Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN OPERASI

PERENCANAAN AGREGAT

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Susilo Toto Raharjo, S.E., M.T.

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Rahma Wardina (12010120140246)
2. Siti Chowinda Ayuningtias (12010120130196)
3. Mochamad Ilham (12010117140168)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Perencanaan Agregat ....................................................................... 3


2.2 Strategi Perencanaan Agregat .................................................................... 3
2.3 Metode Perencanaan Agregat ..................................................................... 7
2.3.1 Metode Grafis ................................................................................... 7
2.3.2 Metode Pendekatan Matematika ...................................................... 11
2.4 Perencanaan Agregat dalam Bidang Jasa .................................................. 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Operasi dengan judul “Perencanaan Agregat” ini dengan baik dan
lancar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah


Manajemen Operasi, Dr. Susilo Toto Raharjo, S.E., M.T., yang telah memberikan
bimbingan untuk menyelesaikan tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna mengingat kemampuan serta
pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karena itu, saran serta kritik yang
membangun dari teman-teman akan sangat membantu kami untuk penyusunan
makalah yang lebih baik di masa depan.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan


untuk penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, 6 November 2021

Penulis,

Kelompok 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aggregate Planning atau perencanaan agregat adalah proses penentuan


tingkat/kapasitas produksi secara keseluruhan untuk memenuhi perkiraan dan
tingkat permintaan dari pesanan dengan tujuan meminimalkan biaya produksi
secara keseluruhan. Perencanaan agregat dibutuhkan oleh para manajer
operasional untuk menentukan jalan terbaik, meningkatkan kapasitas, dan
memenuhi permintaan yang diperoleh dari peramalan dengan menyesuaikan
nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur,
tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan dengan tujuan
untuk meminimalkan total biaya produksi. Render (2004). Dengan adanya
perencanaan agregat, manajemen dapat memperoleh gambaran mengenai
kebutuhan akan variabel-variabel produksi seperti material, tenaga kerja, dan
sumber daya lainnya yang mendukung kegiatan operasional perusahaan untuk
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Tujuan dari perencanaan agregat adalah untuk meminimalkan biaya


dengan melakukan penyesuaian terhadap perencanaan tingkat produksi,
tingkat tenaga kerja, dan beberapa variabel lain yang dapat dikendalikan.
Dengan demikian, rencana produksi tidak dilakukan dengan merinci setiap
produk, melainkan memperhitungkan jumlah output yang akan diproduksi
terlepas dari jenis produk.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh


rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah proses prencanaan agregat?

1
b. Bagaimanakah perencanaan penjualan dan operasi perusahaan?
c. Apa saja strategi dan metode perencanaan agregat?
d. Bagaimana perencanaan agregat dalam perusahaan jasa?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari disusunnya makalah ini


adalah:

a. Untuk menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai perencanaan


agregat untuk kegiatan operasional perusahaan.
b. Untuk mengetahui proses perencanaan, strategi, serta metode yang
digunakan untuk perencanaan agregat.
c. Untuk mengetahui perencanaan agregat di perusahaan jasa.
d. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen operasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat dimulai dengan penentuan permintaan sehubungan


dengan kapasitas saat ini. Permintaan dapat ditingkatkan melalui penetapan
harga, promosi, pemesanan kembali, dan penciptaan permintaan baru. Ini juga
dapat ditingkatkan melalui cara lain seperti mempekerjakan, lembur, kerja
paruh waktu atau sambilan, inventaris, subkontrak, dan pelatihan silang.

Fokus utama dari perencanaan agregat adalah untuk mencapai tujuan


output dengan biaya serendah mungkin. Adalah jarang mungkin untuk
menyusun rencana yang menjamin kondisi yang optimal, oleh karena itu
perencana sering menggunakan metode trial-and-error untuk mencapai
rencana yang dapat diterima.

Adapun fungsi dari perencanaan agregat, yaitu:

1) Alat komunikasi antara managemen teras (top management) dan


manufaktur.
2) Pegangan untuk merancang jadwal induk produksi.
3) Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategis perusahaan.
4) Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
5) Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
6) Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan
membuat penyesuaian.
7) Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana strategis.
8) Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.

3
2.2 Strategi Perencanaan Agregat

Terdapat 3 jenis opsi untuk Strategi Perencanaan Agregat, yaitu :

1) Opsi Kapasitas
 Mengubah Tingkat Persediaan
Manajer dapat meningkatkan persediaan selama perioda
permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa
datang. Jika strategi tersebut dipilih, maka biaya yang berkaitan dengan
penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal
yang di investasikan akan meningkat. Pada umumnya, biaya tersebut
berkisar 15-40 % dari nilai barang setiap tahunnya. Di sisi lain, saat
perusahaan memasuki masa di mana permintaan terus meningkat, maka
kekurangan yang terjadi bisa mengakibatkan penjualan yang hilang
disebabkan lead-time yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang
lebih buruk.

 Memvariasikan Ukuran Tenaga Kerja Dengan Cara Mengkaryakan atau


Memberhentikan
Hal ini diberlakukan untuk menyesuaikan tingkat produksi. Seiring
karyawan baru membutuhkan pelatihan dan rata-rata produktivitas
menurun untuk sementara sehingga mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja menurunkan moral semua pekerja dan
bisa mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

 Memvariasikan Tingkat Produksi Melalui Lembur atau Waktu Kosong


Terkadang tenaga kerja bisa di jaga tetap konstan dengan
meragamkan waktu kerja yang bermacam-macam, mengurangi banyaknya
jam kerja saat permintaan rendah dan menambahi jam kerja saat
permintaan naik. Sekalipun begitu saat permintaan sedang tinggi, terdapat
keterbatasan seberapa banyak lembur yang bisa dilakukan. Upah lembur
membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur bisa
membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur

4
juga bisa menyiratkan naiknya biaya overhead yang dibutuhkan untuk
menjaga agar fasilitas bisa tetap berjalan.

 Subkontrak
Suatu Perusahaan bisa mendapatkan kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak pekerjaan selama perioda permintaan tinggi. Akan
tetapi, subkontrak ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya mungkin
mahal; membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing dan
seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang
selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

 Penggunaan Karyawan Paruh Waktu


Karyawan paruh waktu bisa mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak
terampil.

2) Opsi Permintaan
 Mempengaruhi Permintaan
Saat permintaan rendah, perusahaan bisa mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan
potongan harga. Contohnya AC pendingin udara paling murah dijual pada
waktu musim dingin. Bagaimanapun, bahkan iklan khusus, promosi,
penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan
permintaan dengan kapasitas produksi.

 Pemesanan Kembali selama Periode Permintaan Tinggi


Tunggakan pesanan merupakan pesanan yang diterima perusahaan
namun tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada
saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik
mereka ataupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi mungkin
untuk dijalankan. Banyak perusahaan melakukan tunggakan pesanan,
namun pendekatan tersebut sering mengakibatkan hilangnya penjualan.

5
 Percampuran Produk dan Layanan Counterseasonal
Suatu teknik penghalusan yang secara luas digunakan para
manufaktur adalah mengembangkan sebuah bauran produk yang terdiri
dari barang counterseasonal. Bagaimanapun, perusahaan yang mengikuti
pendekatan tersebut dapat mendapati diri mereka terlibat dengan produk di
luar target pasar mereka.

3) Pencampuran Pilihan untuk Mengembangkan Rencana


Percanaan agregat dapat dilakukan dengan melakukan pilihan atas
dua strategi, yaitu Chase Strategy (strategi perburuan) dan Level Strategy
(strategi tingkat).

 Chase Strategy (strategi perburuan)


Chase Strategy (strategi perburuan) ini biasanya mencoba untuk
mencapai tingkat keluaran dari setiap periode yang memenuhi ramalan
permintaan pada periode tersebut. Strategi ini bisa dipenuhi dengan
berbagai cara. Contohnya, manajer operasi bisa mengubah tingkat tenaga
kerja dengan merekrut atau memberhentikan tenaga kerja, atau bisa
mengubah-ubah keluaran dengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan
paruh waktu, atau sub-kontrak.

 Level Strategy (strategi tingkat).


Level Strategy (strategi tingkat) merupakan rencana agregat di
mana tingkat produksi tetap sama dari periode ke periode. Strategi ini bisa
dilakukan dengan mengubah tingkat persediaan, di mana manajer bisa
meningkatkan persediaan selama periode permintaan yang rendah untuk
memenuhi permintaan yang tinggi di masa depan.

2.3 Metode Perencanaan Agregat

Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk perencanaan agregat di


antaranya adalah metode grafis dan metode pendekatan matematika.

6
2.3.1 Metode Grafis

Metode grafis merupakan metode yang populer karena mudah dipahami


serta mudah digunakan. Rencana ini bekerja dengan beberapa variabel
sekaligus untuk memungkinkan manajer untuk membandingkan
permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada. Berikut
adalah lima langkah-langkah dalam metode grafis:

a. Tentukan permintaan pada setiap periode


b. Tentukan kapasitas untuk waktu reguler, lembur , dan sub-kontrak
setiap periode.
c. Cari biaya tenaga kerja, biaya perekrutan dan pemberhentian, dan
biaya penyimpanan persediaan.
d. Pertimbangkan kebijakan perusahaanyang mungkin berlaku untuk
pekerja atau tingkat stok.
e. Kembangkan rencana alternatif dan periksa total biayanya.

Contoh :

A Juarez, Meksiko, produsen perlengkapan atap telah


mengembangkan prakiraan bulanan produk-produknya. Data dalam
periode 6 bulan dari Januari sampai Juni adalah sebagai berikut.

7
Pendekatan plot permintaan harian dan rata-rata untuk
menggambarkan sifat masalah perencanaan agregat.

Solusi pertama, hitung permintaan tiap hari dengan membagi


permintaan bulanan yang diharapkan dengan jumlah hari produksi
setiap bulan dan gambarkan grafik permintaan bulanan tersebut.

Kebutuhan rata-rata = Total permintaan yang diharapkan

Jumlah hari produksi

Kebutuhan rata-rata = 6.200 = 50 unit per hari

124

Rencana I. Untuk pemasok atap – tenaga kerja konstan

Diasumsikan bahwa perusahaan memproduksi 50 unit per hari


dengan menggunakan tenaga kerja konstan. Diasumsikan pula
persediaan awal adalah 0 dan persediaan akhir yang diharapkan juga 0.
Untuk mengakumulasikan biaya dapat dilihat dari tabel berikut.

8
Total unit persediaan yang dibawa dari satu bulan ke bulan
berikutnya adalah 1.850 unit. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi 50 unit per hari adalah 10 pekerja. Dengan demikian
setiap unit membutuhkan 1,6 jam kerja untuk berproduksi. Setiap
pekerja dapat membuat 5 unit produk dalam waktu 8 jam sehari.

Grafik kumulatifnya adalah sebagai berikut.

Rencana II. Untuk pemasok atap penggunaan sub-kontraktor dalam


tenaga kerja yang konstan.

Meskipun tenaga kerja yang konstan juga dipertahankan dalam


rencana 2, jumlah tersebut cukup rendah untuk memenuhi permintaan
hanya di bulan Maret, bulan permintaan per hari terendah. Untuk
memproduksi 38 unit per hari (800 / 21) in–house. Karena 6.200 unit
diperlukan selama perencanaan agregat, maka, perusahaan harus
menghitung jumlah unit produksi dan jumlah yang harus disub-
kontrakkan.

9
Produk in-house = 38 unit per hari x 124 hari produksi = 4.712 unit

Unit sub-kontrak = 6.200 – 4.712 = 1.488 unit

Rencana III. Untuk pemakaian pemasok atap dan PHK

Strategi terakhir melibatkan memvariasikan ukuran tenaga kerja


dengan mempekerjakan atau memberhentikan jika diperlukan. Tingkat
produksi akan sama dengan permintaan, dan tidak ada perubahan dalam
produksi dari bulan sebelumnya, Desember.

Tabel berikut menunjukkan perhitungan dan total biaya rencana 3.


Perlu diingat bahwa biayan $5.600 per unit produksi mengurangi
tingkat produksi harian sebelumnya dan $3.000 per unit perubahan
untuk menaikkan tingkat produksi harian melalui perekrutan.

10
Langkah terakhir dalam metode grafis adalah membandingkan
biaya dari setiap rencana yang diusulkan dan memilih pendekatan
dengan total biaya yang paling rendah. Ringkasa analisis di atas dapat
dilihat dari tabel di bawah ini. Dapat disimpulkan bahwa paket atau
rencana kedua memiliki biaya yang paling rendah, mengindikasikan
bahwa itu adalah opsi terbaik dari dua opsi lainnya.

2.3.2 Metode Pendekatan Matematika

Masalah perencanaan agregat dipandang sebagai salah satu cara untuk


mengalokasikan kapasitas operasi untuk memenuhi perkiraan
permintaan, itu dapat diformulasikan dalam format program linier.
Metode transportasi program linier adalah sebuah cara pemecahan
untuk solusi optimal untuk perencanaan agregat.

Contoh :

Fransworth Tire Company ingin mengembangkan rencana agregat


melalui metode transportasi. Data yang berhubungan dengan produksi,
permintaan, kapasitas, dan biaya di pabrik West Virginia ditunjukkan
sebagai berikut.

11
Langkah selanjutnya adalah dengan menggambarkan struktur tabel
transportasi dan kelayakan awal.

12
Biaya pengangkutan adalah $2/ban per bulan. Ban yang diproduksi
dalam 1 periode dan disimpan selama 1 bulan akan dikenakan biaya $2
lebih tinggi. Karena biaya penyimpanan linier, biaya penyimpanan 2
bulan adalah $4. Jadi ketika Anda bergerak melintasi baris dari kiri ke
kanan, waktu reguler, lembur, dan biaya subkontrak adalah yang
terendah ketika output digunakan dalam periode yang sama dengan
produksinya. Jika barang dibuat dalam satu periode dan dibawa ke
periode berikutnya. biaya penyimpanan terjadi. Persediaan awal,
bagaimanapun, umumnya diberi biaya per unit 0 jika digunakan untuk
memenuhi permintaan pada periode 1.

Karena pemesanan kembali bukanlah alternatif yang layak untuk


perusahaan tertentu ini, tidak ada produksi yang mungkin dalam sel-sel
yang mewakili produksi dalam suatu periode untuk memenuhi
permintaan pada periode yang lalu (i.c. periode-periode dengan "x").
Jika pemesanan kembali diperbolehkan, biaya percepatan, hilangnya
niat baik, dan hilangnya pendapatan penjualan dijumlahkan untuk
memperkirakan biaya pemesanan kembali.

Kuantitas dalam warna merah di setiap kolom Tabel 13.7


menunjukkan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan permintaan (ditunjukkan di baris bawah tabel). Permintaan
800 ban pada bulan Maret dipenuhi dengan menggunakan 100 ban dari
persediaan awal dan 700 ban dari waktu reguler.

Secara umum, untuk melengkapi tabel. mengalokasikan produksi


sebanyak yang Anda bisa ke sel dengan biaya terkecil tanpa melebihi
kapasitas yang tidak terpakai di baris itu atau permintaan di kolom itu.
Jika masih ada beberapa permintaan yang tersisa di baris itu, alokasikan
sebanyak mungkin ke sel dengan biaya terendah berikutnya. Anda
kemudian mengulangi proses ini untuk periode 2 dan 3 (dan seterusnya,
jika perlu). Setelah selesai, jumlah semua entri Anda dalam satu baris
harus sama dengan total kapasitas baris, dan jumlah semua entri dalam
satu kolom harus sama dengan permintaan untuk periode tersebut.

13
2.4 Perencanaan Agregat dalam Bidang Jasa

Perusahaan di bidang jasa umumnya merumuskan dan menggunakan strategi


campuran perencanaan agregat. Perencanaan agregat lebih mudah dilakukan
pada industri-industri, seperti perbankan, angkutan, dan makanan siap saji,
daripada di industri manufaktur. Pengendalian biaya tenaga kerja dalam
perusahaan jasa sangatlah penting. Berikut adalah beberapa teknik yang
dianggap sukses sebagai upaya pengendalian dalam perencanaan agregat
dalam bidang jasa, yaitu:

1. Penjadwalan jam kerja yang akurat untuk memastikan respons yang


cepat atas permintaan pelanggan atau konsumen.
2. Sumber daya tenaga kerja siap pakai yang bisa ditambahkan (direkrut)
atau diberhentikan untuk memenuhi permintaan yang tidak terduga.
3. Fleksibilitas keterampilan tenaga kerja individu sehingga
memungkinkan tenaga kerja yang ada dapat dialokasikan kembali.
4. Fleksibilitas tingkat output atau jam kerja untuk memenuhi permintaan
yang berubah-ubah.

Pilihan-pilihan perencanaan agregat tampaknya sulit dilakukan, tetapi hal


ini merupakan hal yang lumrah dalam industri jasa di mana tenaga kerja
merupakan sarana perencanaan agregat yang utama. Contohnya sebagai
berikut:

1. Kelebihan kapasitas yang dimiliki oleh tenaga penjual real estate dan
mobil dapat digunakan untuk melakukan penelitian dan perencanaan.
2. Departemen kepolisian dan pemadam kebakaran memiliki ketentuan
untuk memanggil karyawan yang sedang tidak bertugas dalam keadaan
sangat darurat. Apabila keadaan darurat diperpanjang, polisi atau
karyawan pemadam kebakaran dapat bekerja lebih lama dengan
tambahan giliran kerja (shift kerja ekstra).
3. Jika bisnis tiba-tiba sepi, restoran dan toko ritel dapat memulangkan
karyawannya lebih awal.

14
4. Karyawan gudang di toko serba ada (toserba) bekerja sebagai kasir ketika
antrean pembayaran terlalu panjang.
5. Pelayan yang berpengalaman meningkatkan kecepatan dan efisiensi
pelayanan saat banyak pelanggan yang datang.

Pendekatan perencanaan agregat dapat dibedakan berdasarkan jenis jasa


yang disediakan. Ada lima skenario bidang jasa, yaitu sebagai berikut:
1. Restoran
Dalam bisnis yang memiliki permintaan yang sangat bervariasi,
seperti restoran, penjadwalan agregat ditujukan untuk memperlancar
tingkat produksi dan menentukan jumlah tenaga kerja yang optimal.
Pendekatan umum biasanya membutuhkan penumpukan persediaan pada
tingkat terendah selama periode kosong dan menghabiskan persediaan
selama periode puncak, tetapi menggunakan tenaga kerja untuk
mengakomodasi sebagian besar perubahan permintaan. Situasi ini sangat
serupa dengan yang terjadi pada manufaktur, metode perencanaan
agregat tradisional mungkin juga dapat diterapkan pada restoran. Satu
perbedaan yang harus dicatat adalah jumlah persediaan yang sedikit
sekalipun juga dapat rusak. Selain itu, satuan waktu yang relevan
mungkin lebih kecil dari manufaktur. Contohnya, di restoran siap saji,
periode puncak dan kosongnya dapat diukur dalam satuan ‘sepersekian
jam’ dan ‘produknya’ dapat disimpan setidaknya selama sepuluh menit.

2. Rumah Sakit
Rumah sakit menghadapi masalah perencanaan agregat dalam
mengalokasikan dana, karyawan, dan persediaan untuk dapat memenuhi
permintaan pasien. Contohnya, Rumah Sakit Henry Ford di Michigan
merencanakan kebutuhan kapasitas tempat tidur dan karyawan yang
diperhitungkan berdasarkan perkiraan beban pasien yang dikembangkan
oleh rata-rata bergerak. Rencana agregat yang diperlukan telah terfokus
pada karyawan, sehingga mendorong terciptanya kumpulan baru perawat
yang sering bekerja berpindah-pindah.

15
3. Rantai Perusahaan Jasa Kecil Berskala Nasional
Dengan munculnya rantai bisnis perusahaan jasa kecil berskala
nasional, seperti rumah duka, bengkel mobil, pusat fotokopi atau
percetakan, pertanyaan mengenai perencanaan agregat versus
perencanaan independen di awal pendirian bisnis menjadi permasalahan.
Baik pembelian maupun kapasitas produksi dapat direncanakan secara
terpusat saat permintaan dapat dipengaruhi melalui promosi khusus.
Pendekatan penjadwalan agregat ini sering menguntungkan karena
mengurangi biaya serta membantu mengelola arus kas secara mandiri
untuk setiap lokasi.

4. Jasa Lain-Lain
Sebagian besar jasa ‘lain-lain’ – keuangan, transportasi, jasa komunikasi,
dan rekreasi – memberikan keluaran yang tidak berwujud. Perencanaan
agregat untuk jasa ini terutama berkaitan dengan merencanakan
kebutuhan sumber daya manusia serta mengelola permintaan. Sasarannya
adalah menentukan tingkat permintaan puncak dan mendesain metode
yang memanfaatkan secara penuh tenaga kerja selama periode
permintaan rendah.

5. Industri Maskapai Penerbangan


Perusahaan penerbangan dan penyewaan mobil juga memiliki
permasalahan penjadwalan agregat yang unik. Perhatikan sebuah
maskapai penerbangan yang memiliki kantoor pusat di New York, dua
lokasi pusat kegiatan di kota besar, seperti Atlanta dan Dallas, dan 150
kantor di bandara di seluruh Amerika Serikat. Perencanaan ini jauh lebih
rumit jika dibandingkan dengan perencanaan agregat untuk lokasi
tunggal atau bahkan sejumlah lokasi mandiri.

Perencanaan agregat terdiri atas jadwal mengenai beberapa hal berikut,


yaitu:

16
1) Jumlah penerbangan keluar dan masuk dari setiap pusat kegiatan,
2) Jumlah penerbangan pada semua jalur,
3) Jumlah penumpang yang akan dilayani pada semua penerbangan,
4) Jumlah awak pesawat dan awak yang berada di landasan yang diperlukan
pada setiap pusat kegiatan dan bandara,
5) Penentuan jumlah tempat duduk yang akan dialokasikan ke berbagai
kelas biaya.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencanaan agregat adalah proses penentuan tingkat/kapasitas produksi


secara keseluruhan untuk memenuhi perkiraan dan tingkat permintaan dari
pesanan dengan tujuan meminimalkan biaya produksi secara keseluruhan. ada
banyak metode yang dikembangkan untuk perencanaan agregat, dua
diantaranya metode gragis dan metode pendekatan matematika. Selain di
perusahaan industri, perencanaan agregat juga diterapkan di sektor jasa yang
umumnya menggunakan strategi campuran. Rencana agregat merupakan
tanggung jawab penting dari manajer operasi dan merupakan kunci efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Heizer, J., Render, B., & Munson, C. (2015). Operations Management:


Sustainability and Supply Chain Management. Pearson Education.

Sukendar, I., & Kristomi, R. (2008). Metoda Agregat Planning Heuristik


Sebagai Perencanaan dan Pengendalian Jumlah Produksi Untuk Minimasi Biaya.
In Prosiding Seminar Nasional Teknoin.

19

Anda mungkin juga menyukai