Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PRODUCT STRATEGY

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Manajemen Pemasaran
Dosen pengampu: Dr.Titis Shinta Dhewi, S.P, M.M

Disusun oleh :
Abdul Mu’iz Ihsan (210413822802)
Andika Wulan Febriani (210413822816)
Anis Sya’bania (210413822818)
Mochammad Bachtiar Affandie (210413822820)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Product Strategyini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr.Titis
Shinta Dhewi, S.P, M.M pada mata kuliahManajemen Pemasaran. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang strategi produk bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Titis Shinta Dhewi, S.P, M.M, selaku
dosen di mata kuliah Manajemen Pemasaranyang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 14 September 2021

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

Halaman
Judul....................................................................................................................... 1

Kata
Pengantar ....................................................................................................................
.i

Daftar
Isi.................................................................................................................................
ii

Bab I
Pendahuluan...............................................................................................................
1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2

C. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2

Bab II
Pembahasan...............................................................................................................
3

A. Pengertian Produk........................................................................................................ 3

B. Klasifikasi Produk....................................................................................................... 4

C. Strategi Produk............................................................................................................ 9

D. Strategi Positioning Produk......................................................................................... 9

E. Strategi Repositioning Produk................................................................................... 12

F. Strategi Overlap Produk............................................................................................ 12

G. Strategi Lingkup Produk............................................................................................ 14

H. Strategi Desain Produk.............................................................................................. 16

I. Standart Eliminasi Produk......................................................................................... 17

J. Strategi Produk Baru................................................................................................. 19


iii

K. Strategi Diversifikasi................................................................................................. 21

Bab III
Penutup................................................................................................................. 23

A. Kesimpulan............................................................................................................... 23

B. Saran......................................................................................................................... 23

Daftar
Pustaka.....................................................................................................................
24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratos = militer; dan ag =
memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini
relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, di mana jenderal
dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan
perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan
penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu.
Konsep strategi militer seringkali diadaptasi dan diterapkan dalam dunia bisnis,
misalnya konsep Sun Tzu, Hannibal, dan Carl von Clausewitz. Dalam konteks bisnis,
strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan
merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya dan usaha suatu organisasi.
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr. (1995), konsep strategi dapat didefinisikan
berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) dari perspektif apa yang suatu
organisasi ingin lakukan (intends to do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi
akhirnya lakukan (eventually does).
Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi
perubahan lingkungan bisnis. Strategi merupakan kesatuan arah semua anggota organisasi.
Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau
berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain.
Di dalam sebuah perusahaan untuk menghadapi persaingan dan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, strategi pemasaran sangat diperlukan agar perusahaan
dapat tetap hidup, berkembang dan mampu bersaing tidak hanya ditentukan perusahaan
untuk meningkatkan kapasitas produksi tetapi juga dipengaruhi oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas, maka setiap perusahaan harus menerapkan strategi
yaitu melalui strategi pemasaran. Di mana strategi pemasaran disini sangat mempengaruhi
tingkat penjualan produk.
Peran produk sangat penting bagi perusahaan, dimana setiap saat selalu adanya

1
2

perubahan yang cepat dalam selera konsumen dan persaingan yang semakin ketat, hal ini
menyebabkan suatu perusahaan di tuntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan lain
dan senantiasa menciptakan produk sesuai dengan kebutuhan atau keinginan konsumen.
Agar konsumen merasa puas dengan produk yang dipakai atau digunakan. Dan sudah
tentu perusahaan akan mendapat keuntungan yang maksimal.Lebih lanjut dalam makalah
ini, kami akan membahas mengenai strategi produk untuk lebih memahami mengenai
produk dan strategi yang digunakan untuk memasarkan produk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud produk?
2. Bagaimana tingkatan hirarki produk?
3. Bagaimanakah klasifikasi produk?
4. Apa saja strategi produk itu
5. Apa saja jenis dari strategi produk?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian produk
2. Mendeskripsikan hirarki produk
3. Mengklasifikasikan jenis-jenis produk
4. Mendeskripsikan pengertian strategi produk serta jenis strategi produk
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produk
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif produsen atas “sesuatu”
yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi
serta daya beli pasar.
Produk juga merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut
meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, TV, buku teks), jasa (restoran,
penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna, Tom Hanks, Michael Jordan),
tempat (Pantai Kuta, Dana Toba), organisasi (Ikatan Akuntan Indonesia, Pramuka, PBB),
dan ide (Keluarga Berencana).
Menurut W.J Stanton produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun yang
tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga nama baik pabrik, nama baik
toko yang menjual, dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang di terima oleh
pembeli guna memuaskan keinginannya.
Ada tiga level dalam merencanakan produk yaitu :
1. Core Product, yaitu semua manfaat pokok (Core benefits) yang ditawarkan produk
kepada konsumen.
Manfaat (Benefit) merupakan hasil yang diterima konsumen dari penggunaan atau
kepemilikan sebuah barang atau jasa.
Contoh : Manfaat pokok sebuah mobil adalah untuk transportasi, sementara konsumen
yang membeli kosmetik sejatinya membeli “Harapan”.
2. Actual Product, yaitu produk fisik atau delivered service yang memberikan manfaat
produk.
Contoh : Saat kita membeli tiket pesawat Air Asia menuju Kuala Lumpur, core
product yang dibeli berupa time-critical transport, sedangkan actual product berupa
nama merek Air Asia, layout dan layanan terminal bandara, konfigurasi tempat duduk
dalam pesawat, seragam awak kabin, sistem booking, serta fitur-fitur lainnya.
3. Augmented Product, yaitu actual product ditambah fitur-fitur pendukung lainnya,
4

Contoh : Garansi, kredit, layar antar, instalasi, dan reparasi purnabeli.


Hierarki produk terdiri atas enam tingkatan yaitu :
1. Need family, yaitu kebutuhan inti / dasar yang membentuk product family.
Contoh : Rasa aman
2. Product family, yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan
inti / dasar dengan tingkat efektivitas yang memadai.
Contoh : Tabungan dan penghasilan.
3. Product Class (Product Category), yaitu sekumpulan produk di dalam product family
yang dianggap memiliki koherensi fungsional tertentu.
Contoh : Instrumen keuangan.
4. Product Line, yaitu sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat.
Contoh : Asuransi jiwa.
Ada empat faktor dari hubungan yang erat yaitu :
a. Fungsinya sama
b. Dijual kepada kelompok konsumen yang sama.
c. Dipasarkan melalui saluran distribusi atau gerai yang sama.
d. Harganya berada dalam rentang yang sama.
5. Product Type, yaitu item-item dalam sebuah lini produk yang memiliki bentuk tertentu
dari sekian banyak kemungkinan bentuk produk.
Contoh : Asuransi jiwa berjangka.
6. Item (Stock-Keeping Unit atau Product Variant), yaitu unit khusus dalam sebuah
merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penempatan,
atau atribut lainnya.
Contoh : Asuransi jiwa prudential yang dapat diperbaharui.

B. Klasifikasi Produk
Klafikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan
tangibility, produk dapat diklarifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu :
1. Barang (Goods)
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba /
disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan mengalami prlakuan fisik
lainnya.
Ditinjau dari aspek Durabilitas, terdapat dua macam barang yaitu :
a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
5

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur
dikonsumsi dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
Contoh : Sabun, minuman, makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam.
b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih.
Contoh : TV, lemari es, mobil, komputer, dan lain-lain.
2. Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Jasa bercirikan intangible, inseparable, variable, dan perishable.
Contoh : Bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga
pendidikan dan lain-lain.

1) Klasifikasi Produk Konsumen


Produk konsumen adalah produk yang dikonsumsi untuk kepentingan
konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis.
Umumnya produk konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :
1. Convenience Product
Convenience Product merupakan barang dan jasa yang pada umumnya
memiliki frekuensi pembelian tinggi (Sering dibeli), dibutuhkan dalam
waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (Sangat kecil)
dalam perbandingan dan pembeliannya.
 Contoh Convenience good : Rokok, sabun, pasta gigi, baterai,
permen, dan surat kabar.
 Contoh Convenience service meliputi gerai ritel 24 jam : Jasa foto
kopi dan loundry.
 Kunci sukses dalam pemasaran convenience product : Lokasi,
kenyamanan, kemudahan, transaksi dan visibility.
Convenience Product dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Staples adalah produk yang dibeli konsumen secara reguler atau rutin.
Contoh : Sabun mandi, pasta gigi, shampoo, laundry, beras, telur, mie
6

instan, dan bensin.


b. Impulse products merupakan produkyang dibeli tanpa perencanaan
terlebih dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya. Biasanya impulse
products tersedia dan dipajang di banyak tempat yang tersebar,
sehingga konsumen tidak perlu repot-repot mencarinya.
Contoh : permen, coklat, majalah, snack, serta jasa cuci montor dan
mobil.
c. Emergency product adalah produk yang dibeli bila kebutuhan spesifik
dirasa konsumen sangat mendesak atau tak terduga.
Contoh : Payung dan jas hujan di musim hujan, jasa tambal ban, jasa
Unit gawat darurat di rumah sakit.

2. Shopping Products
Shopping products adalah produk yang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternatif
yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas,
warna, dan model.
Contoh : Alat-alat rumah tangga, pakaian, dan mebel.
Shopping product terdiri atas dua jenis, yaitu :
a. Homogeneous shopping products merupakan shopping products yang
oleh konsumen dipersepsikan serupa dalam hal kualitas tetapi berbeda
signifikan dalam hal harga.
Contoh : DVD Player, TV, mesin cuci, jasa penerbangan, komputer
personal, dan kulkas.
b. Heterogeneous shopping products adalah shopping produts yang aspek
karakteristik atau fiturnya dianggap lebih penting oleh konsumen
daripada aspek harganya.
Contohnya : Perlengkapan rumah tangga, mebel, pakaian, jasa child
care, dan paket hiburan.
3. Specialty Products
Specialty products adalah produk yang memiliki karakteristik atau
identifikasi merek yang unik bagi sekelompok konsumen tertentu,
sehingga mereka bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
Contoh : Ritz-Carlton resorts, financial advice, legal counsel, dan operasi
7

plastik.
4. Unsought Products
Unsought products merupakan produk yang tidak diketahui konsumen atau
kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk
membelinya.
Ada dua jenis unsought products yaitu :
a. Regularly unsought products adalah produk yang sebetulnya sudah ada
dan diketahui konsumen, tetapi tidak terpikirkan untuk membelinya.
Contoh : Ensiklopedia, asuransi jiwa, batu nisan, jasa kremasi, tanah
kuburan, dan panti jompo.
b. New unsought products adalah produk yang benar-benar baru dan
sama sekali belum diketahui konsumen. Jenis produk ini merupakan
hasil inovasi dan pengembangan produk baru, sehingga belum banyak
konsumen yang mengetahuinya.
2) Klasifikasi Produk Bisnis
Produk bisnis adalah barang dan jasa yang dikonsumsioleh konsumen bisnis
(konsumen antara, konsumen organisasional, atau konsumen industrial) untuk
keeperluan selain dikonsumsi langsung, yaitu :
a. Untuk diubah, diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali (oleh
produsen).
b. Untuk dijual kembali (oleh pedagang) tanpa dilakukan transformasi fisik
(proses produksi).
Konsumen bisnis adalah tipe konsumen yang profesional. Mereka
menekankan aspek rasionalitad dan efektivitas biaya dalam keputusan pembelian.
Oleh karena itu, klasifikasi produk bisnis lebih didasarkan pada pemakaian
produk ketimbang perilaku pembelian konsumen.
1. Installations
Specialty product dalam konteks produk bisnis disebut installations. Tipe ini
mencangkup investasi modal untuk pabrik baru, mesin berat, dan sistem
telekomunikasi.
Contoh : Pembelian pesawat Boeing 787 Dreamliner oleh Qantas bagi
maskapai penerbangan kebanggaan Australia tersebut.
2. Accessory equipment
Yang termasuk dalam katagori ini adalah produk yang memfasilitasi produk
8

atau operasi tetapi tidak menjadi bagian dari produk akhir.


Contoh : Komputer desktop, printer, power tools, smartphones, dan cell
phones.
3. Component parts and proses materials
Component part and process materials merupakan item produk yang menjadi
bagian dari produk akhir, baik yang tak mengalami perubahan bentuk dan
sifat, maupun yang melebur dalam produk jadi.Secara garis besar, tipe ini
meliputi process material (seperti benang, semen dan kawat) dan component
part (seperti motor kecil dan ban).

4. Raw materials
Raw material terdiri atas produk pertanian (seperti beras, buah-buahan, sayur-
sayuran, kapas, susu, telur, daging sapi dan seterusnya) dan produk kekayaan
alam (di antaranya, minyak bumi, batu bara, tembaga, biji besi, rotan, dan
kayu). Raw material seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam produk
jadi. Harga jarang menjadi keputusan utama pembelian. Konsumen bisnis
lebih mengutamakan faktor keandalan dalam menyampaikan produk dalam
kuantitas dan kualitas yang ditetapkan.
5. MRO (Maintenance, Repair, Operating) Supplies
MRO supplies merupakan tipe convenience product bagi konsumen bisnis.
Supplies mencerminkan pengeluaran rutin yang digunakan dalam operasi
perusahaan sehari-hari.
Tipe produk MRO terbagi menjadi bagian dari produk akhir yaitu :
a. Maintenance item, seperti sapu, filter, dan lampu.
b. Repair item, seperti mur dan baut yang digunakan untuk mereparasi
peralatan.
c. Operating supplies, seperti kertas dan cartridge printer, baterai untuk
mouse dan alat tulis.
6. Business service
Katagori produk ini mencangkup produk intangible yang dibeli perusahaan
untuk memfasilitasi proses produksi dan operasi.
Contoh : Jasa finansial, jasa leasing, jasa rental peralatan dan kendaraan,
asuransi, jasa keamanan, jasa legal, jasa akuntansi, jasa perpajakan, biro iklan,
jasa riset dan konsultasi manajemen.
9

C. Strategi Produk
Strategi produk menjabarkan kebutuhan pasar yang ingin dilayani dengan berbagai
tawaran produk. Umumnya strategi keseluruhan sebuah perusahaan didominasi oleh
strategi produk dan strategi pasar. Implementasi strategi produk membutuhkan koordinasi
dan kerja sama antar berbagai pihak, seperti departemen keuangan, riset dan
pengembangan, staf korporat, dan pemasaran.
Strategi produk dapat dikelompokan menjadi sembilan katagori yaitu :
1. Strategi positioning produk
2. Strategi repositioning produk.
3. Strategi overlap produk
4. Strategi lingkup produk
5. Strategi desain produk
6. Strategi eliminasi produk
7. Strategi produk baru
8. Strategi diversifikasi

D. Strategi Positioning Produk


Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang
unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra (image) merek atau
produk yang lebih superior dibandingkan merek / produk pesaing.
Elemen pokok yang terkandung dalam positioning mencangkup empat aspek yaitu
1. Mencerminkan janji merek dan manfaat bagi konsumen
2. Mencerminkan pasar sasaran
3. Elemen faktual dan subyektif yang mendukung klaim tentang manfaat produk
4. Menegaskan tentang para pesaing utama
Ada tujuh ancangan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning yaitu :
1. Positioning berdasarkan atribut atau fitur produk (attribute positioning), yaitu dengan
jalan mengasosiasikan produk dengan atribut tertentu atau fitur khusus.
Contoh : Kamera Nikon Zoom 300 QD diklaim sebagai kamera auto focus zoom 35
mm terkecil di dunia.
Ada enam kriteria pemilihan atribut yang akan dijadikan basis positioning yaitu :
1. Tingkat kepentingan (importance), artinya atribut tersebut sangat bernilai di mata
sebagian besar pelanggan.
2. Keunikan (distinctiveness), artinya atribut tersebut tidak ditawarkan perusahaan
10

lain. Bisa pula atribut itu dikemas secara lebih jelas oleh perusahaan
dibandingkan pesaingnya.
3. Superioritas, artinya atribut tersebut lebih unggul dibandingkan cara-cara lain
untuk mendapatkan manfaat yang sama
4. Dapat dikomunikasikan (communicability), artinya atribut tersebut dapat
dikomunikasikan secara sederhana dan jelas, sehingga pelangan dapat
memahaminya.
5. Preemptive, artinya atribut tersebut tidak mudah ditiru oleh para pesaing.
6. Terjangkau (affordability), artinya pelanggan sasaran akan mampu dan bersedia
membayar perbedaan atau keunikan atribut tersebut. Setiap tambahan biaya atas
fitur khusus dipandang sepadan dengan nilai tambahannya.
7. Profitabilitas (profitability), artinya perusahaan bisa memperoleh tambahan laba
dengan menonjolkan perbedaan tersebut.
2. Positioning berdasarkan harga dan kualitas (price and quality positioning), yaitu
positioning yang berusaha menciptakan kesan / citra berkualitas tinggi lewat harga
mahal atau sebaliknya menekankan harga murah sebagai indikator nilai.
Contoh : Komputer, smartphone, dan produk gadget buatan RRT diposisikan sebagai
produk inovatif berharga murah.
3. Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi (use / application
positioning)
Contoh : Yogurt diposisikan sebagai minuman yang menyehatkan.
4. Positioning berdasarkan pemakai produk (user positioning), yaitu mengaitkan produk
dengan kepribadian atau tipe pemakai.
Contoh : Jack Daniel’s menekankan aspek macho, Axe/Lynx itu cool, Marlboro itu
American Wild West seta Amex mencerminkan orang sukses.
5. Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (product class positioning),
Contoh : permen kopiko yang diposisikan sebagai kopi dalam bentuk permen, bukan
permen rasa kopi, Caress adalah bath oil product dan bukan sekedar sabun mandi.
6. Positioning berkenaan dengan pesaing (competitor positioning), yaitu dikaitkan
dengan posisi persaingan terhadap pesaing utama.
Contoh : Kampanye periklanan perusahaan penyewaan mobil
7. Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning),
Contoh : Pasta gigi Sensodyne yang dikhususkan bagi gigi sensitif.
Adapun tujuan pokok strategi positioning yaitu :
11

a. Untuk menempatkan atau memposisikan produk dalam benar konsumen sedemikian


rupa sehingga produk tersebut terpisah atau berbeda dengan merek-merek pesaing.
b. Untuk memposisikan produk sehingga dapat menyampaikan beberapa hal pokok
kepada para pelanggan.
Tujuan pokok kasus positioning multi merek (multiple brands) yaitu :
1. Untuk mencapai pertumbuhan dengan jalan menawarkan bermacam-macam produk
kepada segmen-segmen pasar yang berbeda.
2. Untuk menghindari ancaman persaingan terhadap merek tunggal.
Hasil yang diharapkan dengan melaksanakan strategi positioning produk antara lain :
1. Pemenuhan secara komprehensif kebutuhan segmen-segmen pasar yang spesifik.
2. Meminimumkan atau membatasi kemungkinan terjadinya perubahan yang mendadak
dalam penjualan.
3. Penciptaan keyakinan pelanggan terhadap merek-merek yang ditawarkan.
Prosedur untuk melakukan positioning yang tepat meliputi tujuh lankah pokok yaitu :
1. Menentukan produk/pasar yang relevan
Sebuah produk umumnya dimaksudkan untuk memenuhi lebih dari satu keinginan
atau kebutuhan.
Contoh :Pasta gigi dapat berguna untuk merawat kesehatan gusi, mencegah kerusakan
gigi, membuat gigi nampak putih, dan mewangikan mulut.
2. Mengidentifikasi pesaing, baik pesaing primer maupun pesaing sekunder
 Pesaing primer adalah pesaing-pesaing yang bersaing untuk memenuhi
kebutuhan inti.
 Pesaing sekunder adalah pesaing-pesaing tak langsung, yakni mereka yang
tidak langsung muncul di pikiran bilamana seseorang sedang berpikir
mengenai keinginan atau kebutuhan konsumen.
3. Menentukan cara dan standar yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi pilihan
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
4. Mengidentifikasi persepsi konsumen terhadap posisi pesaing (dengan membuat
perceptual map atau positioning map).
5. Mengidentifikasi senjang atau gap pada posisi yang ditempati.
6. Merencanakandan melaksanakan strategi positionung.
7. Memantau posisi.
12

E. Strategi Repositioning Produk


Positioning produk bersifat dinamis, artinya bisa berubah seiring dinamika lingkungan
pemasaran, khususnya perubahan perilaku konsumen dan intensitas kompetisi. Dalam
sejumlah situasi, perusahaan mungkin saja perlu melakukan positing ulang
(Repositioning). Situasi semacam ini antara lain :
1. Ada pesaing yang masuk dan produknya diposisikan berdampingan dengan merek
perusahaan, sehinga membawa dampak buruk terhadap pangsa pasar perusahaan.
2. Preferensi konsumen telah berubah, sehingga atribut atau manfaat determinan yang
selama ini ditojolkan berkurang relevansinya.
3. Ditemukan kelompok preferensi pelanggan baru, yangdiikuti dengan peluang
menjanjikan.
4. Terjadi kekeliruan dalam positioning sebelumnya.
Beberapa kriteria atau persyaratan yang perlu dipertimbangkan secara seksama
meliputi :
a. Apabila repositioning ditujukan bagi para pelanggan saat ini, maka implementasinya
diwujudkan melalui upaya promosi mengenai berbagai variasi penggunaan produk.
b. Apabila perusahaan bermaksud menjaring para pemakai baru, repositioning
membutuhkan perubahan terhadap sejumlah elemenproduk maupun cara
mempresentasikanya kepada calon konsumen yang sebelumnya tidak tertarik dengan
produk perusahaan.
c. Apabila repositioning dimaksudkan untuk menyajikan manfaat (penggunaan) baru
atas produk, maka diperlukan usaha mencari manfaat laten produk (bila ada).
Hasil yang ingin dicapai dari strategi repositioning meliputi :
1. Peningkatan pertumbuhan penjualan dan produktivitas (dari para pelanggan saat ini).
2. Perluasan pasar secara keseluruhan (dari para pemkai baru)
3. Peningkatan penjualan, pangsa pasar, dan profitabilitas (melalui pemanfaatan baru
dari produk yang sudah ada).

F. Strategi Overlap Produk


Strategi ini relatif unik, karena bertujuan menciptakan persaingan bagi merek tertentu
milik perusahaan sendiri. Persaingan semacam ini dibentuk melalui tiga cara yaitu :
1. Peluncuran produk yang bersaing dengan produk milik perusahaan sendiri yang
sudah ada.
2. Penggunaan strategi private labeling (store brands), dalam artian menjadi pemasok
13

private label bagi distributor atau perusahaan lain.


3. Menjual komponen-komponenyang dipergunakan dalam produk perusahaan sendiri
kepada para pesaing (original-equipment manufacturers).
Tujuan penerapan strategi overlap produk adalah :
a. Menarik lebih banyak pelanggan agar membeli produk, yang pada gilirannya
meningkatkan pasar keseluruhan.
b. Mengupayakan pemanfaatan kapasitas penuh dan penutup biaya overhead
c. Menjual produk kepada para pesaing, sehingga mampu mewujudkan skala ekonomis
dan penekanan biaya.
Faktor-faktor dalam mempertimbangkan dalam penerapan strategi overlap produk :
1. Setiap produk yang saling bersaing harus memiliki organisasi pemasarannya masing-
masing.
Contoh : Riset pemasaran, pengembangan produk, merchandising, dan promosi.
2. Private label jangan sampai malah menjadi pengurang laba. Private label strategy
mengacu pada pemanufakturan produk yang menggunakan nama merek perusahaan
lain (terutama distributor dan pengecer).
Contoh : memasok jaringan toko A&P dengan merek orange juice Minute Maid
(milik Coca-Cola) dan merek yang diproduksinya dengan label A&P.
Keunggulan strategi overlap produk antara lain :
a. Private label mencerminkan segmen pasar yang besar dan umumnya bertumbuh
cukup pesat.
b. Skala ekonomis pada setiap tahapan sistem bisnis (kapasitas produksi, distribusi,
merchandising, dan lain-lain) menjustifikasi upaya mencari tambahan volume
penjualan.
c. Memasok private label bakal meningkatkan relasi dengan jejaring distribusi yang
kuat.
d. Kendali atas teknologi dan bahan mentah mengurangi risiko.
e. Ada segmentasi pasar yang jelas antara produk branded dan produk unbranded, yang
mendukung penyediaan private label.
f. Private label membuka peluang untuk bersaing dengan harga melawan produk-
produk bermerek lainnya.
g. Private label menaikkan pangsa shelf space, yang pada giliranya memotivasi
pembelian impulsif oleh konsumen.
h. Tiap-tiap merek harus melayani ceruk pasar khusus (special niche)
14

i. Dalam jangkapanjang, salah satu di antara merek-merek tersebut mungkin saja


ditarik dan posisinya digantikan merek lainnya.
Kerugian strategi overlap produk antara lain :
a. Pertumbuhan pangsa pasar melalui pasokan private label berdampak negatif terhadap
profitabilitas, karena memicu sensitivitas harga dan penurunan margin laba.
b. Membeberkan informasi biaya kepada distributor berdampak negatifbterhadap
branded product milik perusahaan.
c. Berpotensi memicu perang harga, terutama dengan para pendatang baru (new
entrant).
d. Private label dinilai tidak konsisten dengan strategi merek dan produk global
pemimpin pasar, karena berpotensi menimbulkan persepsi negatif terhadap kualitas
dan standar produk.

G. Strategi Lingkup Produk


Strategi ini menyangkutperspektif terhadap bauran produk (produk mix) sebuah
perusahaan, seperti jumlah lini produk dan banyaknya item dalam setiap lini yang
ditawarkan.
 Bauran produk terdiri atas beberapa lini produk (Product line), yaitu
Sekelompok produk yang saling berkaitan erat dikarenakan fungsinya serupa,
dijual kepada kelompok konsumen yang sama, dipasarkan melalui tipe gerai
distribusi yang sama, atau harganya berada dalam rentang yang sama
Contoh : Lenovo memproduksi beberapa lini laptop, netbook, dan workstation.
 Keputusan produk mix menyangkut empat dimensi pokok yaitu :
1. Product mix width mengacu pada jumlah lini produk yang dimiliki
perusahaan.
Contoh : Colgate memiliki empat lini produk utama yaitu oral care, personal
care, home care, dan petnutrition.
2. Product mix length adalah jumlah item yang dimiliki perusahaan untuk setiap
lini produk.
Contoh : Lini produk personal care Colgate meliputi sabun cair softsoap,
sabun batangan Irish Spring, deoderan Speed Stick.
3. Product mix depth merupakan jumlah versi yang ditawarkan setiap produk
dalam lini produk yang dimiliki perusahaan.
Contoh : Pasta gigi Colgate misalnya terdiri beraneka macam variasi.
15

4. Product mix consistency mencerminkan seberapa erat keterkaitan antar lini


produk dalam hal pemakaian, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau
aspek lainnya.
Pemasar dapat meningkatkan bisnisnya dengan empat cara yaitu :
1. Menambah lini produk baru
2. Memperpanjang lini produk saat ini
3. Menambah versi masing-masing produk
4. Mengubah tingkat konsistensinlini produk dalam rangka membangun reputasi
kuat dalam bidang tertentu atau dalam berbagai bidang.
Setiap perusahaan perlu memutuskan product line length, yakni jumlah item dalam sebuah
lini produk. Keputusan tersebut tergantung pada tujuan dan sumber daya sumber daya
perusahaan. Sebagai ilustrasi, beberapa kemungkinan tujuan manajemen lini produksi
meliputi :
1. Cross-selling
Contoh : Canon menjual printer dan scanner
2. Up-selling
Contoh : BMW bermaksud mendorong konsumen beralih dari 3-series model ke 5-
series dan 7-series model.
3. Memanfaatkan gap peluang pasar sebelum dimasuki pesaing
Contoh : Seperti Brands Essence of Chicken menawarkan berbagai macam tonik
untuk beraneka kebutuhan.
4. Proteksi terhadap volatilitas kondisi ekonomi.
Contoh : Gap mengembangkan beberapa jejaring toko pakaian seperti Gap, Old
Navy.
Ekspansi lini produk bisa dilakukan dua cara yaitu :
1. Product line stretching, yaitu memperpanjang lini produk melampaui rentang produk
yang sudah ada saat ini. Pilihannya ada tiga cara :
a. Downward stretching, yakni perusahaan yang melayani segmen kalangan atas
meluncurkan pula lini produk yang harganya lebih murah dan ditujukan bagi
konsumen kelas menengah dan bawah.
b. Upward stretching, yakni perusahaan yang semula berfokus pada segmen
konsumen kalangan bawah kemudian meluncurkan pula lini produk bagi segmen
kalangan menengah atau atas.
c. Both-direction stretching (two-way stretching), yaitu perusahaan yang melayani
16

segmen kalangan menengah menambah lini produk bagi kalangan bawah dan atas.
2. Product line filling, yakni menambah item pada lini produk yang sudah ada saat ini.
Contoh : Apple menambahkan beraneka aksesoris untuk iPod, mulai dari gelang
tangan sampai docking station.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai lewat product line felling antara lain :
a. Memperoleh laba tambahan
b. Memuaskan dealer
c. Memanfaatkan kapasitas berlebih
d. Berusaha menjadi perusahaan full-line terkemuka
e. Dan menutup semua celah peluang bisnis dari incaran para pesaing.
Perusahaan dapat menerapkan strategi produk tunggal, strategi multi produk, atau strategi
system of product. Masing-masing strategi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Strategi produk tunggal
Strategi ini bertujuan meningkatkan skala ekonomis, efesiensi, dan daya saing dengan
jalan berspesialisasi pada satu produk saja.
2. Strategi multiproduk
Strategi ini bertujuan mengantisipasi risiko keusangan potensial sebuah produk
tunggal dengan menambah beberapa produk lain.
3. Strategi system of products,
Alternatif ini bertujuan meningkatkan ketergantungan pelangan terhadap produk
perusahaan, sehingga mencegah pesaing masuk pasar.

H. Strategi Desain Produk


Aspek ini menyangkut tingkat standardisasi produk, perusahaan memiliki tiga alternatif
desain produk, produk standar, customized product (Produk disesuaikan dengan
kebutuhandan keinginan pelanggan spesifik) dan produk standar dengan modifikasi.
 Tujuan desain produk standart adalah meningkatkan skala ekonomis
perusahaan melalui produksi massal.
 Keunggulannya adalah biaya lewat biaya produksi yang lebih murah
dibandingkan customized product dan faktor experience effect (biaya per unit
menurun seiring dengan peningkatan volume produksi dalam batas-batas
tertentu).
 Kelemahan produk standart adalah bahwa belum tentu produk bersangkutan
17

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan spesifik pasar sasaran.


 Manfaat desain produk standart dengan modifikasi yang dibagi menjadi dua tipe
yatu :
1. Desain produk standart
2. Customized product
 Hasil yang diharapkan dari strategi desain produk adalah :
1. Peningkatan dalam pertumbuhan
2. Pangsa pasar
3. Laba

I. Standart Eliminasi Produk


Pada hakikatnya, produk gagal atau produk yang tidak sesuai dengan portofolio produk
perusahaan merupakan kandidat kuat untuk dieliminasi, karena bisa merugikan
perusahaan bersangkutan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Ciri-ciri produk yang masuk dalam standart eliminasi produk adalah :
1. Profitabilitas rendah
2. Pertumbuhan volume penjualan atau pangsa pasar stagna atau bahkan menurun, serta
kerap kali terlalu mahal untuk merevitalisasi produk bersangkutan.
3. Risiko keusangan teknologi relatif besar
4. Produk mulai masuk ke dalam tahap kedewasaan atau penurunan pada siklus hidup
produk.
5. Produk bersangkutan kurang sesuai dengan kekuatan atau misi unit bisnis.
Ada tiga Alternatif dalam strategi eliminasi produk yaitu :
1. Harvesting, yakni memerah atau menyedot segala kemungkinan arus kas masuk
selagi produk bersangkutan masih ada.
Secara garis besar, kondisi yang cocok untuk harvesting meliputi :
a. Pasar yang dilayani menurun atau sagnan
b. Pangsa kecil namun dibutuhkan biaya amat besar untuk meningkatkannya, atau
pangsa pasar lumayan besar namun dibutuhkan biaya sangat besar untuk
mempertahankan
c. Laba tidak sesuai harapan atau bahkan merugi
d. Penjualan tidak akan menurun drastis meskipun investasi dikurangi
e. Perusahaan bisa mengalihkan sumber daya yang hemat untuk produk lain
18

f. Produk bersangkutan bukan merupakan komponen utama dalam portofoliobisnis


perusahaan.
g. Produk tidak berkontribusi bagi portofolio bisnis dalam hal fitur yang diharapkan,
seperti stabilitas penjualan atau prestise.
2. Perampingan lini produk (lini simplification), yaitu memangkas lini produk
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sedikir dan lebih mudah dikelola.
Contoh : Unilever misalnya, pemangkasan 400 merek dari total 1.600 merek yang
dimilikinya pada tahun 1999.
3. Total line divestment, yakni melepaskan produk yang tidak berkembang atau tidak
sesuai dengan rencana strategik perusahaan.
Tujuan utama eliminasi produk adalah membentuk bauran atau portofolio produk terbaik
dan menyeimbangkan bisnis secara keseluruhan
Sebenarnya tidak ada sumber daya khusus yang dibutuhkan untuk mengeliminasi sebuah
produk atau devisi. Meskipun demikian, perlu dilakukan analisis mendalam terhadap
faktor-faktor tersebut :
a. Penyebab utama masalah yang timbul saat ini,
b. Alternatif-alternatif selain eliminasi yang dapat mengatasi masalah
c. Akibat eliminasi tersebut terhadap produk atau unit bisnis lain yang tetap
dipertahankan
d. Pemberitahuan kepada pelangan mengenai kapan sebuah produk/ jasa akan
dihentikan penawarannya, sehingga mereka bisa melakukan persiapan dan mencari
alternatif produk / jasa lainnya.
e. Manajemen harus secepat mungkin memindahkan setiap sumber dayanya, terutama
karyawan ke produk, jasa atau unit bisnis lain yang sesuai. Ini bukan saja
menghindari kemungkinan adanya sumber daya yang menganggur dan pemutusan
hubungan kerja (PHK), namun juga merupakan bagian penting dari pemasaran
internal yang sangat krusial bagi setiap perusahaan.
f. Kemungkinan implikasi hukum dari keputusan eliminasi produk / jasa.
g. Kemungkinan penolakan atau resistansi eksternal (dari pelanggan) dan internal (dari
para karyawan dan pihak manajemen).
Hasil yang diharapkan dalam jangka pendek dari eliminasi produk adalah
penghematan biaya melalui aktivitas produksi yang lebih sedikit, berkurangnya sediaan,
dan dalam kasus tertentu juga bisa berupa meningkatkan ROI (Return On Investment),
Sedangkan dalam jangka panjang diharapkan penjualan dari produk-produk yang tetap
19

dipertahankan dapat meningkatkan karena segala usaha perusahaan dikonsentrasikan


pada produk-produk tersebut.

J. Stategi Produk Baru


Pengembangan dan peluncuran produk baru merupakan aktivitas yang berisiko (resiko
finansial, sosial, psikologis, dan fisik) dan membutuhkan biaya besar. Risiko
pengembangan produk baru kian hari kian meningkat. Penyebabnya antara lain :
konsumen semakin banyak menuntut (demanding) dan sulit dipuaskan pasar semakin
terfragmentasi siklus hidup produk semakin singkat, payback period semakin panjang,
ekspektasi distributor semakin besar tingkat dan kecepatan perubahan teknologi semakin
besar dan cepat.
Ada dua pilihan cara untuk menambah produk baru sebuah perusahaan :
1. Akuisisi yakni membeli perusahaan lain, membeli lisensi atau waralaba dan pembeli
paten
2. Pengembangan produk baru internal (bisa berupa pengembangan secara internal oleh
tim riset dan pengembangan perusahaan, maupun memakai jasa pihak eksternal
untuk mengembangkan produk baru yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkanpihak internal perusahaan).
Ada enam katagori produk baru berdasarkan tingkat kebaruan (newness) bagi
perusahaan dan bagi pasar yaitu :
1. New to the world products, yakni hasil inovasi yang menciptakan pasar baru.
Contoh : Mesin jet, televisi, obat antibiotik.
2. Lini produk baru (new product lines), yakni produk baru yang memungkinkan
perusahaan untuk memasuki pasar yang sebelumnya telah ada untuk pertama kali.
Contoh : Virgin yang berekspansi ke pasar ponsel.
3. Tambahan pada lini produk yang sudah ada (additions to existing product lines),
yaitu produk baru yang melengkapi lini produk yang sudah ada.
Contoh : Ukuran kemasan baru, rasa yang berbeda
4. Penyempurnaan dan revisi terhadap produk yang sudah ada (improvements and
revisions to existing product), yakni pengenalan versi baru atau model produk yang
telah disempurnakan untuk mengantikan produk lama. Penyempurnaanproduk dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a. Menambah fitur atau model baru
b. Mengubah persyaratan / kebutuhan pemrosesan
20

c. Mengubah kandungan / unsur-unsur produk


5. Repositioning atau retargeting, yaitu produk yang sudah ada dijual ke pasar atau
segmen pasar baru.
6. Pengurangan biaya (cost reduction), yaitu produk yang dimodifikasi agar dapat
menghasilkan kinerja serupa tetapi pada tingkat biaya yang lebih rendah.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pengembangan produk baru adalah :
a. Untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan sebagai
inovator, yaitu dengan menawarkan produk yang lebih baru daripada produk
sebelumnya. Dalam hal ini strategi produk baru merupakan strategi ofensif.
b. Untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang ada, yaitu dengan jalan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan baru. Bentuknya bisa
ditambahkan terhadap lini produk yang sudah ada maupun revisi terhadap
produkmyang sudah ada.
Faktor-faktor kegagalan produk baru yaitu :
1. Target pasar yang dituju terlampau kecil, sehingga penjualan tidak dapat menutupi
biaya riset dan pengembangan, biaya produksi, dan biaya pemasaran.
2. Kualitas produk tidak memadai dan bahkan tidak lebih bagus dibandingkan produk-
produk yang sudah ada.
3. Perusahaan tidak memiliki akses ke distributor dan pasar
4. Timing tidak tepat, artinya Produk baru diluncurkan terlalu cepat, terlalu lambat, atau
bahkan pada saat selera konsumen telah berubah secara drsastis
Ada delapan faktor yang perlu dianalisis secara komprehensif agar timing memasuki
pasar bisa optimal yaitu :
1. Kepastian preferensi pelangan.
2. Tingkat penyempurnaan teknologi baru dibandingkan teknologi lama.
3. Karakteristik teknologi pendukung.
4. Karakteristik produk komplementer
5. Ancaman pendatang baru
6. Kemungkinan mendapatkan increasing returs to adoption
7. Ketersediaan dan akses sumber daya organisasi
8. Reputasi dan kredibilitas perusahaan.
Tipe-tipe produk baru berdasarkan tiga dimensi inovasi yaitu :
1. Continuous innovation, berupa modifikasi produk-produk yang saat ini sudah ada.
Biasanya dampak inovasi seperti ini bagi perubahan perilaku konsumen tergolong
21

minimum.
2. Dynamically continuous innovation, yang meskipun lebih disruptive dibandingkan
kategori continuous innovation, tetapi tidak mengubah pola perilaku konsumen secara
fundamental.
3. Discontinuous innovation, yaitu produk yang sama sekali baru dan belum pernah ada.

Keputusan mengenai perlu tidaknya menambah produk baru perlu dilandasi


pertimbangan matang atas sejumlah faktor, di antaranya :
1. Harus ada permintaan pasar yang cukup besar
2. Produk harus sesuai dengan standar sosial dan lingkungan
3. Produk harus sesuai dengan struktur pemasaran perusahaan yang sedang berjalan
pengalaman pemasaran perusahaan memegang peranan penting disini.
4. Gagasan produk hendaknya cocok dengan fasilitas produksi, tenaga kerja, dan
kemampuan manajemen yang ada.
5. Produk harus layak secara finansial, artinya bisa memberikan laba yang memadai
6. Harus tidak ada permasalahan hukum
7. Manajemen perusahaan harus memiliki waktu dan kemampuan mengelola produk
baru tersebut.
8. Produk harus sesuai dengan citra dan tujuan perusahaan.

K. Strategi Diversifikasi
Diversifikasi adalah upaya mencari dan mengembangkan produk atau pasar yang baru,
atau keduanya, dalam rangka mengejar pertumbuhan, peningkatan penjualan,
profitabilitas, dan fleksibilitas. Diversifikasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1. Diversifikasi konsentris, di mana produk-produk baru yang diperkenalkan memiliki
kaitan atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan produk yang sudah
ada.
Contoh : Unilever selain memproduksi pasta gigi, juga membuat sikat gigi.
2. Diversifikasi horizontal, di mana perusahaan menambah produk-produk baru yang
tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada pelanggan yang
sama.
Contoh : Klasik mengenai diversifikasi horizontal adalah ketika Procter & Gamble
(yang secara tradisional merupakan perusahaanpenghasil sabun).
22

3. Diversikasi konglomerat, dimana produk-produk yang dihasilkan sama sekali baru,


tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun teknologi dengan produk
yang sudah ada serta dijual kepada pelanggan berbeda.
Contoh : Canon yang memproduksi mesin foto kopi juga memasuki pasar kamera,
komputer, dan printer.

Secara garis besar, strategi diversifikasi dikembangkan dengan berbagai tujuan


diantaranya :
1. Meningkatkan pertumbuhan bila pasar/produk yang ada telah mencapai tahap
kedewasaan dalam Product Life Cycle (PLC).
2. Menjaga stabilitas, dengan jalan menyebarkan risiko fluktuasi laba
3. Meningkatkan kredibilitas di pasar modal.
Untuk mengurangi risiko yang melekat dalam strategi diversifikasi, unit bisnis
seharusnya memperhatikan hal-hal berikut :
1. Mendiversifikasi kegiatan-kegiatannya hanya bila peluang produk / pasar yang ada
terbatas.
2. Memiliki pemahaman yang baik dalam bidang-bidang yang didiversifikasi
3. Memberikan dukungan yang memadai pada produk yang diperkenalkan
4. Memprediksi pengaruh diversifikasi terhadap lini produk yang ada
BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk


diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan
tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, TV, buku teks), jasa
(restoran, penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna, Tom Hanks, Michael
Jordan), tempat (Pantai Kuta, Dana Toba), organisasi (Ikatan Akuntan Indonesia,
Pramuka, PBB), dan ide (Keluarga Berencana).

Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.


Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
utama, yaitu barang dan jasa (service). Selain berdasarkan daya tahannya, produk
umumnya juga diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk
tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang
konsumen (consumer’s goods) dan barang industri (industrial’s goods).

Para pemasar harus memahami kaitan diantara semua produk dalam organisasi
mereka jika mereka ingin mengkoordinasikan pemasaran keseluruhan produk tersebut.
Sebuah lini produk mencakup sekelompok produk yang berkaitan erat dan yang
dipandang sebagai satu unit karena pertimbangan pemasaran, teknis, atau penggunaan
akhir.

Proses perencanaan strategi produk meliputi beberapa langkah, yaitu: a) Analisis


Produk; b) Penentuan Tujuan Produk; c) Penentuan Sasaran Pasar/Produk; d) Penentuan
Anggaran; e) Penetapan Strategi Produk; f) Evaluasi Pelaksanaan Strategi. Secara garis
besar, strategi produk dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis atau kategori, yaitu: a)
Strategi Positioning Produk; b) Strategi Repositioning Produk; c) Strategi Overlap
Produk; d) Strategi Lingkup Produk; e) Strategi Desain Produk; f) Strategi Eliminasi
Produk; g) Strategi Produk Baru; h) Strategi Diversifikasi

B. Saran

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun kami harapkan

23
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, Fandy, 2015. Strategi Pemasaran Edisi 4 Yogyakarta, ANDI.

Keller, Kotler, 2009. Manajemen Pemasaran Jakarta, Erlangga.

Aminnudin,dkk,2020.Manajemen Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Mira Buana Media.


Putri, Tanama.2017.Manajemen Pemasaran.Universitas Udayana.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny
Antonius Rusli. Penyunting : Agus Hasan Pura Anggawijaya. Prenhalindo,Jakarta
Ujang, Sumarwan.2015. Pemasaran Strategik: Perspektif Perilaku Konsumen
dan Marketing Plan,IPB Press.

M.Firmansyah, Analisa Strategi Produk, Harga, Promosi Dan Tempat Terhadap Kepuasan
Pelanggan Warung Giras Di Surabaya.volume 15.2018.Universitas Muhammadiyah
Surabaya.

Samuel,dkk, Pengaruh Strategi Harga dan Strategi Produk Terhadap Brand Loyalty di Tator
Café Surabaya Town Square.volume 1.2013.Universitas Kristen Petra

24

Anda mungkin juga menyukai