MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjut
Dosen Pengampu :
Dr. Syihabudhin, SE., M.Si
FAKULTAS EKONOMI
2021
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tata kelola yang baik dalam perusahaan sangat dibutuhkan, dimana untuk mencapai
goals perusahaan. Manajer diperlukan untuk memahami dasar-dasar pengetahuan
manajemen, dikarenakan nanti akan memberikan impact dalam hal pelaksanaaan tugas
untuk meraih goals dari perusahaan. Kunci untuk mensejahterakan organisasi yaitu dengan
pelaksanaan manajemen yang baik, dimana seorang manager paham akan peran serta
pihak yang berpengaruh dan sebagai penunjang untuk tercapainya cita-cita perusahaan.
Tidak hanya manjemen yang diperlukan dakam sebuah organisasi. Tapi, juga sebuah
kinerja pegawai juga dibutuhkan perusahaan, karena para pegawai ikut serta dalam suatu
perusahaan. Maka dari itu, kinerja juga membutuhkan manajemen supaya out put yang
diraih kinerja para karyawan seperti yang didambakan perusahaan. Mengimplementasikan
manajemen kinerja berdampak menimbulkan benefit perusahaan atau suatu organisasi,
para tim, dan individual, dimana manajemen kinerja mensupport tujuan perusahaan
dengan keterikatan dengan pekerjaan dari tiap pegawai serta manajer pada seluruh unit
kerja.
1
Menurut (Nursam, 2017) manajemen kinerja adalah gaya manajemen dalam tata
kelola sdm yang berfokus pada hasil kerja, dimana dalam tahapan tersebut membutuhkan
komunikasi terus menerus untuk mencapai visi bersama dengan menggunakan strategi
yang baik yang membutuhkan dorongan kekuatan untuk tercapainya tujuan perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat disimpulkan manajemen kinerja yaitu suatu POAC dari manajemen sendiri
atas program dari perusahaan yang di laksanakan kepada manager untuk membimbing
dan mengendalikan prestasi yang dimiliki karyawan serta adanya komunkasi yang
dilakukan antara manager dan bawahan untuk menjalin kerja sama yang baik dalam
perusahaan.
Terkadang beranggapan bahwasanya penilaian kinerja memilki persamaan dengan
manajemen kinerja. Tetapi, dari keduanya sangat berbeda. Penilaian kinerja berfokus pada
penilaian perseorangan oleh manager. Penilaian kinerja lebih condong melihat dari
prestasi atau hasil kerja yang dihasilkan para pegawai atau hasil pencapaian para pegawai
dalam organisasi. Begitu dengan manajemen kinerja, dimana kinerja dalam tahapan
manejemen digali lebih luas, komprehensif, lebih natural, dimana seorang manager dalam
perusahaan menjelaskan kepada bawahan apa yang diharapkan perusahaan serta
memfokuskan pada peran motivasi seorang manager dan berfokus pada masa yang akan
datang. Secara mudah untuk dipahami, bahwa manajemen kinerja merupakan suatu
tahapan dalam pengelolaan sesuatu dalam suatu organisasi.
Adapun harapan organisasi yaitu (Rahadi, 2010):
1. Adanya kemajuan yang didambakan para pekerja.
2. Bagaimana para pegawai ketika melaksanakan pekerjaan dalam perusahaan untuk
3
meraih goals dari organisasi.
3. Arti nyata dalam melakukan pekerjaan dengan baik.
4. Bekerja sama antara manager serta bawahan dalam mempertahankan, memperbaiki
serta mengembangkan kinerja karyawan.
5. Dapat mengukur prestasi kerja.
6. Bagaimana untuk menghadapi tantangan serta mengatasinya.
4
Tujuan bagi pimpinan serta manajer menurut (Rahadi, 2010):
1. Para karyawan dapat memahami atas pekerjaan mereka, apa yang harus dikerjakan
serta mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan. Taidak hanya itu, tujuan
manajemen kinerja juga bertujuan untuk memberikan wewenang kepada karywan
untuk mengambil keputusan dengan baik.
2. Diberikan peluang untuk para karyawan dalam mengembangkan potensi atau keahlian
yang dimiliki para pegawai.
3. Dapat memahami hambatan yang di hadapi dan bagaimana solusinya
4. Sumber daya mumpuni.
5. Para pegawai mendapatkan pemahaman yang bagus terhadap pekerjaan mereka dan
tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka.
5
Gambar 2.1
Pada bagian ini, lebih ditekankan pada standart, target serta ukuran atau
indikator kinerja. Hal tersebut mempunyai dasar yakni persyaratan tujuan, peran, serta
meningkatan kinerja serta rancangan pengembangan individu disepakati bersama.
Dengan begitu, memberikan kerangka kerja guna melakukan dialog berkelanjutan
tentang kinerja, termasuk tinjauan bersama serta berkelanjutan atas pencapaian
berdasarkan cita-cita, persyaratan, serta planning.
Tapi ini juga tentang input dan nilai. Input merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
6
Kebutuhan pengembangan diidentifikasi dengan mendefinisikan persyaratan ini dan
menilai sejauh mana tingkat kinerja yang diharapkan telah dicapai melalui
penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang efektif dan melalui perilaku yang
sesuai yang menjunjung tinggi nilai-nilai inti.
Titik fokus dari planning serta peningkatan manajemen kinerja yaitu masa yang
akan datang daripada meninjau kinerja di masa lalu. Ini bekerja sebagai tahapan yang
berkelanjutan dan evolusioner, di mana kinerja meningkat dari masa ke masa. Dalam hal
ini, membentuk dasar untuk dialog reguler dan sering antara manajer dan individu terhadap
kinerja dan kebutuhan pengembangan. Yang terpenting berkaitan dengan kinerja individu
tetapi juga dapat diimplementasikan pada tim kerja, yaitu menekankan terhadap
pengembangan, walaupun (MK) atau manajemen kinerja adalah bagian penting dari sistim
penghargaan, timbal balik, pengakuan serta mengidentifikasi peluang untuk pertumbuhan.
Namun perkembangan dalam perusahaan lebih penting daripada kontribusi gaji.
7
kecerdasaan serta serta kemampuan reality (knowledge dan skill). Contohnya, pengajar
atau dosen diharuskan untuk mempunyai dari kedua potensi tersebut, supaya mampu
menyelesaikan jenjang formal minimal pendidikan magister serta mempunyai potensi
untuk mengajar peserta didik terhadap mata kuliah yang akan di sampaikan kepada
mahasiswa.
2. Faktor dorongan atau yang disebut dengan motivasi, motivasi muncul atas sikap
sikap pekerja yang dihadapkan dengan keadaan kerja. Misalnya, dorongan Bu dan
Bapak dosen menjadi peran utama untuk meraih visi, misi dalam instansi universitas.
Berperan menjadi dosen seharusnya memiliki dorongan yang terbentuk dari awal
yaitu sangat penting untuk mencapai (by plan), bukan dikarenakan faktor dipaksa,
keterpaksaan atau sebuah kebetulan.
8
3. Memperhatikan pengaruh faktor-faktor diluar kontrol karyawan.
4. Memperhatikan teknologi dan proses produksi.
5. Sensitif, yang berarti mampu membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan
tidak dapat diterima;
6. Memberikan tantangan kepada para karyawan;
7. Realistis. Standar kinerja yang ditetapkan harus realistis, yang artinya dapat dicapai
oleh karyawan setelah mempertimbangkan kompetensi, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman yang disyaratkan dalam melakukan pekerjaan;
8. Memiliki target waktu, kuota, tujuan, ataupun sasaran yang telah ditetapkan dalam
standar harus dapat dicapai;
9. Dapat diukur serta memiliki alat ukur untuk mengukur standar. Misalnya kuantitas,
kualitas, dan kecepatan yang ditetapkan dalam standar harus dapat diukur dengan
instrumen evaluasi kinerja;
10. Standar yang ditetapkan yang memiliki konsistensi. artinya standar harus mengenal
karyawan dengan masukan yang sama dan mengenal keluaran yang sama;
11. Standar yang ditetapkan harus adil. Ukuran adil dan masuk akal diberlakukan sama
kepada semua karyawan yang mengerjakan jenis pekerjaan yang sama.
12. Memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan. Seperti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 pasal 6 tentang Ketenagakerjaan
menyatakan,”Setiap Pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
deskriminasi dari pengusaha.”
9
didasarkan pada strategi perusahaan;
2. Sustainability Balance Scorecard (SBSC), model pengembangan dari model BSC.
Yang membedakan adalah pada model ini melihat hubungan kausal antara kinerja
ekonomi dan sosial dari perusahaan;
3. Cambrige Model, pada cambrige model menggunakan produk sebagai dasar
mengidentifikasi Key performance indicator (KPI) dan dari pengelompokan product
tersebut dilakukan penentuan tujuan bisnis;
4. Integrated performance Maeasurement System (IPMS), model ini memiliki tujuan
untuk system pengukuran lebih robust, terintegrasi, efektif dan efisien. IPMS ini
menggunakan keinginan stakeholder dalam perancangan SPK;
5. Integrated Environment performance Maeasurement System (IEPMS), model ini
berkaitan dengan lingkungan dimana mengunakan ukuran-ukuran kualitatif dan
kuantitatif yang dapat digunakan.
Lebih lanjut, Menurut Mutia (2009) dalam Sinaga et al (2020) terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengukuran kinerja:
Rahadi (2010) pada bukunya berjudul Manajemen Kinerja Sumber daya Manusia menuliskan
terdapat beberapa rumus yang dapat gunakan untuk menghitung capaian indicator kinerja,
berikut sedikit kami jabarkan:
10
2. Apabila diasumsukan bahwa semakin tinggi realisasi semakin rencah pencapaian
kinerja
Realisasi − Rencana
Capaian Indikator Kinerja = x 100%
Rencana
11
b. Manajemen Kinerja Sebagai Siklus
Menurut Amstrong (2006) Manajemen kinerja dapat digambarkan sebagai
siklus pembaruan yang berkelanjutan, yang meliputi Perencanaan (membuat
perjanjian kinerja dan melakukan pengembangan); Pelaksanaan (cara mengelola
menajemen kinerja sepanjang tahun; dan Reviu (menilai kemajuan dan
pencapaian sehingga rencana aksi dapat disiapkan dan disepakati untuk
kedepannya), ketiga siklus tersebut dapat di ilustrasikan pada gambar berikut:
Gambar 2.2
Manajemen Kinerja Sebagai Siklus
Perjanjian
kinerja dan
pengembangan
Manajemen
Reviu Kinerja kinerja sepanjang
tahun
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kinerja merupakan komponen yang sangat penting dalam
melakukan kegiatan manajerial. Seperti menurut Menurut (Rahadi, 2010)
manajemen kinerja sebagai suatu tahapan planning (rencana), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) serta controlling (pengendalian) atas
pencapaian kinerja yang dikomunikasikan secara menerus terhadap manager kepada
bawahan secara langsung. Sehingga dapat disimpulkan manajemen kinerja meliputi
keseluruhan aktivitas yang akan di laksanakan oleh perusahaan.
Terdapat banyak komponen dalam malakukan manajemen kinerja, diatara
komponen-komponen tersebut saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain.
Missal pada komponen standar kerja akan mempengaruhi bagaimana pengukuran
kinerja yang akan dilakukan oleh perusahaan. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis
pengelolaan/ pelaksanaan manajemen kinerja pada perusahaan. Sehingga
perusahaan memiliki pilihan cara terbaik yang akan diterapkan pada perusahaannya,
karena setiap perusahaan sangat untuk memiliki culture, bentuk, kebutuhan, visi,
misi yang berbeda.
3.2. Saran
Makalah terkait manajemen selanjutnya dapat lebih diperdalam terutama pada
bagian-bagian tool alat yang dapat membantu pada pelaksanaan manajemen kinerja
di perusahaan. Mulai dari tool apa saja yang dapat digunakan hingga rincian
bagaimana realisasi pelaksanaan tool tersebut. Makalah selanjutnya juga dapat
berupa study kasus pelaksanaan manajemen kinerja di sebuah perusahaan.
Sehingga didapatkan pembanding apakah realisasi di perusahaan sama dengan
teori-teori yang sering dijabarkan ataukan bahkan terdapat gap dalam
pelaksanaanya dengan teori yang ada.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta:
Salemba Empat
Jones, Pam. (2002). Buku Pintar Manajemen Kinerja. Terjemahan Anthony R. Indra. Jakarta:
Metalexia Publishing & PT Qreator Tata Qarakter.
Mangkunegara, A. P. (2001), Manajemen sumber daya manusia perusahaan, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 65
14