Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Bisnis

Jeff Madura yang diterjemahkan Yulianto, A. A. dan Krista (2007)

mendefinisikan, bisnis adalah suatu kegiatan yang didirikan untuk melayani kebutuhan

pelanggan oleh pemilik yang mencoba untuk memperoleh laba (h. 1).

M. Fuad, Christine H., Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2005) mendefinisikan,

bisnis adalah aktivitas produksi, pembelian, penjualan maupun pertukaran barang dan

jasa yang melibatkan orang atau perusahaan (h. 2).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah suatu kegiatan

penjualan yang dilakukan oleh orang atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pihak

lain dan memperoleh laba. Setiap perusahaan memiliki tujuan agar dapat meningkatkan

laba dari satu periode ke periode lainnya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu

penelitian terhadap bisnis yang dijalankan oleh perusahaan untuk membantu manajemen

perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan bisnis. Selain itu penelitian terhadap

bisnis yang dijalankan oleh perusahaan berguna untuk memecahkan masalah dan

memberikan penilaian apakah bisnis yang dijalankan oleh perusahaan masih

memberikan keuntungan yang optimal di masa mendatang.

II.2. Pengertian Laporan Keuangan

Munawir (2004), mendefinisikan Laporan keuangan adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat, untuk berkomunikasi antara data keuangan

7
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktivitas perusahaan tersebut (h. 2).

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007) dikatakan

bahwa laporan keuangan ialah suatu laporan yang disusun dan disajikan sekurang-

kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah

suatu laporan yang merupakan hasil dari proses akuntansi pada periode waktu tertentu,

yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Mengacu pada buku yang ditulis oleh Munawir (2004), maka dapat disimpulkan

bahwa laporan keuangan memiliki kepentingan untuk beberapa pihak, diantaranya:

1. Pemilik perusahaan

Dengan menggunakan laporan keuangan pemilik perusahaan akan dapat

menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan

kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dengan laba yang diperoleh

perusahaan.

2. Manajer atau pimpinan perusahaan

Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya pada suatu periode,

maka manajer akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki

sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat

untuk meningkatkan laba yang lebih tinggi di masa yang akan datang.

3. Para investor

Berdasarkan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu

perusahaan, maka investor dapat memutuskan dimana ia akan menanamkan

8
modalnya dengan memperhitungkan prospek keuntungan di masa mendatang dan

perkembangan perusahaan selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya.

4. Para kreditur dan bankers

Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan

kredit dari suatu perusahaan, maka pihak kreditur atau bankers perlu mengetahui

terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau

keadaan keuangan perusahaan yang meminta kredit akan dapat diketahui melalui

hasil analisa laporan keuangan perusahaan tersebut.

5. Pemerintah

Pemerintah tempat dimana perusahaan tersebut berdomisisli memiliki

kepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut, karena laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan tersebut menentukan

besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (PSAK No.

1) mengenai penyajian laporan keuangan, maka laporan keuangan yang lengkap

terdiri atas komponen-komponen berikut:

- neraca

- laporan laba rugi

- laporan perubahan ekuitas

- laporan arus kas

- catatan atas laporan keuangan

II.3. Pengertian Analisa Laporan Keuangan

9
Mengacu pada pendapat Munawir (2004) pengertian analisa laporan keuangan

dapat dikemukakan sebagai suatu proses menganalisa dan memperbandingkan data

keuangan untuk dua periode atau lebih yang dapat mendukung keputusan yang akan

diambil. Analisa terhadap laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja

perusahaan pada suatu periode, menilai prospek kinerja perusahaan di masa mendatang

dan memberikan gambaran mengenai kesehatan keuangan perusahaan untuk mengambil

keputusan-keputusan bisnis di masa mendatang.

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menganalisa suatu laporan

keuangan adalah dengan menggunakan analisa rasio. Rasio menggambarkan suatu

hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisa rasio ini akan

dapat memberikan gambaran kepada manajemen perusahaan mengenai keadaan

keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka

rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.

Dalam penelitian ini rasio keuntungan (Profitability Ratio) dominan digunakan

untuk melihat kinerja perusahaan dalam mendapatkan keuntungan setelah terkena

dampak dari krisis ekonomi global sehingga dapat ditarik kesimpulan seberapa besar

dampak krisis ekonomi global terhandap pencapaian perusahaan dalam mendapatkan

laba. Rasio keuntungan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada periode tertentu.

Selain itu, dalam penelitian ini juga akan menggunakan tiga metode untuk

menganalisa laporan keuangan, yaitu:

1. Analisa Horizontal

Analisa horizontal adalah suatu analisa dengan membandingkan laporan

keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan dapat diketahui perkembangan

10
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Analisa Horizontal ini disebut

juga dengan analisa dinamis karena kesimpulan yang diperoleh untuk

mengetahui perkembangan perusahaan dari beberapa periode.

2. Analisa Vertikal

Analisa vertikal adalah suatu analisa yang dilakukan hanya pada satu

periode saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos

lainnya yang ada di dalam laporan keuangan, sehingga hanya akan diketahui

keadaan keuangan atau hasil operasi pada satu periode tertentu saja. Analisa

vertikal disebut juga sebagai analisa yang statis karena kesimpulan yang dapat

diperoleh hanya untuk satu periode tertentu saja tanpa mengetahui

perkembangannya.

II.4. Pengertian Profitability Ratio

Mengacu pada buku yang ditulis oleh Munawir (2004), maka dapat disimpulkan

bahwa profitability ratio (rasio keuntungan) adalah suatu rasio yang memberikan

gambaran mengenai seberapa besar persentase keuntungan yang didapat oleh perusahaan

bila dibandingkan dengan jumlah penjualan yang didapat perusahaan. Dengan

melakukan perhitungan terhadap rasio keuntungan, maka akan didapat suatu kesimpulan

mengenai besarnya persentase kenaikan atau penurunan keuntungan yang didapat oleh

perusahaan bila dibandingkan antara satu periode dengan periode lainnya, sehingga

dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan strategi baru bagi manajemen perusahaan

untuk meningkatkan keuntungan di masa yang akan datang atau sebagai dasar untuk

mencari penyebab dan dampak menurunnya keuntungan perusahaan terhadap bisnis

11
yang dijalankan oleh perusahaan, dengan begitu akan didapatkan suatu cara untuk

meminimalisir dampak tersebut.

Rasio-rasio keuntungan yang digunakan adalah:

1. Gross Profit Margin

Adalah suatu rasio yang merupakan perbandingan antar gross profit (laba

kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada

periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor

yang dicapai setiap rupiah penjualan. Data gross profit margin dari beberapa

periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit

margin yang diperoleh dan bila dibandingkan dengan standard rasio yang telah

ditetapkan oleh manajemen perusahaan akan diketahui apakah margin yang

diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya.

Laba Kotor
Gross Profit Margin = 100%
Penjualan

2. Operating Profit Margin

Adalah suatu rasio yang merupakan perbandingan antara laba operasi

(operating profit) yang didapat oleh perusahaan dibandingkan dengan tingkat

penjualan yang dicapai oleh perusahaan pada periode yang sama. Operating ratio

mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga rasio yang tinggi

menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah

penjualan yang didapat diperoleh dengan biaya yang juga tinggi. Tetapi rasio

yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat

12
dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern seperti faktor harga

yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

Laba Operasi
Operating Profit Margin = 100%
Penjualan

3. Net Profit Margin

Adalah rasio yang merupakan perbandingan antara laba bersih (Net

Profit) dengan tingkat penjualan yang didapat oleh perusahaan. Besarnya persentase

dari Net Profit Margin, menunjukkan besarnya kontribusi penjualan terhadap

keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.

Laba Bersih
Net Profit Margin = 100%
Penjualan

II.5. Pengertian Manajemen Keuangan

Darsono P. (2006) mendefinisikan, manajemen keuangan adalah aktivitas

pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-

murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk

menghasilkan laba (h. 1). Aktivitas itu meliputi aktivitas pembiayaan, aktivitas

investasi, dan aktivitas bisnis.

Mengacu pada pendapat J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1999)

pengertian manajemen keuangan sebagai suatu proses merencanakan untuk memperoleh

dana dan menggunakan dana tersebut untuk memaksimalisasi nilai perusahaan.

13
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah

suatu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengolah dana yang

dimilikinya sehingga menghasilkan laba sebesar mungkin.

Teori manajemen keuangan sangat berguna dalam penelitian ini. Karena dengan

didasarkan teori dari manajemen keuangan, penulis dapat membantu perusahaan dalam

membuat suatu perencanaan keuangan perusahaan di masa mendatang berupa neraca

proforma perusahaan.

II.6. Pengertian Neraca

Mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (PSAK No. 1) maka dapat

disimpulkan bahwa neraca adalah salah satu komponen dari laporan keuangan yang

mencerminkan aset, kewajiban, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Neraca

perusahaan disajikan sedemikian rupa dengan menonjolkan berbagai unsur posisi

keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.

Neraca minimal mecakup pos-pos berikut :

- aset berwujud

- aset tidak berwujud

- aset keuangan

- investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas

- persediaan

- piutang usaha dan piutang lainnya

- kas dan setara kas

- utang usaha dan utang lainnya

- kewajiban yang diestimasi

14
- kewajiban berbunga jangka panjang

- hak minoritas

- modal saham dan pos ekuitas lainnya

II.6.1 Pengertian Neraca Proforma

Mengacu pada tulisan Iin Caratri (2007), proforma laporan keuangan merupakan

laporan proyeksi keuangan secara formal untuk suatu periode tertentu dan dalam format

yang konsisten. Pada umumnya suatu perusahaan menjalankan bisnisnya menggunakan

proforma laporan keuangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian untuk

dilaporkan kepada pemegang saham, investor, dan kreditur. Proforma ini digunakan

untuk menjadi dasar dalam membandingkan dan menganalisa informasi yang diperlukan

oleh manajemen, investor, dan kreditur mengenai sifat dari bisnis tersebut.

Banyak perusahaan yang menggunakan proforma laporan keuangan untuk

perencanaan dan pengendalian bisnis. Proforma ini digunakan manajemen untuk

mengevaluasi dan untuk dapat dibandingkan dengan alternatif strategi bisnis yang lain.

Dengan mempresentasikan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan

operasional yang satu dengan yang lainnya, manajemen dapat menganalisa hasil yang

diharapkan dari berbagai strategi, sehingga pada akhirnya memperoleh perencanaan

yang paling tepat.

Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa neraca proforma

adalah suatu proyeksi mengenai posisi aset, kewajiban, dan modal perusahaan di masa

yang akan datang, sehingga dengan tersusunnya suatu neraca proforma, perusahaan

dapat menyusun strategi yang tepat untuk memperoleh keuntungan yang optimal di masa

15
yang akan datang dan mengevaluasi strategi yang telah diterapkan sebelumnya oleh

perusahaan.

II.7. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Ahmad Subagyo (2008) mendefinisikan,Studi kelayakan adalah penelitian yang

mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk

dilaksanakan (h. 7).

Kasmir dan Jakfar (2008) mendefinisikan, Studi kelayakan bisnis adalah suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan

dijalankan , dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan(h. 6).

Berdasarkan literatur yang ada pada Wikipedia (2008), studi kelayakan sangat

diperlukan oleh banyak kalangan, terutama bagi para investor selaku penanam modal,

bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan

hukum dan perundang-undangan, yang tentunya semua pihak tersebut memiliki

kepentingan yang berbeda satu sama lainya. Investor memiliki kepentingan dalam

rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank memiliki kepentingan

untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran

pengembaliannya, pemerintah lebih menitikberatkan pada manfaat dari investasi tersebut

secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain.

Kondisi yang akan terjadi di masa yang akan datang dipenuhi dengan

ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena didalam

studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakanya

sehingga hasil dari studi tersebut dapat digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya

proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan.

16
Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang didasarkan pada

orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan. Pertama, berdasarkan orientasi laba,

yaitu studi yang menitikberatkan pada keuntungan yang secara ekonomis. Dan yang

kedua berdasarkan orientasi tidak pada laba (sosial), yaitu studi yang menitikberatkan

pada apakah suatu proyek tersebut dapat dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan

nilai atau keuntungan ekonomis.

Berdasarkan pengantar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan

bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek, dimana semua aspek tersebut

digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk

mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan

bahkan tidak dapat dijalankan.

II.8. Ruang Lingkup Studi Kelayakan Bisnis

Mengacu pada buku Husein Umar (2005), studi kelayakan bisnis memiliki

sepuluh aspek yang menjadi ruang lingkup dalam menilai apakah suatu bisnis yang

dijalankan oleh perusahaan masih layak dijalankan atau tidak oleh perusahaan.

Kesepuluh aspek tersebut adalah aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis dan

teknologi, aspek manajemen, aspek sumber daya manusia, aspek finansial, aspek

ekonomi, sosial, dan politik, aspek lingkungan industri aspek yuridis, dan aspek

lingkungan hidup.

II.8.1. Aspek Pasar

Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual dan

pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk

17
membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan

suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar,

sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton,

mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang-

orang yang mempunyai keinginan untuk puas, untuk belanja, dan kemauan untuk

membelanjakannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang

menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta

tingkah laku dalam pembeliannya.

Berkaitan dengan permasalahan permintaan konsumen dan penawaran produsen,

maka dalam melakukan studi kelayakan bisnis, harus:

1. Menentukan produk yang dihasilkan yang akan dijual ke pasar. Apabila produk

yang dihasilkan belum ada di pasar, maka produk tersebut tersebut akan menjadi

pelopor di pasar.

2. Menentukan jenis pasar dimana perusahaan menjalankan bisnisnya dan menjual

produknya. Dengan penentuan ini, maka dapat membantu manajemen dalam

menetapkan strategi dan kebijakannya.

3. Memberikan suatu proyeksi pendapatan hasil penjualan di masa yang akan

datang dengan menggunakan perhitungan metode kuadrat tekecil (least square

method) sehingga dapat membantu memberikan penilaian apakah bisnis yang

sedang atau akan dijalankan layak untuk dilanjutkan atau dilaksanakan. Rumus

dari metode kuadrat terkecil adalah sebagai berikut:

Yt = a + bt

a dan b ditentukan dengan rumus:

a = Y / n dan b = tY / t kuadrat

18
di mana:

Y = nilai-nilai data hasil ramalan

n = jumlah data

t = waktu tertentu yang telah ditransformasikan dalam bentuk kode

4. Memiliki informasi mengenai pangsa pasar (market-share) produk-produk

sejenis yang dianggap sebagai pesaing baik untuk saat ini maupun untuk masa

mendatang juga harus diperoleh. Dengan demikian, dapat dilakukan prediksi

terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam rangka

meningkatkan pangsa pasar atau paling tidak mempertahankannya.

II.8.2. Aspek Pemasaran

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan

kebutuhan pembeli. Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus

dilalui oleh produk yang dihasilkan sebelum sampai ke tangan konsumen.

Sebagaimana diketahui dalam ilmu strategi manajemen, bahwa manajemen

strategi perusahaan memiliki tahapan-tahapan. Sebelum sampai pada manajemen

fungsional, seperti manajemen keuangan, SDM, produksi/operasi, dan pemasaran,

terlebih dahulu manajemen strategi dimulai dengan visi, misi, tujuan-tujuan, serta

strategi pemasarannya. Setelah strategi pemasaran diketahui, maka bauran

pemasarannya dapat diketahui.

19
Seberapa luas dan dalam aspek pemasaran dalam studi kelayakan bisnis

dilakukan, tergantung pada besar-kecilnya bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.

Tetapi umumnya hasil studi untuk aspek pemasaran akan memberikan informasi seperti:

1. Bagaimana segmentasi, target, dan posisi produk ditetapkan.

2. Bagaimana strategi bersaing ditentukan.

3. Bagaimana program pemasaran dianalisis melalui bauran pemasaran.

4. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.

5. Perkiraan market-share yang bisa dikuasai perusahaan.

II.8.3. Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek lain yang menjadi dasar untuk menilai apakah suatu bisnis yang

dijalankan oleh perusahaan masih dianggap layak untuk terus dijalankan atau tidak

adalah aspek teknis dan teknologi. Maksudnya, apakah dari segi implementasi bisnis

yang dijalankan secara rutin dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi

yang akan dipakai.

Pada saat ini pilihan teknologi untuk memproduksi suatu produk terus

berkembang. Hendaknya, kemajuan teknologi membawa efisiensi yang tinggi pada

proses produksi dan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi, selain

keuntungan-keuntungan, juga terdapat kelemahan-kelemahan atas perkembangan

teknologi, misalnya, teknologi tersebut belum tentu cocok dengan lingkungan internal

dan eksternal perusahaan. Biasanya suatu produk tertentu dapat diproses dengan lebih

dari satu cara, sehingga teknologi yang akan digunakan harus ditentukan secara jelas.

Patokan umum yang dapat digunakan adalah dengan mengetahui seberapa besar manfaat

ekonomi yang diharapkan dari teknologi yang digunakan Beberapa kriteria lain adalah

20
kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan pemakaian teknologi di

tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi, dan kemampuan

antisipasi terhadap teknologi lanjutan.

Hasil studi atas aspek teknis dan teknologi akan memberikan informasi seperti:

1. Bagaimana perusahaan memilih strategi produksi, perencanaan produk, dan

kualitasnya, sehingga ada acuan yang jelas terhadap langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam proses berikutnya.

2. Bagaimana proses pemilihan teknologi yang tepat guna sehingga kinerja yang

diharapkan dari teknologi tersebut jelas.

3. Bagaimana menentukan kapasitas produksi yang optimal sehingga

kemampuannya dapat ditentukan, baik dalam rangka pemenuhan permintaan

pasar sasaran maupun perencanaan peningkatan pangsa pasar.

4. Jumlah kuantitas dari persediaan bahan baku yang sebaiknya tidak kurang dan

tidak berlebih, demikian pula persediaan barang jadi. Oleh karena itu, perlu

diketahui bagaimana cara yang digunakan oleh peusahaan dalam mengendalikan

persediaan tersebut.

5. Bagaimana perusahaan melakukan pengawasan terhadap kualitas produk yang

dihasilkan.

II.8.4. Aspek Manajemen

Tujuan dari studi atas aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah bisnis

yang dijalankan oleh perusahaan dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,

sehingga bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dapat dinyatakan layak, atau

sebaliknya.

21
Hasil studi atas aspek manajemen hendaknya memberikan informasi dalam dua

kegiatan pokok, yaitu manajemen dalam perencanaan bisnis dan bisnis yang secara rutin

dijalankan oleh perusahaan dalam hal:

1. Perencanaan. Studi kelayakan bisnis harus dapat menilai perencanaan dari sisi

pendekatan yang digunakan, dari sisi jangka waktu dan dari sisi tingkatan

manajemen. Perencanaan juga hendaknya dinilai dari sisi fungsinya. Program

kerja yang tidak terlepas dari anggaran merupakan suatu perencanaan juga

hendaknya dibuat dengan teknik-teknik tertentu, sehingga dapat dinilai apakah

program kerja tersebut layak atau tidak waktu direalisasikan dalam kedua

kegiatan pokok tersebut.

2. Pengorganisasian. Studi kelayakan bisnis harus dapat mengkaji apakah langkah-

langkah pengorganisasian di dalam dua kegiatan pokok di atas dapat

direncanakan dan diperkirakan akan berjalan dengan baik. Langkah-langkah

pengorganisasian itu yang utama adalah mampu membuat perencanaan berupa

rincian seluruh pekerjaan yang akan dikerjakan, pembagian beban kerja ke dalam

aktivitas-aktivitas yang akan dikerjakan oleh para pekerja, pengkombinasian

pekerjaan-pekerjaan yang ada, penetapan mekanisme untuk pengkoordinasian

pekerjaan, dan pemantauan efektivitas organisasi dan pengambilan langkah-

langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.

3. Penggerakan (actuating). Studi kelayakan bisnis harus dapat mengkaji fungsi

manajemen yang lain, yaitu penggerakan (actuating), apakah layak atau tidak

layak. Pengkajiannya dapat melalui beberapa aspek pokok, seperti bahwa

manajemen hendaknya dapat mempengaruhi orang-orang agar bersedia bekerja

dengan baik bahkan lebih baik, mampu melakukan daya tolak pada seseorang

22
anggota perusahaan bila dianggap perlu, mampu memupuk kesetiaan pada tugas,

kepada pimpinan dan perusahaan di mana karyawan bekerja.

4. Pengendalian. Studi kelayakan bisnis harus mampu mengkaji aspek pengendalian

bagi kedua kegiatan pokok yang telah disebutkan di atas, sehingga dapat diambil

keputusan layak atau tidak layaknya pada aspek pengendalian ini. Kajian dapat

diarahkan pada fungsi pokok pengendalian, seperti mencegah secara maksimal

terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-kesalahan, memperbaiki

berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, mendinamisasikan

organisasi ke arah yang lebih efektif dan efisien, serta meningkatkan rasa

tanggung jawab setiap unit organisasi dengan selalu bekerja secara benar,

sehingga penyimpangan-penyimpangan menjadi sulit muncul.

II.8.5. Aspek Sumber Daya Manusia

Studi atas aspek sumber daya manusia (SDM) bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam perencanaan dan menjalankan bisnis dapat dinilai layak atau tidak dilihat

dari ketersediaan SDM. Bisnis rutin yang dijalankan oleh perusahaan sangat

memerlukan kelayakan aspek SDM-nya. Keberadaan SDM dalam suatu perusahaan

sebaiknya dianilisis untuk mendapatkan jawaban apakah SDM yang ada sudah sesuai

dengan kepentingan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Kajiannya dapat dimulai

analisis pekerjaan, rekrutmen, seleksi, orientasi, sampai pada pemutusan hubungan

kerja.

Hasil studi atas aspek SDM hendaknya memberikan informasi dalam hal

menentukan kelayakan tiap unsur SDM, seperti penentuan deskripsi pekerjaan yang

jelas, penentuan kebijakan pelaksanaan rekrutmen-seleksi-orientasi, penentuan

23
produktivitas, rencana pelatihan dan pengembangan, penentuan prestasi kerja,

kompensasi, perencanaan karier, keselamatan dan kesehatan kerja, dan mekanisme PHK.

II.8.6. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah

untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang

diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti

ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan

untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai

apakah bisnis yang sedang dijalankan oleh perusahaan masih layak atau tidak untuk

dilanjutkan.

Dalam penelitian ini, digunakan tiga metode untuk mempertimbangkan apakah

perusahaan dapat melakukan investasi atau tidak ketika perusahaan berencana

melakukan ekspansi. Kelima metode tersebut adalah:

1. Net Present value (NPV)

Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang

relevan.

n CFt
NPV = - Io
t=1 ( 1 + K )^t

di mana:

CFt = aliran kas pertahun pada periode t

24
Io = investasi awal pada tahun 0

K = suku bunga (discount rate)

Kriteria penilaian:

- jika NPV > 0, maka usulan investasi diterima

- jika NPV < 0, maka usulan investasi ditolak

- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan investasi diterima ataupun

ditolak

2. Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan

nilai sekarang dari penerimaan kas yang diharapkan di masa datang dengan

pengeluaran investasi awal.

n CFt
Io =
t=1 ( 1 + IRR )^t

di mana :

t = tahun ke

n = jumlah tahun

Io = nilai investasi awal

CF = arus kas bersih

IRR = tingkat bunga yang dicari harganya

Kriteria penilaian dalam metode IRR ini adalah jika IRR yang didapat

ternyata lebih besar dari tingkat pengembalian yang ditentukan maka investasi

dapat diterima.

3. Return On Investment (ROI)

25
ROI adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat

efektivitas atas investasi yang ditanamkan dalam asset yang digunakan oleh

perusahaan untuk menjalankan operasinya untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan kata lain ROI adalah rasio untuk melihat seberapa besar laba yang

didapat oleh perusahaan atas investasi yang ditanam oleh perusahaan. ROI juga

bermanfaat sebagai dasar pengambilan keputusan apakah suatu proposal

investasi itu dapat dijalankan atau tidak.

Laba Bersih + [(Beban Bunga) (1 Tarif Pajak)]


ROI = 100%
Hutang Jangka Panjang + Modal

4. Return On Asset (ROA)

ROA adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui tingkat

pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata lain ROA

dapat digunakan untuk mengetahui besarnya laba yang didapat oleh perusahaan

dari asset perusahaan. Besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya Net Profit

Margin atau Assets Turnover perusahaan, bila besar kedua ratio ini berubah

maka besarnya ROA perusahaan juga akan ikut berubah.

Laba Bersih
ROA = 100%
Total Asset

5. Return On Equity (ROE)

ROE adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui tingkat

pengembalian dari equity (modal) perusahaan. Dengan melakukan perhitungan

26
melalui rasio ini, maka manajemen perusahaan dapat mengetahui seberapa besar

tingkat laba yang didapat dari modal yang dimiliki oleh perusahaan.

Laba Bersih
ROE = 100%
Modal

II.8.7. Aspek Ekonomi, Sosial, Dan Politik

Dalam melakukan suatu studi kelayakan bisnis, sebagi titik tolak untuk

melakukan analisis, diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui

seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi

suatu bisnis, selain juga untuk mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan oleh bisnis

yang dijalankan oleh perusahaan bagi lingkungan luar jika bisnis telah direalisasikan.

Berhubungan dengan manfaat dan biaya terhadap lingkungan luar, kedalaman dan

keluasan analisis yang akan dilakukan tergantung pada kriteria-kriteria yang telah

ditentukan untuk menilai bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.

Hasil yang dapat diperoleh dari studi atas aspek ekonomi, sosial, dan politik

seperti:

1. Bagaimana kondisi ekonomi serta peran pemerintah dapat menunjang bisnis

yang dijalankan oleh perusahaan dan bagaimana bisnis yang dijalankan dapat

sedikit-banyak mendukung pemerintah untuk memajukan ekonomi masyarakat.

Aspek ekonomi yang dikaji diantaranya, seperti rencana pembangunan nasional,

distribusi nilai tambah, nilai investasi per tenaga kerja, keuntungan ekonomi

nasional, hambatan-hambatan di bidang ekonomi dan dukungan pemerintah.

27
2. Bagaimana kondisi sosial akan saling mempengaruhi rencana bisnis, misalnya

informasi mengenai perusahaan sebagai lembaga sosial, perubahan kondisi sosial

yang kompleks, dan peran perusahaan dalam masyarakat yang pluralistik.

3. Bagaimana aspek politik akan berpengaruh pada rencana bisnis.

II.8.8 Aspek Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan di mana bisnis

perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan,

seperti ancaman pada perusahaan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk

kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis dalam studi kelayakan

bisnis.

Hasil dari studi atas aspek lingkungan industri harus memberikan informasi

seperti :

1. Bagaimana situasi dan kondisi ancaman masuk bagi pendatang baru. Jika,

perusahaan yang sedang menjalankan suatu bisnis adalah pendatang baru, maka

perlu dikaji kekuatan dan kelemahan industri tersebut untuk dapat masuk ke

industrinya.

2. Bagaimana situasi persaingan sesama perusahaan di dalam industrinya. Hal ini

perlu diketahui dalam rangka menyusun kekuatan untuk dapat masuk ke

industrinya, seperti yang telah disebutkan pada nomor satu di atas.

3. Ancaman dari produk pengganti. Jika, bisnis yang dijalankan oleh perusahaan

menghasilkan produk pengganti dari produk-produk yang sudah beredar,

perkirakan bagaimana ia dapat mengancam produk-produk tersebut. Jika, bisnis

yang dijalankan oleh perusahaan menghasilkan produk-produk sejenis yang

28
sudah beredar, maka dapat diperkirakan bagaimana ia masih dapat mengisi

pangsa pasarnya.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli (buyers). Pembeli-pembeli tertentu perlu

dicari tahu kekuatannya dalam rangka mempengaruhi harga produk. Para buyers

ini dapat mempengaruhi seluruh perusahaan dalam industrinya, termasuk

perusahaan yang sedang dilakukan uji kelayakan bisnisnya ini.

5. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya. Bagaimana pengaruh stakeholder

lainnya dalam menentukan bisnis, paling tidak pada perusahaan yang sedang

dilakukan uji kelayakan bisnisnya.

II.8.9. Aspek Yuridis

Aspek yuridis merupakan salah satu dasar yang menjadi bagian dalam studi

kelayakan bisnis yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan apakah secara yuridis

rencana bisnis dapat dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika bisnis yang dijalankan oleh

perusahaan dinilai tidak layak secara yuridis, maka bisnis yang dijalankan tersebut

berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau oleh protes masyarakat.

Hasil studi kelayakan berdasarkan aspek yuridis, harus memberikan informasi

seperti:

1. Bentuk jenis perusahaan, identitas pelaksana bisnis, bisnis apa yang dikerjakan,

izin pelaksanaan bisnis, dan tempat dimana bisnis yang dijalankan oleh

perusahaan belokasi. Sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya bisnis yang

dijalankan oleh perusahaan berdasarkan aspek yuridis.

29
2. Kajian yuridis terhadap bisnis yang sedang dijalankan oleh perusahaan harus

menggunakan peraturan-peraturan yang berlaku, seperti undang-udang dan

turunannya.

II.8.10. Aspek Lingkungan Hidup

Studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara

lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, bisnis yang dijalakan oleh

perusahaan dapat dinilai layak atau sebaliknya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bukanlah suatu proses yang

berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang lebih besar dan lebih

penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya. Sehingga AMDAL

dapat dipakai untuk mengelola dan memantau proses produksi dan lingkungannya.

Beberapa kegunaan dari AMDAL adalah sebagai berikut :

1. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan

lingkungan dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah

disusun berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang mungkin timbul dari

proses produksi dalam menghasilkan produk yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek. AMDAL merupakan salah satu studi

kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain

aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek teknis dan ekonomis. Bagian

dari AMDAL yang diharpakan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah

sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proses produksi,

terutama sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan proses produksi

tersebut seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar.

30
3. AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen

penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan dan

gambaran lingkungan pada saat proses produksi sedang berjalan. Dokumen ini

juga penting untuk melakukan evaluasi, untuk membangun pabrik baru yang

lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat legalitas.

31

Anda mungkin juga menyukai