Anda di halaman 1dari 18

KOPERASI DALAM ANALISIS KOMPARATIF

Disusun Oleh :

1. Ella Ramadhanti (2262201073)


2. Dela Febri Rinjani (2262201036)
3. Ghaniiy Al Hamiid (2262201074)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hida
yah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Koperasi Dalam Analisis
Komparatif”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut m
emberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal ji
ka tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusu
nan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rend
ah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga i
nspirasi untuk pembaca.

                                                                                Bengkulu, 05 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….....

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..

A. Hubungan Koperasi dengan Bisnis Anggota…………………………………………...


B. Keunggulan Koperasi Dibandingkan dengan Badan Usaha Lainnya………………...
C. Kekurangan Koperasi Dibandingkan dengan Badan Usaha Lainnya………………..
D. Kerja Sama Koperasi…………………………………………………………………….
E. Partisipasi dalam Koperasi ……………………………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilihat dari era globalisasi masyarakat Indonesia sekarang inisudah
berusaha untuk meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
belum dicapai. Koperasi merupakan badan usaha untukmembangun perekonomian
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan yangsudah ada terdapat dalam UU No.25 Tahun
1992. Sudah kita ketahui bahwa koperasi itu bukanlah badan usaha yang berupa kumpulan
modal. Koperasi adalah suatu badan usaha yang unik karena dimiliki oleh banyaknya
individu.
Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok
dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran yang sering dikemukakan oleh
Muhammad Hatta, atau sering disebut juga perumus pasal tersebut. Koperasi juga sebagai
suatu sistem ekonomi, yang mempunyaik kedudukan-kedudukan yang cukup kuat karena
memiliki dasar konstitusional. Pada penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan bahwa
sistem ekonomi Indonesia di dasarkan pada asas-asas Demokrasi Ekonomi di mana produksi
yang dilakukan oleh semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.
Manajemen koperasi tidak sepenuhnya mengejar keuntungan akan tetapi pada
koperasi didasari dengan pelayanan. Di Indonesia sendiri bahwa tujuan koperasi adalah untuk
mensejahterakan rakyatnya untuk secara umum. Tapi, pada saat ini masih banyak orang yang
kurang memahami pentingnya peran sebuah koperasi yang sebagai salah satu unsur
perekonomian di Indonesia. Tetapi, koperasi juga mempunyai andil yang sangat cukup
besar karena sebagai pembentukan produksi nasional, perluasan lapangan pekerjaanatau
usaha, serta peningkatan pemerataan pendapatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan koperasi dengan bisnis anggota?
2. Apa saja keunggulan koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya?
3. Apa saja kekurangan koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya?
4. Apa saja kerjasama dalam usaha koperasi?
5. Bagaimana partisipasi dalam koperasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan koperasi dengan bisnis anggota.
2. Untuk mengetahui keunggulan koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya.
3. Untuk mengetahui kekurangan koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya.
4. Untuk mengetahui kerjasama dalam usaha koperasi.
5. Untuk mengetahui partisipasi dalam koperasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Koperasi dengan Bisnis Anggota

Salah satu karakteristik organisasi koperasi adalah anggota koperasi adalah pemilik (own
er ) dan sekaligus sebagai pengguna/pelanggan (User) bagi koperasi itu sendiri. Sehingga perlu a
danya wadah untuk mengakomodasi, mengorganisasikan, dan memfasilitasi anggota. Dan KWS
G merealisasikannya melalui Unit Hubungan Keanggotaan yang tugas utamanya adalah pelayana
n anggota.

Guna meningkatkan pelayanan yang lebih kepada anggota, Unit Hubungan Keanggotaan
sejak tahun 2013 telah melakukan terobosan pelayanan sebagai berikut :

1. Mengembangkan sistem aplikasi kartu “SIPINTAR” yang merupakan kependekan dari Si


mpan, Pinjam dan Tarik. Melalui Kartu Si Pintar ini, Perolehan SHU, Simpanan maupun
transaksi belanja dapat dilakukan via kartu tersebut.
2. Melakukan Migrasi sistem aplikasi Simpan Pinjam berbasis aplikasi PHP
3. Pengembangan sistem aplikasi aktivitas anggota melalui sms ‘PUSAKA”,kependekan dar
i sms Pusat Aktivitas Anggota berisi informasi jumlah SHU yang diterima anggota, juml
ah simpanan dan pinjaman aggota juga aktivitas belanja anggota di lini bisnis KWSG.

Selain fungsinya sebagai pelayanan anggota, Unit Hubungan Keanggotaan KWSG juga
menyelenggarakan pendidikan anggota setiap tahunnya. Pendidikan anggota koperasi merupakan
hal yang penting dalam pembinaan dan pengembangan koperasi karena keberhasilan atau kegaga
lan koperasi banyak tergantung pada tingkat pendidikan dan partisipasi anggota. Agar partisipasi
memberikan dampak yang positif, maka keterlibatan anggota dalam kegiatan usaha koperasi haru
s dapat diwujudkan, hal ini juga merupakan peran serta anggota dalam struktur organisasi. Oleh
karena itu, pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan bekal yang memadai kepada anggot
a, agar anggota dapat berperan secara aktif dan dinamis.

Dalam banyak kasus di tanah air, hubungan bisnis anggota koperasi dengan koperasi sang
at jarang terjadi. Ini dikarenakan hubungan yang dibangun adalah hubungan yang lebih minitikbe
ratkan kepada hubungan anggota sebagai konsumen, sedangkan hubungan anggota sebagai pemil
ik atau produsen sangat jarang terjadi.

Kondisi koperasi di tanah air secara umum berbeda dengan kondisi koperasi di mancaneg
ara. Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat koperasi yang menjadi besar sebagian sebuah geraka
n ekonomi rakyat, tetapi kenyataan menunjukan bahwa kebanyakan koperasi besar di Indonesia
bernaung di bawah instansi pemerintahan ataupun BUMN, seperti koperasi AD, koperasi AU, ko
perasi semen, dan sebagainya.
Hubungan koperasi dengan bisnis para anggotanya harus di lihat dari sudut pandang bah
wa anggota adalah pemilik sumber daya ekonomi menginvestasikan sumber ekonomi mereka me
lalui suatu wadah ekonomi, yaitu koperasi. Ini artinya, anggota adalah pemilik saham koperasi (ji
ka di lihat dari sisi kopitalisme). Jika anggota tidak memperoleh mafaat yang maksimal melalui k
operasi, anggota akan meninggkatkan koperasi dan beralih kepada system yang lebih mengutama
kan. Untuk itu, berbagai keunggulan komportif, termasuk anggota sebagsi konsumen, harus dima
nfaatkan sedemikian rupa dalam artian positif.

B. Keunggulan Koperasi Dibandingkan dengan Badan Usaha Lainnya


Hannel (1995) mengemukakan bahwa perbedaan karakteristik badan usaha koperasi ji
ka dibandingan dengan badan usaha lain bukan koperasi, adalah bahwa anggota koperasi adal
ah pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan koperasi (members dual identity); jika karakteris
tik koperasi disandingkan dengan ICIS (1995), bahwa kedudukan anggota pada koperasi buk
an hanya dual identity, namun menjadi quadro identity, karena kedudukan anggota selain me
njadi pemilik dan pelanggan koperasi, anggota juga melakukan pengarahan dan pengawasan
pada koperasi.
Dibandingkan dengan usaha lain, koperasi relatif memiliki keunggulan yang melekat
pada jati diri koperasi. Beberapa keunggulan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Skala Ekonomi (economic of scale) dimaknai sebagai suatu tingkatan efisiensi ya
ng tinggi karena kegiatan produksi perusahaan koperasi mendekati atau mencapai kapasitas
maksimal. Dengan maksimalnya kapasitas produksi, harga pokok produksi (HPP) akan menu
run. Koperasi yang berada pada kondisi economic of scale mampu mengintervensi pasar. Ini
dikarenakan pesaing akan dihadapkan pada suatu dilema apabila memaksakan diri untuk mas
uk ke dalam suatu produksi, produk mereka akan berada pada posisi biaya yang tidak mengu
ntungkan (cost disadvantage). Ini dikarenakan jika kegiatan produksi berada pada kapasitas
maksimalnya, dikhawatirkan pasar belum siap untuk menyerap produk yang ditawarkan prod
usen. Akan tetapi, jika kapasitas produksi tidak maksimal, dapat dipastikan HPP unit produks
i tinggi atau dengan koto lain, harga produk menjadi mahal Jika ini terjadi, produk tidak akan
mampu bersaing di pasar.
2. Daya tawar (bargaining position) didapatkan koperasi jika anggota koperasi yang
berprofesi sama mampu menyatukan diri dalam berbagai kegiatan. Misalnya, pengusaha tahu
dan tempe bersatu dalam wadah koperasi dengan harapan mereka dapat meningkatkan bargai
ning position, baik dalam membeli bahan baku maupun intervensi pasar.
3. Daya saing (competitions) diperoleh karena koperasi berada pada skala ekonomi y
ang ekonomis, yaitu mampu memproduksi produk secara optimal sehingga HPP rendah, di sa
mping juga memiliki daya tawar secara komparatif. Dengan kondisi tersebut, koperasi memil
iki kemampuan kompetitif yang lebih tinggi di pasar sehingga tercipta keseimbangan baru di
pasar.
4. Inter-linkage market adalah hubungan transaksi antarpelaku ekonomi di pasar. Dal
am konteks ini, perusahaan koperasi dapat menciptakan kerja sama yang saling menguntungk
an bagi para pelaku ekonomi, yaitu antaranggota koperasi. Inter-linkage market adalah keterk
aitan pasar yang terjadi karena adanya hubungan antara pembelian dan penjualan. Koperasi p
roduksi terkait dengan koperasi penjualan, koperasi pembelian, dan koperasi kredit. Koperasi
memberikan pinjaman kepada koperasi produksi dan produsen menjual produknya melalui k
operasi penjualan Hasil penjualan koperasi dapat berhubungan dengan pembeli (koperasi pe
mbelian) dalam hal pengadaan input dan membayar utang kepada koperasi kredit. Dalam kon
teks inter-linkage market, koperasi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan perusahaan
non-koperasi karena koperasi terhindar dari sistem ijon dan rentenir. Bila hubungan itu terjad
i antar pedagang atau antar koperasi dan pedagang, motif pencarian profit menjadi tujuan uta
ma. Akan tetapi, jika hubungan yang terjadi adalah hubungan antarkoperasi, motif utamanya
bukanlah pencarian profit. Hal ini memungkinkan koperasi untuk melaksanakan transaksi ant
arkoperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah.
5. Partisipasi (participation) didapat dari prinsip anggota sebagai pemilik yang sekal
igus sebagai pelanggan. Dengan prinsip ini, seorang anggota koperasi sudah seharusnya mem
biayai koperasi miliknya dengan memberikan kontribusi keuangan dalam bentuk simpanan p
okok, simpanan wajib, simpanan sukarela, dan (bila perlu) melalui usaha pribadinya.
6. Biaya transaksi (transaction cost) adalah biaya-biaya lain di luar biaya produksi y
ang dapat diminimalkan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat kontrol antaranggota kope
rasi, terutama kontrol anggota terhadap pengurus dan manajemen sehingga berbagai biaya da
pat ditekan. Di samping itu, singkatnya rantai pemasaran jugo berakibat kepada semakin keci
lnya biaya distribusi suatu produk. Hal ini dapat dilakukan karena koperasi mampu memeran
kan dua peran sekaligus dalam saluran distribusi, yaitu sebagai pengecer dan agen atau grosir
Selain itu, hubungan yang dapat dilakukan secara langsung antaranggota koperasi juga memi
nimalkan biaya karena berbagai kepentingan dapat langsung dipenuhi dengan cara saling me
mberikan informasi tentang berbagai hal yang menyangkut kepentingan kepentingan bisnis p
ara anggota.
7. Ketidakpastian (uncertainty) merupakan situasi terdapatnya penjual dan pembeli
yang jelas sebagai kekuatan komparatif yang dimiliki koperasi. Dengan kondisi ini, maka ket
idakpastian pasar dapat dipersempit. Asumsi ini dapat terwujud jika koperasi betul- betul me
njadikan anggotanya sebagai kekuatan utama sebagaimana jati diri koperasi, yaitu berwatak s
osial dan berwatak ekonomi.
Tujuh keunggulan koperasi diatas dapat dimanfaatkan koperasi dalam persaingan pas
ar untuk mampu memberikan manfaat yang lebih besar bagi para anggotanya. Untuk itu, kop
erasi harus beroperasi sebagaimana seharusnya ia beroperasi, terutama dengan peran koperasi
sebagai gerakan ekonomi dan sebagai badan usaha. Jika tidak, dapat dipastikan bahwa kopera
si tidak akan mampu memerankan dirinya dalam menghadapi pasar dan bersaing dengan bad
an usaha lainnya, terutama dalam hal pemberian layanan kepada anggota.
C. Kekurangan Koperasi Dibandingkan dengan Badan Usaha Lainnya
Koperasi memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan badan usaha lainnya, tetap
i dalam praktiknya, eksistensi koperasi (baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan e
konomi dalam kompetisi bisnis global) tidaklah terlalu nyata. Berikut beberapa kekurangan y
ang sering muncul dalam koperasi, khususnya di Indonesia yaitu :
1. Konflik kepentingan (conflict of interest). Sebenarnya pada setiap perkumpulan
ataupun organisasi pasti terdapat gesekan kepentingan antar masing-masing anggo
ta yang ada di dalamnya. Sejatinya, kepentingan koperasi bertumpu kepada kepen
tingan anggota, baik anggota sebagai pemilik maupun sebagai pelanggan. Pada ba
nyak kasus, kepentingan pengurus lebih dominan dibandingkan dengan kepenting
an anggota. Dengan kondisi demikian, dominasi pengurus dalam menjalankan ko
perasi akan semakin kuat. Dalam konteks tersebut, koperasi tidak akan bisa menja
di organisasi yang benar-benar mandiri,tetapi justru menjadi alat kepentingan bagi
sebagaian elite pengurus dan dapat pula diorganisasi untuk mendpat bantuan dari l
uar. Hal-hal seperti itu akan menghambat kinerja koperasi yang mengedepankan k
epentingan anggotanya dan mendanai dirinya sendiri. Kondisi ini ternyata juga be
rlaku di koperasi yang sering menimbulkan konflik kepentingan dan menjadi keku
rangan Koperasi di Indonesia.
2. Kurang Mandiri (lack of independent). Sebagian besar koperasi di Indonesia tid
ak mandiri, bahkan sering kali lahirnya koperasi justru dipicu oleh berbagai progr
am pemerintah, seperti dana hibah, kredit lunak, dan sebagainya.
3. Tidak fokus (unfocused). Umumnya, koperasi di Indonesia tidak fokus terhadap
satu bidang usaha tertentu. Banyak koperasi yang menjalankan lebih dari satu usa
ha atau bahkan multi usaha atau serba usaha. Kondisi bisnis yang demikian tidak
akan berdampak besar bagi kepentingan ekonomi anggota. Koperasi sebaiknya fo
kus terhadap satu atau dua usaha tertentu. Jika usaha yang dimiliki masyarakat di
suatu daerah lebih dominan bergerak pada usaha pertanian, koperasi yang didirika
n adalah koperasi yang hanya melayani usaha-usaha dalam bidang pertanian. Kop
erasi simpan pinjam tidak diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan konsumtif, tetap
i untuk kegiatan-kegiatan produktif.
4. Lemahnya jaringan koperasi (weak link). Salah satu kunci keberhasilan binis te
rletak pada jaringan, baik menyangkut pasar, bahan baku, mapun sumber dana. Di
karenakan keunggulan komparatif tidak begitu berjalan, jaringan dengan sendirin
ya tidak terbangun. Jika kekuatan anggota dapat disatukan, koperasi dengan sendi
rinya akan mampu menciptakan pasar yang besar. Dikarerakan bargaining positio
n yang dimilikinya, akses terhadap bahan baku merupakan kekuatan tersendiri jik
a keunggulan komparatif koperasi cepat dibangun.
D. Kerja Sama Koperasi
Kerjasama, atau kooperasi merujuk pada praktik seseorang atau kelompok yang lebih
besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersa
ma. Kerjasama Koperasi adalah hubungan antara perkumpulan yang beranggotakan orang-or
ang atau badan-badan hukum, baik antara koperasi dengan koperasi maupun koperasi dengan
bukan koperasi dan di bidang usaha atau bukan di bidang usaha, karena membutuhkan bantua
n orang lain atau organisasi lain dalam rangka meningkatkan kegiatan usahannya. Koperasi d
i Indonesia bekerjasama dengan baik dengan sesama koperasi maupun dengan badan usaha la
in yang bukan koperasi. Kerjasama dibidang usaha antar koperasi dapat dilakukan dengan car
a membentuk organisasi baru yang berbadan hukum.
Dalam konteks keindonesiaan didasarkan pada prinsip kekeluargaan dan usaha bersa
ma. Dengan prinsip ini, kerjasama dalam koperasi dapat dimaknai dalam tiga alternatif, yaitu
(Ropke, 2000) :
1. Kegiatan unit-unit uscho koperasi pada tingkat mikra dalam suatu pasar
2. Kerja sama ekonomi direncanakan podo tingkat ekonomi secara keseluruhan (total econo
my) dengan unit usaha diorgonisosi menurut prinsip birokrasi atau aturan-aturan organisas
i (bukan berdasarkan kerja sama koperasi).
3. Kegiatan ekonom yang direncanakan pada tingkat ekonomi yang luas (economy-wide leve
l) dengan unit unit usaha, sepeti koperasi.
Memaknai kerjasama dalam membangun pilar ekonomi, kerjasama dalam koperasi ti
dak hanya dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama bidang usaha dengan badan usaha buk
an koperasi.
 Kerja Sama Antarkoperasi
Kerja sama antarkoperasi dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama antarbidang u
saha dan kerja sama bukan bidang usaha. Kerja sama antarkoperasi dapat dilakukan deng
an dua cara, yaitu dengan membentuk organisasi baru yang berbadan hukum dan dapat pu
la membentuk proyek atau kemitraan usaha tanpa membentuk organisasi baru yang berba
dan hukum. Kerja sama ini akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut (M
uhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, 2004).
1. Meningkatkan posisi tawar (bargaining power) mereka terhadap pihak ketiga.
2. Menjamin kontinuitas pasokan bahan baku.
3. Biaya dapat ditekan jauh lebih rendah karena dapat beroperasi secara maksimal (econo
mic of scale).
4. Bila dilakukan kerja sama dan integrasi vertikal, biaya transaksi akan turun (transactio
n cost).
5. Bila kerja sama dilakukan secara horizontal (antarkoperasi yang setingkat), kemampua
n bersaing koperasi terhadap pihak ketiga akan meningkat.
Kerjasama antar koperasi, selain dilakukan dengan pembentukan wadah baru yan
g berbadan hukum sendiri, juga dapat dilakukan tanpa diikuti dengan pembentukan wada
h baru, seperti dalam bentuk proyek atau kemitraan usaha. Cara kerja sama seperti ini sud
ah dilakukan oleh beberapa koperasi tingkat sekunder. Sebagai contoh kerjasama IKPN d
engan GKPN D.I. Yogyakarta dalam proyek pembangunan perumahan sehat bagi pegawa
i negeri di D.I. Yogyakarta.
Dalam hal ini biasanya salah satu pihak bertindak sebagai pelaksana sedangkan ya
ng lain bertindak sebagai pengawas. Kerjasama tersebut biasanya dituangkan dalam surat
perjanjian kerjasama yang saling mengikat kedua belah pihak dan atas dasar prinsip salin
g menguntungkan.
 Kerja Sama Bukan dengan Usaha Koperasi
Kerja sama juga dapat dilakukan koperasi dengan berbagai pihak di luar koperasi
dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Kerja sama yang dilakukan
koperasi dengan bukan koperasi dapat dilakukan dengan membentuk wadah baru,
misalnya joint venture. Kerja sama ini biasanya dilakukan antorkoperasi sekunder,
khususnya pada tingkat induk dan gabungan.
Selain bentuk kerja sama di atas, kerja sama koperasi dengan bukan koperasi
dapat pula berbentuk pembiayaan, seperti kerja sama yang dilakukan PT Permodalan
Nasional Madani (PNM) dengan Induk Koperasi Simpan Pinjam (IKSP) IKSP
merupakan sebuah koperasi sekunder yang berdiri sejak 1997. IKSP beranggotakan
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) don Unit Simpan Pinjam (USP) dari koperasi lainnya.
Kerja sama yang dilakukan antara PNM dengan IKSP adalah dengan melakukan
penyetoran modal, di samping memberikan bantuan manajemen dan pinjaman dana yang
akan dimanfaatkan oleh IKSP untuk membiayai KSP dan USP yang menjadi anggotanya.
Bantuan tersebut diberikan terutama untuk pengembangan simpan pinjam, baik di KSP
maupun USP di koperasi umum yang sudah otonom.
Di antara bentuk kerja sama koperasi dengan bukan koperasi adalah kerja sama
antara Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) dengan Chinese Petroleum Corporation
(CPC), BUMN Taiwan, yang bertujuan merealisasikan kerja sama penanaman tanaman
jarak di lahan seluas 100 000 hektare di Balikpapan, Kalimantan Timur Bentuk kerja
sama lain adalah kerja sama jual beli susu antara Industri Pengolahan Susu (IPS) dan
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) IPS merupakan asosiasi produsen susu besar
di Indonesia yang terdiri dari PT. Nestle Indonesia, PT. Ultra Jaya, PT. Frisian Flag, PT.
Sari Husada, dan PT. Indolacto Indomilk, sedangkan GKSI merupakan gabungan
koperasi susu se-Indonesia yang memasok susu ke IPS.
Bentuk kerja sama kedua adalah bentuk kerja sama berdasarkan program yang
dibuat perusahaan swasta besar maupun BUMN dalam bentuk program CSR dan PKBL.
Program ini akan lebih tepat guna jika koperasi bekerja sama dengan usaha besar maupun
BUMN dengan secara langsung melibatkan anggotanya guna memajukan usaha
anggotanya. Misalnya di bidang produksi, di mana anggota koperasi dilibatkan secara
aktif dalam kegiatan hulu, dalam hal ini termasuk memasok bahan baku. Sementara itu,
koperasi berperan dalam menaungi dan memfasilitasi kerja sama dengan perusahaan
swasta besar don BUMN. Kerja sama CSR dan PKBL akan dibahas pada bab strategi
pengembangan koperasi dan UMKM melalui program CSR dan PKBL.
Kebanyakan kerja sama yang selama ini dilakukan koperasi cengan usaha besar
maupun BUMN umumnya adalah kerja sama yang tidak setara sehingga koperasi yang
menaungi UMKM hanya sebatas menjalankan kewajiban terhadap cturan yang ditetapkan
Dengan demikian, berbagai program yang selama ini diberikan usaha besar ataupun
BUMN kepada UMKM melalui koperasi hanya akan berdampak kepada ketergantungan
koperasi tehadap usaha besar maupun BUMN yang memberikan bantuan.

E. Partisipasi dalam Koperasi


Sejak awal berdirinya koperasi, anggota sudah diharuskan ikut serta dalam kontribusi
pembiayaan koperasi, baik dalam bentuk simpanan pokok maupun dana yang diinvestasikan
pada koperasi. Pada pelaksanaan kegiatan koperasi anggota juga perlu berkontribusi dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan jalannya perusahaan koperasi. Oleh karena itu,
partisipasi merupakan kegiatan terpenting dalam sebuah koperasi karena mati hidupnya
koperasi tergantung dari keaktifan partisipasi anggota.
Menurut Djatnika (2012: 39) Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang
buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab.
Partisipasi anggota dianggap baik sebagai alat pengembangan maupun sebagai tujuan akhir
itu sendiri. Terdapat alasan yang mendasar mengapa partisipasi merupakan syarat yang
penting bagi kinerja komparatif. Manajemen koperasi tidak dapat diasumsikan memiliki
informasi yang diperlukan setiap saat. Sebaliknya, informasi harus di cari. Mekanisme untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang akan diberikan
oleh koperasi bagi kepentingan/kebutuhan anggotanya, merupakan proses partisipasi juga.
Untuk meningkatkan partisipasi, koperasi harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi
yang mampu menciptakan adanya manfaat usaha bersama sehingga koperasi mampu
memberikan pelayanan guna memajukan ekonomi anggota. Dalam memperkuat partisipasi
ini, koperasi perlu memperkuat kemampuannya. Tolak ukur keberhasilan koperasi dapat
diukur dari sudut pandang perusahaan maupun dari sudut pandang efek koperasi. Ibnoe
Soedjono, seperti yang dikutip Triwitarsih (2009), merumuskan keberhasilan ekonomi
koperasi dari sudut pandang mikro. Pendekatan dari sudut pandang perusahaan dicirikan oleh
beberapa indikator yang meliputi:
1. Peningkatan anggota perorangan. Pada dasarnya, jumlah anggota perorangan
lebih penting daripada jumlah koperasi karena sebagai kumpulan orang, kekuatan
ekonomi koperasi bersumber dari anggota perorangan. Ada dua faktor
keanggotaan yang perlu diperhatikan, yaitu kemampuan ekonomi dan tingkat
kecerdasan anggota. Kemampuan ekonomi anggota penting karena dapat
digerakkan untuk menyusun investasi, sedangkan kecerdasan anggota sangat
menentukan mutu manajemen yang sifatnya partisipatoris dalam rapat anggota
sebagai kekuasaan tertinggi dengan satu anggota satu suara.
2. Peningkatan modal, terutama yang berasal dari koperasi sendiri. Jumlah modal
dari dalam dapat digunakan sebagai salah satu indikator utama kemandirian
koperasi. Semakin besar modal dari dalam, berarti kemandirian koperasi tersebut
semakin tinggi. Indikator kemandirian yang lain adalah keberanian manajemen
untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Peningkatan volume usaha. Volume usaha berkaitan dengan skala ekonomi,
semakin besar volume usaha suatu koperasi, semakin besar potensi koperasi
sebagai perusahaan sehingga koperasi dapat memberikan pelayanan dan jasa
yang lebih baik kepada anggotanya. Sejalan dengan identitas koperasi yang
menyatakan bahwa anggata dan pelanggan adalah orang yang sama, volume
usaha sebagian besar berasal dari jase anggota. Loyalitas dan partisipasi aktif
anggota sangat menentukan besarnya volume usaha koperasi.
4. Peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat. Pelayanan sukar dinilai
secara kuantitatif. Anggota dapat merasakan efeknya dengan membandingkan
kondisi sebelum dan sesudah ada koperasi. Bentuk pelayanan dapat bermacam-
macam, misalnya pelayanan pendidikan, kesehatan, beasiswa, sumbangan,
pelayanan usaha yang cepat dan efisien, dan sebagainya.

Pendekatan dari sudut pandang efek koperasi dicirikan dengan beberapa indikator berikut.

1. Produktivitas, artinya koperasi dengan seluruh hasil kegiatannya dapat memenuhi


seluruh kewajiban yang harus dibayarnya, seperti: biaya perusahaan, kewajiban
kepada anggota, dan sebagainya.
2. Efektivitas dalam arti mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap anggota
anggotanya.
3. Adil dalam melayani anggota tanpa diskriminasi.
4. Mantap dalam arti bahwa koperasi sangat efektif sehingga anggotanya tidak memiliki
alasan untuk meninggalkan koperasi guna mencari alternatif pelayanan di tempat lain
yang dianggap lebih baik.

Jika berbagai indikator di atas mampu diberikan koperasi kepada para anggotanya,
anggota koperasi diyakini akan semakin aktif berpartisipasi dalam koperasi. Dengan kondisi ini,
pasar persaingan mikro akan memungkinkan koperasi mampu menciptakan pelanggan yang
bukan hanya dari para anggotanya dan jika manfaat tersebut semakin nyata dirasakan, bukan
tidak mungkin pelanggan yang bukan anggota akan tertarik dan pada akhirnya menjadi anggota
koperasi. Dengan kondisi yang demikian, keunggulan komparatif koperasi akan semakin kuat
guna menunjang bisnis para anggota.

 Rangsangan Partisipasi
Setiap anggota koperasi akan mengambil keputusan untuk berpartisipasi,
terlibat, ikut serta untuk mempertahankan atau memelihara secara aktif hubungannya
dengan organisasi koperasi, jika insentif yang diperoleh anggota sama besar atau
lebih dari kontribusi yang diberikannya.
Sehubungan dengan itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia / SDM
(2010: 3) rangsangan partisipasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa
oleh perusahaan koperasi dapat menjadi rangsangan penting bagi anggota
untuk ikut memberikan kontribusinya bagi pemupukan modal dan
pertumbuhan koperasi. Insentif perangsang yang dikehendaki oleh anggota
berkait erat dengan seberapa besar upaya pemenuhan kebutuhan oleh
perusahaan koperasi dapat dirasakanoleh anggota secara subyektif yang
dapat meningkatkan kepentingan ekonomi atau usaha rumah tangga
anggota.
2. Insentif juga dapat dirasakan dalam bentuk layanan barang dan jasa di
perusahaan koperasi sama sekali tidak tersedia di pasar atau tidak
disediakan oleh lembaga lain.
3. Insentif rangsangan dapat berwujud pelayanan barang dan jasa disediakan
dengan harga, kualitas, dan kondisi yang lebih baik, lebih menguntungkan
dibandingkan dengan barang dan jasa yang ditawarkan di pasar atau
lembaga lain non koperasi. Sebaliknya, jika pelayanan barang dan jasa di
koperasi yang tidak memenuhikebutuhan anggota, harga yang lebih tinggi
atau dengan kondisi yang lebih buruk daripada yang ditawarkan di pasar
atau lembaga non koperasi, menyebabkan partisipasi anggota semakin
menurun. Koperasi sebagai badan usaha harus memperhatikan kondisi ini
sebagai upaya perbaikan layanan, sehingga perbaikan layanan kepada
anggota merupakan keharusan bukan beban usaha, agar Partisipasi Anggota
semakin besar sehingga anggota semakin memiliki usaha koperasi dan
berkontribusi dalam pemanfaatan pelayanan usaha koperasi secara terus
menerus.
 Model Partisipasi
Kualitas partisipasi akan sangat tergantung dari tiga variabel, yaitu anggota,
manajemen koperasi, dan program partisipasi dalam melaksanakan pelayanan yang
disediakon koperasi (Röpke, 1985). Jika ketiga variabel ini sejalan, partisipasi akan
berhasil. Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya kesepakatan antara
kebutuhan anggota dan output program koperasi kesesuaian antara anggota dengan
manajemen akan terjadi apabila anggota mempunyai kemampuan (kompetensi) dan
kemauan (motivasi) dalam mengemukakan hasrat kebutuhannya (permintaan) yang
kemudian harus direfleksikan atau diterjemahkan ke dalam keputusan manajemen.
Terakhir, harus ada kesesuaian antara program dan manajemen, di mana suatu
program harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan dan
menyelesaikannya. Partisipasi akan efektif apabila manajemen mampu melaksanakan
tugas dari program yang ditetapkan, pelaksanaan keputusan mencerminkan hasrat
para anggota terhadap pemenuhan kebutuhan ekonominya, dan hasrat peermintaan
pemenuhan kebutuhan anggota tercermin dalam keputusan program yang dibuat
pengurus.
Dalam praktiknya, partisipasi tidak selalu membuahkan hasil yang baik bagi
semua pihak. Penggunaan manajemen partisipasi akan sangat bergantung kepada
(Hendar dan Kusnadi, 2005) :
1. Waktu yang tersedia, artinya partisipasi selalu membutuhkan waktu yang
lebih banyak.
2. Kemauan anggota untuk berpartisipasi, sebab tidak semua anggota mau
berpartisipasi aktif di dalam koperasi.
3. Sistem imbalan partisipasi tidak akan menarik jika imbalan tidak adil atau
promosi tidak wajar.
4. Sifat dari pekerjaan artinya jika karyawan (Anggota) tidak dapat
mengendalikan pekerjaan nya, partisipasi tidak akan efektif.

Di Indonesia, koperasi unit desa (KUD) semakin mengarah ke koperasi


serbousaha multifungsi, dan multionggota. Lebih jauh, Röpke men elaskan
koperasi serba usaha seperti KUD dengan jumlah anggota yang besar dan
daerah kerja yang lebih luas dapot mengakibatkan:

1. Adanya pertentangan di antara para anggota yang capat memperkokoh


kedudukan anggota yang lebih kuat dan lebih kaya.

2. Banyaknya pertentangan antara pengelola/mar ajemen dengan anggota


malah akan mengukuhkan kedudukan pengelola/manajemen

3. Pertentangan antara KUD dengan PUSKUD yang akan mengukuhkan


kedudukan PUSKUD

Bagi KUD yang banyak mengalami pertentangan di antara pelaku-pelakunya,


keputusan-keputusan penting ditentukan oleh pihak manajemen yang lebih
atas. Akibatnya, partisipasi anggota tidak dapat terciptc. Bila demikian,
peranan pemerintah cenderung terus diperlukan agar KUD tetap tumbuh dan
berkembang.

Untuk memperbaiki partisipasi anggota agar koperasi berjalan secara efektif,


maka beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan (Yuyun Wirasasmita, 1991) :
1. Perlunya kebijaksanaan untuk mengurangi kompleksitas organisasi dan
manajemen dengan menerapkan teknologi manajemen tepat guna

2. Perlunya bantuan audit eksternal untu beberapa KUD yang belum mampu
membayar
3. Perlunya pengembangan sistem audit internal untuk evaluasi diri

4. Audit eksternal harus meliputi audit tentang pelaksanaan prinsip-prinsip


koperasi, rencana koperasi tentang promosi, dan laporan pelaksanaan serta
hasil promosi anggota.

5. Perlu adanya desentralisasi dalam KUD dengan membentuk sub-sub


koperasi berdasarkan kesamaan kebutuhan pelayanan.

6. Dimungkinkan adanya lebih dari satu KUD dalam suatu kecamatan, dimana
para anggota dapat melaksanakan alat partisipasi, yaitu voice , vote dan exit.

 Masalah dalam Partisipasi


Faktor yang sangat menentukan maju atau mundurnya suatu koperasi sangat
ditentukan oleh partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah hal yang penting
karena dengan partisipasilah sebuah koperasi dapat digerakkan. Partisipasi juga
membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya. Selain itu, partisipasi juga
menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki koperasi.
Permasalahan utama yang umumnya terjadi dalam koperasi biasanya
ditunjukkan oleh konflik kepentingan antar anggota dan pengurus serta biaya
partisipasi guna menciptakan rasa puas terhadap kebutuhan anggota.
Konflik kepentingan sering kali terjadi karena koperasi beroperasi secara tidak
seharusnya. Menyangkut konflik kepentingan ini, Uphoff mendeskripsikan berbagai
bentuk konflik yang di antaranya dapat berupa (Röpke, 2000):
 Fungsi koperasi tidak seperti yang dinilai atau yang dimengerti anggota.
Koperasi hanya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan insidental
(butuh pinjaman jika terdesak), di samping sebagai kelengkapan dalam
sebuah institusi.
 Struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan sulit dimengerti dan
dikontrol Dalam konteks ini, sering kali terdapat sebagian koperasi yang
memiliki berbagai program yang tidak sesuai dengan kepentingan anggota.
Dengan demikian, kompleksitos organisasi menjadi terlalu tinggi
 Tujuan koperasi menurut sudut pandang anggota terlalu sempit. Misalnya,
koperasi simpan pinjam yang banyak terdapat pada suatu instansi.
Karyawan instansi yang menaungi koperasi ini menjadikan simpan pinjam
semata-mata sebagal pinjaman yong diperuntukkan bagi konsumsi.
 Perusahaan koperasi dijalankan sebagai respons atas kepentingan manajer
atau para pemimpin lainnya, atau sebagai respons etos kepentingan dan
arahan dari pemerintah.
 Koperasi yang juga terbuka bagi non-anggota dan usaha non-anggota
mungkin akan menyerap sebagian sumber daya koperasi yang penting.
Selain menyangkut konflik kepentingan, permasalahan partisipasi dalam
koperasi juga dipengaruhi oleh biaya partisipasi terutama terhadap ukuran
koperasi, struktur keanggotaan (heterogenitas anggota) dan jumlah kegiatan
atau program yang dibuat koperasi.

1. Semakin besar ukuran koperasi, semakin besar pula biaya partisipasi. Ini
dikarenakan dengan meningkatnya jumlah anggota, efektivitas koperasi akan
semakin berkurang Misalnya, diskusi antaranggota sulit dilaksanakan karena
anggota tersebar di berbagai tempat. Dengan kondisi seperti itu, anggota
membutuhkan pengorbanan yang besar untuk berpartisipasi.

2. Semakin heterogen anggota koperasi, semckir besar pula biaya partisipasi.


Kondisi ini diakibatkan terdapatnya kepentingan yang berbeda antaranggota
sehingga potensi konflik akan semakin besar. Untuk menghindari terjadinya
konflik, koperasi harus mengakomodasi berbagai kepentingan anggota
sehingga berdampak kepada tingginya biaya untuk berpartisipasi.

3. Banyaknya jumlah kegiatan juga berdampak kepada tingginya biaya


partisipasi. Ini dikarenakan semakin besar dan beragam kegiatan, semakin
besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

Untuk menghindari berbagai masalah dalam partisipasi, kondisi terbaik


bagi koperasi adalah beranggotakan orang-orang yang memiliki profesi yang
sama agar kepentingan anggota dapat digolongkan berdasarkan profesi yang
ditekuni. Di samping itu, anggota hendaknya berada pada kawasan dalam
jangkcuan yang tidak terlalu uas agar biaya partisipasi dapat ditekan.

Berhasil atau tidaknya koperasi tidak lepas dari partisipasi para


anggota, baik modal, kegiatan usaha, maupun partisipasi pengambilan
keputusan. Ini dikarenakan partisipasi anggota koperasi merupakan unsur
utama dalam memajukan aktivitas organisasi koperasi. Partisipasi merupakan
keharusan dalam koperasi karena dengan partisipasilah usaha anggota akan
tumbuh dan berkembang.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Koperasi dalam analisis
komparatif sesuai dengan konsep koperasi pada UU No 25 tahun 1992. Koperasi
didefinisikan sebagai "badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan Imkum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya beradasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonom rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan".
Koperasi memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan badan usaha lainnya,
tetapi dalam praktiknya, eksistensi koperasi (baik sebagai badan usaha maupun sebagai
gerakan ekonomi dalam kompetisi bisnis global) tidaklah terlalu nyata. Faktor yang
sangat menentukan maju atau mundurnya suatu koperasi sangat ditentukan oleh
partisipasi anggota.

B. Saran
Koperasi bisa menjadi wadah untuk rakyat-rakyat Indonesia yang berusaha untuk
bertahan hidup. Diharapkan koperasi bisa menjadi ujung tombak dalam perekonomian
Indonesia, tidak lepas dari hal-hal yang membuat koperasi merupakan badan usaha yang
kompleks.
Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan memberikan
ilmu dan informasi. Selanjutnya kesempurnaan makalah ini penulis mohon saran dan
kritik guna memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

SDM, D. B. (2010). Partisipasi Anggota . Partisipasi Anggota Koperasi, 3-4.


Tanjung, M. A. (2017). Koperasi dan UMKM. (O. M. Dwiasri, & A. Maulana, Eds.) Jakarta Timur: Erlangga.

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9731/2/T1_162012015_BAB%20II.pdf

http://repository.ikopin.ac.id/1387/1/4%20Yuanita-Keunggulan%20Koperasi.pdf

https://repository.uin-suska.ac.id/16678/7/7.%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai