Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dea Margareta

Nim 203020302097
Prodi/Kelas : Manajemen/C
Mata Kuliah : Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi
Dosen : Meylinda Sukmani, S.S., MM

“Rangkuman Bab III Efisiensi Koperasi”


1. Pendahuluan
Menunjuk pidato kenegaraan Presiden Soeharto saat mengantarkan RAPBN 1986-1987
tanggal 7 Januari 1986 yang menyatakan bahwa jurus baru dalam rangka memelihara momentum
pembangunan nasional adalah Seruan agar kita bersama-sama menjalankan gerakan peningkatan
efisiensi. Gerakan peningkatan efisiens ini dipandang sebagai suatu kebutuhan mendesak
didorong oleh masa sulit yang sedang terjadi pada saat itu. Seruan ini mengandung bahwa gerak
Efisiensi Nasional tidak hanya dilakukan dalam suasana Keterbatasan dana seperti yang dimiliki
saat itu tetapi harus dilanjutkan dan ditingkatkan.
Pada tahun 1992 Thoby Mutis mensinyalir bahwa kontribusi koperasi terhadap Produk
Domestik Bruto berkisar antara 3% sampai 5% dan hal ini diperkirakan masih tetap berlangsung
untuk beberapa tahun yang akan datang. Bahkan menurut Ropke(1992) kontribusi tersebut masih
lebih rendah daripada itu yaitu kurang dari 3% pertahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
daya minat masyarakat terhadap koperasirendah dibanding dengan perusahaan non koperasi.
Banyak orang yang beranggapan bahwa usaha sendiri atau non koperasi lebih baik dibandingkan
dengan koperasi.
Apabila melihat perkembangan sejarah koperasi di dunia sekitar tahun 70-an, koperasi
memang telah mendapat kritik yang tajam sebagai organisasi yang bekerja tidak efisien karena
tidak mengarah pada pemenuhan kebutuhan anggota, manajementidak mampu, terjadi banyak
korupsi dan nepotisme (Hanel, 1986). Namun perkembangan perkembangan sejarah sejarah juga
membuktikan membuktikan beberapa beberapa negara telah mencapai mencapai kemajuan
kemajuan dalam pengembangan koperasi, salah satunya yaitu Costa Rica. Pada tahun 1975
kontribusi koperasi terhadap PDB hanya 3% kemudian pada tahun 1985 telah berkembang
menjadi menjadi 11% dan sekitar sekitar tahun 1992 telah menjadi menjadi sekitar sekitar 15%
(ThobyMutis, 1992).
Sampai saat ini banyak yang menganggap koperasi adalah usaha lah usaha yang tidak
efisien yang tidak efisien sehingga kalah bersaing dengan organisasi non koperasi tetapi tidak
sedikit juga yang menganggap bahwa koperasi dapat diusahakan secara efisien seperti halnya
organisasi usaha lain perbedaan anggapan ini disebabkan koperasi konsepsi dasar teori
yang berbeda dalam pendudu berbeda dalam pendudukan koperasi sebagai badan us kan
koperasi sebagai badan usaha.
Ada tiga pengertian dasar yang digunakan untuk mengartikan koperasi yaitu pengertian
normatif legalitas dan positifis. Secara normatif koperasi dipandang sebagai suatu semangat
dalam memberikan petunjuk-petunjuk keputusan secara kooperatif yang sebenarnya dapat
dilakukan oleh badan usaha manapun. Secara legalitas, koperasi adalah suatu Badan usaha yang
Memiliki status Hukum sesuai dengan yang diatur dalam Undang-un diatur dalam Undang-
undang No. 25 Tahun 19 dang No. 25 Tahun 1992 (Undang-un (Undang-undang Perkoperasian).
dang Perkoperasian). Sedangkan dari sudut positifis, koperasi merupakan suatu peluang dalam
menginterpretasikan pemikiran-pemikiran normatif ke dalam kriteria-kriteria positif sehingga
dapat diuji secara empiris tanpa memandang badan hukumnya terlebih dahulu. Pemikiran
positifis ini sangat dahulu. Pemikiran positifis ini sangat diperlukan u diperlukan untuk
mengetahui kebijakan apa yang ntuk mengetahui kebijakan apa yang tepat dalam
mengembangkan koperasi artinya setiap kebijakan koperasi harus didasarkan pada konsep
pemikiran teoritis dan bukan dilakukan secara coba-coba.

Koperasi sebagai badan usaha tidak usaha tidak terlepas dari kaidah-kaidah perusahaan,
termasuk prinsip-prinsip ekonomi yang dikembangkan dalam teori ekonomi mikro. Koperasi
adalah organisasi yang dibentuk untuk menjalankan usaha hanya metodeorganisasional nya
berbeda dengan badan usaha nonkoperasi perbedaan yangdisepakati adalah pada koperasi
dikembangkan prinsip identitas di mana anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai
pelanggan sedangkan pada badan usahanonkoperasi anggota dapat saja sebagai pemilih tapi ia
bukan sebagai pelanggan perbedaan perbedaan lain yang sering digunakan digunakan adalah
prinsip prinsip One Man One vote dan Patronage Patronage refunds refunds. One Man One
vote dapat diartikan sebagai hak suara yangdiberikan tidak memandang besarnya modal yang
diinvestasikan kepada koperasi, Sedangkan patronage refunds diartikan sebagai pembagian sisa
hasil usaha didasarkan atas jasa-jasa yang diberikan anggota kepada koperasi. Mengingat
koperasi adalah badan usaha yang berbeda dengan badan usaha milik kapitalis maka pengukuran
efisiensi koperasi harus dibedakan dengan perusahaan kapitalis perusahaan kapitalis yang
berorientasi kepada perolehan keuntungan yang besar sangat tepat apabila apabila mengukur
mengukur efisiensi efisiensi berdasarkan berdasarkan keuntungan keuntungan yang
diperbandingkan dengan besarnya uang yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut. Koperasi yang berorientasi pada upaya memaksimalkan pelayanan kepada anggotanya
sudah barang tentu tidaklah tepat jika hanya menggunakan criteria keuntungan untuk mengukur
efisiensi koperasi, tetapi lebih tepat bila memadukan keuntungan yang diperoleh koperasi dengan
efek koperasi tersebut kepada anggotanya.

2. Model Maksimisasi Keuntungan


Pada teori ekonomi mikro dikenal konsepsi ekonomi pasar yang menyatakan bahwa
kelangsungan hidup perusahaan dalam persaingan akan ter akan tergantung pada kemampuan
kemampuan perusahaan dalam menggunakan prinsip-prinsip efisiensi. Prinsip-prinsip efisiensi
pada pasar persaingan Oligopoli dan Monopoli keuntungan maksimum dapat dicapai dengan
menentukan harga pada saat Marginal revenue sama dengan Marginalcost (MR=MC). Pada pasar
monopoli tentu saja akan menghasilkan outputkeseimbangan yang lebih baik dibanding dengan
pasar yang bersaing secarasempurna bila masyarakat dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan alokasioutput perbedaan Ini menghasilkan tingkat efisiensi sosial atau pencapaian
kepuasansosial yang berbeda diantara masing-masing jenis pasar. Pada pasar
persaingansempurna akan dicapai output berupa kepuasan sosial yang lebih tinggi disbanding
dengan jenis pasar lainnya Hal ini berarti kesejahteraan masyarakat lebih besar dalamkeadaan
pasar persaingan dibandingkan dengan jenis pasar lainnya. Konsepsi keuntungan maksimum
sebenarnya merupakan konsep maksimisasitanpa kendala artinya perusahaan tersebut ingin
mencapai keuntungan maksimum tanpa kendala tertentu bagi koperasi akan lebih tepat jika
menggunakan konsep keuntungan maksimum berkala karena koperasi merupakan organisasi
yang mengakui adanya kendala-kendala efisiensi. Bila semua keputusan rapat anggota dapat
dijabarkan secara jelas maka Kendal itu dapat dengan mudah diintrodusir baik melalui model
kuantitatif maupun kualitatif dalam pencapaian keuntungan maksimum dengankata lain prinsip
keuntungan maksimum masih bisa dijalankan secara kooperatif.
3. Jenis dan Efisiensi Koperasi
Pada dasarnya koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dengan bentuk badan usaha
lain artinya boleh dikatakan koperasi boleh bekerja secara tidak efisien untuk mencapai tujuan
organisasi sebagai kumpulan orang pada koperasi tingkat efisiesi juga harus dilihat dilihat secara
berimbang dengan tingkat tingkat efektivitasnya efektivitasnya sebab biaya pelayanan yang
tinggi bagi anggota diimbangi dengan keuntungan untuk memperoleh pelayanan setempat yang
lebih baik dalam hal ini harus melihat koperasi sebagai satu kesatuan organisasi dan perusahaan.
Sebagai lembaga ekonomi koperasi akan mengalami proses pertumbuhan padaawalnya adalah
unit usaha kecil yang dikelola dengan modal terbatas oleh anggota-anggotanya kemudian
koperasi berkembang menjadi lebih besar dan terus makin besar pada tahap perkembangan
perkembangan Ini masalah masalah efisiensi kelembagaan tidak dapat dilepaskan sebab menurut
sejarah pertumbuhan koperasi di dunia efisiensi kelembagaan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan usaha. Secara umum efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan
input atau dalam rumus efisiensi sama dengan output dibagi input. Kunci utama efisiensi
koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya koperasi yang dapat menekan biaya
sere biaya serendah mungkin tetapi anggota anggota tidak memperoleh pe memperoleh
pelayanan layanan yang ba yang baik dapat ik dapat dikatakan usahanya tidak efisien di samping
tidak memiliki tingkat efektivitas yang tinggi sebab dampak kooperatif nya tidak dirasakan
anggota.
Efisiensi koperasi juga bisa dilihat dari konsep peranan koperasi dalam pemerataan yang
dilaksanakan lewat koperasi adalah proses pemerataan yang mengandung unsur pertumbuhan
dalam arti bahwa melalui koperasi para anggota mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk
tumbuh dan meningkatkan kemampuan ekonominya.
Menurut Hanel (1988), efisiensi ekonomi usaha koperasi dapat diukur
dengan mempergunakan ukuran :

a. Efisiensi dalam operasional usaha yang terlihat dari validitas keuangan atau

financial feasibility dan keragaan wirakoperasi enterpreneurship

performance.

b. Efisiensi yang dihubungkan dengan pengembangan

c. Efisiensi yang dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan anggota.


Thoby mutis 1992 menunjukkan 5 lingkup efisiensi koperasi diantaranya: lingkup efisiensi
koperasi diantaranya:
a. Efisiensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari excess
cost (ekses biaya) dengan actual cost (biaya yang sebenarnya).
b. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumber.daya dan dana dari semua komponen koperasi.
c. Efisiensi ekstern menunjukkan Bagaimana efisiensi pada lembaga dan
perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di dalam
koperasi
d. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat
optimasi karena ada perubahan teknologi yang dipakai
e. Efisien sering dengan pemanfaatan sumber dan Dana secara tepat karena tidak
menimbulkan biaya atau beban sosial.
Rasio-rasio yang menggambarkan efisiensi usaha lebih lengkap dijelaskan oleh Bambang
Riyanto 1995 sebagai berikut:
a. Tingkat perputaran aktiva atau modal usaha untuk mengetahui efisiensi perusahaa ngetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu
periode tertentu.
b. Profit margin untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba
usaha yang melekat pada penjualan.

c. Rentabilitas Modal sendiri untuk mengukur efisiensi penggunaan Modal sendiri yang dimiliki
perusahaan.

Pengukuran efisiensi berdasarkan kriteria di atas akan sangat cocok


untuk perusahaan perusahaan kapal kopi berorientasi Laba. Pada koperasi koperasi yang
berorientasi nonprofit sudah tentu tidak akan cocok. Oleh karena itu harus diubah sebagai
berikut:
a. Tingkat Perputaran Modal Usaha
Tingkat perputaran modal usaha digunakan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan
melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu semakin tinggi
tingkat perubahan modal usaha semakin tinggi efisien dalam penggunaan modal usahanya karena
setiap kali modal usaha berputar berputar akan menghasilkan aliran pendapatan bagi perusahaan
atau koperasi.

Tingkat perputaran modal usaha dicari dengan rumus PPM sama dengan penjualan bersih dibagi
dibagi modal usaha.
a. Profit Margin
Profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales dalam persen
profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar
kecilnya laba usaha yang melekat pada penjualan semakin tinggi profit margin semakin efisien
perusahaan tersebut dalam kegiatan penjualan.
b. Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal usaha yang
dimiliki menghasilkan.
c. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal usaha yang
dimiliki menghasilkan laba usaha sebelum pajak. Rentabilitas ekonomi mengukur efisiensi
penggunaan modal usaha yan mengukur efisiensi penggunaan modal usaha yang dimiliki
koperasi.
d. Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak.

Adapun efisiensi modal kerja pada koperasi diukur dengan:


a. Tingkat Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan keadaan berputar berputar selama perusahaan perusahaan
dalam keadaan keadaan usaha. Periode perputaran dimulai saat dimana kas diinvestasikan
komponen-komponen modal kerja sampai saat modal kerja kembali lagi menjadi menjadi kas.

b. Return on Working Capital


Return on Working Capital atau rasio laba usaha dengan modal kerja mengukur efisiensi modal
kerja dengan melihat besarnya kemampuan modal kerja dalam menghasilkan laba usaha semakin
besar rasio berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan modal kerjanya. Oleh karena itu
untuk mencapai mencapai efisiensi efisiensi koperasi koperasi seharusnya seharusnya dalam
kegiatan kegiatan operasional perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Ditetapkan metode-metode administrasi dan manajemen perusahaan bisnis.

b. Penetapan kebijakan oleh para anggota atau wakil yang dipilih.

c. Manager diserahkan terampil dan bekerja penuh sehari dan dengan menerima gaji.

d. Pekerjaan dilakukan oleh staf yang terdidik dan terlatih.

e. Tersedianya alat pembiayaan dan dana yang cukup.

f. Transaksi dengan bukan anggota Sebagai tambahan jika diperlukan.

4. Efisien Koperasi yang Efisien Koperasi yang Terintegr Terintegrasi


Pada pasal 14 UU Nomor 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk
keperluan pengembangan pengembangan dan atau efisiensi efisiensi usaha suatu koperasi atau
lebih dapat menggabungkan diri menjadi satu dengan koperasi lain atau bersama koperasi lain
meleburkan diri dan membentuk Koperasi Baru dalam pasal memberi Isyarat dalam
mengembangkan koperasi yaitu kebutuhan dan efisiensi. Oleh karena itu pengurus pengurus
Perlu menghayati struktur organisasi selain memiliki keterampilan dalam mengendalikan sumber
daya manusia. Struktur organisasi yang tepat dan efisien mendorong tujuan organisasi menjadi
mudah dicapai. Struktur organisasi akan semakin kompleks apabila pengembangan koperasi
diarahkan pada integrasi vertikal artinya koperasi dapat membentuk pemusatan dari
primer primer menjadi menjadi sekunder sekunder atau dari sekunder sekunder menjadi menjadi
tersier. tersier. Tujuan utama integrasi integrasi vertikal adalah untuk meningkatkan efisiensi
dengan wilayah yang lebih luas.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari adanya integrasi vertikal sebagai berikut:
a. Economies of scale
Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi memungkinkan penghematan biaya pemasaran
pemasaran masing-masing anggota penurunan harga beli dan biaya biaya pembelian sehingga
biaya persatuan masing-masing anggota bisa menurun.
b. Manfaat external economies
Efisiensi pada sasaran ini dijabarkan dalam bentuk penyediaan informasi harga pusat pengolahan
bersama atau penyediaan sarana produksi produksi yang lebih mudah diperoleh jika dilakukan
bersama-sama dalam rangka meningkatkan produktivitas anggota, konsolidasi manajemen dan
lain-lain.
c. Manfaat non ekonomi
Dalam hal ini salah satu contoh manfaat non ekonomi adalah peningkatan Keterampilan,
peningkatan tanggung jawab sosial dan dan lain-lain.
d. Reduksi biaya transaksi
Reduksi biaya transaksi yaitu biaya-biaya lain yang timbul di luar biaya produksi yang
berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit seperti biaya informasi, biaya monitoring,
biaya kontrak dan lain-lain.
e. Mengurangi resiko ketidakpastian
Ketidakpastian muncul karena ada hubungan kepemilikan antara pemilik input dan
pengguna pengguna input tersebut akibatnya pemilik input masih belum pasti dalam menyuplai
inputnya sebab penawaran input akan sangat tergantung pada permintaan permintaan input
tersebut,ketidakpastian ini akan terkurangi jika para pemilik pemilik input juga memiliki
perusahaan pengguna input tersebut baru integrasi vertikal.

Anda mungkin juga menyukai