sI
-i-
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
- ii -
sistem sosial dan politik
indonesia
-v-
SISTEM SOSIAL DAN POLITIK INDONESIA
Copyrights @2020 oleh Dr. Ujang Komarudin, M.Si dan Asrul Raman, M.Si
ENLIGHTS
PT Pencerah Generasi Antarbangsa
Eightyeight@Kasablanka Lantai 35
Jalan Casablanka Raya Kav.88, Jakarta 12870
Telepon 021.80640526
Email: info@enlights.co
www.enlights.co
- vi -
Daftar Isi
- vii -
BAB V KEBIJAKAN POLITIK
- viii -
Kata pengantar
Ujang Komarudin
- ix -
pengantar penerbit
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, atas anugerah, karunia,
nikmat, dan inayah-Nya buku ajar yang disusun dan ditulis oleh
saudara Ujang Komarudin bisa diterbitkan di penerbit kami. Suatu
kebanggaan, buku ajar ini bisa terpublish luas ke mahasiswa dan
masyarakat. Karena bagaimana pun, mahasiswa dan publik perlu
disuguhkan, dengan materi-materi buku ajar yang berkualitas.
Buku ajar saudara Ujang Komarudin ini, secara substansi dan materi
menarik untuk dibaca dan dikaji. Ulasannya sederhana, membumi, dan
mudah dipahami. Jarang dosen yang bisa membuat buku ajar, dengan
mengedepankan penulisan gagasan yang simpel. Biasanya dosen jika
membuat buku ajar, dengan bahasa yang tinggi, melangit, dan sulit
dipahami. Namun buku ajar ini, enak untuk dibaca bagi mahasiswa
dan masyarakat umum.
Selamat pada saudara Ujang Komarudin, yang sudah mempublikasi
buku ajar ini. Semoga bermanfaat, bukan hanya bagi para mahasisa
yang mengambil mata kuliah Sistem Sosial dan Politik Indonesia di
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Al-
Azhar Indonesia (UAI). Tetapi juga bermanfaat, bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dan semoga buku ini juga menjadi amal jariah bagi
penulisnya.
-x-
Sistem sosial dan politik
indonesia
BAB
I
konflik politik
1
Frank Mc Glynn and Arthur Tuden; Pendekatan Antropologi pada Perilaku
Politik, Universitas Indonesia (UI Press), 2000, hal.61.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
2
Will Cymlicka, Kewarganegaraan Multikultural: Teori Liberal Mengenai Hak-
hak Minoritas, LP3ES, 2003, hal. 114.
3
Humphrey. dalam Morsink, Johannes. 1999. Cultural Genocide, the Universal
Declaration, and Minority Rights. Human Rights Quarterly 21, Johns Hopkins
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
-4- dalam masyarakat atau negara yang berbeda dari populasi utama
berdasarkan aspek ras, agama, bahasa, dan persuasi politik.4
Terdapat 2 (dua) kriteria utama yang menggambarkan esensi
minoritas, yakni (1) minoritas memiliki posisi yang inferior di
hadapan populasi sisa dalam wilayah tertentu, baik dalam jumlah
maupun kekuasaan; dan (2) Dalam beberapa cara, minoritas berbeda
dari yang lain. Kedua ciri tersebut menekankan bahwa minoritas
tidak eksis dalam haknya sendiri, melainkan dalam relasi dengan
mayoritas atau kumpulan minoritas lainnya.5 Dengan demikian,
minoritas merupakan hasil dari konstruksi sosial dan politik dalam
relasinya dengan unsur masyarakat lain.6
Minoritas sosial (social minority) menjadi salah satu bagian
yang menghiasi spektrum terminologi “minoritas” secara umum.
Dan tak terbantahkan jika minoritas sosial sering mendapatkan
perlakuan diskriminatif dari mayoritas dalam konteks tertentu.
Diskriminasi sosial (social discrimination) berdasarkan
pengalaman dan pemaknaan subyek minoritas. Diskriminasi sosial
adalah pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia
berdasarkan kedudukan sosialnya, definisi ini menggambarkan 2
(dua) elemen penting, yakni (a) diskriminasi berarti prasangka dan -5-
-6- diri dan kelompok yang berujung pada perilaku menampik atau
mengabaikan sama sekali pengaruh rasa berbagai identitas apapun
dengan orang lain.
Konflik yang terjadi di beberapa desa pada kabupaten Bima
sangat mengusik ketentraman hidup masyarakat, dengan sejarah
konflik antar desa yang panjang, yang dimulai dari budaya lokal
dinamakan ndempa menjadikan konflik sesuatu yang biasa. Sejarah
kekerasan yang terjadi tersebut tidak terlepas dari sebuah seni istana,
(Gulat: begoco dalam bahasa Mbojo) yang sering kali digelarkan
pada saat-saat khusus, baik di istana maupun di rumah seorang
pembesar kerajaan, olahraga tersebut rupanya keras dan sungguh-
sungguh “ada yang luka, ada yang rebah kematian dan ada yang
pingsan keluar darah”10. Dalam budaya modern, kebiasaan konflik
tersebut tidak bisa di abaikan tanpa kontrol dan kendali, baik oleh
masyarakat adat maupun oleh pemerintah.
Peran aktor sangat berpengaruh dalam konflik yang terjadi,
bisa jadi suatu aktor sebagai pemicu konflik ataupun sebagai juru
damai konflik. Aktor juga bisa dipandang sebagai provokator,
dalam beberapa konflik tersebut aktor tidak hanya terdapat di desa
yang berkonflik namun juga diluar desa yang berkonflik “triggers”,
aktor tersebut memiliki banyak afiliasi dengan berbagai kelompok
kepentingan, hal itu pun yang menjadi pemicu munculnya konflik
seperti di Dadibou dan Samili yang terjadi pada 2 Oktober 2012
dengan issu dukun santen, melakukan provokasi agar membunuh
dukun santen merupakan solusi yang dianggap seimbang
bagi sebagian kelompok masyarakat, tanpa menguji issu yang
10
Henri Chambert-Loir, dkk, Iman dan Diplomasi: Serpihan Sejarah Kerajaan
Bima, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2010, hal.41-42.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Teori
1. Community Dispute Responsibility (CDR)
11
Widipto Setiadi. “Penyelesaian Sengketa melalui Alternative Dispute Resolution
(ADR)”, dalam http://www.legalitas.org/node/21.
12
Cathy A. Costantino, Christina Sickles Merchant. Foreword by William L. Ury.
“Designing Conflict Management Systems (A Guide to Creating Productive and
Healthy Organizations)”.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 14 - atau konflik dengan orang lain atau suatu organisasi, hal pertama
yang harus dilakukan adalah mencoba menyelesaikannya sendiri,
dan kemudian mencari bantuan dari seorang pengacara, dan
sebagainya. Ury, Brett, dan Goldberg menyarankan bahwa dengan
mengatur prosedur penyelesaian sengketa dalam urutan biaya
rendah hingga ke biaya tinggi dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya eskalasi secara cepat. Meminimalkan kecenderungan ke
arah eskalasi cepat memiliki manfaat dalam mengurangi pertikaian
dan meningkatkan keyakinan pada kemampuan sistem untuk
menyelesaikan dasar konflik.
Keenam, perlunya pemenuhan motivasi, keterampilan, dan
sumber daya. Sebuah alternatif sistem dapat berfungsi hanya jika
orang masuk ke dalamnya. Orang menciptakan kebiasaan, dan
hal ini merupakan batas limit untuk perubahan sistemik berbasis
luas. Meskipun mungkin ada perlawanan aktif dari beberapa
kelompok terhadap sistem sengketa-resolusi baru, masalah yang
lebih besar adalah menyebar keterampilan, pengetahuan, dan
kebiasaan yang dapat memperkuat sistem baru. Hal tersebut
merupakan tugas para elit dalam konflik, dan pihak ketiga sebagai
penengah untuk menyediakan sumber daya dan waktu yang
diperlukan untuk menghasilkan kerjasama dengan sistem baru.
Terdapat enam kategori yang menjadi pilihan dari Alternative
Dispute Resolution (ADR) yaitu: pencegahan (preventive),
negosiasi (negotiated), fasilitasi (facilitated), pencarian fakta
(fact finding), penasehat (advisory), imposed. Adapun penjelasan
kategori tersebut akan dijelaskan dalam gambar berikut ini:
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
- 15 -
2. Resolusi Konflik
13
Robbins R,Stephan, Organization Behavior, Prentice Hall, 2003
14
Simon Fischer and Co, Working With Conflict, Skills and Strategies for Action,
London-New York, 2000, hal 8-9.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Burton, John. 1990. Conflict: Resolution and Provention. New York: The
18
apa yang telah disepakati bersama. Kadang tidak jarang juga pihak
ketiga memihak salah satu yang berkonflik. Dalam pandangan lain,
Dahrendorf menjelaskan konflik sangat erat berkaitan dengan dua
hal yaitu otoritas atau kekuasaan dan kepentingan. Menurutnya
konflik merupakan akibat dari adanya ketimpangan dalam distribusi
kekuasaan yang dilakukan secara sistematis. Sementara otoritas
dan kepentingan merupakan dua hal saling berkaitan yang menjadi
pemicu terjadinya konflik. Kekuasaan telah melahirkan dua hal
yaitu yang berkuasa dan dikuasai, di antara dua hal tersebut muncul
dua hal berbeda yang saling bertabrakan kemudian menjadi pemicu
konflik21.
Terdapat istilah transformasi konflik22 secara lebih umum
dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan. Pencegahan
Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
Kemudian, Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri
perilaku kekerasan melalui persetujuan damai. Sedangkan
Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari
kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi
pihak-pihak yang terlibat. Tahap selanjutnya adalah Resolusi
Konflik, yaitu menangani sebab-sebab konflik dan berusaha
membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara
kelompok-kelompok yang bermusuhan. Tahap terakhir adalah
Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan
21
George Ritzer, Modern Sociological Theory, fourth edition, New York, 2007, hal.
154-155.
22
Simon Fischer and Co, Working with Conflict, Skills and Strategies for Action,
London-New York, 2000, hal 7.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Definisi Konseptual
Metode Penelitian
Sistematika Penulisan
24
John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing, Among Five
Traditions, 1998.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Soal-soal
Soal-soal:
Melihat Peran
Pemburu Rente
akan risih apabila diganggu gaya hidup atau ketenaran yang telah - 41 -
diperoleh.
Soal-soal:
- 42 -
BAB
II
PEREMPUAN DAN POLITIK
25
Will Kymlica, Kewarganegaraa Multikultural: Teori Liberal mengenai Hak-hak
Minoritas, Penerbit LP3S, 2002. Hal: 25
26
Ibid,
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Ibid, 26
27
hal 15-18
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
30
Ames, Jesse Daniel dalam Rose Marie Putnam Tong; Feminist Thought,A more
Comprehensive Introduction, Second edition: westview press, Colorado, 1998,
hal 311
31
Rose Marie Putnam Tong; Feminist Thought, A more Comprehensive
Introduction, Second edition: Westview Press, Colorado, 1998, hal 31
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
34
Buku II, Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional 2015 - 2019
35
Catatan Tahunan Komnas Perempuan, 2015
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
36
Catatan Komnas Perempuan, 2015
37
idem
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
38
Tribunnews.com; selasa 21 juli 215, diakses 1 maret 2016.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
39
Tribunnews.com; 25 Februari 2016, diakses 1 Maret 2016
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
2..3. Ekofeminisme
40
http://www.rappler.com/indonesia/123811-surat-edaran-kpi-tentang-larangan-
tayangan-berpakaian-wanita
41
Rachel Carson…..
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
kepunahan, konservasi energi, dan cagar alam liar maka isu itu
pun direspon dengan berkembangnya suatu gerakan lingkungan
di Amerika dan seluruh dunia. Dua belas tahun kemudian (1974)
istilah ekofeminisme dalam bukunya Francoise d’Eaubonne yang
berjudul Le Feminisme ou la mort. Di mana dalam buku tersebut
berpandangan bahwa ada hubungan langsung antara opresi terhadap
perempuan dan opresi terhadap alam.
Ekofemisme berpendapat ada hubungan konseptual,
simbolik, dan linguistic antara feminis dan isu ekologi. Keyakinan,
nilai, sikap, dan asumsi dasar dunia barat atas dirinya sendiri dan
orang-orangnya dibentuk oleh bingkai piker konseptual patriarkal
yang oprensif, dimana bertujuan untuk menjelaskan, membenarkan
dan menjaga hubungan antara dominasi dan subordinasi secara
umum serta dominan laki-laki terhadap perempuan pada
khusunya.42 Ciri-ciri jelas dari bingkai piker tersebut adalah: 1)
pola piker berdasarkan nilai hirarkis, yaitu pola piker “atas bawah”
yang memberikan nilai, status, atau prestise yang lebih tinggi
kepada apa yang “diatas” dari pada kepada apa yang “dibawah”;
2) dualism nilai, misalnya pasangan yang berbeda yang dipandang
sebagai oposisi (dan bukannya melengkapi) dan eksklusif (dan
bukannya inklusif), dan yang menempatkan nilai (status,prestise)
kepada salah satu dari suatu pasangan gagasan dari pada yang lain
(dualismen yang memberikan nilai atau status yang tinggi kepada
apa yang secara historis diidentifikasi sebagai “pikiran”, “nalar”,
dan”laki-laki” dari pada apa yang secara historis diidentifikasi
42
Menurut Karen J Warren
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
43
Idem, hal 360
44
Idem, hal 367
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
45
Ynestra King
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Soal-soal:
III
POLITIK ISLAM
tumbuh karena bagi pengikut nabi hal itu adalah sendi kehidupan dan rohani.”
48
A.Servier, Le Nationalisme musulman, Hal.182 dalam Lothrop Stoddart, The New World
of Islam, Harvard, hal.75.
49
Yahya Siddyk, Le Reveil de people Islamique au quatorzieme siele de l.hegire (Cairo,1907)
dalam Lothrop Stoddart, The New World of Islam, Harvard, hal.76
50
L.massingnon, L’Islam et la Polittique des Allies, Reveau tiques, 1920.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
51
Antara Al-Ichwan dan Wahabi tidak ada perbedaan, Wahabi yang dipimpin oleh Ibnu
Sa’ud tersebut menganggap Al-Ichwan adalah luar biasa, khittahnya adalah impian Wahabi
lama yaitu Pemurnian kembali Dunia Islam.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
52
Karena timbulnya bentrokan antara bangsa-bangsa dari Renaissance Eropa dan ide
kepausan di abad pertengahan “kerajaan romawi yang suci”
53
Pada Tahun 1882 memimpin revolusi, dia seorang opsir tentara yang berasal dari rakyat
biasa, seorang keturunan dari mesir kuno asli lembah sungai Nil, bangun menentukan
nasib mesir pada zaman modern.
54
Seorang yang mengetahui kelemahan-kelemahan mesir, dan oleh karena itu secara sabar
bekerja keras untuk perbaikan, dengan menempuh jalan evolusi, untuk mencapai maksud
dan tujuan.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
56
Lothrop Stoddart, The New World of Islam, Harvard, hal.175
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
57
Ibid, hal.297
58
Bassam Tibi, Islam dan Islamisme, PT.Mizan Pustaka, 2016, hal.50
59
Bassam Tibi, Islam dan Islamisme, PT.Mizan Pustaka, 2016, hal.50
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 68 - islam itu diperuntukan bagi umat islam awam dan bukan formula
politik untuk suatu tatanan Negara, tetapi system ibadah dan
budaya yang menentukan pandangan dunia dan cara hidup. Telah
begitu jelas bahwa formulasi islam ihwal dia wa-daulah (kesatuan
agama dan Negara) bukan merupakan ciri islam itu sendiri tapi
penanda batas utama antara islam dan islamisme. Kedua, sebagai
varian fundamentalisme agama, islamisme bukan hanya bentuk
lain dari modernitas, merupakan ideology totaliter, dengan adanya
suatu gerakan yang merepresentasikannya. Penggunaan instrument
masyarakat sipil pun tidak akan mampu mengubah ideology
totalitarian menjadi gerakan yang demokratis. Ketiga, islamisme
demokrasi yang seharusnya dicapai dalam konteks syariah hanyalah
kamuflase bagi agenda tatanan yang totaliter.
Soal-soal:
60
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,(Jakarta: Penerbit Logos,1997)
hlm 45
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
61
Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung; Penerbit CV Pustaka Setia,
2008) hlm 69
62
Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung; Penerbit CV Pustaka Setia,
2008) hal. 79
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
63
Samsul Munir Amin, sejarah Peradaban Islam; (Jakarta; Penerbit AMZH,2010)
hal 104 dan Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung; Penerbit CV
Pustaka Setia, 2008) hal. 87 dan Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta;
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2000) hal. 37
64
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung; Penerbit CV Pustaka Setia,
2008) hal. 88
65
Ali Mufrodi,Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,(Jakarta: Penerbit Logos,1997)
hal. 121-122
66
Suyuti Pulungan. Fiqih Siyasah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) Hal. 151
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
67
Suyuti Pulungan. Fiqih Siyasah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) hal 157
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
68
Dr. Muhammad Iqbal dan Amin Husen Nasution, Pemikiran Politik Islam dari
masa klasik hingga Indonesia kontemporer, Cet 1, Kencana 2010, hal 3
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
69
Dr. Muhammad Iqbal dan Amin Husen Nasution, Pemikiran Politik Islam dari
Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, Cet 1, Kencana 2010, hal 19
70
Ibid, hal 35
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
71
Ibid, hal 19- 20
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
72
Suyuti Pulungan. Fiqih Siyasah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) Hal.
114
73
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; Penerbit PT Raja Grafindo
Persada, 2000), hal. 37
74
Ibid, hal 158
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
- 77 -
Soal-soal:
1. Pancasila sudah final. Tak boleh diutak-atik dan diganti.
Mengapa ada sekelompok orang yang masih memperjuangkan
kekhalifahan?
2. Sistem kekhilafahan tak cocok dengan Indonesia. Dan
dibanyak negara juga ditolak. Apa yang dmaksud dengan
sistem kekhilafahan?
3. Di Indonesia. Organisasi yang ingin mendirikan kekhalifahan
telah dibubarkan oleh pemerintah. Pemerintah berlaku tegas
terhadap kelompom atau organisasi yang akan mendirikan
kekhalifahan. Apa untung dan rugi pembubaran organisasi
yang ingin mendirikan kekhilafahan?
4. Mengapa masih banyak warga masyarakat yang ingin berjuang
mendirikan kekhuilafahan? Padahal Indonesia merupakan
negara yang jelas-jelas menolak paham tersebut ?
5. Banyak para aktor dan simpatisan organisasi yang ingin
mendirikan kekhalfihan berprofesi sebagai ASN. Mereka
menolak Pancasila. Menolak Demokrasi. Tapi mereka
menerima gaji dari negara. Bagaimana pandangan Anda?
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 78 -
BAB
IV
IDEOLOGI POLITIK
75
Makna kata “civil society” dalam Bahasa Indonesia sangat variatif. Ada yang
menterjemahkannya dengan masyarakat madani, masyarakat warga atau masyarakat
kewargaan, masyarakat beradab atau masyarakat berbudaya, dan masyarakat sipil.
Meskipun penggunaan makna yang berbeda ini bisa dipertukarkan satu sama lain,
namun dalam tulisan ini, civil society diartikan sebagai masyarakat sipil.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
76
Zuhro, Siti, R. 2008. Masyarakat Sipil dan Demokratisasi. Dalam Kurniawan,
J., Luthfi dan Puspitosari, Hesti. 2008. Negara, Civil Society, & Demokratisasi:
Membangun Gerakan Sosial dan Solidaritas Sosial Dalam Merebut Perubahan.
Malang: In-Trans Publishing. Hal. 1.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
J.S. Mc Clelland, A History of Western Political Thought (Fifth Ed.: London, 1996), hal.
78
531
Bdk. Hegel’s Philosophy of Right, transl. T.M. Knox (Reprint: London, 1981) No.255 dan
79
No. 238
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
85
Samuel Enoch Stumpt, Philosophy History and Problems (New York:1994), hal. 338.
86
Hegel’s Philosophy of Right, transl. T.M. Knox (Reprint: London, 1981) No.255 dan
No. 245-248
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Plamenatz, Man an Society, vol I; London, Longmans green and Co.Ltd, 1963
88
hal 216.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Soal-soal:
Rumusan Permasalahan - 95 -
91
Blok Barat atau Blok Kapitalis, selama Perang Dingin merujuk pada kekuatan yang
bersekutu dengan Amerika Serikat dan NATO melawan Uni Soviet dan Pakta Warsawa,
mendirikan pakta pertahanan NATO (North Atlantic Treaty Organization) oleh blok barat
pada tanggal 4 April 1949, yang beranggotakan awal 12 negara yaitu Amerika Serikat,
Inggris, Kanada, Perancis, Belanda, Belgia, Italia, Portugal, Islandia, Norwegia, Luksemburg,
dan Denmark. Sebagai tandingannya, pihak blok timur juga mendirikan organisasi serupa
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 96 - Pertanyaan Penelitian
Teori Komunisme
pada tanggal 14 Mei 1955, dengan nama Pakta Warsawa yang beranggotakan awal 7 negara
yaitu Uni Soviet, Jerman Timur, Polandia, Bulgaria, Cekoslowakia, Hongaria,dan Albania.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
92
Richard Pipes; Komunisme sebuah sejarah; mata angin, Yogyakarta, 2004; hal 3
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
93
Richard Pipes; Komunisme sebuah sejarah; mata angin, Yogyakarta, 2004; hal 3
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Pembahasan
Komunisme
Sejarah Komunisme Indonesia
94
Richard Pipes; Komunisme Sebuah Sejarah; Mata Angin, Yogyakarta, 2004; hal 3
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 100 - antaranya Sneevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang masuk setelah
Sarekat Islam (SI) Semarang sudah terbentuk.Gerakan Komunis di
Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para
pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP.
Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo
Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi
juga banyak yang bergabung. Salah satu anggota yang menjadi
besar adalah Semaoen kemudian menjadi ketua SI Semarang.
Era Perang Kemerdekaan Gerakan PKI bangkit kembali pada
masa Perang Kemerdekaan Indonesia, diawali oleh kedatangan
Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat
itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama seperti Soekarno dan
tokoh pergerakan lain, Muso berpidato di Yogyakarta dengan
pandangannya yang murni Komunisme. Di Yogyakarta, Muso
juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit.
Muso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun, di sana ia
dikabarkan mendirikan Negara Indonesia sendiri yang berhalauan
komunis. Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri Soekarno,
Amir Syarifuddin. Divisi Siliwangi akhirnya maju dan mengakhiri
pemberontakan Muso.
PKI dan ingin mengajukan ideologi baru bagi bangsa yang dikenal
dengan Nasakom (Nasionalis, Agamais dan Komunis), kemenangan
PKI tersebut, menjadikan ideologi komunis yang dibangun sejalan
dengan jiwa nasionalisme rakyat. Pada 3 Desember 1957, serikat-
serikat buruh yang pada umumnya berada di bawah pengaruh PKI,
mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik Belanda, pada
Januari 1964 PKI juga mulai menyita properti Inggris yang dimiliki
oleh perusahaan-perusahaan Inggris di Indonesia. penguasaan atas
asset perusahaan tersebut, merintis nasionalisasi atas perusahaan-
perusahaan yang dimiliki oleh asing dan perjuangan melawan para
kapitalis asing memberikan PKI kesempatan untuk menampilkan
diri sebagai sebuah partai nasional. Dalam sejarah perjuanga kelas
di beberapa revolusi di dunia, menampilkan kelas buruh menuntut
hak nya yang layak sedangkan pemilik pabrik tidak mampu
memenuhinya akibat biaya produksi yang tinggi dan juga akibat
gaya hidup kaum bangsawan (bourjuais) yang mewah.
dilakukan PKI.
95
Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah pembantaian massal yang
terlupakan”jombang-kediri 1965-1966); Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2001.
Hal 68
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Kesimpulan
98
Hermawan Sulistyo, Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah pembantaian massal yang
terlupakan”jombang-kediri 1965-1966); Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2001.
Hal 83
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 107 -
Soal-soal:
- 108 -
BAB
V
KEBIJAKAN POLITIK
99
Schwarz, A, A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. (Westview Press,
1994), hal.52-57
100
Ricklefs, M. C, A History of Modern Indonesia since c.1300, Second Edition.
(MacMillan, 1991), hal 282
101
Ibid, hal 272-280
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
102
Ibid, hal 281
103
Ricklefs, M. C, A History of Modern Indonesia",( MacMillan, 1982), lihat pula
Roosa, John, Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement & Suharto's
Coup D'État in Indonesia, (University of Wisconsin Press, 2007)
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Arif Rahman Hakim, yang kemudian diangkat menjadi martir dan - 115 -
- 120 - yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba,
IPKI, dan Parkindo; serta Golongan Karya.
- 125 -
Soal-soal:
114
Krisis Ekonomi Asia berawal pada awal bulan Oktober 1997 dengan mulai tergoncangnya
nilai mata uang Asia Tenggara. Goncangan ini memaksa Indonesai meminta bantuan
IMF. Pada bulan ini juga, Bursa Saham Asia kembali goncang, bunga bank naik sebesar
300%. IMF mengumumkan paket bantuan darurat untuk Indonesia senilai US$ 40. Bulan
Januari 1998 rupiah semakin merosot tajam sampai 10.000 per dollar AS. Akhir bulan ini
juga rupiah semakin merosot sampai 16.000 per dollar AS. Mengenai data selengkapnya
tentang fluktuasi rupiah dapat dilihat dalam Majalah D&R, No.20/XXIX/3 Januari 1998
dan D&R No.35/XXIX/ 18 April 1998 dalam Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil dan
militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran demokrasi; hal.341
115
Adi Suryadi Culla, 1999; Patah Tumbuh, Hilang Berganti: Sketsa pergolakan Mahasiswa
dalam Politik dan Sejarah Indonesia 1908 – 1998, Penerbit PT.Rajawali Press, Jakarta. Hal
161-164
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
116
S.Sinansari Eric, 1998; Kronologi jatuhnya Presiden Soeharto, Mizan Bandung.Hal 136-
139
117
Kelompok yang kontra adalah pendukung B.J habibie yang berkesimpulan bahwa posisi
Habibi sah secara konstitusional berdasarkan pasal 8 UUD 1945 dan Tap MPR No.XI/
MPR No.VII/MPR/1973. Maka masa jabatannya sampai tahun 2003, dengan asumsi
bahwa kelompok yang ingin mengadakan SI MPR tidak konstitusional
118
Eep Saefullah Fatah; Lidah Presiden di antara Dua Jendral; dalam Adil 24-2 Maret 1999
dalam Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah
pusaran demokrasi; hal.344
119
ibid
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
120
Eric A.Nodlinger; Soldiers in Politics, yang dialih bahasa oleh Drs. Sahal Simamora; Militer
dalam Politik; Rineke Cipta cet.2 1994; hal 54
121
Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran
demokrasi; hal.347
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Rumusan Masalah
122
Salim Said, 2001;Menghindari Kuomintang dan Amerika Latin, terjebak Dwi Fungsi,
dalam Salim Said; Militer Indonesia dan Politik, Dulu, Kini dan Kelak, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta; Hal.338
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 130 - melalui keputusan pensiun dan alih status yang telah dilaksanakan
sejak 1 April 1999, telah membawa perubahan demiliterisasi
jabatan birokrasi yang sangat drastis terhadap jumlah anggota TNI
diluar strukturnya.
Pertanyaan Penelitian
124
Samuel P. Huntington, The Soldier and The State: The Theory and Politics Civil-military
Relations, Harvard University Press, Cambridge, 1957. Samuel P. Huntington adalah
Profesor di Universitas Albert J. Weatherhead III dan pemimpin John M. Olin Institute for
Strategic Studies di Universitas Harvard. halaman 7-18
125
Alfred Stephan, dalam Salim Said, 2001;Hubungan Sipil-Militer dan Demokrasi:
Pengalaman Indonesia; Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini dan Kelak Bab 36, Jakarta,
Penerbit Pustaka Sinar Harapan, hal. 276.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
126
John J. Johnson, The Role of the Military in Underdeveloped Countries, Princenton University
Press, Princenton, 1962.
127
Amos Perlmutter, The Military and Politics and Modern Times: On Professionals, Praetorians
and Revolutionary Soldiers, Yale University Press, New Haven dan London, 1977,
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Militer dan Politik, Penerbit Rajawali
Pers, Jakarta, 2000, hal 297
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
128
Amos Perlmutter, The Military and Politics and Modern Times: On Professionals,
Praetorians and Revolutionary Soldiers, Yale University Press, New Haven dan London,
1977, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Militer dan Politik, Penerbit
Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hal 297, hal xix.
129
Ibid; hal 14
130
Eric A.Nordlinger, 1977;Soldiers in Politics: Military Coups and Government, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey,
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Pembahasan
Perubahaan Paradigma ABRI
131
Eric A. Nordlinger, 1970 “Soldiers in Mufti: The Impact of Military Rule upon
Economic and Social Change in the Non-Western States”, dalam American Political
Science review, Desember.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Empat Paradigma Baru tidak lebih dari sebuah bentuk Dwi fungsi - 135 -
132
ABRI Abad XXI, 1998; Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi Peran ABRI dalam
kehidupan Bangsa, Mabes ABRI, Jakarta, halaman 17; dalam Arif Yulianto,2002; Hubunga
sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran demokrasi.
133
Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran
demokrasi; hal.352
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
kembali implementasi peran ABRI pada masa mendatang. Sudah menjadi komitmen ABRI
untuk menerapkan perannya dimasa depan secara tepat sesuai perkembangan zaman dan
aspirasi masyarakat.
136
Markas Besar Tentara Nasional Indonesai, 1999; Paradigma Baru Peran TNI, sebuah Upaya
Sosialisasi, Mabes TNI, Jakarta, Edisi IV Hasil Revisi, hal 9; dalam Arif Yulianto,2002;
Hubunga sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran demokrasi; hal.354
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
137
Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran
demokrasi; hal.381
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
138
ibid
139
Ben Anderson; dalam Newsweek edisi April 1999 dalam Arif Yulianto,2002; Hubunga sipil
dan militer di Indonesia Pasca Orba, ditengah pusaran demokrasi; hal.392
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
- 141 -
Hak-Hak Istimewa Militer
140 Anggaran Alutsista 2010-2014 Capai Rp156 Triliun". Investor Daily Indonesia.
30 Januari 2012. dan, "Minimum Essential Force TNI Tahap 2 (2015-2019)".
JakartaGreater.com. 11 September 2013. MEF: Modernisasi Militer Indonesia,
diakses 24 Mei 2015
141
“Anggaran Polri dan TNI Dinilai Tidak Berimbang". dpr.go.id. Dewan
Perwakilan Rakyat. 16 Agustus 2013. Diakses 24 Mei 2015
Angga Sukma Wijaya (16 Agustus 2013). "APBN 2014, Kementerian Pertahanan
142
- 144 - lembaga tinggi Negara DPR dan lembaga tertinggi Negara MPR
tidak sesuai dengan jiwa dan aksara UUD 1945, begitu juga
pembentukan Partai Golkar bukanlah wewenang Presiden tetapi
sesuai dengan UU No.2 1999, yeng berwenang adalah Mahkamah
Agung.
Kesimpulan
Soal-soal:
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
143
Policy Paper RUU Desa, Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD), Juli
2007.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
Rumusan Masalah
144
UU nomor 6 tahun 2014, dalam konsideran menimbang huruf b.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
pejabat-pejabat pemerintah”145
Untuk membuat sebuah kebijakan yang tepat, seorang
pembuat kebijakan juga harus menyadari siapa dan kekuatan apa
yang ada dibalik isu-isu tersebut. Setidaknya ada lima hal yang
mempengaruhi proses pembuatan agenda setting, yaitu: Pertama,
hasrat dari stakeholders yang terlibat. Dalam sebuah kebijakan
sangat dipengaruhi oleh aktif atau tidaknya pemerintah dalam
perumusan agenda kebijakan. Kedua, pengaruh ekologi eksternal,
faktor bagaimana struktur pembentukannya. Ketiga, posisi isu
kebijakan pada eksistensi identitas publik. Dalam sebuah agenda
setting diperlukan pemahaman yang kuat konteks isu yang
dimunculkan. Konteks ini sangat terkait dengan waktu, bobot politis,
kebakuan sikap politik, arti penting bagi organisasi. Keempat,
derajat signifikansi kebijakan pada pelaku kebijakan. Sebuah
pengukuran bagaimana repercussion atau gema permasalahan itu
menjadi keresahan publik. Kelima, mode cara pandang kepentingan.
Ekspresi-ekspresi dari para stakeholders ini menjadi penting untuk
menjadi resources dalam agenda setting. Sebuah pengukuran arus
politik dan pola hubungannya antar stakeholders. Juga ekspresi
partisipasi yang sempat terekam, apakah muncul di permukaan
dengan demo-demo besar atau justru diam-diam yang melibatkan
analisis pakar. 146
145
Giandomenico Majone, dalam Handbook kebijakan public, nusamedia,
2006
146
Santoso, Kebijakan public, Jakarta, 2008, hal 31-34
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
147
ibid
148
Santoso, Kebijakan Publik, Jakarta, 2008, hal 31-34
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
IV. Pembahasan
Agenda Sistemik
Keberagaman
149
Marzali, dalam Santoso, Kebijakan Publik, Jakarta, 2008,
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
150
Koentjraningrat, ed., 1970 dan 1984
151
Dikutip dari Naskah Akademik ‘Rancangan Undang-Undang Tentang Desa’,
2007, yang diedarkan oleh Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan,
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Amanat Reformasi
152
Arie Sujito dan Ranggoaini Jahja, “RUU Desa dan Media Komunitas”,
Kedaulatan Rakyat, 27 Juni 2013. Dalam jurnal mandatory 10 edisi 1, IRE
Jogja.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Demokratisasi
Partisipasi Masyarakat
Agenda Pemerintah
Dinamika Pasal 18 dalam UU Dasar 1945
daya alam. Tetapi hak adat yang sifatnya lebih holistis. Termasuk menyangkut soal
hak beragama. Termasuk juga soal hak-hak hukum beragama. Sebagian besar kami
menghormati dari kawan-kawan aliansi masyarakat nusantara yang merumuskan
istilah kedaulatan masyarakat adat bahwa di dalam wilayah masyarakat adat itu
ada satu kewenangan. Ada satu otonomi bagi di masyarakat adat untuk mengatur
dirinya sendiri yang kita kenal self determination. Bukan artinya mereka menjadi
negara sendiri tetapi ada satu kewenangan yang diakui oleh negara di mana
mereka bisa mengatur wilayahnya dan itu sebenarnya bukan hanya tuntunan dari
orang sini sebenarnya tuntutan dari masyarakat adat sedunia. …” (Mahkamah
Konstitusi, 2010: 1141).
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
156
Namun, secara pribadi anggota Komisi II DPR dari FPPP itu mengatakan istilah
desa sudah tepat untuk digunakan. “Istilah itu sudah umum,” Dalam membahas
RUU Desa, harus dilakukan sejernih mungkin. Pasalnya, regulasi itu nantinya
akan digunakan untuk menyempurnakan berbagai peraturan perundang-
undangan yang ada terkait desa. Seperti UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Pemda). Untuk itu, sangat penting untuk ditelusuri tentang
desa secara komprehensif. Misalnya, seperti apa pengelolaan desa di masa
pemerintahan kolonial Belanda, masa penjajahan Jepang, Orde Lama, Orde
Baru dan reformasi. Ketika reformasi, Muqowam melanjutkan, pengaturan
desa kembali diubah, salah satunya lewat UU Pemda. Walau ditujukan untuk
menyejahterakan daerah, tapi secara umum Muqowam menilai regulasi itu gagal
mencapainya. Muqowam mencatat, beberapa persoalan yang ada di UU Pemda
di antaranya terkait kedudukan dan kewenangan. Oleh karenanya, UU Desa
diharapkan mampu memecah berbagai persoalan yang ada dalam pengaturan
desa. Misalnya, pembangunan desa harus disesuaikan dengan kondisi sumber
daya alam dan manusia yang ada di desa tersebut. Sejalan dengan pembenahan
itu, Muqowam berpendapat, sedikitnya terdapat tiga kunci dalam melakukan
reformasi desa. Pertama, ada penjelasan asal-usul atau pengakuan atas desa dan
adat. Menurutnya, asal-usul itu akan menegaskan apa yang dimaksud dengan
desa dan hubungannya dengan adat, serta memberi dasar yang kuat. Karena, di
Indonesia kondisi desa yang ada di tiap daerah berbeda-beda.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
di desa, maka tiap desa perlu memiliki mekanismenya sendiri dalam - 165 -
diakui dua jenis desa yaitu desa dan desa adat. Pengakuan pada - 167 -
Kesimpulan
158
http://www.forumdesa.org/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=16
159
Dahulu desa itu miskin. Kini, menjadi desa terkaya dan modern. “Mayoritas
penduduk di desa ini memiliki kekayaan setidaknya 100 ribu Euro atau lebih. Desa
ini punya sebuah perusahaan multi sektor industri yang terdaftar di bursa saham.
Para penduduknya pemegang saham dan dibayar seperlima dari keuntungan peru
sahaan,” ungkapnya. DPR tertarik ingin mempelajari pola penataan desa, kewena
ngan yang dimiliki, sistem penyelenggaraan pemerintahan, proses pembangunan,
dan lainnya. Nanti di China DPR RI ingin bertemu parlemen Cina untuk
mengetahui regulasi yang terkait pembangunan desa di Cina. “Kita juga ingin
bertemu Kementerian Dalam Negeri China yang berhubungan dengan tata kelola
pemerintahan desa, kemudian pejabat wilayah yang terkait dengan pemberdayaan
desa,” kata politisi PKB itu.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 169 -
Soal-soal:
- 170 -
BAB
VI
PEMBANGUNAN POLITIK
- 179 -
Soal-soal:
161
Chusnul Mar’iyah dalam Kuliah Perbandingan Politik di Universitas Indonesia. 2015
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
162
Scott Mainwaring, Presidentialism versus parlementariasm, The Democracy Sourcebook,
Robert Dahl, Ian Shapiro, and Antonio Cheibub, ed. Massachusetts Institute of Technology,
2003, hlm.268.
163
Dr.Reiner Adam, Kepala Perwakilan Freidrich Neumann Stiftung Indonesia, dalam seminar
politik Partai Demokrat dengan tema “memeperkuat system pemerintahan Presidensial” di
Hotel Acacia, Jakarta 13 desember 2006.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
164
Meskipun terdapat kritik terutama diajukan oleh Gallup mengenai kurang demokratisnya
system electoral college ini karena dapat menimbulkan swing voters pada Negara bagian
tertentu, tapi para pendukungnya menyatakan electoral college sebagai ciri Negara
federalism AS yang menjamin perlindungan terhadap Negara bagain kecil.
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
165
DPR dan legislative digunakan secara bergantian dengan maksud yang sama yaitu lembaga
perwakilan rakyat, dalam studi perbandingan dengan system Presidensial AS, legislatif yang
dimaksud adalah Kongres yang terdiri dari anggota House dan Senat.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 186 - sehingga dalam Pemiihan langsung DPR dan Presiden, rakyat yang
menentukan pilihannya.
Pada saat yang sama, anggota DPR dan Presiden harus
mampu mengkampanyekan diri mereka agar konstituen (pemilih)
dapat mengenal dan memilihnya. Pada pemilu tersebut, peranan
partai politik tidak lagi dominan untuk menentukan calon anggota
DPR melainkan hanya sebagai alat untuk mendapatkan tempat
segaai calon anggota legislative yang mewakili partai politik
tertentu. Selebihnya, masing-masing calon anggota DPR harus
mengupayakan segala ebergi, materi, jaringan dan kemampuan
untuk mendapatkan dukungan dan suara pemilih. Hanya saja pada
tingkat nasional dalam proses pengambilan keputusan di DPR tidak
boleh berseberangan pendapat dengan kebijakan dan keputusan
partai politik.
Fluktuasi hubungan eksekutif dan legislative dapat terlihat
ketika Presiden SBY menetapkan kebijakan ekonomi seperti
impor beras166 dan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)167.
Desakan dan tuntutan masyarakat yang menolak keras kebijakan
pemerintah tersebut membuat DPR berusaha menggunakan
otoritas dan pengaruhnya untuk mengubah kebijakan Presiden
tersebut. Selama masa pemerintahan SBY dan JK, tidak kurang
11 (sebelas) interpelasi yang diajukan DPR kepada presiden SBY
166
Kebijakan impor beras I dilakukan pada 24 januari 2004 dan yang kedua pada 17 Oktober
2006, DPR mengusulkan interpelasi yang diusung F-PP, FKB, F-PAN, F-PDS, dan
F-PDIP, status usulan ditolak. Koran Republika, Urgensi menyelidik Impor berat; web:
www.arsip.net/id/link.php?lh=Cw1QV1JVB1QH-
167
Idem. Kenaikan harga BBM pada tanggal 17 oktober 2005 yang di usulkan oleh F-PDIP
dan F-KB, hasilnya ditolak, kenaikan BBM pada bulan juni 2008 yang diusulkan oleh
F-PD dan F-PPP, hasilnya juga ditolak.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 187 - dalam berbagai kasus.168 Meskipun SBY dapat meredam konflik itu
dengan strategi yang dihidupkan kembali yaitu mekanisme Rapat
Konsultasi Presiden-Pimpinan DPR sebagai forum penyelesaian
konflik, namun sikap kompromistis Presiden SBY tidak hanya
harus dibayar dengan terbentuknya relasi eksekutif-legislatif yang
cenderung politik-transaksional, tetapi juga berdampak pada tidak
begitu efektifnya pemerintahan hasil pemilihan umum (Pemilu)
2004.169
Sementara itu di Amerika Serikat, tidak adanya keputusan
yang dapat diambil antara Presiden dan Kongres oleh masyarakat
AS disebut sebagai deadlock170. Berbagai perdebatan yang terjadi
antara kongres dan Presiden mengenai satu isu tertentu hanyalah
berupa konflik perdebatan isu dan tidak mengancam kelangsungan
Negara. Hadirnya system Veto bagi Presiden dan 2/3 override
majority di Kongres adalah mekanisme untuk menghindari
deadlock di kongres dan Presiden. Bila presiden tidak mampu
mengangkat isu atau agenda politiknya disetujui oleh Kongres,
maka Presiden hanya perlu menghitung besarnya kekuatan
168
Di antaranya adalah kasus penarikan surat Presiden Megawati tentang penggantian
Panglima TNI 6 november 2005; SK Wapres No 1/2004 tentang Pembentukan timnas
penanganan bencana aceh 19 januari 2005; surat setwapres ttg arahan wapres agar mentri
tidak anggap penting Raker dengan DPR; MoU Helsinki Penyelesaian kasus Aceh Agustus
2005; Kasus busung lapar dan polio 13 september 2005; Kenaikan harga BBM dan Impor
beras; dukungan pemerintah atas Resolusi PBB tentan isu Nuklir Iran, selanjutnya lihat
Disertasi Syamsudin Haris, format baru relasi Presiden-DPR Dalam Demokrasi Presidensil
di Indonesia Pasca Amandemen Konstitusi (2004-2008) Universitas Indonesia, jakarta,
Desember 2008, hlm 11.
169
Syamsudin Haris, Presidensial Cita Rasa Parlementer, Kompas, 28 November 2008 dalam
Komparasi system presidensial; Nurliah Nurdin, 2012.
170
Deadlock dalam pandangan masyarakat AS tidak dianggap sebagai sesuatu yang
berbahaya bagi pemerintahan, karena roda pemerintahan tetap berjalan oleh
Presiden dan Kongres yang tetap bekerjasama menyelenggarakan Pemerintahan.
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 192 - PENUTUP
- 193 -
Soal-soal:
- 194 -
BAB
VIIPENUTUP
7.1 Penutup
Sistem sosial dan politik Indonesia, tidak bisa dilepaskan
dalam konteks pembangunan. Term pembangunan menyatakan
adanya perubahan positif dalam sebuah kondisi masyarakat.
Dalam konteks perubahan sosial, pembangunan diasosiasikan
sebagai perluasan kebebasan manusia dan kehidupan yang layak.
Namun, dalam kenyataannya pembangunan adalah proses yang
penuh ketidakadilan, memicu konflik, memiliki konsekuensi yang
bersilangan, sehingga tidak bisa dijadikan acuan secara universal
(Shanmugaratnam 2001: 263). Ada daerah yang kemudian bisa
mengakumulasikan kapital dengan baik, memiliki kebebasan, tetapi
pada saat yang sama juga ada daerah yang masih dimarjinalkan,
terdapat tekanan dari rezim yang opresif dan konflik internal.
Perdebatan mengenai pembangunan juga disampaikan oleh
Cowen dan Shenton (1996), Seers (1979), dan Sen (1993, 1999).
Poin perdebatannya antara lain mengenai apakah pembangunan
memiliki tujuan? Cowen dan Shenton membagi pembangunan
mendjadi intentional (yang memiliki tujuan) dan immanent
(yang ada/inheren). Cowen dan Shenton (1996) menjelaskan
pembangunan yang memiliki tujuan sebagai tindakan subjektif
melalui kebijakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan,
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 202 - Website
Website
http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia
Amos Perlmutter, The Military and Politics and Modern Times:
On Professionals, Praetorians and Revolutionary Soldiers,
Yale University Press, New Haven dan London, 1977,
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Militer
dan Politik, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2000
Eric A.Nodlinger; Soldiers in Politics, yang dialih bahasa oleh Drs.
Sahal Simamora; Militer dalam Politik; Rineke Cipta cet.2
1994
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Website
http://www.investor.co.id/home/anggaran-alutsista-2010-2014-
capaian-rp-156-triliun/29006
http://jakartagreater.com/minimum-essential-force-tni-
tahap-2-2015-2019/
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
- 206 - http://analisismiliter.com/artikel/part/20/mef_mpdernisasi_
militer_indonesia
http://www.dpr.go.id/id/berita/paripurna/2013/agu/16/6494/
anggaran-polri-dan-tni-dinilai-tidak-berimbang
http://www.tempo.co/read/new/2013/08/16/090504901/apbn-
2014-kemeterian-pertahanan-dapat-anggaran-terbesar
Arie Sujito dan Ranggoaini Jahja, “RUU Desa dan Media
Komunitas”, Kedaulatan Rakyat, 27 Juni 2013. Jurnal
mandatory 10 edisi 1, IRE Jogja.
Giandomenico Majone, dalam Handbook Kebijakan Public,
Nusamedia, 2006
Koentjraningrat, ed., 1970 dan 1984
Naskah Akademik ‘Rancangan Undang-Undang Tentang
Desa’,yang diedarkan oleh Direktorat Pemerintahan Desa dan
Kelurahan, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Departemen Dalam Negeri. 2007,
Policy Paper RUU Desa, Forum Pengembangan Pembaharuan
Desa (FPPD), Juli 2007.
Santoso, Kebijakan public, Jakarta, 2008
UU Nomor 6 tahun 2014
Website
h t t p : / / w w w. f o r u m d e s a . o r g / i n d e x .
php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=16
Rob hague, at.all. Comparative Government and Politics An
Introduction 4th Edition. Macmillan Press Ltd.1998.hlm.203
Chusnul Mar’iyah dalam Kuliah Perbandingan Politik di Universitas
Indonesia. 2015
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
- 208 -
Indeks Arab 47
Arab Spring 48
Ariel Kay Salleh 58
Arif Rahman Hakim 115
Aristoteles 81
A
Arminius Vambery, 61
Abdul Haris Nasution 112 Asia 47
Abdul Rahman bin Auf, 70 Asia American, 46
Abdurrahman Wahid 50 Asid bin Hadhir, 70
ABRI 95
Absolute Idea 84 B
Abu Bakar 69 Badri Yatim 76
Abu Ubaidah 69 baiat tsaqifah 70
Aceh 52 Balkan 63
Adam Malik 121 Bani Abba 75
African American, 46 Bank Dunia 173
Afrika 47 bay’ah 74
Aga Khan 61 B.J Habibie 127
ahl- al-ikhtiyar 73 Blok Barat 95, 102
ahl al-syawkah 74 Blok Kapitalis 95
Ahlul hall wal aqdi 76 Blok Komunis 102
Ahmad Yani. 111 BPUPKI 183
Al-Farabi 73 Bregsma 100
al-hall huwa al-islam 67 budaya birokras 43
al-hall wa al-aqd 74
Ali bin Abi Thalib, 69 C
Al-Ichwan dan As-Salafiah 63
Ali Mufrodi 69, 71 Carole Paterman 46
Al-Khawarij 72 CIA 103
al-khulafa’ al-Rasyidun 72 Civil Society 79
al-Madinah al-Fasiqah 73 civil violence 2
al-Madinah al-jahilah 73 Crevecoeur 44
al-Madinah al-Mutabaddilah 73
Al-Mawardi 73
D
American American 46 Darul Islam 65
Amin Husen Nasution 73 Dedi Supriyadi 71
Amos Perlmutter 132 Demokrasi Terpimpin 93
Amurwani Dwi Lestarininsih 114 deprivation of liberty) 55
Angkatan Kelima 103 Desa 146
anti korupsi. 49 DI/TII 93
Antonio Gramsci 82 Djamaluddin Al Afghani 62
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
G 30 S 95 J
George Lukacs 98
George W. Bush 188 Jendral A.H Nasution 94
Gerakan Karya Rakyat Indonesia John J. Johnson 132
(GAKARI) 119 Joko Widodo 49
GGI (Intergovernmental Group for J.S. Mc Clelland 82
Indonesia) 123 K
Golkar 118
Governmental Agenda 152 Kabinet Gestapu 114
Great Spirit 84 Karen J Warren 58
Karl Marx 96
H Kasus Erwina Sulistyaningsih 52
Hak-hak Minoritas 43 kaum Anshar 69
hak veto 189 kaum Muhajirin 69
harta fai’ 74 kebudayaan kaum homo 43
Hegel 80 Kekerasan terhadap Perempuan (KtP)
Henk Sneevliet 99 51
Hermawan Sulistyo 103 Kelompok Induk Organisasi (KINO)
Sistem Sosial dan Politik Indonesia
U
Uni Soviet 95
Urabi Pasya 64
Utsman bin Affan 70
Utsmani 63
UU No. 6 Tahun 2014 50
V
VSTP. 100
W
Wahabi 63
Will Kymlica 43
Wiranto 127
Y
Yahya Siddik 62
Yusuf Kalla 49
Dr. Ujang Komarudin, M.Si
Buku di tangan pembaca ini, merupakan buku sederhana, yang lahir dari
ucapan dan pikirannya.