Anda di halaman 1dari 17

OM SWASTYASTU

KELOMPOK 2
Nama Anggota :

I GEDE SUARDANA PUTRA 1802612010378 / 05


I MADE WAHYUDI 1802612010386 / 11
KOMANG ZADGUNA WISNU DANA PUTRA 1802612010392 /
17
NI KADEK DIAH AYU APSARI 1802612010395 /
19
NI MADE DWI CINTYA PRADNYA PARAMITA 1802612010404 /
26
Koperasi Dalam Analisis
Komparatif
 Kekurangan Koperasi
Dibandingkan dengan
Badan Usaha Lainnya
 Kerja Sama Koperasi
 Partisipasi dalam
Koperasi
Kekurangan Koperasi
Dibandingkan dengan
Badan Usaha Lainnya
Beberapa kelemahan yang sering muncul dalam koperasi, khususnya di
Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Konflik kepentingan (conflict of Interest) Pada banyak kasus,
kepentingan pergurus lebih dominan dibandingkan dengan kepentingan
anggota. Dengan kondisi demikian, dominasi pengurus dalam
menjalankan koperasi akan semakin kuat. Dalam konteks tersebut,
koperasi tidak akan bisa menjadi organisasi yang benar-benar mandiri,
tetapi justru menjadi alat kepentingan bagi sebagaian elite pengurus dan
dapat pula diorganisasi untuk mendapat bantuan dari luar.

2. Kurang mandiri (lack of independence) Sebagian besar koperasi di


Indonesia tidak mandiri, bahkan sering kali lahirnya koperasi justru dipicu
oleh berbagai program pemerintah, seperti dana hibah, kredit lunak, dan
sebagainya.
3. Tidak fokus (unfocused) Umumnya, koperasi di Indonesia tidak fokus
pada satu bidang usaha tertentu. Banyak koperasi yang menjalankan lebih
dari satu usaha atau bahkan multi usaha atau serba usaha. Kondisi bisnis
yang demikian tidak akan berdampak besar bagi kepentingan ekonomi
anggota.

4. Lemahnya jaringan koperasi (weak link) Salah satu kunci


keberhasilan bisnis terletak pada jaringan, baik menyangkut pasar, bahan
baku, mapun sumber dana. Dikarenakan keunggulan komparatif tidak
begitu berjalan, jaringan dengan sendirinya tidak terbangun.
Kerja Sama Koperasi
Dalam konteks keindonesiaan, kerja sama didasarkan pada prinsip kekeluargaan
dan usaha bersama. Dengan prinsip ini, kerja sama dalam koperasi dapat dimaknai
dalam tiga alternatif, yaitu (Röpke, 2000):

Kegiatan unit-unit usaha Kerja sama ekonomi


01 koperasi pada tingkat mikro 02 direncanakan pada tingkat
dalam suatu pasar ekonomi secara keseluruhan
(total economy) dengan unit
usaha diorganisasi menurut
prinsip birokrasi atau aturan-
aturan organisasi (bukan
Kegiatan ekonomi yang
berdasarkan kerja sama
03 direncanakan pada tingkat
koperasi)
ekonomi yang luas (economy
wide level) dengan unit-unit
usaha, sepeti koperasi.
Kerja sama dalam koperasi tidak hanya dapat dilakukan berdasarkan kerja
sama bidang usaha dengan anggota koperasi, tetapi juga dapat dilakukan dalam
bentuk kerja sama bidang usaha dengan badan usaha bukan koperasi.

a. Kerja Sama Antar Koperasi


Kerja sama antar koperasi ini akan memberikan keuntungan-keuntungan
sebagai berikut (Muhammod Firdaus dan Agus Edhi Susanto, 2004) :

1. Meningkatkan posisi tawar (bargaining power) mereka terhadap pihak ketiga.


2. Menjamin kontinuitas pasokan bahan baku.
3. Biaya dapat ditekan jauh lebih rendah karena dapat beroperasi secara
maksimal (economic of scale).
4. Bila dilakukan kerja sama dan integrasi vertikal, biaya transaksi akan turun
(transaction cost).
5. Bila kerja sama dilakukan secara horizontol (antarkoperasi yang setingkat),
kemampuan bersaing koperasi terhadap pihak ketiga akan meningkat.
b. Kerja Sama Bukan dengan Usaha Koperasi
Kerja sama ini biasanya dilakukan antar koperasi sekunder, khususnya
pada tingkat induk dan gabungan.
Adapun bentuk usaha kerja sama bukan dengan usaha koperasi selain joint
venture, antara lain:

1. Berbentuk pembiayaan seperti kerja sama yang dilakukan PT. Permodalan


Nasional Madani (PNM) dengan Induk Koperasi Simpan Pinjam (IKSP)
dengan melakukan penyertaan modal, disamping memberikan bantuan
manajemen dan pinjaman dana yang akan dimanfaatkan oleh IKSP untuk
membiayai KSP dan USP yang menjadi anggotanya.
2. Berdasarkan program yang dibuat perusahaan swasta besar maupun
BUMN dalam bentuk program CSR dan PKBL.
Partisipasi dalam Koperasi
Ibnoe Soedjono, seperti yang dikutip Triwitarsih (2009), merumuskan keberhasilan ekonomi
koperasi dari sudut pandang mikro. Pendekatan dari sudut pandang perusahaan dicirikan
oleh beberapa indikator yang meliputi :

1. Peningkatan anggota perorangan.


2. Peningkatan modal, terutama yang berasal dari koperasi sendiri.
3. Peningkatan volume usaha.
4. Peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat.

Pendekatan dari sudut pandang efek koperasi dicirikan dengan beberapa indikator
berikut :
1. Produktivitas
2. Evektifitas
3. Adil
4. Mantap
Rangsangan Partisipasi

Hanel menjelaskan beberapa indikator rangsangan partisipasi dalam bentuk insentif bagi
anggota yang meliputi (Hendar dan Kusnadi, 2004):

1. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui


penyediaan barang dan jasa oleh perusahaan
koperasi
2. Kontribusi anggota dalam pembentukan dan
pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk
sarana keuangan akan dinilai atas dasar biaya
peluang
3. Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan,
seperti penetapan tujuan dan pengawasan tata
kehidupan koperasi (ditinjau dari sudut anggota),
dapat menjadi suatu perangsang partisipasi.
Model Partisipasi

Kualitas partisipasi akan sangat tergantung dari tiga variabel, yaitu anggota,
manajemen koperasi, dan program partisipasi dalam melaksanakan
pelayanan yang disediakan koperasi (Röpke, 1985).

Dalam praktiknya, partisipasi tidak selalu membuahkan hasil yang baik bagi semua pihak.
Penggunaan manajemen partisipasi akan sangat bergantung kepada (Hendar dan Kusnadi,
2005):
1. Waktu yang tersedia
2. Kemauan anggota untuk berpartisipasi
3. Sistem imbalan partisipasi tidak akan menarik jika imbalan tidak adil atau promosi
tidak wajar.
4. Sifat dari pekerjaan
Masalah dalam Partisipasi

Konflik kepentingan sering kali terjadi karena koperasi tidak menjalankan fungsi, asas, dan
prinsip koperasi sehingga tujuan menyejahterakan anggota tidak tercapai.

Menyangkut konflik kepentingan ini, Uphoff mendeskripsikan berbagai bentuk konflik yang
diantaranya dapat berupa (Röpke, 2000) :

1. Fungsi koperasi tidak seperti yang dinilai atau yang dimengerti anggota.
2. Sruktur organisasi dan proses pengambilan keputusan sulit dimengerti dan
dikontrol.
3. Tujuan koperasi menurut sudut pandang anggota terlalu sempit.
4. Perusahaan koperasi dijalankan sebagai respons atas kepentingan manajer
atau para pemimpin lainnya, atau sebagai respons atas kepentingan dan arahan
dari pemerintah.
5. Koperasi yang juga terbuka bagi non-anggota dan usaha non-anggota mungkin
akan menyerap sebagian sumber daya koperasi yang penting.
Permasalahan partisipasi dalam koperasi juga dipengaruhi oleh biaya partisipasi terutama terhadap
ukuran koperasi, struktur keanggotaan (heterogenitas anggota) dan jumlah kegiatan atau program
yang dibuat koperasi, berikut penjelasannya :

1. Semakin besar ukuran koperasi, semakin besar pula biaya partisipasi.


2. Semakin heterogen anggota koperasi, semakin besar pula biaya
partisipasi.
3. Banyaknya jumlah kegiatan juga berdampak kepada tingginya biaya
partisipasi.

Berhasil atau tidaknya koperasi tidak lepas dari partisipasi para anggota,
baik modal, kegiatan usaha, maupun partisipasi pengambilan keputusan. Ini
dikarenakan partisipasi anggota koperasi merupakan unsur utama dalam
memajukan aktivitas organisasi koperasi. Partisipasi merupakan keharusan
dalam koperasi karena dengan partisipasilah usaha anggota akan tumbuh
dan berkembang.
THANK YOU

Any Question?

Anda mungkin juga menyukai