Anda di halaman 1dari 30

Agung Teja, Pemasaran Global 129

PASAR DAN
PEMASARAN DALAM BISNIS
GLOBAL

oleh
Dr. I Gst Agung Eka Teja Kusuma, SE., MM

Ciri-Ciri Pasar Global


Istilah global semakin akrab ketika teknologi informasi semakin
berkembang pesat yang memberikan arah untuk berkembangnya hubungan
luar negeri semakin erat. Hal tersebut juga memberikan pengaruh pada
perkembangan pasar yang dulunya masih lebih cenderung glokal sekarang
semakin global. Sehingga posisi persaingan perusahaan menjadi berubah,
yaitu dulunya persaingan di pasar local atau nasional tertentu, kemudian
karena adanya unsur global juga dipengaruhi oleh posisi global mereka.
Terdapat beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari pasar global:

1. Kegiatan pasar tidak berorientasi pada pasar domestic atau dalam


negeri.
2. Batas pasar luar negeri dan dalam negeri menjadi kabur bahkan tidak
ada.
3. Perilaku konsumen semakin berubah sudah dipengaruhi oleh gejala
perubahan di luar negeri.
4. Perusahaan tidak hanya berpokus produksi di dalam negeri saja tetapi
sudah ke luar negeri.

Karakteristik Negara Asing


Pertimbangan untuk mengembangkan bisnis ke pasar International
harus didasarkan atas pertimbangan mengenal kondisi Negara sasaran;
social budaya masyarakat, kebutuhan dan keinginan, kondisi ekonominya,
politik, peratauran pemerintah termasuk system perpajakan, dan lain
sebagainya, termasuk hambatan-hambatan dalam system perdagangan
international. Berbagai kasus membuktikan, bebarapa perusahaan akhirnya
Agung Teja, Pemasaran Global 130

merugi, akibat dari kurang kuatnya pondasi pengetahuannya tentang kondisi


Negara yang akan menjadi sasarannya. Bahkan investasi yang sudah
tertanam cukup besar diluar negeri akhirnya rugi dan menjadi kanibal
terhadap investasi perusahan yang bersangkutan yang telah ada
sebelumnya di dalam negeri. Karakteristik dari Negara-negara asing yang
harus dipertimbangkan jika sebuah perusahaan akan melakukan bisnis di
luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Budaya; meliputi struktur kebiasaan - kebiasaan yang begitu pekat


telah melekat pada diri masyarakat Negara di luar negeri yang akan
menjadi sasaran bisnis dan mempengaruhi terhadap perilaku
konsumen untuk membeli produk yang bersangkutan. Perusahaan
harus mampu melihat dan membaca sensitifitas tersebut. Mana
norma-norma yang tidak boleh dilanggar dan mana yang memang
menjadi kebiasaan masyarakat. Orang Francis memiliki kebiasaan
berkosmestik lebih banyak dari pada istrinya. Orang India memiliki
pantangan makan daging sapi, begitu pula orang arab tidak makan
daging Babi. Segala macam kebiasaan dan norma-norma ini bukan
hanya berlaku ketika memrancang produk dan meluncurkannya,
tetapi sangat penting menjadi pertimbangan pada saat melakukan
komunikasi atau negosiasi bisnis. Orang Jepang mengutamakan
kepercayaan untuk melakukan kerja sama. Sedangkan orang
Amerika kerja sama dahulu baru berusaha mempercayai. Di Jepang
orang lebih menganggap brosur yang dicetak mengkilat dengan
lapisan glass/ plastic, sebagai kesan murahan, bukan mewah.
Seperti yang diungkapkan Philip Kotler; Orang Amerrika selatan
lebih memiliki kebiasaan duduk dekat jika berbicara bisnis,
sedangkan orang Amerika Serikat lebih suka jaga jarak secara fisik,
jika ini bertemu akan melahirkan ketersinggungan.

2. Sistem ekonomi; dalam system ekonomi Negara terdapat derajat


atau tingkat campur tangan pemerintah terhadap kegiatan
perekonomian rakyatnya. Ini harus menjadi pertimbangan bagi
perusahaan yang akan melakukan bisnis di suatu Negara, karena
masing-masing pemerintah suatu Negara memiliki kebijakan
khusus tentang bisnis di negaranya. Ada tiga pokok system
perekonomian ; 1) Sistem perekonomian kapitalisme; dalam
system ekonomi ini memperbolehkan kepemilikan bisnis oleh pihak
swasta, 2) Sistem perekonomian Komunisme ( ada yang
menyebutkan sebagai sitem politik) dalam system ini hak swasta
sangat dibatasi, seluruh aktivitas ekonomi termasuk di dalamnya
kegiatan bisnis diatur oleh pemerintah. 3) Sistem perekonomian
campuran atau sosialisme; mengandung beberapa cirri khusus
baik sosialisme maupun kapitalisme. Dalam system ini peranan
swasta diberikan keluasaan, tetapi yang menyangkut hajat hidup
orang banyak di kuasai oleh Negara dan diatur oleh pemerintah.
Agung Teja, Pemasaran Global 131

3. Politik -hukum: setiap Negara memiliki system politik dan hukum


yang tidak sama. Banyak investor asing menjadi ragu-ragu untuk
beroperasi di Indonesia karena tidak adanya kepastian hukum.
Terdapat empat factor yang menjadi pertimbangan tentang apakah
akan melakukan bisnis tertentu disuatu Negara; yaitu; sikap
terhadap pembelian international, birokrasi pemerintah, dan
stabilitas politik dan kebijaksanaan moneter.1

a. Sikap terhadap pembelian international (attitude


toward international buying) ; masing-masing bangsa
memiliki karakteristik tertentu terhadap produk dan
perusahaan asing. India sangat tertutup dengan investasi
asing, sedangkan Singapura, Thailand dan Malaysia.
sangat memberikan kelonggaran untuk investasi asing dan
bahkan memberikan berbagai macam fasilitas untuk
kelancaran tujuan tersebut. Indonesia termasuk yang
membuka diri, tetapi karena tidak adanya kepastian
hukum maka banyak investor yang menjadi ragu-ragu.

b. Birokrasi pemerintah yaitu; sikap pemerintah dalam


membantu untuk mempermudah dengan cara efektif
perusahaan asing seperti bia cukai yang baik, informasi
pasar yang obyektif, dan lain sebagainya yang membantu
kelancaran bisnis. Di Negara-negara berkembang, ada
kalanya kesulitan-kesulitan menjadi gampang diatasi
ketika harus membayar (menyuap) para petugas atau
beberapa orang pejabat.

c. Stabilitas politik; jika stabilitas politik menjadi


terganggu, maka sektor kegiatanm bisnis juga menjadi
tidak menentu. Hal ini dapat merugikan skegiatan
investasi di Negara yang bersangkutan. Bom Bali
membuat stagnasinya kegiatan pariwisata di Bali untuk
beberapa tahun yang menyebabkan terhambatnya
pemasukan keuntungan bagi investasi asing seperti hotel-
hotel.

d. Peraturan Moneter; ada kalanya pemerintah suatu


Negara menetapkan pembatasan devisa keluar negeri.
Sehingga untuk mata uang tertentu menjadi kelancarannya
menjadi tersendat. Kebijaksanaan perubahan nilai tukar.

1
Baca Philip Kotler, Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, Indeks, Jakarta, hal 850-
869
Agung Teja, Pemasaran Global 132

Jika perubahan nilai tukar terus terjadi maka resiko kurs


valuta asing menjadi besar.

4. Kebijaksanaan system perdagangan International dalam suatu


negara; ada kalanya perusahaan yang akan masuk pasar
international (terutama Negara tertentu) mengalami hambatan,
seperti;

a. Tarif; pajak yang dipungut oleh pemerintah atas produk


impor tertentu. Tarip dirancang oleh pemerintah suatu
Negara untuk melindungi perusahaan dalam negeri dan
menghimpun pendapatan.
b. Kuota; Batasan jumlah barang yang akan diterima oleh
Negara pengimport untuk jenis produk tertentu.
c. Embargo; larangan atas import produk tertentu.
d. Pengendalian devisa; pemerintah membatasi jumlah
valuta asing Negara lain dan nilai tukar Negara Negara
tersebut terhadap mata uang Negara lain.
e. Hambatan perdagangan non-tarif; hambatan non
moneter atas produk-produk asing, seperti sikap bias
terhadap penawaran tender yang diajukan perusahaan
asing atau standar produk yang menentang fitur-fitur
produk perusahaan asing.

Analisis Lingkungan Bisnis,


Kasus Jepang

Analisis Situasi Pasar Jepang


Untuk BOT SHOT

Pasar di Jepang secara nyata menunjukan adanya


keterbukaan peluang untuk disversipikasi. Oleh sebab itu Bot
Shot memiliki peluang untuk memasuki pasar minuman.
Berdasarkan atas study mengenai adat atau budaya masyarakat
jepang, arah perkembangan ekonomi, pasar sekarang, ternyata
Bot Shot dapat memasuki pasar dan disukai.

Sosio Kebudayaan.
Suatu keadaan yang menjadi factor yang tidak berubah
sampai saat ini adalah: Gaya pemikiran tradisional Jepang
Agung Teja, Pemasaran Global 133

mengenai kelompok yang menekan akan biaya individual.


Keanggotaan suatu kelompok di Jepang menjadi sangat penting,
mengakar masuk dalam berbagai bentuk ruang lingkup seperti:
interelasi dalam keluarga, perlindungan pribadi, dan
rekomenadasi (usulan). Pada struktur kehidupan personalia atau
employment di Jepang, hubungan antara pekerja dan yang
mempekerjakan dianggap sangat berarti. Perusahaan sangat
menekankan pentingnya suatu team work, dan usaha dari
kelompok group usaha , disetiap proyek. Oleh karena itu suatu
rasa kekeluargaan dan rasa ikut memiliki dan menjadi bagian dari
keluarga itu selalu diterapkan di tempat kerja, melalui group yang
bersangkutan. Penekanan terhadap kelompok telah menjadi
pengaruh yang meresap, terhadap gaya hidup (life Style) orang
Jepang. Oleh karena itu orang Jepang sangat menyukai kegiatan
dalam bentuk kelompok dalam segala bidang seperti misalnya
dalam sekolah, dan kegotong royongan pada perusahaan dan lain
sebagainya. Para pekerja laki-laki memiliki kebiasaan untuk
mampir di bar pada perjalanan pulang dari kerja untuk
mendapatkan suasana sedikit santai. Dalam suasana tersebut
mereka melakukan kegiatan kelompok diluar kantor. Pesta di
Jepang dicirikan sebagai sebuah kelompok yang bersenang-
senang dengan cara minum-minum dan berkelompok memainkan
suatu permainan.
Kebiasan minum-minum adalah bentuk aksi social dan oleh
sebab itu menciptakan suatu ciri sebagai suatu tradisi. Oleh
sebab itu minuman beralkohol dikonsumsi secara langsung dari
botol. Minuman itu ditawarkan melalui tatap muka (langsung)
adat ini dikenal sebagai sasitsu sasareksu yang menggambarkan
bentuk aktivitas bertukar secangkir sake, dan adat atau kebiasaan
ini telah dikenal diantara para konsumen minuman berakohol.
Tetapi yang diminum bukan saja sake tetapi juga minuman lain
yang sekarang sudah bermerek.
Budaya jepang membenci ketidak jernihan termasuk
didalamnya ketidak jujuran. Dari jaman dahulu orang jepang
menilai Air dari kemurniannya dan hal itu mempengaruhi bentuk
seni jepang yang bervariasi. Air dianggap harus selalu alami dan
jangan sampai ada yang mengganggu kemurniannya, apapun
yang dicampurkan kedalamnya. Oleh sebab itu air selalu
dicampurkan ke dalam minuman beralkohol yang paling popular
yaitu wiski. Jadi bukan air yang dicampurkan dengan dengan
wiski, tetapi sebaliknya. Ada ekpresi bawa sifat kemurnian air
akan mempengaruhi wiski, dan tidak menodai air. Tetapi justru
wiski yang di pengaruhi oleh kemurnian air. Kehidupan
masyarakat Jepang yang homogen, sangat menyulitkan tentang
penerimaan terhadap minuman yang sama-sama berakohol di
campur atau minuman campur seperti yang kita kenal pada
Negara-negara lain, karena adanya anggapam bahwa minuman
campur tersebut tidak murni.
Kebiasaan minum tidak lagi dianggap sebagai dominasi
kaum laki-laki. Sebenarnya tidak ada peraturan dalam masyarakat
Agung Teja, Pemasaran Global 134

Jepang yang melarang kaum wanita untuk minum sebagaimana


yang ada di banyak Negara lainnya. Upacara tradisional sering
mengambil bentuk, kaum perempuam dan laki-laki saling
membagi minuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa,
biasanya wanita muda enggan untuk menyimpang dari pola
minum dari pacarnya. Penemuan ini menyatakan secara tidak
langsung adanya suatu keinginan untuk membagi dengan teman
laki-laki dan ini merupakan inti dari upacara minum sake.
Kebiasaan membeli konsumen Jepang adalah didasarkan atas
adat. Biasanya bangsa Jepang sebagai pembeli akan
mengkonsumsi apa yang dikenal sebagai “ Ki Batol” dari Bot.
Botol ini memiliki nama sesuai dengan nama pelanggan yang
tertulis dalam botol terebut, dan akan tetap disimpan untuk
kunjungan berikutnya. Ini akan menghemat uang plenaggan dan
keuntungan bagi penjual adalah pelanggan tetap datang ke tempat
penjual tersebut, karena botolnya tetap ada padanya. Kebiasaan
ini juga memastikan bahwa tidak ada suatu perubahan radikal
dalam cara pengkonsumsian minuman berakohol.
Selain meminum Wiski, Bir, Sake dan Bourbon, orang
Jepang juga minum Shaoco (minuman hasil sulingan dari
kentang). Minuman ini popular di kepualauan selatan (Kyuushu).
Shaoco menyamai Votka dalam kejernihannya, tetapi image nya
adalah kelas rendah. Biasanya dikonsumsi langsung atau
dicampur dengan air. Shaoco memiliki posisi pasar yang baik
(dapat mudah menyesuaikan) dalam pola minum-minum
tradisional dengan harga rendah menyebabkan Shaoco sangat
dikenal.
Pola pengkonsumsian menunjukan peningkatan yang
berlanjut dari penjulan Bourbon di Jepang. Impor minuman
beralkohol dua kali dari minuman yang diekspor. Jepang adalah
pengimpor terbesar di dunia untuk minuman beralkohol USA,
pasar menunjukan peningkatan 12,9% menjadi 33,3 juta galon
tahun 1990.

Kondisi Ekonomi
Populasi Jepang telah mencapai 120 juta jiwa dalam
ruang lingkup ekonomi Jepang memiliki kira-kira 1/10 dari GNP
(Global) dimiliki Jepang dengan lebih kurang dari 1/40 populasi
dunia. Jepang memberlanjutkan lebih dari 1,5 % dari GNP nya
untuk tempat-tempat pengembangan sarana –sarana minuman
dan makanan. Pendapatan dari sarana-sarana tersebut mencapai
tingkat tertinggi dalam sejarah Jepang. Oleh karena itu, pola
pengkonsumsian dan pergantian gaya hidup di Jepang telah
berubah. Tidak hanya apa yang diminum tetapi juga dimana dan
bagaimana mereka meminumnya.
Ekonomi Bangsa Jepang baru saja melalui “boom”
pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat berdasarkan ekspor
yang berlum pernah terjadi sebelumnya dari produk industrial
dan juga kebijaksanaan perdagangan yang agresif. Jepang adalah
kekuatan ekonomi pasar bebas terbesar kedua di dunia setelah
Agung Teja, Pemasaran Global 135

USA. Jepang juga merupakan produsen terbesar dari kendaraan


bermotor, baja dan barang-barang hasil pabrik yang berteknologi
tinggi. Pemerintah Jepang mengharapkan kontrol yang begitu
ketat terhadap ekonominya melalui konsultasi tetap dengan
kalangan bisnis dan pengusaha. Bentuk dari mata uang Jepang,
Yen pada 26 Nopember 1991 rata-rata nilai tukar adalah 127,25
yen terhadap dollar.
Secara umum Yen telah melemah tahun ini (1991)
dibandingkan dengan tahun 1990. Melemahnya Yen telah
memaksa pemerintah untuk menaikan tingkat suku bunga.
Bangaimanapun juga hal ini menunjukan peluang bagi
perusahaan –perusahaan dari US, mengenai turunnya harga atau
biaya perdagangan luar negeri, dengan adanya dolar yang lebih
kuat.
Perkembangan yang lebih kuat dan dapatr dipercaya tentang
perekonomian Jepang didasarkan atas tiga alasan: 1) Penurunan
rata-rata tingkat tabungan, perubahan dalam kerja sama ekonomi
swasta BUMN 2) Inovasi teknologi, lingkungan dunia yang
damai dan kondisi lainnya yang menyediakan keuntungan lebih
besar bagi jepang. 3) Jepang memiliki kemampuan beradaptasi
terhadap tujuan dan kebijakan.
Sayangnya masih terdapat beberapa kendala hukum dan
tariff dengan US. Firma -firma atau perusahan-perusahan
mencoba untuk memecah pasar Jepang. Perusahaan US yang
beroperasi secara langsung di Jepang harus berhati-hati terhadap
pertimbangan pajak dasar Jepang termasuk perpajakan umum
unt6uk perusahaan asing, tingkat ruang lingkup pendapatan
capital, dan peraturan transfer harga Jepang. Pengikut sertaan
bisnis Amerika Serikat pada perusahaan Jepang (pemilik asli
orang Jepang), akan melibatkan perusahaan jepang dalam
pembayaran pajak seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian
pajak pemasukan Amerika Serikat. Perusahaan asing
diperlakukan sesuai dengan hukum jepang dengan cara sama
seperti perusahaan Jepang. Mitra kerja Amerika Serikat akan
diperlakukan sebagai mitra kerja secara komersil atau mitra kerja
terbatas dengan mengacu pada pajak usaha.
Pada tahun 1990, Amerika Serikat dengan Jepang mencapai
suatu perjanjian pembentukan kerja sama ekonomi bilateral yang
berusaha mewngurangi ketetapan Jepang 50 bilyun dalam
surplus perdagangan dengan Amerika Serikat. Jepang
memberikan kelonggaran terhadap enam ruang (area) penting:
Mekanisme harga, system distribusi, tabungan dan investasi,
kebijakan dalam negeri, praktek bisnis eksklusif, dan
pengelompokan perusahaan. Ini mewakili usaha Jepang untuik
menyesuaikan ekonominya dengan ekonomi dunia.
Agung Teja, Pemasaran Global 136

MENUJU PASAR
GLOBAL

Motivasi ke Luar Negeri


Sebelum membahas tentang apa saja yang menjadi factor dalam
lingkungan global marilah kita memahami mengapa perusahaan harus pergi
ke International atau ke pasar global, sehingga lahir istilah sebagai
perusahaan global. Ciri-ciri dari perusahaan global adalah; perusahaan
yang beroperasi lebih dari satu Negara, dengan memperoleh keunggulan
pemasaran, produksi, riset, dan pengembangan, yang tidak hanya
menjangkau untuk kegiatan dalam satu Negara saja.
Mengapa perusahan yang sudah sukses puluhan tahun di dalam negeri
kemudian akhirnya beralih kelingkungan Global. Ada beberapa motip yang
melatarbelakangi peruhahaan dalam negeri akhirnya mengarahkan
bisnisnya ke luar negeri.

 Menarik permintaan asing; pasar yang semakin sempit didalam


negeri, akibat persaingan yang semakin ketat, perubahan selera
konsumen dan factor lainnya, seperti adanya aturan pemerintah
yang baru yang merugikan bisnis perusahaan yang bersangkutan
menyebabkan dipandang perlu oleh manajemen untuk Go
International. Mc Donald akhirnya tidak hanya ada di USA tetapi
juga hampir lebih dari di 80 negara. Bahkan penghasilan Mc
Donald sebagian besar dari luar negeri dibandingkan dengan di
Negara asalnya. Demikian pula dengan Dell Computer yang juga
membuka cabang di luar negeri. Beberapa perusahaan Amerika
memperoleh 60% atau lebih penghasilannya berasal dari luar
negeri dalam tahun 1981 seperti; Pan American World Airways
sebesar 92 %, Exxon sebesar 72 %, Texmaco 68 %, Citicorp 67 %,
Mobil 60% dan Colgate – Palmilive 60 %, 2 Demikian pula IBM,
2
“The Top 1500 Companies,” Economic Information System, New York, 1982
Agung Teja, Pemasaran Global 137

Caterpillar, Coca Cola, Dow Chemical, Ford, Gillete, Gulf Oil, ITT,
Kodak, Pfizer dan Xerox memperoleh lebih dari 50% labanya dari
luar negeri, dan operasai bisnis mereka di luar negeri mengalami
perkembangan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi
bisnis mereka di dalam negeri (USA).

 Kapitalisasi Teknologi; Banyak perusahaan akhirnya membuka


kegiatan bisnisnya di luar negeri dengan alasan untuk membiayai
atau memodali teknologinya di Negara lain. Hal ini dimungkinkan
oleh kondisi aturan dan keadaan dalam negeri yang tidak
memungkinkan dalam jangka panjang untuk menggunakan
teknologi yang dimaksud di dalam negerinya.

 Memperoleh sumber-sumber yang murah; terdapat alasan lain


yang menyebabkan perusahaan melakukan bisnis di luar negeri.
Bukan hanya melihat adanya peluang pasar tetapi karena alasan
efisiensi. Beberapa factor-faktor produksi terasa lebih murah di
negera lain dibandingkan dengan di dalam negeri. Masing-masing
Negara memiliki keunggulan komparatif dan kompotitif yang
menjadi pertimbangan untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang
produksi bahkan mungkin dalam hal distribusi. Adidas produk
sepatu olah raga mulai diproduksi di Cina karena alasan tenaga
kerja di Negara tersebut lebih murah. Demikian pula saingannya
membangun pabrik di Asia. Selain karena alasan pasar Toyota
Kijang di produksi di Indonesia karena alasan bahan baku dan
tenaga kerja lebih murah dibandingkan dengan di Jepang.

 Diversifikasi International; strategi ini mengandung pengertian,


bahwa produk yang dijual dipecah wilayah kegiatan pemasarannya
ke dalam berbagai wilayah Negara lain yang menjadi pasar sasaran.
Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko akibat pontensi bisnis
yang ada di dalam negeri atau di beberapa Negara yang menjadi
pasar sasaran tidak menguntungkan. Masing-masing Negara
memiliki struktur ekonomi yang tidak sama dan variasi
perubahannya serta resiko yang mengikuti juga selalu berbeda.
Perusahaan akan rugi jika seluruh produknya dijual dalam satu
Negara saja, jika terjadi perubahan ekonomi atau factor-faktor alam
seperti cuaca yang tidak mendukung bisnis produk tersebut. Pepsi
Cola permintaan di Mexico mungkin dapat turun akibat stagnasi
ekonomi Negara tersebut. Tetapi tidak demikian halnya dalam
waktu yang sama untuk pasar di Brazil, Belanda dan Spanyol.
Sehingga kerugian di Mexico mungkin bisa diatasi oleh keuntungan
yang diperoleh di Spanyol. Di Jepang Mc Donald lebih banyak
Hamburger yang terjual dibandingkan dengan di Negara asalnya
yaitu USA.
Agung Teja, Pemasaran Global 138

Makna Suatu Nama Merek


Nama produk dan perusahaan memiliki peranan penting yang sangat
penting dalam dunia bisnis, dan sangat menentukan keberhasilan
pemasaran; lebih-lebih pada saat era globalisasi saat sekarang ini.
Seperti yang diungkapkan oleh Warren J Keagen; “diperlukan
keunikan strategi jika ingin menang atau minimal bertahan”. Banyak
perushaaan dengan kondisi persaingan yang sangat ketat, berusaha
memenangkan persaingangan dengan cara menterjemahkan keinginan
pelanggan dalam bentuk produknya. Dan tidak hanya sekedar itu, produk
memilki keunikan tersendiri yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan. Dari bentuk produk dan fungsinya dalam memuaskan kebutuhan
ditambah dengan harga yang relative lebih terjangkau, dan penentuan nama
atau merek yang menarik maka terasa semakin besar ambisi perusahaan
untuk memanjakan konsumennya.
Berbagai contoh mengenai pentingnya nama:

 Perusahaan Otomotif Datsun dari Jepang awalnya dalam


memasarkan produknya di dalam negeri dan kawasan
regionalnya, tetap menggunakan merek tersebut. Tetapi begitu
memasuki kawasan Eropa, mereka gagal. Menurut Warren J
Keagen merek tersebut kurang menarik bagi masyarakat Eropa.
Oleh sebab itu pihak Datsun memilih Nissan. Terbukti
kemudian nama ini dapat diterima oleh masyarakat Global
sehingga menjadi mengglobal dan nama tersebut menjadi nama
Global yang populerr tidak saja di Eropa tetapi juga di Dunia.

 Perusahaan Coklat Mars. Perusahaan ini pada awalnya


menggunakan merek Snikers. Tetapi begitu memasuki pasaran
Inggris produk tersebut kurang mendapat respon. Karena nama
tersebut di Inggris berkonotasi negative, oleh sebab itu pihak
Mars mengubah produknya khusus untuk pasar Inggris menjadi
Marathan.

Masalah nama produk merupakan salah satu aspek yang ikut


menentukan kemenangan dalam pasar Global yang petanya sangat
kompleks. Belum lagi; kondisi ekonomi, kebiasaan masyarakat setempat,
atau gaya hidup yang berbeda-beda antara masyarakat Negara satu dengan
Agung Teja, Pemasaran Global 139

Negara lain. Oleh sebab itu perlu memperhatikan hal-hal yang tampak
sepele tetapi memiliki dampak besar terhadap perusahaan.

Kasus Perubahan Nama Merek

SARI PUSPA BERGANTI MEREK

Anda pernah dengar atau melihat bahkan memakai produk


Obat nyamuk oles yang diberi nama Sari Puspa? Merek ini
pernah populer. Tetapi sekarang Anda tidak akan pernah
memperoleh merek tersebut di pasar manapun. Mengapa?
Karena Sari Puspa telah berganti nama merek menjadi Soffell.

Banyak pengamat pemasaran menilai dan spesimis ketika


Sari Puspa berganti merek menjadi Soffell. Karena nama merek
Sari Puspa sudah mampu mengakar di konsumen Indonesia.
Komunikasi pemasaran yang sukses luar biasa membuat Sari
Puspa mampu meraup pangsa pasar 60% sebagai katagori Obat
nyamuk oles. Nama Sari Puspa lahir dari istilah Indonesia,
kemudian diganti dengan nama merek Soffell yang berbau asing.
Bagi beberapa pengamat pemasaran ini merupakan langkah yang
“membingungkan”. Ada kesan Sari Puspa dalam kecemasan
sendiri, padahal brand equity-nya sangat kuat di Indonesia
terutama brand awareness-nya cukup tinggi dan persepsi kualitas
konsumen juga masih bagus. Seharusnya Sari Puspa tidak
mengambil langkah buru-buru. Pergantian nama justru terjadi
pada saat puncak ekuitas mereknya sedang lagi luar biasa.
Menurut para pengamat, Nama Sari Puspa tidak ada resiko atau
masalah apapun. Mengapa justru diganti. Bahkan sebagian besar
konsumen Sari Puspa dari kalangan menengah ke bawah
dikawatirkan tidak suka dengan pergantian nama yang berbau
asing tersebut. Maklum, mereka merupakan kelompok
masyarakat yang lebih cenderung berkimunikasi dengan budaya
local. Lebih ektrim, bagaimana kalau Sari Puspa dipersepsikan
sudah mati dan tidak ada pengganti. Artinya konsumen tidak
menangkap Soffel “jelmaan” dari Sari Puspa. Dan mencari merek
lainya yang sudah tidak asing lagi ditelinga dan benaknya, tidak
memilih Soffell karena dianggap merek baru yang belum
dikenalnya.

Walaupun berbagai kekuatiran dari pengamat pemasaran


tentang pergantian merek tersebut, rupanya manajemen
(pengambil keputusan) Sari Puspa tidak terpengauh. Mereka
masih tetap melakukan kebijaksanaan mengubah nama Sari
Agung Teja, Pemasaran Global 140

Puspa dengan nama merek Soffell. Widjajanto marketing


Manajer memiliki alasan yang sangat kuat tentang keputusan
pergantian merek itu, yaitu membawa brand Soffell untuk masuk
pasar international. Selama ini produk Sari Puspa hanya di pasar
dalam negeri, sementara untuk pasar luar negeri seperti Vietnam,
Thailand, dan Malaysia menggunakan nama Soffell. Setelah
melihat Soffell berhasil menjadi market leader di Thailand dan
Vietnam, rupanya yang melatar belakangi pengambil keputusan
untuk mengganti nama Sari Puspa menjadi Soffell. Untuk
selanjutnya hanya dikenal satu merek, baik dalam negeri maupun
pada pasar international. Sehingga menghindari terjadinya
kanibalisasi pasar.

Keputusan Soffell itu mengingatkan pada upaya Handyplast


menjadi Hansaplast tahun 1998-an. Pada waktu itu Handyplast
telah menguasai pangsa pasar 60% pada pasar obat plester kain.
Walaupun demikian akhirnya Hyandyplast mengubah nama
menjadi Hansaplast sebagai keseragaman merek secara global.
Langkah ini cukup berat. Bahkan PT Beiersdorft Indonesia
membutuhkan waktu 4 tahun untuk mempertimbangkan langkah
perubahan nama tersebut. Setelah yakin brand awareness
Handyplast cukup tinggi, barulah dilakukan perubahan nama.
Karena pada saat posisi brand seperti itu akan memudahkan
pasar dikomunikasikan tentang perubahan nama. Keyakinan
Beiersdorft itu ternyata terbukti. Pasar dapat menerima
Hansaplast dengan mudah, karena symbol-simbol yang menyatu
dengan Handyplast (merek lama) tidak ditinggalkan begitu saja.
Maskot dan jingle dipertahankan. Perubahan nama tidak
mengubah citra positif yang sudah berkembang dalam merek
global yang berasal dari Jerman ini.

Dalam kegiatan komunikasi pemasaran, khususnya


pengiklanan, penampilan Hansaplast tidak di komfrontatif
(membujuk pelanggan untuk melakukan pembelian, dan berusaha
untuk membujuk pelanggan meningggalkan merek pesaing).
Tetapi ia hanya melakukan komunikasi yang simple langsung ke
inti komunikasi, tidak banyak pernak-pernik, hanya satu pesan
perubahan nama secara sederhana dan informative. Tujuannya
tidak mencari lonjakan penjualan, tetapi penerimaan konsumen
terhadap perubahan nama tersebut. Rupanya pengambil
keputusan sangat menyadari bahwa penerimaan konsumen jauh
lebih penting dari pada peningkatan volume penjualan.

Rupanya pengambil keputusan pemasaran Soffell belajar


banyak dari strategi Hansaplast. Dalam kegiatan pengiklanan
Soffell juga tidak konfrontatif dalam komunikasi penggantian
nama baru. Konfrontatif berarti menyerang dengan membujuk
pelanggan melakukan pembelian segera ini berarti ancaman bagi
pesaing, yang menambah rumit. Sehingga diperlukan dua
“peluru” satu untuk menghadapi pesaing yang reaktif atas pesan
Agung Teja, Pemasaran Global 141

iklan, dan satunya untuk konsumen, agar mau menerima


pergantian merek tersebut. Rupanya manajemen menyadari hal
tersebut menjadi berat. Oleh sebab itu iklan komunikatif menjadi
lebih baik, dengan menggunakan pesan yang simple dan mudah
di pahami pelanggan tentang pergantian merek. Sikap hati-hati
dengan tidak melakukan perubahan yang drastic menjadi pilihan
yang cerdik. Setidaknya Soffell menjadi terhindar dari “gejolak
pasar” karena konsumen tidak melihat perubahan yang drastis
dan ekstrim. Antara bapak dengan anak harus ada kemiripan.
Atau seperti anak kembar. Justru sebalikanya jika bapaknya indo
anaknya Melayu, akan susah diterima sebagai turunan. Setidak-
tidaknya pergantian nama memiliki kemiripan fisik. Itulah yang
terjadi pada Soffell. Simbol-simbol yang telah menyatu pada citra
Sari Puspa tidak diubah. Seperti slogan Soffell sama dengan Sari
Puspa dulu: “Tahan lebih lama”. Begitu pula dengan harga dan
design, kemasan, iklan semuanya tidak berubah. Oleh sebab itu
penerimaan pasar menjadi mulus tanpa gejolak. Untuk
menghindari keterasingan pelanggan dengan brand Soffell maka
diluncurkan dua varian baru, “kulit jeruk” dan “daun sereh” pada
saat peluncuran Soffell.

Dengan membuat kampanye iklan yang komuikastif


walaupun tidak atraktif, sangat memuluskan upaya penerimaan
konsumen tentang perubahan nama ini. Mr Samuel dari Team
Dwi Sapta (Biro Iklan) sengaja tidak mengubah atau
memodifikasi citra positif yang sudah tertanam pada Sari Puspa.
Yang dilakukan hanya memberikan nilai lebih pada merek yang
sudah mapan dan terpercaya tersebut. Iklan yang memiliki durasi
waktu 30 detik hanya digambarkan stiker Sari Puspa dikelupas
dan berganti menjadi Soffell. Tagline-nya berbunyi: “Sari Puspa
berubah menjadi Soffell, merek international”. Lihat gambar
berikut.

Dengan menggunakan strategi pesan iklan komunikatif


ternyata membantu mempercepat penetrasi Soffell ke pasar.
Dihadapan media, para pengambil keputusan juga tidak terlalu
banyak menujukan komunikasi yang dapat memancing
pertanyaan alasan Sari Puspa berganti nama menjadi Soffell.
Malah akan menimbulkan inpormasi yang membias dan
penafsiran yang berbagai macam dan polemic. “Tidak ada yang
perlu dibesar-besar dalam perubahan Sari Puspa. Kami hanya
mengubah nama. Titik”. Demikian kata Widjajanto kepala media
eksekutuf PT Herlina Indah, pemilik merek Soffell.

Dengan langkah cantik yang ditempuh Soffell, hasilnya


diluar dugaan.Dalam waktu dua bulan setelah dikenalkannya
Soffell sebagai merek baru, terjadi lonjakan permintan. Market
Sharenya meningkat. Respon pasar yang posistif ini disebabkan
oleh keberhasilan iklan. Secara tidak langsung iklan tersebut juga
menyampaikan (mengimformasikan) kepada konsumen Indonesia
Agung Teja, Pemasaran Global 142

bahwa produk pilihan mereka yang bernama Soffell juga menjadi


pemimpin pasar di Luar negeri. Artinya Soffell telah memenuhi
jaminan mutu standar international.

Bukti lainnya akan keberhasilan Soffell, dilaporkan


berdasarkan hasil survey konsumen pasca pergantian nama. Hasil
survey tersebut menyatakan, konsumen dapat merima dengan
baik perubahan nama merek tersebut. Konsumen mengetahui
adanya perubahan nama, dan percaya kualitas produk tidak
berubah. Konsumen tidak mau beralih ke merek lain karena harga
Soffell sana dengan merek sebelumnya Sari Puspa. Oleh sebab
itu Soffell tetap mendominasi pasar Indonesia mengalahkan
Autan dai PT. Johnson Home Hygiene Product dan Lavenda dari
PT. Leonindjaya.

Sumber: diadopsi data diaolah dari, Dyah Hasto Palupi & Teguh
Sri Pambudi, Advertising That Sells Dwi Sapta, Strategi Sukses
Membawa Merek Anda Menjadi Pemimpin Pasar, Gramedia,
Jakarta, 2006. Hal. 125-130

Tahap Menuju Pasar Global


Banyak perusahaan yang begitu cepat terjadi pada era globalisasi.
Khusunya dalam bidang ekonomi dan dunia usaha. Kekuakatan ekonomi
yang semula terpusat di Eropa saat sekarang ini mulai mengalami
pergerakan atau bergesar ke kawasan Asia-Fasifik. Seperti Singapura, tahun
2020 saat kesepakatan Apec (Asia pacific Economic Cooperation)
diberlakukan sepenuhnya, akan melejit GNP nya hingga mencapai US $
75.200. Begitu pula dengan dunia bisnis, para pengusaha pasar seperti
Internasional Business Machine (IBM) kini tidak lagi mampu
mempertahankan kedudukannya. Padahal IBM gudangnya ilmu-ilmu
manajemen yang terkenal.
Perubahan yang lainnya pada tahun 1995 misalnya; dalam dunia
telekomunikasi ada 13 pemain utama, yaitu AT and T, Itatel, Philips, GTE,
Siemens, Plessey, GEC, NTI, Alcatel, ITT, Ericsson, Telttra, dan NEC.
Tetapi setelah memasuki persaingan Global tahun 1995, posisi pemain telah
berubah menjadi 10 pemain utama. Yaitu; AT and T, Itatel, Siemens, NTI,
Alcatel, Ericsson, Teltra, Nec, Fujitsu, dan Hitachi. Kedua nama terakhir
yaitu Fujitsu dan Hitachi adalah pendatanmg baru dari Jepang dalam bisnis
telekomunikasi kemudian dapat menggeser pemain lama.
Contoh lain perushaan yang mengalami kesusahan dalam persaingan
Global, adalah perusahaan jam Benetton dan Eurodisney. Mereka
melakukan kesalahan besar dalam hal pemasaran, yaitu tidak
Agung Teja, Pemasaran Global 143

memperhatikan beberapa aspek pemasaran seperti karakteristik masyarakat


setempat. Kesalahan ini cukup menjolok, karena perusahaan yang dikelola
oleh kelompok Disneyland di USA dan di Jepang cukup sukses.
Mereka yang mampu memperhatikan karakteristik pasar Global dan
menterjemahkannya ke dalam produk dan aktivitas marketing umumnya
mampu bertahan. Dalam perdagangan international atau bisnis Global,
kesuksesan di negeri
sendiri belum tentu akan menjadi jaminan untuk sukses di negeri lain.
Menurut Prof Warren J Keagen ada lima tahap dalam konteks bisnis
international:
 Dometik, dimana perusahan bermula berkonsentrasi di dalam
negeri ketika pasar mulai jenuh akibat tingkat persaingan semakin
ketat perusahaan dipaksa menuju pasar international.
 Masuk ke pasar Internasional.
 Memasuki pasar multinasional, dimana mereka mulai investasi di
luar negeri dan memproduksi barang di luar negeri. Disini strategi
pemasaran terhadap Negara yang satu dengan Negara yang lainnya
pun sudah berbeda.
 Jika sudah berhasil ditahap ke tiga, maka akan memasuki tahap ke
empat yaitu; pasar Global. Disini perusahaan melihat kesamaan
antar konsumen di seluruh dunia, dengan menggunakan strategi
global, baik produk maupun cara berkomunikasi, perusahaan akan
memperoleh keuntungan dalam biaya yang efisien.
 Pada tahap terkhir perusahaan akan menjadi transnasional yaitu
dapat mengkombinasikan strategi sumber daya global dengan pasar
global. Mereka memanfaatkan pasar global untuk mendapatkan
keuntungan dari segi biaya melalui standarisasi, tetapi juga mereka
mempertimbangkan untuk dapat beradaptasi. Perlu diingat, tidak
semua perusahaan dapat memandang adanya kesamaan antar
konsumen di seluruh dunia. Tergantung pada bidang apa mereka
bergerak karena factor perbedaan kondisi atau karakteristik Negara
yang satu dengan Negara yang lainnya.

Keputusan Pemasaran dalam Bisnis Global


Dari sisi manajerial, terdapat enam keputusan penting dalam kegiatan
pemasaran dan bisnis global. Keenam langkah ini harus didasarkan atas
pertimbangan yang begitu mendalam jika ingin sukses dalam bisnis dalam
lingkungan global:
Agung Teja, Pemasaran Global 144

Keputusan penting dalam bisnis dan pemasaran global

Melihat Memutuskan Memutuskan Memutuskan


Melihat Memutuskan
apakah akan Memutuskan
pasar mana Memutuskan
cara untuk
lingkungan apakah akan pasar mana cara untuk
lingkungan pergi ke pasar yang akan memasuki
pemasaran pergi ke pasar yang akan memasuki
pemasaran International dimasuki pasar
global International dimasuki pasar
global

Memutuskan Memutuskan
Memutuskan
program Memutuskan
organisasi
program
pemasaran organisasiatau
pemasaran
pemasaran
global pemasaran
bisnis global atau
global bisnis global

Sumber: Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran,


Indeks, Jakarta, 2004

Strategi Masuk Pasar Bisnis International


Berbagai kasus yang menyebabkan perusahaan menjadi gagal masuk
pasar international walaupun telah membuktikan kesuksesannya di pasar
dometik. Karena kurangnya pemahaman tentang karakteristik luar negeri.
Kasus-kasus tersebut jangan sampai terjadi atau terulang, untuk itu terdapat
strategi jika akan go international.

Keputusan Strategi Memasuki Bisnis Pasar Global


Agung Teja, Pemasaran Global 145

MENGEKSPOR MEMBENTUK BERINVESTASI


MENGEKSPOR MEMBENTUK BERINVESTASI
Tidak langsung USAHA LANGSUNG
Tidak langsung USAHA LANGSUNG
Langsung PATUNGAN Fasilitas perakitan
Langsung PATUNGAN Fasilitaspabrikasi
perakitan
Pemberian lisensi Fasilitas
Pemberian
Pabrikasi lisensi
kontrak Fasilitas pabrikasi
Pabrikasi
Kontrak kontrak
Kontrak
Manajemen
Manajemen
Kepemilikan
Kepemilikan
bersama
bersama

Jumlah komitmen, risiko, pengendalian, dan potensi laba


Jumlah komitmen, risiko, pengendalian, dan potensi laba

Sumber: Philip Kotler, Garry Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 2


Indeks, Jakarta, 2001 hal. 865

1. Mengekspor; merupakan cara yang sangat sederhana untuk masuk


ke dalam pasar Negara asing. Secara pasif perusahaan dapat saja
menunggu pesanan dari luar negeri baru kemudian melakukan
ekspor. Seperti yang dilakukan oleh para pengusaha handicraft di
wilayah Tegalalang Bali. Mereka menunggu pembeli asing di
Artshop masing-masing setelah ada pembeli mengoder baru
mengirim keluar negeri. Tetapi ada pula dilakukan dengan cara aktif
yaitu; dengan cara gencar mencari peluang pasar di luar negeri,
melakukan kontrak kemudian mengekspor. Umumnya perusahaan
Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang ekspor karena
beberapa hal; pertama, tidak memahami pasar luar negeri dan
keinginan konsumen luar negeri, kedua, kurang memahami perturan
dan prosedur yang berlaku di Negara tujuan ekspor seperti standar
kualitas (ISO 9000) misalnya untuk ekspor produk tertentu harus
memenuhi standar ISO 9000 yang menyangkut kualitas produk.
Ketiga, kurang optimalnya peranan atase perdagangan. Jika kita
melakukan kegiatan ekspor berarti kita memasuki Blok perdagangan
international, berarti kita beradapan dengan peraturan. Disinilah
peran dari atase perdangan.

Perilaku kecendrungan eksportir Indonesia; terdiri dari empat


katagori;

a. Eksportir minat setengah-setengah. Bila ada pesanan


ekspor baru melakukan ekspor.
Agung Teja, Pemasaran Global 146

b. Exportir experimental; secara sadar melakukan ekspor tapi


jika gagal langsung mundur. Tetapi jika berhasil maju terus.
Kegiatan ekspor ini tidak bermaksud secara kontinyu bila
ternyata berhasil tetapi hanya bersifat sporadis. Kelemahannya
adalah masalah delivery. Importir dari USA selalu mengeluh
karena orang Indonesia (ekportir Indonesia) kurang tepat janji
(delivery time tidak pernah tepat).

c. Eksportir sebagai pelaksana; kegitan ekspor disini seperti


tukang jahit yaitu; value chain design dari luar negeri (design
model ditentukan) kemudian dijahit (manufacturing value
chain) di Indonesia, kemudian dipasarkan di luar negeri. Jadi
ekspor dilakukan sesuai dengan pesanan kebutuhan luar
negeri.

d. Exportir yang Mandiri; Biasanya eksportir seperti ini sudah


memiliki pengalaman. Misalnya indofood (indomie, Sari Mie,
Supermie) terkenal di luar negeri berhasil memenuhi selera
konsumen luar negeri. Hal ini dilakukan dengan proaktif
untuk melihat peluang pasar kemudian menciptakan produk
dan pemasaran. Peluang pasar di peroleh dengan mempelajari
karakteristik negera asing (baca lingkungan bisnis
sebelumnya, tentang lingkungan global).

Secara umum kegiatan ekpor dapat dikatagorikan menjadi dua


bagian yaitu ekspor langsung dan tidak langsung:

a. Ekspor tidak langsung: Banyak perusahaan memulai


dengan ekspor tidak langsung. Para industri kecil dan para
pengerajin handicraft di Indonesia umumnya melakukan
ekspor tidak langsung. Misalnya turis asing datang
membeli produk mereka stelah itu turis itu membawa
produk yang telah dibeli ke Kargo kemudian mengirimnya
ke luar negeri untuk mereka jual. Terjadi ekspor tidak
langsung. Banyak perusahaan melakukan ekspor tidak
langsung dengan cara bekerja pada lembaga pemasaran
international independent. Lembaga ini kemudian
melakukan ekspor produk tersebut.

b. Ekspor Langsung; perusahaan melakukan kegiatan


menangani ekpor mereka sendiri. Dampaknya investasi dan
resiko juga tinggi, walaupun kemungkinan untungnya juga
tinggi. Ekspor langsung dapat dilakukan dengan
mendirikan Departemen di dalam negeri yang khusus
menjalankan aktivitas ekspor, atau mendirikan cabang
Agung Teja, Pemasaran Global 147

penjulan di luar negeri, distribusi, dan bahkan promosi, atau


perusahaan dapat mengirim wiraniaga ke luar negeri untuk
melakukan tawaran penjualan, atau melakukan pameran
dagang di luar negeri.

2. Membentuk usaha patungan (joint venturing); yaitu bergabung


dengan perusahaan asing di luar negeri untuk memproduksi dan
memasarkan barang dan jasa. Ada beberapa bentuk usaha patungan:
3

a. Pemberian Lisensi; Suatu perusahaan mentransfer kepada


perusahaan luar negeri selama suatu kurun waktu tertentu
yaitu berupa hak untuk mempergunakan industrial property
right, seperti patent, know-how, merek dagang, nama, tetapi
harus membayar kompensasi atau rolalty. Ini merupakan cara
yang sederhana bagi perusahaan untuk masuk pasar
international. Perusahaan melakukan persetujuan atau
kesepakatan dengan calon pemegang lisensi di luar negeri
dengan membayar (fee) jasa atau royalty, kemudian pemegang
lisaensi memberikan hak untuk menggunakan proses
pabrikasi, merek dagang, paten, rahasia dagang, atau item
bernilai milik perusahaan yang bersangkutan. Coca-cola
memasarkan dengan memberikan lisensi kepada perusahaan
pemasok mereka di Negara lain dengan memberikan sirup
untuk produksi minuman coca-cola.
Biasanya licensing negotiation harus disertai dengan
technical atau services agreement agar penggunaan merek
tersebut terjamin dengan tujuan berjaga-jaga agar produk yang
dihasilkan tersebut standardized. Jadi inti dari licencing
adalah pemindahan hak milik yang tidak berwujud
(intangible)
Alasan perusahaan asing memberikan lisensi kepada
perusahaan indosnesia;

 Sebagai metode untuk bisa masuk ke pasar Indonesia.


 Sebagai usaha untuk melindungi paten trade mark di
Negara lain (dalam hal ini di Indonesia) terutama dari
pembajakan hak cipta.
 Karena Teknologinya sudah usang.
 Cross licensing; misalnya hasil penelitian dari suatu
Negara ditukarkan dengan hasil penelitian di Negara lain

3
Kotler, Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran Indeks, Jakarta.
Agung Teja, Pemasaran Global 148

(hasil penelitian pertanian di Indonesia di tukarkan


dengan Nigeria).

Lebih spesifik dari lisensi ada dikenal dengan Franchising.


Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat: yaitu; pihak
pertama disebut dengan Franchisor atau pemilik dan pihak
kedua Franchisee penerima bisa perorangan atau badan usaha.
Ada yang menyebutkan franchising merupakan licensing
ditambah nilai plus. Artinya; selain memperoleh
menggunakan industrial property (hak paten dll), Franchisor
(pemberi) juga membantu franchisee (penerima) dalam
organisasi, pemasaran, dan manajemen sesuai dengan
perjanjian yang disepakati secara permanent sebelumnya.
Contohnya; KFC memberikan technical know tentang
bagaimana cara memasak. Demikian juga dengan Mc Donald
memberikan metode manajemen dan teknik membuat produk
seperti burger dll. Dalam Franchising memberikan Standar
Operating Prosedur (SOP) yang harus ditaati. Tingkat atau
standard pelayanan KFC seperti kebersihan, keramahan
(ucapan salam pada pelanggan) kecepatan dan lain-lain sudah
ditentaukan dalam SOP tersebut.
Keuntungan dari Franchising;

 Expansi (perluasan pasar) bisa lebih cepat


 Metodenya Standardized (sudah termuat dalam SOP)
 Resiko politik (Political Risk ) kecil

Kerugian dari Franchising:


 Keuntungan terbatas karena harus dibagi dengan
pemilik sesuai dengan perjanjian.
 Franchisor agak sulit mengendalikan operasi di
Negara lain.
 Menciptakan pesaing.

b. Pabrikasi kontrak; melakukan kegiatan usaha patungan


dengan cara sebuah perusahaan yang bersangkutan melakukan
kontrak dengan pabrikan di pasar asing untuk membuat
produk atau memberikan layanan (service). Contohnya
Carrefour membuka pasar di Negara lain termasuk Indonesia.
Dalam bidang perhotelan; Hyatt, melakukan kegiatan
perhotelan (jasa atau service)

c. Kontrak Manajemen; kegiatan perusahaan patungan dengan


cara perusahaan domestic memasok pengetahuan manajemen
Agung Teja, Pemasaran Global 149

ke perusahaan asing yang melakukan penanaman modal.


Perusaaan domestic yang bersangkutan mengekspor jasa
manajemen bukannya barang atau produk. Contohnya Hilton
International Hotel melakukan hal itu, sehingga memudahkan
mengelola hotelnya di seluruh dunia.

d. Kepemilikan bersama; Usaha patungan dengan cara, sebuah


perusahaan tertentu bergabung dengan investor di luar negeri
untuk menciptakan perusahaan local dengan aturan kedua
perusahaan tersebut berbagi kendali dan kepemilikan. KFC
memasuki pasar Jepang dengan model kepemilikan bersama
dengan konlomerat Jepang Mitsubishi. Dengan cara ini
dipandang merupakan cara yang baik untuk masuk pasar
Jepang. Kelebihan Mitsubishi adalah sebagai penghasil ayam
berkualitas terbesar di Jepang, juga memahami kebudayaan
Jepang dan memiliki cukup modal untuk kerja sama.
Sebelumnya KFC sangat sulit diterima di pasar Jepang, tetapi
dengan kerja sama ini, kemudian KFC mengalami sukses
besar. Mengapa? Karena manajemen KFC sangat sulit
memahami kebudayan Jepang terutama kebiasaan-kebiasaan
orang Jepang dalam mengkonsumsi makanan. Tetapi
bimbingan Mitsubishi akhirnya memberikan perubahan.

3. Berinvestasi langsung: memasuki pasar asing dengan cara


membangun fasilitas perakitan atau pabrikasi yang berbasis di luar
negeri. Hal ini dilakukaj jika perusahaan telah memahami pasar
asing dan memiliki peluang pasar yang besar. Mereka telah memiliki
hubungan yang baik dengan pelanggan, pemasok dan pemerintah,
juga dengan distributor local yang ada di luar negeri.

Strategi Pemasaran Masuk Pasar Global


Dua macam strategi yang dapat digunakan dalam bisnis international
terutama dalam strategi pelaksanaan bauran pemasaran (maketing mix)
adalah sebagai berikut:

1. Strategi Standardizing Markreting: Kebijaksanaan produk dan


pemasaran sebagian besar tidak menyesuaikan dengan kondisi
Negara-negara yang menjadi pasar sasaran. Semuanya diberlakukan
atau distandarisasi dengan apa yang ada di Negara asalnya. Nokia
pada pertama kali dijual menggunakan strategi ini. Bentuk produk
dan system pemasarannya sesuai dengan di Negara asalnya.
Perkenalan produk bersangkutan ke pasaran luar negeri tanpa
Agung Teja, Pemasaran Global 150

perubahan sama sekali memang akan membuat tindakan menjadi


lebih efisien, karena tidak diperlukan penelitian dan R & D (riset
dan pengembangan) baru, tambahan penyusunan perlengkapan
pabrik, dan modifikasi promosi. Tetapi Strategi Standarisasi dapat
digunakan jika karakteristik antara Negara-negara yang dituju
menjadi sasaran pasar hampir sama semuanya, dengan apa yang
terjadi di Negara asalnya. Mungkin dua Negara atau tiga Negara
dapat digunakan strategi standarisasi, tetapi untuk negera lain
mungkin diperlukan penyesuaian. Kita tidak menginginkan
terjadinya kasus KFC (perusahaan Ayam Goreng dari Amerika)
dengan percaya diri yang tinggi membuka 11 cabang secara
berantai di Hongkong, dengan strategi standardizing, tetapi dalam 2
tahun akhirnya bangkrut.

2. Strategi customing marketing ( dikenal juga dengan Adaptasi);


Strategi ini sifatnya menyesuaikan dengan kondisi pasar atau
Negara yang yang menjadi sasaran. Mc Donald di Yogyakarta
menyesuaikan produknya dengan selera konsumen di Yogyakarta,
dengan mengubah sambalnya sedikit lebih manis. Dibandingkan
dengan di Manado rasa sambalnya jauh lebih pedas. Demikian pula
dengan di India, Mc Donald tidak menggunakan daging Sapi.
Strategi Adaptasi dapat dilakukan melihak kondisi pasar dan factor-
faktor lingkungan baik social budaya, selera konsumen, ekonomi
dan lain sebagainya, yang ada di tiap-tiap Negara sasaran termasuk
Negara asalnya, menunjukan keberbedaan yang sangat besar.
Kegagalan deodorant Merek Ego menembus pasar Afrika
disebabkan oleh bukan karena produknya tetapi system pemasaran
yang distandarisdasi dengan yang diberlakukan di Eropa. Iklan
deodorant tersebut di siarkan di stasiun-stasiun di Negara Afrika,
dengan menunjukan seorang pria pendek yang tidak percaya diri,
meraba-raba, gagal dalam sex, dengan pemandangan penuh wanita.
Tetapi setelah memakai deodorant tersebut, wanita-wanita tersebut
menariknya ke tenda dan menggerubutinya. Iklan ini berhasil pada
Negara-negara yang rata-rata masyarakatnya berkulit putih tetapi
gagal pada Negara yang masyarakatnya berkulit hitam. Di Eropa,
Mc Cain Foods mendistribusikan merek yang sudah berhasil yaitu
kentang goreng prancis yang dibekukan. Iklan TV di Jerman
menyajikan produk tersebut dengan segelas bir diatas meja. Tetapi
jika iklan yang sama tersebut diperlihatkan di Prancis konsumen
mungtkin akan menganggap bahwa iklan stersebut menghina,
karena minuman khas masayarakat Prancis adalah anggur (wine).
Kegagalan iklan tersebut karena tanpa melakukan strategi adaptasi
yang bertumpu dari perbedaan factor budaya.
Agung Teja, Pemasaran Global 151

Kedua strategi tersebut dapat dipadukan dengan menggunakan teori


clustering. Apabila terdapat karakteristik yang sama pada pasar beberapa
Negara maka strategi standardizing dapat digunakan demi efisiensi. Tetapi
jika sebaliknya ditemukan tidak ada kerakteristik yang sama antar beberapa
Negara maka pendekatan karakteristik tiap Negara atau penyesuaian dapat
dilakukan.
Contoh yang sudah menerapkan perpaduan kedua strategi ini adalah Mc
Donald. Perusahaan ini sukses menggunakan strategi standardizing
meskipun tidak semua outlet Mc Donald memiliki strategi posisioning
produk yang sama persis. Misalnya pada awalnya Mc Donald di Jepang
terkesan seperti restaurant anak muda. Kesan tersebut muncul karena
awalnya terletak pada jam atau waktu bukanya setiap hari pada waktu tidak
memungkinkan orang tua datang karena sibuk di kantor. Oleh sebab itu
hanya anak muda yang bisa datang sepulang sekolah, menyebabkan
restaurant tersebut di penuhi oleh anak muda setiap saat. Kondisi ini dimata
orang tua restaurant tersebut merupakan restaurant anak muda. Sehingga
orang tua walupun hari tertentu mereka memiliki waktu maka enggan untuk
datang. Melihat perkembangan tersebut, Mc Donald menarik kalangan
orang tua dengan menyediakan 4 jam makan pagi, siang, snack time, dan
makan malam. Disini Mc Donald akhirnya menyesuaikan diri dengan
karakteristik keadaan setempat. Kemudian di Indonesia Mc Donald juga
menyesuaikan diri dengan citra rasa dengan masyarakat setempat. Di
Yogyakarta sambalnya agak lebih manis, dan di Manado sambalnya agak
lebih pedas.
Menjadi suatu keharusan untuk mengetahui karakteristik Negara yang
akan menjadi pasar sasaran jika ingin sukses dalam bisnis Global.
Manajemen yang keras kepala dengan kesuksesan yang telah dialami di
dalam negeri hanya akan membawa bencana. Hal tersebut telah dibuktikan
oleh Campbell Soup Company merupakan perusahaan soup yang telah
sukses di USA. Kesusksesan ini dilihat dari marketing share 80 %, dari
penjualan soup basah di negeri tersebut. Kesuksesan ini mendorongnya
untuk membuka pasar Inggris. Ternyata prestasi Campbell ini jauh dari
yang diharapkan setelah memasuki pasaran Inggris. Campbell hanya
membidik adanya kesamaan antara orang Inggris dengan orang Amerika
yang memiliki hampir mirip selera makan tentang soup. Tetapi bagian yang
sepele dan menentukan rupanya tidak terdifinisikan atau terdeteksi oleh
team manajemen. Untuk pemasaran di Inggris Campbell mengandalkan
tampil dengan keemesan kaleng soup kental kecil (seperti aslinya di USA),
dengan label merah putih, pada tahun 1960 dengan menggunakan tema
iklan Amerika. Akhirnya Campbell menderita kerugian $ 30 juta. Sebab
konsumen di Inggris melihat kaleng soup yang berukuran kecil itu
berdampingan dengan kaleng soup yang berukuran besar dari Inggris.
Konsumen menganggap soup Campbell tersebut mahal. Padahal soup
tersebut kental dengan tambahan air akan menjadi sama besarnya dengan
soup Inggris.
Agung Teja, Pemasaran Global 152

Kemudian Campbell tahun 1978 memasuki pasaran Brazil. Patungan


dengan perusahaan setempat Campbell mengeluarkan modal sebesar $ 6
juta. Ketika itu Campbell menawarkan soup nya dengan kombinasi sayuran
dan daging sapi, yang dikemas dengan kaleng yang lebih besar, dengan
label merah putih yang menjadi cirri khasnya tersebut. Penjualan awal
memang memuaskan tetapi setelah itu penjualannya menurun. Setelah tiga
tahun dengan kompanye yang menelan dana sebesar $ 2 juta, Cambell
mengambil keputusan untuk menutup usahanya di Brazil.
Ternyata kesalahan di buat oleh team marketing yaitu kurang
memperhatikan karaksteristik budaya masyarakat Brazil. Team marketing
kurang mencari data atau riset market yang kurang lengkap, tanpa
mewawancarai kaum ibu-ibu rumah tangga sebagai orang yang memegang
keputusan belanja dari rumah tangga atau keluarga. Sudah menjadi budaya
di Brazil bahwa kaum ibu merasa berdosa apabila tidak menyediakan atau
menyiapkan makanan kepada keluarga baik suami atau anak-anaknya tanpa
memasak sendiri. Kalau dengan makanan kaleng biasanya dianggap kurang
mampu melayani keluarga. Mereka membeli Soup Campbell hanya jika
akan bepergian jauh. Kesalahan lain dari Campbell adalah; hanya
melakukan test dengan menggunakan sample yang ada sebuah kota sebelah
barat yang beriklim sedang yaitu Curitiba dan tidak melakukan test pasar di
wilayah lain yang beriklim sub tropis di Brazil.
Nasib yang sama dialami oleh Gerber di pasar Brazil. Gerber adalah
sebuah perusahaan yang bergerak di sector makanan bayi dari Amerika.
Kegagalan di pasar Brazil ini disebabkan oleh kaum ibu di Brazil lebih
cenderung memberikan makanan segar yang dibuat sendiri kepada bayinya
dari pada makanan pengganti. Hal ini disebabkan oleh kultur atau budaya di
mereka. Kaum ibu di brazil tidak dapat menerima perawatan terhadap bayi
atau pemberian perhatian terhadap anaknya tanpa melalui sentuhan tangan
sendiri. Mereka juga tidak bisa membiarkan bayi mereka di asuh tangan
orang lain, swemacam pramuwisma, yang akan menyediakan makanan jadi.
Mereka bersedia memberikan makanan yang dikemas itu hanya jika sedang
mengunjungi sanak keluarga atau teman, atau sedang dalam berpergian
saja.
Strategi penyesuaian atau yang dikenal dengan adaptasi dapat
dilakukan dalam kegiatan produk, promosi, harga dan distribusi.

1. Penyesuaian Produk; (Mengenai penyesuaian dalam bidang produk


sudah banyak disinggung sebelumnya ).

2. Kegiatan Promosi; apakah sama dengan di negeri asalnya atau


menyesuaikan diri dengan karakteristik negeri pasar luar negeri.
Perusahaan MNC menggunakan bentuk pengiklanan yang baku
(standardizing) di seluruh dunia. Tetapi beberapa perusahaan yang
lain justru menggunakan strategi penyesuaian (adaptation). Hal ini
disebabkan oleh adanya karakteristik Negara yang berbeda, sehingga
Agung Teja, Pemasaran Global 153

ada bagian-bagian tertentu bentuk promosi khusunya pengiklanan


harus disesuaikan. Seperti masalah warna diberbagai Negara
memiliki arti tersendiri, yang dapat menghambat kesuksesan bisnis.
Pada kebanyakan di Negara Amerika latin warna lembayung
dikaitkan dengan kematian, putih menunjukan tanda berkabung di
Jepang, di Malaysia hijau dihubungkan dengan warna mabuk rimba.
Selain warna namapun kadang-kadang harus dimodifikasi. Di Jerman
mist (halimun) berarti “manure” berarti pupuk, di Spanyol nama
Nova mobil Chevrolet diterjemahkan sebagai no va yang berarti tidak
mau jalan. Di Swedia, Helene Curtis harus mengubah nama
Shamponya dari Every Night Shampoo menjadi Every Day Shampoo
karena orang-orang Swedia memilki kebiasaan yang membudaya
mencuci rambut setiap pagi. Lalu bagaimana dengan makanan Hot
dog (semacam burger dengan sosis yang panjang) yang masuk pasar
Indonesia kalau dieja menjadi Hot Dog yang berarti anjing panas.
Walaupun dagingnya tidak haram tetapi terbuat dari bahan dan proses
pengerjaan yang halal Apakah konsumen muslim akan menerima
produk tersebut? Pada awalnya Hamburger juga pernah menjadi
masalah begitu masuk pasar Indonesia karena adanya kata “ham”
dalam nama produk tersebut yang berarti daging babi. Masyarakat
menterjemahkan bahwa hamburger adalah jenis makanan burger
yang terbuat dari daging babi. Tetapi kejelian para marketer
kemudian lebih banyak mensosialisasikan bahwa hamburger
bukanlah makanan yang dibuat dari daging babi tetapi nama tersebut
berasal dari kata Hamburg yang merupakan nama suatu kota di
Jerman. Akhirnya sampai sekarang makanan tersebut dapat diterima
oleh masyarakat konsumen Indonesia.

3. Harga; penyesuaian besarnya harga per satuan produk perlu


dilakukan, mengingat pendapatan masyarakat konsumen di Negara
yang bersangkutan berbeda dengan di Negara asal perusahaan.
Jepang sering melakukan politik dumping yaitu menetapkan harga
lebih murah di Negara lain untuk barang yang sama dibandingkan di
negaranya sendiri.

4. Saluran Distribusi: kebijakan pendistribusian barang untuk produk


ke luar negeri akan menjadi lebih rumit dibandingkan dengan jika
perusahaan tidak memasarkan produknya ke luar negeri. Gambar
berikut menunjukan tiga jalur utama yang menjadi mata rantai dari
penjual hingga samapai pada pembeli akhir.
Agung Teja, Pemasaran Global 154

Organisasi Saluran di
Organisasi Saluran di Saluran Pengguna
kantor pusat antara Saluran Pengguna
Penjual
Penjual
kantor pusat antara di dalam akhir atau
untuk Negara- di dalam akhir atau
untuk Negara- negara pembeli
pemasaran negara negara pembeli
pemasaran negara
international
international

mata rantai pertama, organisasi kantor pusat untuk pemasaran


international yang mensupervisi atau mengontrol saluran. Mata
rantai kedua, saluran diantara Negara-negara membawa barang
sampai ke perbatasan Negara asing. Mata rantai ke tiga, saluran di
dalam Negara membawa barang dari tempat masuknya barang
sampai dengan konsumen akhir.4

“SARI PUSPA” BERGANTI MEREK

Anda pernah dengar atau melihat bahkan memakai produk


Obat nyamuk oles yang diberi nama Sari Puspa? Merek ini
pernah populer. Tetapi sekarang Anda tidak akan pernah
memperoleh merek tersebut di pasar manapun. Mengapa?
Karena Sari Puspa telah berganti nama merek menjadi Soffell.

Kasus ini menjadi menarik untuk dipelajari. Dalam kegiatan


bisnis global biasanya kesuksesan dalam negeri menjadi acuan
untuk perubahan atau kebijaksanaan di luar negei. Kasus Sari
Puspa justru terbalik, kesuksesannya di luar negeri justru dipakai
untuk memukul atau menembak balik kesuksesan pasar domestic
yaitu Indonesia.

Banyak pengamat pemasaran menilai dan spesimis ketika


Sari Puspa berganti merek menjadi Soffell. Karena nama merek
Sari Puspa sudah mampu mengakar di konsumen Indonesia.
Komunikasi pemasaran yang sukses luar biasa membuat Sari
Puspa mampu meraup pangsa pasar 60% sebagai katagori Obat
nyamuk oles. Nama Sari Puspa lahir dari istilah Indonesia,
kemudian diganti dengan nama merek Soffell yang berbau asing.
Bagi beberapa pengamat pemasaran ini merupakan langkah yang
4
baca Kotler, Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, Prentice-Hall
Agung Teja, Pemasaran Global 155

“membingungkan”. Ada kesan Sari Puspa dalam kecemasan


sendiri, padahal brand equity-nya sangat kuat di Indonesia
terutama brand awareness-nya cukup tinggi dan persepsi kualitas
konsumen juga masih bagus. Seharusnya Sari Puspa tidak
mengambil langkah buru-buru. Pergantian nama justru terjadi
pada saat puncak ekuitas mereknya sedang lagi luar biasa.
Menurut para pengamat, Nama Sari Puspa tidak ada resiko atau
masalah apapun. Mengapa justru diganti. Bahkan sebagian besar
konsumen Sari Puspa dari kalangan menengah ke bawah
dikawatirkan tidak suka dengan pergantian nama yang berbau
asing tersebut. Maklum, mereka merupakan kelompok
masyarakat yang lebih cenderung berkimunikasi dengan budaya
local. Lebih ektrim, bagaimana kalau Sari Puspa dipersepsikan
sudah mati dan tidak ada pengganti. Artinya konsumen tidak
menangkap Soffel “jelmaan” dari Sari Puspa. Dan mencari merek
lainya yang sudah tidak asing lagi ditelinga dan benaknya, tidak
memilih Soffell karena dianggap merek baru yang belum
dikenalnya.

Walaupun berbagai kekuatiran dari pengamat pemasaran


tentang pergantian merek tersebut, rupanya manajemen
(pengambil keputusan) Sari Puspa tidak terpengauh. Mereka
masih tetap melakukan kebijaksanaan mengubah nama Sari
Puspa dengan nama merek Soffell. Widjajanto marketing
Manajer memiliki alasan yang sangat kuat tentang keputusan
pergantian merek itu, yaitu membawa brand Soffell untuk masuk
pasar international. Selama ini produk Sari Puspa hanya di pasar
dalam negeri, sementara untuk pasar luar negeri seperti Vietnam,
Thailand, dan Malaysia menggunakan nama Soffell. Setelah
melihat Soffell berhasil menjadi market leader di Thailand dan
Vietnam, rupanya yang melatar belakangi pengambil keputusan
untuk mengganti nama Sari Puspa menjadi Soffell. Untuk
selanjutnya hanya dikenal satu merek, baik dalam negeri maupun
pada pasar international. Sehingga menghindari terjadinya
kanibalisasi pasar.

Keputusan Soffell itu mengingatkan pada upaya Handyplast


menjadi Hansaplast tahun 1998-an. Pada waktu itu Handyplast
telah menguasai pangsa pasar 60% pada pasar obat plester kain.
Walaupun demikian akhirnya Hyandyplast mengubah nama
menjadi Hansaplast sebagai keseragaman merek secara global.
Langkah ini cukup berat. Bahkan PT Beiersdorft Indonesia
membutuhkan waktu 4 tahun untuk mempertimbangkan langkah
perubahan nama tersebut. Setelah yakin brand awareness
Handyplast cukup tinggi, barulah dilakukan perubahan nama.
Karena pada saat posisi brand seperti itu akan memudahkan
pasar dikomunikasikan tentang perubahan nama. Keyakinan
Beiersdorft itu ternyata terbukti. Pasar dapat menerima
Hansaplast dengan mudah, karena symbol-simbol yang menyatu
dengan Handyplast (merek lama) tidak ditinggalkan begitu saja.
Agung Teja, Pemasaran Global 156

Maskot dan jingle dipertahankan. Perubahan nama tidak


mengubah citra positif yang sudah berkembang dalam merek
global yang berasal dari Jerman ini.

Dalam kegiatan komunikasi pemasaran, khususnya


pengiklanan, penampilan Hansaplast tidak di komfrontatif
(membujuk pelanggan untuk melakukan pembelian, dan berusaha
untuk membujuk pelanggan meningggalkan merek pesaing).
Tetapi ia hanya melakukan komunikasi yang simple langsung ke
inti komunikasi, tidak banyak pernak-pernik, hanya satu pesan
perubahan nama secara sederhana dan informative. Tujuannya
tidak mencari lonjakan penjualan, tetapi penerimaan konsumen
terhadap perubahan nama tersebut. Rupanya pengambil
keputusan sangat menyadari bahwa penerimaan konsumen jauh
lebih penting dari pada peningkatan volume penjualan.

Rupanya pengambil keputusan pemasaran Soffell belajar


banyak dari strategi Hansaplast. Dalam kegiatan pengiklanan
Soffell juga tidak konfrontatif dalam komunikasi penggantian
nama baru. Konfrontatif berarti menyerang dengan membujuk
pelanggan melakukan pembelian segera ini berarti ancaman bagi
pesaing, yang menambah rumit. Sehingga diperlukan dua
“peluru” satu untuk menghadapi pesaing yang reaktif atas pesan
iklan, dan satunya untuk konsumen, agar mau menerima
pergantian merek tersebut. Rupanya manajemen menyadari hal
tersebut menjadi berat. Oleh sebab itu iklan komunikatif menjadi
lebih baik, dengan menggunakan pesan yang simple dan mudah
di pahami pelanggan tentang pergantian merek. Sikap hati-hati
dengan tidak melakukan perubahan yang drastic menjadi pilihan
yang cerdik. Setidaknya Soffell menjadi terhindar dari “gejolak
pasar” karena konsumen tidak melihat perubahan yang drastis
dan ekstrim. Antara bapak dengan anak harus ada kemiripan.
Atau seperti anak kembar. Justru sebalikanya jika bapaknya indo
anaknya Melayu, akan susah diterima sebagai turunan. Setidak-
tidaknya pergantian nama memiliki kemiripan fisik. Itulah yang
terjadi pada Soffell. Simbol-simbol yang telah menyatu pada citra
Sari Puspa tidak diubah. Seperti slogan Soffell sama dengan Sari
Puspa dulu: “Tahan lebih lama”. Begitu pula dengan harga dan
design, kemasan, iklan semuanya tidak berubah. Oleh sebab itu
penerimaan pasar menjadi mulus tanpa gejolak. Untuk
menghindari keterasingan pelanggan dengan bran Soffell maka
diluncurkan dua varian baru, “kulit jeruk” dan “daun sereh” pada
saat peluncuran Soffell.

Dengan membuat kampanye iklan yang komuikastif


walaupun tidak atraktif, sangat memuluskan upaya penerimaan
konsumen tentang perubahan nama ini. Mr Samuel dari Team
Dwi Sapta (Biro Iklan) sengaja tidak mengubah atau
memodifikasi citra positif yang sudah tertanam pada Sari Puspa.
Yang dilakukan hanya memberikan nilai lebih pada merek yang
Agung Teja, Pemasaran Global 157

sudah mapan dan terpercaya tersebut. Iklan yang memiliki durasi


waktu 30 detik hanya digambarkan stiker Sari Puspa dikelupas
dan berganti menjadi Soffell. Tagline-nya berbunyi: “Sari Puspa
berubah menjadi Soffell, merek international”.

Dengan menggunakan strategi pesan iklan komunikatif


ternyata membantu mempercepat penetrasi Soffell ke pasar.
Dihadapan media, para pengambil keputusan juga tidak terlalu
banyak menujukan komunikasi yang dapat memancing
pertanyaan alasan Sari Puspa berganti nama menjadi Soffell.
Malah akan menimbulkan inpormasi yang membias dan
penafsiran yang berbagai macam dan polemic. “Tidak ada yang
perlu dibesar-besar dalam perubahan Sari Puspa. Kami hanya
mengubah nama. Titik”. Demikian kata Widjajanto kepala media
eksekutuf PT Herlina Indah, pemilik merek Soffell.

Dengan langkah cantik yang ditempuh Soffell, hasilnya


diluar dugaan.Dalam waktu dua bulan setelah dikenalkannya
Soffell sebagai merek baru, terjadi lonjakan permintan. Market
Sharenya meningkat. Respon pasar yang posistif ini disebabkan
oleh keberhasilan iklan. Secara tidak langsung iklan tersebut juga
menyampaikan (mengimformasikan) kepada konsumen Indonesia
bahwa produk pilihan mereka yang bernama Soffell juga menjadi
pemimpin pasar di Luar negeri. Artinya Soffell telah memenuhi
jaminan mutu standar international.

Bukti lainnya akan keberhasilan Soffell, dilaporkan


berdasarkan hasil survey konsumen pasca pergantian nama. Hasil
survey tersebut menyatakan, konsumen dapat merima dengan
baik perubahan nama merek tersebut. Konsumen mengetahui
adanya perubahan nama, dan percaya kualitas produk tidak
berubah. Konsumen tidak mau beralih ke merek lain karena harga
Soffell sana dengan merek sebelumnya Sari Puspa. Oleh sebab
itu Soffell tetap mendominasi pasar Indonesia mengalahkan
Autan dai PT. Johnson Home Hygiene Product dan Lavenda dari
PT. Leonindjaya.

Sumber: diadopsi data diaolah dari, Dyah Hasto Palupi & Teguh
Sri Pambudi, Advertising That Sells Dwi Sapta, Strategi Sukses
Membawa Merek Anda Menjadi Pemimpin Pasar, Gramedia,
Jakarta, 2006. Hal. 125-130
Agung Teja, Pemasaran Global 158

Anda mungkin juga menyukai