiatan penjual (perusahaan) yang satu mempunyai peranan penting bagi penjual
(perusahaan) yang lain. Integrasi vertikal yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi atau
perusahaan-perusahaan lainnya di samping sebagai upaya peningkatan efisiensi perusahaan,
juga untuk menghindari persaingan yang lebih ketat antar penjual.
Persaingan di antara beberapa penjual (perusahaan) akan berbeda dengan persaingan di antara
banyak penjual (persaingan sempurna dan persaingan monopolistik), sebab keterbatasan
jumlah penjual akan mengakibatkan saling ketergantungan antara penjual satu dengan penjual
lainnya, sehingga setiap keputusan dari masing-masing penjual akan mempunyai dampak
signifikan (nyata) pada perusahaan lain. Jadi perilaku setiap penjual sangat tergantung dari
keputusan-keputusan penjual lainnya.
Dalam pasar persaingan sempurna, suatu perusahaan tidak akan memperhitungkan aksi
perusahaan lainnya sehingga interaksi yang strategis di kalangan mereka jelas tidak ada.
Dalam hal ini tidak ada satu penjual pun yang merupakan ancaman bagi penjual lainnya.
Tetapi di pasar oligopoli yang dicirikan oleh sedikitnya jumlah perusahaan (penjual), masing-
masing oligopolis akan merumuskan kebijakannya dengan melihat efek kebijakan
penjual lainnya. Dalam kondisi seperti ini berbagai akibat mungkin akan terjadi, tergantung
pada derajat ke arah mana si oligopolis bertindak, balk sebagai saingan maupun sebagai rekan
kerjasama. Oleh karena itu, konsep. memaksimumkan, dalam arti "memiliki suatu hasil
terbaik" sangat sulit diterapkan oleh masing-masing penjual karena dihadapkan pada
ketidakpastian.
Suatu koperasi dapat menciptakan persaingan harga aktif dalam pasar oligopoli (harga lebih
rendah daripada harga pesaingnya). Harga sedikit demi sedikit dikurangi dari harga
persaingan. Karena adanya saling ketergantungan yang tinggi antar perusahaan (penjual),
koperasi dapat menghancurkan para pesaingnya dan mengakibatkan terjadinya penurunan
keuntungan mereka. Reaksi yang akan timbul dari para pesaing atas kerugian tersebut akan
sulit diramalkan. Maka ada kemungkinan terjadi perang harga, dan terjadi saling
menghancurkan dengan menetapkan harga yang lebih rendah (predatory pricing). .
Dengan kebijakan harga yang lebih aktif, koperasi menciptakan rangsangan-rangsangan yang
lebih kuat bagi para pesaingnya dalam mengurangi kesempatan masuknya koperasi baru. Jika
koperasi berproduksi dengan kemampuan yang lebih rendah (koperasi dengan biaya yang
lebih tinggi daripada pesaingnya), maka para pesaing dapat dengan mudah menyingkirkan
koperasi keluar pasar dan menjadikan koperasi tergantung pada bantuan dari luar (bantuan
pemerintah) untuk tetap hidup (survive).
Dengan demikian apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi. Hal ini menurut Hendar dan Kusnadi (1999) akan sangat tergantung
pada faktor-faktor:
Perbedaan keunggulan biaya (cost advantages) dari koperasi. Koperasi yang mempunyai rata-
rata lebih rendah daripada para pesaingnya akan susah untuk disingkirkan dari persaingan
dengan kebijakan harga yang lebih aktif. Sebaliknya koperasi yang mempunyai biaya rata-
rata lebih besar daripada para pesaingnya akan mudah disingkirkan dengan kebijakan harga
aktif.
Posisi likuiditas dari para pelaku kegiatan ekonomi. Untuk menyingkit kan koperasi
diperlukan dana cair yang cukup besar guna membiayai kemungkinan kerugian yang diderita
akibat penetapan harga yang lebih ekstrem (harga predator). Bila dana tersebut tidak
mencukupi, maka para pelaku ekonomi tidak akan mudah untuk menyingkirkan koperasi.
Keinginan para anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin timbul (tingkat loyalitas
anggota). Sebagai dampak dari kebijakan harga aktif para pesaing koperasi adalah kerugian
yang akan diderita koperasi. Bila anggota mampu membiayai berbagai kerugian yang
ditimbulkan, akan susah bagi pesaing untuk menyingkirkan koperasi.
Dari ketiga hal tersebut yang paling penting adalah keunggulan atau
kelemahan karena Karena modalnya tidak dalam bisa membuat hal kecil, biaya. sehingga
Pada tidak umumnya mampu maka disinilah produknya berproduksi kelemahan menjadi
secara koperasiprodukmasal. produk masal, biaya tinggi.
Pada asumsi ketiga (c) adalah penting bagi pemeliharaan kekuatan monopoli dalam jangka
panjang. Hambatan-hambatan untuk masuk harus ada jika monopolis ingin tetap sebagai
produsen tunggal dari suatu barang dalam jangka panjang, karena dalam waktu yang sama
perolehan profit murniakanmerangsang perusahaan lain untuk masuk dalam pasar.
Dalam kenyataan kasus monopoli murni dengan hanya satu penjual di pasar berikut.sangat
sulit dicari karena ada beberapa faktor pembatas sebagai
1. Persaingan tidak langsung, sebagai contoh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) mendapat
persaingan tidak langsung dari perusahaan Bus dan perusahaan penerbangan;
2. Pesaing potensialyang memungkinkan adanya perusahaan baru masuk pasar pada
menyebabkansehingga monopoli struktur menyebabkan murni. pasar Masuknya
perilaku berubah perusahaan monopolis menjadi oligopoli, ticak baru bebas ke yaitu
dalamlagi struktur seperti pasar-pasar dengan beberapa penjual;
3. Kemungkinan campur tangan pemerintah yang mengharuskan tidak boleh hanya ada
satu perusahaan di pasar.
Walaupun dalam jangka pendek monopolis menderita kerugian, namun dalam jangka panjang
monopolis berusaha mengubah selera konsumen melalui kampanye iklan dan teknik
penjualan lainnya. Jika masih terus menderita kerugian, maka mungkin dilancarkan
kampanye yang lain sampai monopolis memperoleh keuntungan atau minimal dalam keadaan
normal profit (Break Event Point). Setelah normal profit tercapai, kampanye iklan atau teknik
penjualan lainnya akan mendorong monopolis memperoleh keuntungan (excess profit) dalam
jangka panjang.
Kasus monopoli adalah kasus yang paling mudah dijelaskan. Dengan kasus ini pulalah yang
kebanyakan dipakai untuk mendemonstrasikan keunggulan koperasi. Sayangnya, kasus ini
secara empiris tidak relevan, sebab kenyataan lingkungan ekonomi terutama di negara-negara
sedang berkembang telah disusun secara kompetitif. Jika koperasi menghadapi monopolis, ia
dapat menghilangkan profit monopoli dengan mengikuti aturan penetapan harga aktif atau
harga optimal koperasi (harga= biaya rata-rata). Dalam kasus monopoli yang menarik adalah
bahwa keunggulan potensial dalam struktur pasar itu secara nyata dapat direalisasikan. Tetapi
untuk memperoleh keunggulan tersebut harus diasumsikan bahwa penghalang untuk masuk
yang dibangun monopolis untuk melindungi pasarnya dapat diatasi oleh koperasi. Jika
masuknya perusahaan baru diabaikan, maka ada perusahaan lain memasuki industri itu dan
struktur pasar berubah menjadi oligopoli. Dalam literatur koperasi hal ini banyak
membingungkan daripada memberikan kejelasan, sebab ada perbedaan sasaran monopoli
dengan koperasi. Perusahaan monopoli lebih banyak diarahkan pada maksimisasi profit,
sedangkan koperasi lebih banyak mempromosikan anggota (maksimisasi service).
Berdasarkan kedua perbedaan tersebut perlu dianalisis keunggulan-keunggulan koperasi.
Jika koperasi mampu masuk pasar dan menyingkirkan monopoli dengan teknologi yang
inovatif sehingga dapat menetapkan harga yang lebih rendah, maka koperasi dapat bertahan
dalam jangka panjang, sepanjang:
A. Kebijakan Pemerintah
Sehubungan dengan semakin terbukanya ekonomi dunia maka peranan koperasi dan UMKM
harus terus ditingkatkan. Untuk itu pembangunan koperasi diharapkan dapat terus
ditingkatkan, sehingga dapat tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan kuat. Di samping itu
juga peranannya dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi bangsa dapat lebih ditingkatkan.
Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi pada Pelita VI yang lalu namun
sampai saat ini masih cukup relevan untuk dilaksanakan adalah:
1. Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan
ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat;
2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional;
3. Peningkatan koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas-
luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan dukungan kemudahan untuk
memperoleh permodalan;
4. Kerjasama antar koperasi, dan antara koperasi dengan BUMN dan usaha swasta
lainnya sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata untuk mewujudkan
kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan
asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan, serta saling
mendukung dan saling menguntungkan.
Sedangkan sasaran kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada saat ini
dituangkan dalam RPJM 2004-2009 yang diarahkan pada halhal berikut.
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa sasaran utama pembangunan dan pengembangan
koperasi yang hendak dilakukan oleh pemerintah adalah:
Keberhasilan koperasi pada waktu itu diukur dengan satuan-satuan kuantitatif misalnya
jumlah koperasi/KUD, jumlah anggota koperasi, pertumbuhan volume usaha, jumlah modal
usaha, sisa hasil usaha dan lain sebagainya.
Pada saat ini pola pembangunan koperasi sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
bisnis yang kontinyu dan mengglobal. Sehubungan dengan hal tersebut koperasi untuk terus
berkembang dan mampu bersaing dalam dunia bisnis secara optimal.
Pembangunan koperasi di masa depan harus berorientasi pada bisnis murni agar mampu
bersaing dalam tataran global, meskipun secara ideologischerasi harus tetap bertahan sebagai
wadah perjuangan ekonomi rakyat (fungsi sosial). Pada tahun 1994 Lembaga Manajemen
Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) mengusulkan beberapa kriteria kualitatif tentang
pola pembangunan koperasi di masa mendatang:
3. Pengurus dan manajer koperasi harus berjiwa wiraswasta Supaya koperasi dapat
mencapai tingkat perkembangan yang diharapkan maka para pengurus dan
manajernya harus mematuhi konsepkonsep bisnis secara memadai. Untuk mereka
harus memiliki jiwa kewiraswastaan yang tinggi, misalnya harus ulet, inovatif dan
kreatif. Dengan demikian mereka dapat mengidentifikasi dan menemukan
peluangpeluang bisnis baru, dan dapat mengantisipasi secara dini kemungkinan
dampak perubahan lingkungan bisnis terhadap kelangsungan usaha secara akurat.