ALTMAN Z-SCORE
Disusun oleh:
Sa’diyah 3201705091
Kelas : 5 C AKK
JURUSAN AKUNTANSI
1
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
pembanding yang digunakan sebagai standart, yang sedang digunakan dalam
analisis yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba.
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu
perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan. Metode
Altman Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan
kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Altman
Z-Score adalah suatu alat yang memperhitungkan dan menggabungkan
beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu
persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
2.1.2 Definisi Analisis Springate
Menurut Burhanuddin (2015) Springate membuat model prediksi financial
distress pada tahun 1978. Dalam pembuatannya, Springate menggunakan
metode yang sama dengan Altman yaitu Multiple Discriminant Analysis
(MDA). Seperti Beaver (1966) dan Altman (1968), pada awalnya Springate
(1978) mengumpulkan rasio-rasio keuangan popular yang bisa dipakai untuk
memprediksi financial distress. Jumlah rasio awalnya yaitu 19 rasio. Setelah
melalui uji yang sama dengan yang dilakukan Altman (1968), Springate
memilih 4 rasio yang dipercaya bisa membedakan antara perusahaan yang
mengalami distress dan yang tidak distress. Sampel yang digunakan Springate
berjumlah 40 perusahaan yang berlokasi di Kanada, yaitu 20 perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan dan 20 yang dalam keadaan sehat.
2.1.3 Definisi Analisis Zmijewski
8
liquidity, leverage turnover, fixed payment coverage, trens, firm size, dan
stock return volatility, menunjukkan perbedaan signifikan antara perusahaan
yang sehat dan tidak sehat.
9
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kebangkrutan
Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan (2000) faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :
a. Faktor Umum
1) Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah
gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan
keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam
hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus
atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2) Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung
pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi
permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan
berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu
kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.
3) Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan
dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen,
sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang
profesional.
4) Sektor pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah
terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri,
pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan
undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1) Faktor pelanggan atau nasabah
10
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena
berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk
menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan
menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen
berpaling ke pesaing.
2) Faktor pemasok/kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan
jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan
kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.
3) Faktor pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena
menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah,
perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk
pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan
kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.
c. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut
Harnanto dalam Adnan (2000) sebagai berikut :
1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga
akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai
akhirnya tidak dapat membayar.
2) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya
kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari
manajemen.
3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan
oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan
apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
11
2.4 Rasio-Rasio Keuangan Metode Analisis Kebangkrutan
2.4.1 Rasio-rasio Keuangan Metode Altman Z-Score
Metode Altman Z-Score menggunakan berbagai rasio untuk menciptakan
alat prediksi kesulitan. Karakteristik rasio tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan kesulitan keungan masa depan. Kesulitan
keungan tersebut akan tergambar pada rasio-rasio yang telah diperhitungkan.
Terdapat lima rasio-rasio keungan yang digunakan dalam metode ini.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam metode Altman Z-Score,
salah satu diantaranya dikemukakan oleh Darsono, dkk. (2004:106) di bawah
ini.
WCTA (Working capital to total asset atau modal kerja dibagi total aset),
RETA (Retained earning to total asset atau laba ditahan dibagi total aktiva),
EBITTA (Earning before interest and taxes to total asset atau laba sebelum
pajak dan bunga dibagi total aktiva), MVEBVL (Market value of equity to
book value of liability atau nilai pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku
utang), dan STA (Sales to total asset atau penjualan dibagi total aktiva).
Rasio-rasio ini digunakan khusus untuk perusahaan manufaktur yang go
public. Perubahan rasio terjadi pada rasio MVEBVL (Market value of equity
to book value of liability atau nilai pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku
utang) menjadi BVEBVL (Book Value of equity to book value og liability
atau nilai buku modal dibagi dengan nilai buku utang) yang digunakan untuk
perusahaan manufaktur yang tidak go public, karena perusahaan jenis ini
tidak memiliki nilai pasar untuk ekuitasnya.
Menghasilkan metode sebagai berikut:
Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Sumber: Peter dan Yoseph (2011)
Dimana:
1. Modal Kerja terhadap Total Aset (X1)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang
dimilikinya. Rasio ini juga untuk mengukur likuiditas perusahaan. Rasio
12
ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva.
Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan
kewajiban lancar. Modal kerja yang negatif kemungkinan besar akan
menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya
karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi
kewajiban tersebut, sebaliknya perusahaan dengan modal kerja bersih
yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi
kewajibannya. Sumber data yang diperoleh dari neraca perusahaan.
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
X1 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
13
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola total
aktiva untuk mendapatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak. Laba
sebelum bunga dan pajak diperoleh dari laporan laba rugi, dan total aset
diperoleh dari neraca perusahaan. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai
ukuran sebarapa besar produktivitas penggunaan dana yang pinjam.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
X3 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
14
Dimana:
1. Modal Kerja terhadap Total Aset (A)
Rasio ini sama dengan metode Altman Z-Score. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan modal
kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Rasio ini juga
untuk mengukur likuiditas perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih
diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar.
Modal kerja yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah
dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersediannya
aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut, sebaliknya
perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali
menghadapi kesulitan dalam melu umber data yang diperoleh dari
neraca perusahaan.
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
A=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
15
Sumber: Peter dan Yoseph (2011)
4. Penjualan terhadap Total Aset (D)
Rasio ini merupakan perbandingan penjualan dengan total aset. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui sebesar besar kontribusi penjualan terhadap
aktiva dalam satu periode waktu tertentu. Semakin besar nilai pada rasio
ini maka efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan
penjualan semakin terjaga. Semakin rendah rasio ini menunjukkan
semakin rendah tingkat pendapatan perusahaan, sehingga menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Nilai penjualan diperoleh
dari laporan laba rugi, dan nilai total aset didapat dari neraca perusahaan.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
D = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Dimana:
16
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
X2 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Kekurangan:
17
c. Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat
memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut
mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang diakhir tahun secara
sekaligus.
2. Kelebihan dan kekurangan metode Springate menuurut BAPEPAM dalam
Nurcahyanti (2015).
Kelebihan:
a. Menggabungkan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama.
b. Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan
variabel- variabel independen.
c. Mudah dalam penerapannya.
d. Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva merupakan
indikator terbaik untuk mengetahui terjadinya kebangkrutan
Kekurangan:
Kekurangan:
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Metode Altman Z-Score adalah suatu alat yang memperhitungkan dan
menggabungkan beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam
perusahaan dalam suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan
skor tertentu yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan.
b. Springate mengumpulkan rasio-rasio keuangan popular yang bisa dipakai
untuk memprediksi financial distress. Jumlah rasio awalnya yaitu 19
rasio. Setelah melalui uji yang sama dengan yang dilakukan Altman.
c. Zmijewski menggunakan analisis rasio likuiditas, leverage, dan
mengukur kinerja suatu perusahaan. Zmijewski melakukan prediksi
dengan sampel 75 perusahaan bangkrut dan 73 perusahaan sehat selama
tahun 1972 sampai tahun 1978, indikator F-Test terhadap rasio kelompok
rate of return, liquidity, leverage turnover, fixed payment coverage, trens,
firm size, dan stock return volatility, menunjukkan perbedaan signifikan
antara perusahaan yang sehat dan tidak sehat.
19
Daftar Pustaka
20