Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH

SISTEM POLITIK, PEMBANGUNAN DAN AKSI ANARKIS DI ERA GLOBAL


(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pancasila dan Kewarganegaraan)
Dosen Pengampu : Anita Latifah, S.Si, SH, MH.

Disusun Oleh :

SRI RAHMAWATI
206100079

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenanya penulis
diberi kekuatan serta kemudahan dalam Menyusun karya tulis ilmiah ini sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing pada mata
kuliah Pancasila dan kewarganegaraan ibu Anita Latifah, S.Si, SH, MH. yang senantiasa
membimbing dan menuntun kami dalam memahami teori yang disampaikan sehingga dapat
memberi gambaran yang baik terhadap penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah dengan tema “Tantangan Globalisasi di Era Demokrasi” ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Kewarganegaraan, namun demikian semoga
tugas ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis namun juga bisa bermanfaat dan menambah
wawasan bagi semua pihak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penyusunan
karya tulis ilmiah ini, karenanya penulis meminta masukan dari pembaca agar kedepannya
Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih sempurna.

Cianjur, 17 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR SI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR SI..........................................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................1
BAB 2...................................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................2
1.1 Teori Sistem dan Sistem Politik..........................................................................................2
2.2 Anarkisme............................................................................................................................3
BAB 3...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
3.1 Sistem Politik di ndonesia...................................................................................................5
3.2 Sistem Politik ndonesia Era Globalisasi.............................................................................5
3.3 Tantangan Sistem Politik Era Globalisasi.........................................................................6
BAB 4..................................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................10
4.2 Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi telah memberikan banyak dampak terhadap perubahan sistem politik di
Indonesia. Isu-isu tentang sistem politik pun kini turut berkembang dan meluas sebagai
dampak dari fenomena menyempitnya ruang dan waktu. Kondisi demikian inilah yang kini
menjadi karakteristik sistem politik di era masa kini, yang membuat sistem politik di
indonesia tertantang untuk mempertahankan eksistensinya. Tantangan baru ini muncul Ketika
globalisasi mengubah sifat alamiah dari sistem politik itu sendiri. Kondisi sistem politik di
era global ini juga menimbulkan gejala saling ketergantungan antar negara dan saling
keterikatan antar masalah global di berbagai bidang meliputi politik, keamanan, ekonomi,
sosial, lingkungan hidup, dan sebagainya. Seiring dengan hal itu, semakin menguat pula
dampak globalisasi dengan segala implikasinya, baik yang positive maupun yang negative.
Ketiga, meningkatnya aktor-aktor non pemerintah dalam tata hubungan antar negara.
Keempat, munculnya isu-isu baru dalam agenda internastonal seperti hak asasi manusia,
intervensi humaniter, demokrasi dan demokratisasi, good government, lingkungan hidup, dan
sebagainya. Munculnya isu ini dikarenakan adanya peningkatan interaksi antar masyarakat
yang memicu terjadinya konflik dengan kepentingan yang berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah

1). Apa itu teori sistem dan sistem politik


2). Sistem politik era globalisasi
3). Tantangan sistem politik era globalisasi
4). Aksi anarkis masyarakat terhadap sistem politik

1.3 Tujuan Penelitian

1). Mengetahui teori sistem dan sistem politik


2). Mengetahui sistem politik era globalisasi
3). Mengetahui tantangan sistem politik era globalisasi

1
4). Mengetahui sebab aksi anarkis masyarakat terhadap sistem politik
5). Mencari solusi dalam menghadapi tantangan sistem politik di era globalisasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori Sistem dan Sistem Politik

Teori sistem dipetakan oleh George Ritzer pada paradigma fakta sosial (George Ritzer
dan Douglas Goodman, 2009). Maksudnya adalah penggunaan teori ini dikhususkan pada
masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan nilai-nilai, institusi/pranata-pranata sosial
yang mengatur dan menyelenggarakan eksistensi kehidupan bermasyarakat. Sistem sendiri
merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi yang beragam, saling berhubungan dan
membentuk pola yang mapan. Hubungan antara elemen-elemen sosial tersebut adalah
hubungan timbal balik atau hubungan dua arah dan bahkan banyak arah. Politik sebagai
sistem adalah bagian yang tak terelakan sebagai salah satu institusi sosial yang mengatur dan
menyelenggarakan eksistensi kehidupan masyarakat dan sebagai sebuah bangsa.

Dengan mempelajari sistem politik suatu negara tidak dapat dan tidak pernah berdiri
sendiri dari sistem politik negara lain, sebagaimana yang telah disampaikan oleh David
Easton (1953) melalui pendekatan analisis sitem terhadap sistem politik. Sampai kemudian,
Gabriel Almond (1956) meneruskannya ke dalam turunan teori sistem politik yang lebih luas,
yaitu menggabungkan teori sistem ke dalam perspektif teori structural-fungsional, dari
persfektif itu kita mendapatkan pemahaman bagaimana sistem politik seperti di Indonesia
berinteraksi dengan sistem politik lainnya di dunia.

Dunia adalah sebuah sistem besar, di dalamnya terdapat berbagai macam subsistem.
Sistem dunia ini berisi berbagai macam sistem-sistem lain secara biasa disebut subsistem.
Sistem Politik merupakan salah satu bagian dari subsistem yang berada pada sistem sosial
besar atau sistem dunia itu. Sistem besar dunia seperti sebuah lingkaran besar dan dalam
lingkaran besar tersebut di dalamnya terdapat lingkaran-lingkaran kecil yang merupakan
subsistem-subsistem yang terbentuk di dalamnya secara sistemik. Sistem besar dunia ini
adalah realitas yang tidak bisa dielakan bahwa dunia memiliki sistem yang saling terkoneksi.

2
2.2 Anarkisme

"Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara


manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan
pergerakan dari manusia" (Peter Kropotkin) "Penghapusan eksploitasi dan penindasan
manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan
pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta) 61

a). Teori Politik

Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa
hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha
mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat
diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan
sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah
kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan
Bakunin yang terkenal: "kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme
tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan"

b). Anarkisme dan Kekerasan

Dalam sejarahnya, para anarkis dalam berbagai gerakannya kerap kali menggunakan
kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya, seperti
para anarkis yang terlibat dalam kelompok Nihilis di Rusia era Tzar, Leon Czolgosz, grup
N17 di Yunani. Slogan para anarkis Spanyol pengikutnya Durruti yang berbunyi: Terkadang
cinta hanya dapat berbicara melalui selongsong senapan Yang sangat sarat akan penggunaan
kekerasan dalam sebuah metode gerakan. Penggunaan kekerasan dalam anarkisme sangat
berkaitan erat dengan metode propaganda by the deed, yaitu metode gerakan dengan
menggunakan aksi langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan yang ditempuh, yang
berarti juga melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama hal tersebut
ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun negara. Namun demikian, tidak sedikit juga
dari para anarkis yang tidak sepakat untuk menjadikan kekerasan sebagai suatu jalan yang
harus ditempuh. Dalam bukunya What is Communist Anarchist, pemikir anarkis Alexander

3
Berkman menulis:"Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan
perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan
semua. Bukan berarti kembali kekehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia.
Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas.
Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok
anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang
anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup
didalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam
perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan,
monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam
kesetaraan." (Alexander Berkman, What is Communist Anarchist 1870 - 1936).
Dari berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu ide kekerasan
sebagai sebuah metode, kekerasan tetaplah bukan merupakan suatu ide eksklusif milik
anarkisme, sehingga anarkisme tidak bisa dikonotasikan sebagai kekerasan, seperti makna
tentang anarkisme yang banyak dikutip oleh berbagai media di Indonesia yang berarti sebagai
sebuah aksi kekerasan. Karena bagaimanapun kekerasan merupakan suatu pola tingkah laku
alamiah manusia yang bisa dilakukan oleh siapa saja dari kalangan apapun

4
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Politik di Indonesia

Sistem Politik di Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai


kegiatan dalam negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses
penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, serta seleksi
dan penyusunan skala prioritasnya. Dalam menyelenggarakan politik negara, keseluruhan
penyelenggaraan politik memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan aparatur
negara serta segenap daya dan dana demi tercapainya tujuan nasional dan terlaksananya tugas
negara sebagaimana yang ditetapkan dalam UUD NRI Tahun 1945. Dengan demikian.
Sistem politik merupakan pelembagaan hubungan antarmanusia dalam bermacam-macam
badan politik. Baik suprastruktur politik maupun insfrastuktur politik

3.2 Sistem Politik Indonesia Era Globalisasi.

Globalisasi merupakan fenomena yang sangat luas dan sulit untuk bisa dibendung.
Meski begitu ia bukanlah sesuatu yang harus diterima sepenuhnya dengan begitu saja (taken
for granted). Kita bisa berperan untuk mengarahkan globalisasi bahkan termasuk menangkal
bila dirasakan perlu
Dalam era globalisasi atau era Informatics Technology (IT), terdapat konsep baru yang
dinamakan gelombang “Four I’s”, yaitu berlangsungnya perubahan-perubahan yang besar
dan berskala luas yang mencakup empat hal yakni: interest, ideologies, information, dan
institutions.
“Four I’s” merupakan bagian dari fenomena globalisasi atau hal baru yang
dimungkinkan pelaksanaannya setelah adanya kemajuan teknologi informatika. Maknanya
adalah proses pengembangan atau peningkatan tahapan Kerjasama serta pembentukan
kelembagaan untuk melaksanakan pola integrasi atau Kerjasama mulai dari 1). Interest, 2)
ideology, 3). Information 4). Institution. “Four I’s” ini merupakan rangkaian dan tahapan
dalam pembentukan suatu masyarakat, kelompok atau suatu Gerakan termasuk pula dalam
hal pembentukan organisasi Kerjasama regional dan internasional

5
Di bidang politik globalisasi membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan
kehidupan suatu negara. Globalisasi menyebabkan suatu negara harus mengikuti
perkembangan kenegaraan sesuai kesepakatan negara-negara dunia yang tergabung dalam
suatu badan internasional. Negara maju sering menjadi kiblat dan memberi banyak pengaruh
terhadap negara-negara berkembang ataupun negara dunia ketiga. Ketentuan yang telah
disepakati dan berlaku secara internasional sering tidak sesuai dengan kehidupan ataupun
ideologi suatu negara. Oleh karena itu, sering terjadi pergolakan politik dalam suatu negara.
Oleh karena itu, sering terjadi campur tangan masyarakat internasional terhadap
permasalahan dalam suatu negara.
Di tingkatan global, transformasi politik yang menyusul bersamaan dengan tumbuhnya
kesalinghubungan di antara negara dan masyarakat serta semakin meningkatnya intensitas
jaringan internasional memerlukan suatu pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk
dan ruang lingkup yang sama fundamentalnya, seperti perubahan yang menghasilkan inovasi
konseptual dan institusional negara modern itu sendiri. Karena itu, penting kiranya
dikemukakan suatu gagasan baru yang dapat digunakan untuk menjelaskan transformasi
sosial politik yang tengah berlangsung, terutama kaitannya dengan kedaulatan negara
demokrasi modern. Meskipun pandangan kaum skeptis mengatakan bahwa globalisasi tidak
menghancurkan sama sekali - tetapi hanya menguranginya saja- kedaulatan negara nasional
sebagaimana diyakini kaum hiperglobalis, namun yang jadi persoalan adalah globalisasi telah
mengartikulasikan kewajiban dan kekuasaan negara bangsa dalam suatu cara yang kompleks,
yang melibatkan perkembangan ke arah menyebarnya kekuasaan dunia dan diiringi oleh
menyebarnya otoritas dan bentuk-bentuk pengaturan yang kompleks (Budi Winarno, 2012).

3.3 Tantangan Sistem Politik Era Globalisasi

Tantangan globalisasi politik terhadap nilai-nilai nasionalisme yaitu globalisasi mampu


meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalism dapat membawa kemajuan dan
kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah dari ideologi Pancasila ke
ideologi liberalisme. Jika hal tersebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme akan hilang.

a). Sistem Politik Global terhadap Pembangunan di Indonesia

Sistem politik Indonesia tidak bisa dilepaskan dalam konteks pembangunan. Term
pembangunan menyatakan adanya perubahan positif dalam sebuah kondisi masyarakat.

6
Dalam konteks perubahan sosial, pembangunan diasosiasikan sebagai perluasan kebebasan
manusia dan kehidupan yang layak. Namun, dalam kenyataannya pembangunan adalah
proses yang penuh ketidakadilan, memicu konflik, memiliki konsekuensi yang bersilangan,
sehingga tidak bisa dijadikan acuan secara universal (Shanmugaratnam 2001: 263). Ada
daerah yang kemudian bisa mengakumulasikan kapital dengan baik, memiliki kebebasan,
tetapi
pada saat yang sama juga ada daerah yang masih dimarjinalkan, terdapat tekanan dari rezim
yang opresif dan konflik internal.

Korupsi: Penyelewengan Dana Pembangunan


Korupsi sudah ada sejak lama, yakni pada masa Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Persoalannya bukan ada atau tidak adanya korupsi, tetapi pada seberapa besar dan leluasa
orang melakukannya serta bagaimana implikasinya terhadap keuangan dan pembiayaan
pembangunan negara. Korupsi yang berlangsusng pun tanpa membeda-bedakan system
kenegaraan, di mana bisa terjadi di negara kapitalis maupun sosialis dan merambah pada
lintas keyakinan tidak peduli Islam, Kristen, Hindu dan sebagainya.
Munculnya negara-negara berperekonomian maju telah difasilitasi oleh titik berat pada
rasionalitas, kecilnya jumlah anggota keluarga, prestasi, mobilitas social dan universalisme.
Sedangkan kebanyakan negara di Asia masih bertitik berat kepada kewajiban bersama dan
besarnya jumlah anggota keluarga. Nampaknya hal ini mempunyai pengaruh terhadap
tingginya tingkat korupsi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gabungan antara faktor familiisme
(nepotisme dan komunitarianisme), budaya keagamaan, partikularisme politik, menjadi unsur
pendorong terjadinya tindak korupsi. Tentunya hal ini terjadi juga karena kurang tegasnya
penegakan hukum, sehingga memberikan keleluasan atas terjadinya praktik korupsi
Dampak penyalahgunaan alokasi anggaran itu, akan membawa penurunan terhadap
standar kehidupan rakyat. Dalam jangka Panjang, kondisi dapat mempengaruhi masa depan
karena negara tidak lagi mampu membangun ekonomi dan kehidupan social yang lebih
sejahtera. Korupsi juga telah membawa implikasi kepada kehancuran ekonomi, social, dan
budaya masyarakat. Korupsi juga merupakan salah satu faktor yang telah mendorong
disintegrasi dan mendorong munculnya Gerakan separatis. Efek yang ditimbulkan juga
berpengaruh pada pertumnuhan demokrasi dan demokratisasi yang sedang terjadi.

b). Aksi Anarkis Masyarakat sebagai Perlawanan

7
Dampak yang dirasakan dari perubahan sosial karena pengaruh globalisasi
mengakibatkan beragam permasalahan. Permasalahan ini juga muncul karena ketidaksiapan
masyarakat menghadapi perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh pembangunan-
pembangunan. Kondisi ketidaksanggupan atau ketidaksiapan tersebut dinamakan gegar
budaya (cultural shock), yaitu masyarakat mengalami guncangan mental akibat belum adanya
kesiapan untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda dengan kebudayaan
sendiri. Pembangunan itu sendiri sebenarnya membutuhkan penguasaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dengan kondisi alam, sosial, dan kebutuhan
masyarakat. Namun, sering terjadi bahwa teknologi modern yang diterima masyarakat tidak
diimbangi dengan perubahan pada tata nilai dan norma pada masyarakat (cultural lag ).
Apabila hal ini terjadi, tidak jarang kemudian timbul keresahan, kecemburuan sosial, bahkan
konsumerisme pada masyarakat. Akibatnya, terjadilah benturan nilai yang sering kali
menimbulkan disintegrasi sosial bahkan keadaan tanpa aturan (anomie) social dan tindak
anarkisme masyarakat yang tidak terima dengan hal tersebut.
Dasar anarkisme memandang Negara sebagai suatu horror yang menyeramkan, bukan
dalam pengertian pandangan yang bersifat destruksif atau anti terhadap ketata-aturan,
melainkan lebih kepada suatu pandangan filosofis dan politis, bahwa ketata-aturan yang
diciptaka Negara dibangun atas dasar pemaksaan, dengan asumsi bahwa tatanan masyarakat
harus diatur dengan cara yang demikian. Kekuasaan pada dan otoritas penggunaaan alat-alat
kekerasan yang melekat pada Negara yang dilihat sebagai sumber potensial dan ancaman
terhadap kebebasan masyarakat untuk mengatur dirinya sendiri.
Anarkisme secara tegas menolak Negara bukan dalam artian “administrasi system
politik”, tetapi yang paling pokok adalah penolakan tegas terhadap gagasan tentang suatu
tatanan berkuasa yang menuntun dan menghendaki kepatuhan warganya (kalau perlu nyawa
warganegaranya) dalam otoritas sentral yang disakralkan dalam wujud Negara. Anarkisme
membedakan antara pemerintah (mengacu pada Negara) dengan pemerintahan (mengacu
pada administrasi system politik).
Munculnya Gerakan-gerakan menentang globalisasi neoliberal ini menandakan
bangkitnya Kembali kaum anarkis dalam Gerakan social-politik. Berbeda dengan Gerakan-
gerakan dalam tradisi anarkisme sebelumnya yang memfokuskan perjuangan dalam
perlawananya terhadap satu otoritas negara, Gerakan anarkis akhir abad ke-20 ini
mengedepankan tuntunan yang melampaui batas-batas otoritas satu negara, dan lebih
merujuk pada satu tatanan global dan memperjuangkan tuntutan keadilan global, di mana

8
perusahaan perusahaan multinasional yang bergerak secara Mondial menjadi kekuatan
dominasi dan otoriter baru, yang dalam beberapa hal bahkan melampaui wewenang negara.
Aksi demonstrasi yang diorganisir dengan cara-cara anarkis, bahwa perorganisasian
tersebut dilakukan dengan cara yang sedemikian rapih dan sistematis, tanpa memerlukan
kewenangan yang tersentral dan hierarki yang birokratis. Aksi-aksi tersebut diselenggarakan
tidak dalam sebuah struktur pelaksanaan yang terpusat dan paroikal, tetapi bekerja dalam
system-sistem kecil yang dalam banyak hal tidak berhubungan satu sama lain, tetapi berjalan
dengan keselarasan bak berada di bawah satu pusat komando. Dengan kata lain bahwa
perjuangan mereka melawan bentuk-bentuk tertentu dari kekuasaan negara dan hubungan-
hubungan dominasi didorong oleh hal tersebut. Pada titik ini watak anti-otoriterianisme dan
anti-negara dari mereka bertemu dengan prinsip-prinsip anarkisme. Artinya analisis yang
digunakan Laclau dan Mouffe bisa membantu dalam memberikan Analisa muncul dan
berkembangnya Gerakan anarkisme baru dan strategi politik yang dilakukan untuk
membangun diskursus hegemonic dalam Gerakan anti-globalisasi neoliberal.

9
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Era globalisasi telah memberikan banyak dampak terhadap perubahan sistem politik di
Indonesia. Terbentuknya sistem politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran
politik barat terutama sistem politik demokrasi. Evaluasi kritis terhadap sistem politik
indonesia menjadi bagian terpenting sebagai titik langkah untuk mencari solusi dari persoalan
sistem politik indonesia yang dalam dinamikanya justru mengalami stagnanisasi atau bahkan
kemunduran jika dicermati dari perspektif pencapaian kapabilitas sistem politiknya.

4.2 Saran

Sebagai sebuah proyek ekonomi-politik, globalisasi dan pembangunan perlu ditelaah


secara hati-hati. Kesadaran atas adanya kepentingan negara maju, utamanya Amerika Serikat
atas mengglobalnya ideologi liberal seiring dengan berlangsungnya globalisasi dan
menyebarnya model pembangunan kapitalisme merupakan hal yang harus dimiliki oleh para
pelaku utama dalam perencanaan pembangunan disebuah negara. Sehingga Ketika menerima
dan menerapkan model pembangunan internasional yang dipromosikan secara global, sebuah
negara juga melihat sisi-sisi lain yang dibawa oleh model pembangunan berbasis ideologi
liberal.
Oleh karena itu globalisasi dan pembangunan perlu didekati secara kritis. Kelatahan
dalam menduplikasi gagasan liberal secara gegabah dalam peralatan kehidupan ekonomi-
sosial-politik-budaya pada sebuah negara tanpa melihat konteks internal perlu untuk
dikurangi atau ditinggalkan.
Justru yang harus dikedepankan adalah menghadirkan alternatif-alternatif baru diluar
desain yang dirancang oleh negara maju dalam menata keseluruhan struktur-struktur yang
ada pada sebuah negara, utamanya bagi negara-negara belum berkembang akan terus menjadi
‘konsumen’ dari proyek pembangunan negara maju.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badrun, Ubedilah, 2016. Kritik dan Solusi Sistem Politik Efektif. Jakarta : PT.Bumi Aksara

Suprihartini, Amin. 2013. Sistem Politik di ndonesia. Klaten : PT.Cempaka Putih

Yana Suryana, Yudi Suparyanto, Khyla Faizia dan Wahyu Sri Handayani. 2018. Globalisasi.

Klaten : PT.Cempaka Putih

Drs. Teuku May Rudi S.H., M.I.R., M.Sc. 2007. Ekonomi Politik nternasional : Peran

Domestik Hingga Ancaman Globalisasi. Bandung : Nansa Cendekia

Fuad Fanani, Ahmad, 2003. Gerakan Mahasiswa dan Konstruksi ndonesia Baru.. : Jakarta :

Sinar Harapan

Winarno, Budi. 2012. Jurnal Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi. Yogyakarta

Nurika, R. R. 2017. Peran Globalisasi di Balik Munculnya Tantangan Baru Bagi Diplomasi

di Era Kontemporer. Sospol : Jurnal Sosial Politik, 3(1), 126-141

11

Anda mungkin juga menyukai