SEJARAH PERKEMBANGAN
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH
ADRAYU : 2201010012
MAYLANI : 2201010209
HUSNIYAH : 2201010019
UNIVA MEDAN
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT sehingga
atas ridha-Nya makalah tentang Sejarah perkembangan sosiologi pendidikan dapat
terselesaikan. Tidal lupa sholawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang kelak kita nantikan syafa’at nya di yaumil akhhir
kelak.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita bisa memahami apa yang terjadi dilingkungan sekitar, maka besar
kita peluang untuk dapat mengendalikan perubahan masyarakat. Dalam hal ini,
sosiologi membantu kita meningkatkan kepekaan dalam hal melihat nilai-nilai,
institusi, budaya dan kecendrungan yang ada di masyarakat. Atas dasar pemikiran
seperti itu maka sosiologi pendidikan memberi jalan meningkatkan kepekaan kita
melihat nilai-nilai, institusi, budaya dan kecendrungan yang terjadi di masyarakat dan
dalam dunia pendidikan, termasuk didalamnya membantu melihat pendidikan dan
relasinya dengan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah sosiologi pendidikan?
2. Apa saja tokoh-tokoh sosiologi pendidikan ?
3. Bagaiamana teori-teori sosiologi pendidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan sejarah sosiologi pendidikan.
2. Untuk memberitauhkan took-tokoh sosiologi pendidikan.
3. Untuk menjelaskan teori-teori sosiologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah sosiologi berasal dari kata “socious” dan “logos”. Socious berasal dari
bahasa Latin yang artinya “teman”, sedangkan logos berasal dari bahasa Yunani yang
artinya “kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi adalah ilmu yang berbicara tentang
masyarakat. Bagi Comte, sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan yang
mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan
antarmanusia yang menguasai kehidupan.
Istilah sosiologi menjadi lebih populer setengah abad kemudian berkat jasa
Herbert Spencer (1820-1830)—ilmuwan Inggris yang menulis buku berjudul
Principles of Sociology (1876). Ia mengemukakan bahwa kunci memahami gejala
sosial atau gejala alamiah itu adalah hukum evolusi universal. Gejala fisik, biologis,
dan sosial itu semuanya tunduk pada hukum dasar tersebut. Kemudian prinsip-prinsip
evoulusi tersebut juga diperluas dari tingkat biologis ke sosial sehingga semboyan
survival of the fittest dalam Darwinisme Sosial itu-pun sebenarnya dari Spencer.
Spencer menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan
mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa
puluh tahun kemudian.
1
Maksum, Ali. "Sosiologi pendidikan." Malang: Madani (2016).
2
Prinada, Yuda. “Mengenal sosiologi Pendidikan”. Tirto.id Pendidikan (2021)
C. Teori-teori sosiologi pendidikan
Menurut Zeitlin (1995; 3), pendapat yang dikembangkan pendekatan ini yaitu
disetiap susunan hubungan membantu atas suatu integrasi dan adaptasi struktur yang
ditetapkan. Eksistensi atau kelangsungan cara atau pola yang sudah ada digambarkan
melalui konsekuensi konsekuensi atau akibat-akibat yang keduanya dirasa penting
dan berguna atas permasalahan masyarakat.4
Pada teori struktural fungsional, ada dua macam sudut pandang utama tentang
sistem sosial. Pertama, sudut pandangan institusional atau kultural. Dalam sudut
pandang ini, komponen dasarnya meliputi aturan-aturan, keyakinan-keyakinan dan
nilai-nilai yang merubah tindakan sosial. Dalam sudut pandang ini, sistem sosial
adalah susunan institusional, yang terdapat dari seperangkat model kultural dan
normatif yang mengartikan keinginan seseorang dari perilakunya (Haryanto, 2016;
27).
2. Teori simbolik
3
Haryanto, S. (2016). Spektrum teori sosial dari klasik hingga postmodern. Jogjakarta.
ArRuzz Media
4
Zeitlin, I.M. (1995). Memahami kembali sosiologi: kritik terhadap sosiologi kontemporer.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Pada awal abad 20 di Universitas Chicago Amerika Serikat teori, simbolik ini
pertama kali berkembang. Tokoh utamanya berasal dari berbagai universitas di luar
Chicago (Haryanto, 2016; 67). Salah satu teori yang memiliki akar pemikiran yang
beragam adalah teori simbolik. Lahirnya teori ini banyak karya filsuf dan pemikir
ternama yang mengilhaminya. Respon terhadap dominasi teori struktural fungsional
yang telah mendominasi sosiologi selama lebih dari satu abad yang menyebabkan
lahirnya teori simbolik ini. Untuk memecahkan persoalan klasik teori struktural
fungsional, teori simbolik tidak mampu, tetapi tetap menjadi masalah, yaitu seperti
apa untuk memahami pikiran orang lain. Masalah-masalah tersebutlah yang
mendasari subject matter sosiologi menurut teori ini. George Herbert Mead adalah
salah satu tokoh dalam teori ini yang berkeinginan melakukan penelitian tentang
kepribadian seseorang dan pengalaman-pengalaman sosial. Mead memiliki maksud
memahami bagaimana kekuatan komunikasi dengan simbol-simbol terhadap
seseorang dan bagaimana hal itu bisa membuat matang dari pribadi seseorang
(Haryanto, 2016; 69).
Dalam tradisi sosiologi teori simbolik merupakan teori yang muncul sebagai reaksi
terhadap teori-teori struktural fungsionalisme yang menafikan otoritas dan otonomi
seseorang dalam posisinya di masyarakat dan juga teori yang bersifat mikro. Dalam
pandangan teori simbolik, apa yang disebut sebagai “budaya manusia,” “realitas”
maupun “kebenaran,” adalah hasil atau ciptaan dari hubungan seseorang dengan
orang lain. Jalinan yang kompleks mendefenisikan situasi ketika dia berinteraksi pada
waktu itu dan juga tempat masing-masing individu mendefinisikan dirinya. Hal
terpenting teori simbolik adalah menilai antar sesama masyarakat menciptakan ilmu
yang ia dapatkan melalui hubungan-hubungan yang ia peroleh dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Dari kaca mata teori simbolik, seseorang berbuat kepada orang
lain bersumber dari manfaat yang diperoleh dari seseorang tersebut. Hikmah tersebut
berasal dan mendapatkan perubahan saat cara berhubungan sosial berlangsung
dengan penggunaan simbol-simbol pada saat berkomunikasi dengan yang lain. Teori
ini mendasarkan pada pendapat bahwa kesanggupan seseorang dalam menilai dirinya
yang ia jadikan sebagai dasar memungkinkan mereka berkomunikasi dengan
pengguaan simbol-simbol. Pada saat berhubungan sosial, hal terpentingnya adalah
simbol,melalui penggunaan simbol, orang bisa komunikasi baik dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang lain. Hal yang paling bermakna dalam komunikasi
adalah penggunaan simbol (significant symbol)dalam interaksi sosial bahasa. Bahasa
dalam pembahasan ini adalah bahasa isyarat (gesture) maupun verbal. Seseorang
dituntut mengembangkan simbol dalam interaksi dan tidak hanya dituntut sekedar
menggunakan simbol. Teori interaksi simbolik mengklaim bahwa tidak mungkin
terbentuk budaya manusia dan pengalaman tanpa sistem simbol. Bahasa adalah alat
yang paling utama wadah untuk manusia saling mempertukarkan makna simboliknya
(Haryanto, 2016; 74-76 ).
3. Teori konflik
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an teori konflik berkembang pertama kali.
Teori konflik berkembang berkat peran sejumlah teoretikus dan tempat awal mulanya
adalah di daratan Eropa dan kemudian meyeberang ke Amerika (Haryanto, 2016; 39).
4. Teori pertukaran
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam penulisan dan presentasi tugas ini, tidak menutup kemungkinan jauh
sekali dari kesempurnaan, baik dari metodologi, bahasan, dan penguasaan materi.
Maka dari itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik, baik secara teguran
langsung maupun tertulis kepada kami, agar dapat dijadikan sebagai introspeksi dan
perbaikan dalam mengerjakan tugas dan kelompok selanjutnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, S. (2016). Spektrum teori sosial dari klasik hingga postmodern. Jogjakarta.
ArRuzz Media