Anda di halaman 1dari 27

SISTEM PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA

PERUSAHAAN ES KRISTAL MENGGUNAKAN


METODE ALTMAN Z-SCORE

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Inzaghi Taufiqurrohman
2120200443

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS


SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NAHDLATUL
ULAMA SUNAN GIRI
2024
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABLE
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan utama pendirian perusahaan adalah mencari keuntungan melalui
optimalisasi laba untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Peran krusial
perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat mencakup fungsi
sebagai penyedia pendapatan dan pencipta lapangan pekerjaan yang mendukung
pendidikan. Secara lebih luas, perusahaan juga berfungsi sebagai pelaku ekonomi
dengan peran sebagai produsen, distributor, bahkan konsumen. Kondisi ekonomi
yang tidak stabil dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan.
Kebangkrutan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan dihindari
oleh siapa pun, terutama oleh perusahaan, pemilik modal, dan karyawan. Kondisi
kebangkrutan dapat mengakibatkan ketidakstabilan bahkan merugikan tatanan
sosial, ekonomi, dan keamanan suatu daerah. Beberapa perusahaan besar di
Indonesia pernah mengalami kebangkrutan, salah satu penyebabnya adalah
adanya beban utang yang signifikan. Pada masa lalu, perusahaan-perusahaan ini
pernah menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Namun, karena berbagai faktor,
situasinya berubah. Dan faktor-faktor lainnya menyebabkan perusahaan-
perusahaan tersebut harus menghentikan operasionalnya.
Keempat perusahaan besar di Indonesia yang mengalami kebangkrutan pada
tahun sebelumnya meliputi PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA),
Nyonya Meneer, Kodak, dan 7-Eleven. Beberapa perusahaan yang dicatat sebagai
delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut (Salsabiila et al., 2022) antara
lain PT. Berau Coal Energy Tbk dan PT. Permata Prima Sakti Tbk, yang bergerak
dalam pertambangan batu bara dan delisting dari BEI pada tahun 2017 karena
mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2019, PT. Bara Jaya Internasional Tbk
juga mengalami delisting, dan PT. Borneo Lumbung Energi & Metal pada tahun
2020 juga harus dicatat sebagai delisting dari BEI menurut Salsabiila et al., 2022.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi potensi kebangkrutan, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi, mencegah, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk kelangsungan bisnisnya. Pencegahan kebangkrutan menjadi mungkin
dilakukan apabila perusahaan memiliki pemahaman yang baik tentang situasi dan
kondisi kesehatan bisnisnya. Sayangnya, seringkali perusahaan tidak menyadari
hal ini. Contohnya, kurangnya manajemen yang bijaksana saat pendapatan
penjualan tinggi dan kurangnya respons ketika terjadi penurunan penjualan yang
dapat membahayakan bisnis.
Kesehatan keuangan perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya.
Namun, permasalahannya adalah bahwa laporan keuangan yang sudah ada belum
dimanfaatkan secara maksimal terkait dengan upaya pencegahan kebangkrutan.
Laporan keuangan mencerminkan proses suatu perusahaan, oleh karena itu,
pembuatannya harus dilakukan dengan teliti dan sistematis. Laporan keuangan
memiliki kemampuan untuk menggambarkan kondisi perusahaan, dan oleh karena
itu, pemanfaatannya harus optimal agar perusahaan dapat membuat keputusan
yang cepat, praktis, akurat, dan tepat.
Pengambilan keputusan yang tepat memiliki potensi untuk menjadi solusi
dalam mengatasi krisis perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan.
Informasi terkait kebangkrutan tidak hanya penting bagi perusahaan itu sendiri,
tetapi juga penting bagi investor atau pemberi modal. Sebagai pihak yang
menyediakan dana, investor juga memerlukan indikator mengenai kondisi bisnis
perusahaan yang akan mendapatkan tambahan modal. Indikator tersebut
melibatkan laporan keuangan dan penelitian yang melibatkan pihak terkait.
Penelitian ini menciptakan sebuah sistem yang dirancang untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan secara daring menggunakan metode Altman Z-Score.
Penelitian sebelumnya cenderung bersifat konvensional, sehingga keterbatasan
dalam pemanfaatannya dan ketidakintegrasiannya dengan aplikasi atau sistem
lainnya. Tujuan penelitian ini adalah membantu perusahaan dalam mengantisipasi
potensi kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah keuangan. Dengan demikian,
perusahaan dapat mengambil langkah-langkah strategis dan membuat keputusan
yang mendukung kelangsungan hidupnya.
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan system prediksi kebangkrutan
menggunakan metode Altman Z-Score salah satunya Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score Dan Springate Pada
Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019(Of et al., 2024). Penelitian ini bertujuan
untuk mengenal apakah terdapat perbedaan prediksi antara cara Altman Z-Score
Dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan serta untuk mengenal cara
prediksi kebangkrutan yang paling jitu dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Penelitian ini yakni penelitian kuantitatif deskriptif. Sumber data
pada penelitian ini yakni data sekunder dalam bentuk laporan keuangan
perusahaan tahunan. Penelitian ini menerapkan populasi perusahaan makanan dan
minuman yang teregistrasi di BEI tahun 2017-2019. Pengambilan sampel
dijalankan dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 12 perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menerapkan
Uji Statistik Deskriptif menerapkan program SPSS 25 dan Uji Tingkat Akurasi.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Figur Altman Z-Score yakni contoh
prediksi kebangkrutan yang paling jitu dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan makanan dan minuman dengan tingkat kecermatan sebesar 87,77%.
Dari latar belakang di atas penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi
terkait prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Aplikasi yang dihasilkan akan
memprediksi potensi kebangkrutan berdasarkan hasil akhir laporan keuangan,
seperti neraca dan laporan laba rugi, menggunakan metode Altman Z-Score atau
model Altman Modifikasi, dengan nilai tambahan berupa penggunaan aplikasi
berbasis web yang terpusat dan dapat diintegrasikan dengan aplikasi atau sistem
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti yaitu:
1. Bagaimana Merancang Sistem Prediksi Kebangkrutan Menggunakan
Metode Altman Z-Score Berbasis Web ?
2. Bagaimana Memprediksi Kebangkrutan Dengan Sistem Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian antara lain:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Merancang Sistem Prediksi
KebangkrutanMenggunakan Metode Altman Z-Score Berbasis Web.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Memprediksi Kebangkrutan dengan
SistemPrediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
antara lain:
1. Bagi Peneliti
Manfaat dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan serta pengaplikasian metode
altman Z- Score, sehingga dapat memberikan informasi tentang prediksi
potensi kebangkrutan pada suatu perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Dapat mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan, sehingga


dapatmembantu perusahaan mengantisipasi kebangkrutan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat mengenai
metode altman Z- Score yang dapat memprediksi kebangkrutan dengan
persentasiketepatan hingga 95%.

1.5 Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih fokus maka perlu ditetapkan batasan masalah yaitu:
1. Data yang diolah adalah data hasil laporan keuangan perusahaan
pertahunpada tiga tahun terakhir (2019-2021).
2. Penerapan yang dilakukan dengan menggunakan Metode Altman Z-
Score versi Modifikasi (Altman Z”-Score).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terkait
Penelitian yang di lakukan oleh (Paulina & Ida, 2022) yang berjudul
“Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Penerbangan Indonesia Dengan Metode
Altman dan Springate” Objek penelitian ini adalah empat perusahaan
penerbangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2017 sampai
dengan tahun 2020. Penelitian ini menemukan bahwa kedua metode tersebut
menghasilkan hasil yang serupa. Hasil dari metode Altman dan Springate
menunjukkan bahwa tiga perusahaan masuk dalam kategori bangkrut; mereka
adalah PT Garuda Indonesia Tbk, PT Air Asia Indonesia Tbk, PT Indonesia
Transport & Infrastructure Tbk. Namun PT Jaya Trishindo Tbk masuk dalam
kategori grey area pada metode Altman dan kategori tidak bangkrut pada
metode Springate.
Penelitian yang di lakukan oleh (Munjiyah & Artati, 2020) yang
berjudul “Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman, Springate,
Ohlson dan Zmijewski Pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek
Indonesia (BEI)” Penelitian ini membandingkan empat model prediksi
kebangkrutan, yaitu Altman, Springate, Ohlson, dan Zmijewski. Perbandingan
dilakukan dengan menganalisis akurasi masing-masing model. Data yang
digunakan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh
perusahaan di situs web www.idx.com. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling dengan total sampel sebanyak sembilan perusahaan. Hasil
uji ANOVA satu arah signifikan sebesar 0,000. Jadi, terdapat perbedaan hasil
prediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman menggunakan
model Altman, Springate, Ohlson, dan Zmijewski. Hasil survei menunjukkan
bahwa model Ohlson adalah model prediksi dengan tingkat akurasi tertinggi
sebesar 100%, dengan jenis kesalahan 0%. Model Zmijewski memiliki tingkat
akurasi sebesar 92,31% dengan jenis kesalahan sebesar 7,69%. Sementara
model Altman memiliki tingkat akurasi sebesar 69,23%, dengan jenis
kesalahan sebesar 23,08%, dan model Springate memiliki tingkat akurasi
sebesar 69,23%, dengan jenis kesalahan sebesar 30,77%.
Penelitian yang di lakukan oleh (Firdaus & Mukhlis, 2020) yang
berjudul “Implementasi Algoritma Naive Bayes Pada Data Set Kualitatif
Prediksi Kebangkrutan” Dari hasil observasi terhadap penerapan data mining
klasifikasi menggunakan algoritma naive bayes pada dataset kualitatif prediksi
kebangkrutan didapatkan sebuah hasil bahwa nilai akurasi terhadap klasifikasi
prediksi kebangkrutan adalah sebesar 99,2%. Dimana hasil tersebut bisa juga
disebabkan oleh kurangya kompleksitas data yang mengakibatkan model dapat
memprediksi dengan akurat.
Penelitian yang di lakukan oleh (Kurniasih et al., 2020) yang berjudul
“Prediksi Kebangkrutan pada Bank BUMN dengan Menggunakan Metode
Altman Z-Score Modifikasi Periode 2019” Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan di perusahaan.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan empat bank milik negara, yaitu
Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BTN. Metode penelitian yang
digunakan adalah teknik analisis deskriptif, dan alat yang digunakan dalam
memprediksi kebangkrutan adalah dengan menggunakan model Altman Z-
Score yang dimodifikasi. Periode penelitian yang digunakan adalah periode
2019 dengan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank
milik negara. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa keempat bank
milik negara berada dalam area abu-abu untuk periode 2019 karena nilai Z-
Score yang diperoleh berada antara 1,10 dan 2,90.
Penelitian yang di lakukan oleh (Tania et al., 2021) yang berjudul
“Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score Modifikasi
pada PT Inti (Persero)” Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisis
perkembangan keuangan dan melakukan prediksi kebangkrutan PT INTI
(Persero) selama periode 2015-2019. Dalam penelitian ini, digunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian adalah laporan
keuangan tahunan PT INTI (Persero) selama tahun 2015-2019. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan menerapkan formula
model Altman Z-Score Modification yang memperhitungkan empat rasio
keuangan kunci, yaitu Modal Kerja terhadap Total Aset, Laba Ditahan terhadap
Total Aset, Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aset, serta Nilai
Buku Ekuitas terhadap Total Kewajiban. Hasil perhitungan kemudian
digunakan untuk menentukan kategori keamanan keuangan perusahaan,
termasuk dalam kategori aman, area abu-abu, atau distres. Berdasarkan hasil
penelitian, terlihat bahwa aspek keuangan perusahaan mengalami penurunan
seiring waktu, dan Z-Score untuk PT INTI (Persero) selama periode 2015-2019
menunjukkan potensi kebangkrutan dalam jangka waktu lima tahun terakhir.
Penelitian yang di lakukan oleh (Prihanthini & Sari, 2020) yang
berjudul “Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Grover, Altman Z-Score,
Springate Dan Zmijewski Pada Perusahaan Food And Beverage Di Bursa Efek
Indonesia” Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model Grover
dengan model Altman Z-Score, model Grover dengan model Springate, serta
model Grover dengan model Zmijewski, dengan tujuan menentukan apakah
terdapat perbedaan di antara mereka. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk menentukan model prediksi kebangkrutan yang paling akurat di antara
ketiganya.
Penelitian yang di lakukan oleh (Ningsih et al., 2023) yang berjudul
“Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Sistem Metoda Altman Z-Score
Modifikasi Untuk 6 Perusahaan Yang Ada Di Sub Sektor Industri Semen”
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode Altman Z-Score pada
perusahaan-perusahaan di Subsektor Industri Semen dengan tujuan
menganalisis tingkat potensial kebangkrutan perusahaan-perusahaan tersebut.
Selain itu, penelitian ini akan membandingkan hasil analisis Altman Z-Score
dengan kinerja riil perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Diharapkan
bahwa hasil penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang stabilitas keuangan perusahaan-perusahaan di Subsektor Industri
Semen.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil


Analisis prediksi
kebangkrutan sektor
penerbangan pada
PT Garuda Indonesia
Tbk, PT Air Asia
Indonesia Tbk, dan
Prediksi PT Indonesia
Kebangkrutan Transport &
Perusahaan Infrastructure Tbk
Penerbangan metode dari 2017 hingga
Paulina & Ida,
1 Indonesia Altman dan 2020 menunjukkan
2022
Dengan Springate masuk kategori
Metode bangkrut setiap
Altman dan tahun dengan skor di
Springate bawah 0,862. PT
Jaya Trishindo Tbk
juga demikian pada
2017 dan 2020,
sementara 2018
hingga 2019 tidak
tergolong bangkrut.
Hasil akurasi model
Altman sebesar
69,23% dengan type
error I sebesar
0% dan type error II
sebesar 23,08%.
Analisis Sedangkan model
Prediksi Springate memiliki
Kebangkrutan tingkat akurasi
dengan Model sebesar 69,23%
Altman, dengan type error I
Springate, sebesar 0% dan type
Altman,
Ohlson dan error II sebesar
Munjiyah & Artati, Springate,
2 Zmijewski 30,77%. Model
2020 Ohlson dan
Pada Ohlson
Zmijewski
Perusahaan memiliki tingkat
Food and akurasi 100%
Beverage di dengan type error I
Bursa Efek dan type error II
Indonesia sebesar 0%. Model
(BEI) Zmijewski
memiliki tingkat
akurasi 92,31%
dengan type error I
sebesar 0% dan type
error II sebesar
7,69%
Dalam uji coba
dengan algoritma
naive Bayes
menggunakan alat
WEKA, waktu
komputasinya
tercatat 0 detik,
menandakan kinerja
yang cepat. Ini
sesuai dengan
Implementasi
kelebihan naive
Algoritma
Bayes dibandingkan
Naive Bayes Algoritma
Firdaus & Mukhlis, algoritma lain seperti
3 Pada Data Set Naive
2020 jaringan saraf yang
Kualitatif Bayes
memerlukan waktu
Prediksi
yang lebih lama,
Kebangkrutan
tingkat akurasi
mencapai 99,2%,
menunjukkan
keefektifan model
klasifikasi prediksi
kebangkrutan.
Namun, perlu
ditinjau kembali
kompleksitas dan
jumlah datasetnya.
Berdasarkan hasil
analisis data dan
pembahasan yang
telah dilakukan
untuk mengetahui
Prediksi potensi
Kebangkrutan kebangkrutan pada
pada Bank Bank BUMN
BUMN menurut metode
dengan Metode Alman Z-Score pada
Kurniasih et al.,
4 Menggunakan Altman Z- periode 2019
2020
Metode Score menunjukkan bahwa
Altman Z- : Hasil perhitungan
Score Z-Score
Modifikasi menunjukkan nilai
Periode 2019 Z-Score yang
diperoleh Bank
BUMN berada
diantara 1,10 dan
2,90 (1,10 < Z-Score
< 2,90)
Prediksi
kebangkrutan
menggunakan
perhitungan Altman
Z-Score pada PT
INTI (Persero)
selama 5 tahun
Prediksi
berturut-turut
Kebangkrutan
menunjukkan bahwa
Menggunakan
dari tahun 2015
Metode Metode
hingga 2019,
5 Tania et al., 2021 Altman Z- Altman Z-
perusahaan berada
Score Score
dalam kelompok
Modifikasi
kesulitan keuangan.
pada PT Inti
Jika situasi tersebut
(Persero)
berlanjut dalam
beberapa tahun
mendatang,
kemungkinan
perusahaan akan
mengalami
kebangkrutan.
Model Grover
Prediksi menunjukkan tingkat
Kebangkrutan keakuratan yang
Dengan lebih tinggi,
Model mencapai 100%,
Grover, dibandingkan
Grover,
Altman Z- dengan model
Altman Z-
Score, Altman Z-Score
Prihanthini & Sari, Score,
6 Springate Dan (80%), Springate
2020 Springate
Zmijewski (90%), dan
Dan
Pada Zmijewski (90%),
Zmijewski
Perusahaan dalam memprediksi
Food And kebangkrutan pada
Beverage Di perusahaan Food and
Bursa Efek Beverage di Bursa
Indonesia Efek Indonesia
(BEI).
Pada tahun 2020,
analisis Z-Score
mendapatkan hasil
5.98, menunjukkan
perusahaan dalam
keadaan sehat dan
tanpa tanda-tanda
Prediksi
kebangkrutan.
Kebangkrutan
Menggunakan
Pada tahun 2021,
Sistem
analisis Z-Score
Metoda
mendapatkan hasil
Altman Z- Metoda
4.80, menunjukkan
Score Altman Z-
7 Ningsih et al., 2023 perusahaan juga
Modifikasi Score
dalam keadaan sehat
Untuk 6 Modifikasi
dan tanpa tanda-
Perusahaan
tanda kebangkrutan.
Yang Ada Di
Sub Sektor
Pada tahun 2022,
Industri
analisis Z-Score
Semen
mendapatkan hasil
4.55, yang juga
menunjukkan
keadaan sehat
perusahaan tanpa
tanda-tanda
kebangkrutan.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Laporan Keuangan
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Standar
Akuntansi Keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.(Napitupulu &
Puspitasari, 2023)
2.2.2 Manfaat Laporan Keuangan
Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No. 1
tentang Tujuan dari pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya, baik yang
sekarang dan potensial pada pembuatan keputusan investasi, kredit dan
keputusan sejenis secara rasional. Tujuan kedua pelaporan keuangan untuk
menyediakan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai
lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah,
waktu dan ketidakpastian dari prospective penerimaan kas(Ningsih et
al., 2023).
2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan
dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan – keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan
dalam SFAC No. 1 dalam Yulia Purwanti (2005) bahwa laporan keuangan
harus memberikan informasi.
Menurut PSAK No. 1 (Sofyan Syafri harahap, 2009: 134) Tujuan
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang
meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk
keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
2.2.4 Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2009:333) adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Analisis laporan keuangan adalah metode atau teknik analisis atas
laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal
dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang
lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu.
Tujuan pokok analisis keuangan adalah analisis kinerja di masa yang akan
datang.
Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan, kemajuan-
kemajuan serta potensi dimasa mendatang, faktor utama yang pada
umumnya mendapatkan perhatian oleh para analisis adalah (1) likuiditas,
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi dalam jangka pendek
atau saat jatuh tempo, (2) solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, (3) rentabilitas
(profitability), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam periode tertentu, serta yang ke (4) yang tidak kalah
pentingnya adalah stabilitas dan perkembangan usaha, dan fokus-fokus
analisis lainnya.
2.2.5 Kesulitan Keuangan
Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo
yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, Pengelolaan kesulitan
keuangan jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan
pada saat jatuh temponya) yang tidak tepat akan menimbulkan
permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidak solvable (jumlah utang
lebih besar daripada jumlah aktiva) dan akhirnya mengalami kebangkrutan.
Menurut Black’s Law Dictionary (Wijaya dan Ahmad, 2020) dalam
(Sinta Kartikawati, 2019), dikatakan pailit atau bangkrut adalah“the state
or condition of a person (individual, partnership, corporation
municipality) who is anable to pay its debt as they are, or become due”.
The term includes a person against whom an involuntary petition, or who
has been adjudged a bankrupt.
Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary
tersebut, dapat kita lihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan
“ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitur atas utang-
utangnya yang telah jatuh”. Kemampuan tersebut harus disertai dengan
tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela
oleh debitur sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga, suatu
permohonan pailit ke pengadilan (Wijaya dan Ahmad,2004:11-12) dalam
(Sinta Kartika, 2008).
Menurut S.Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan
biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal
baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan
maupun yang bersifat umum.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:12) dalam Gabriella (2011),
faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:
Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-menerus
yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam
biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen.
Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah
utang- piutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan
biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa
mengakibatkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan
karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak
menghasilkan pendapatan.
2.2.6 Model Prediksi keuangan
Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain
(Sofyan Syafri Harahap, 2009 : 343-350):
A. Linear Programming
Linear programming digunakan untuk merencanakan
prediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk
menghasilkan suatu atau beberapa produk output.

B. Time Series Forcasting (tren)


Di sini prestasi yang laku digambarkan secara berseri
kemudian dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian
dari kecenderungan garis dilihat angka masa depan sebagai angka
ramalan.
C. Break Even Analysis
Model ini mencoba mencari dan menganalisis perilaku hubungan
antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit rupiah dan laba.
D. Just in time
Model yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan
menekan pemborosan dan ketidakefesienan lainnya.
E. Economic order Quantity
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian
sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal.
2.2.7 Analisis Z-score
Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah- nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan
kebangkrutan perusahaan. Formula Z-Score untuk memprediksi
kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang
digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan.
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan
untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak
bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah
sebagai berikut:
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5

Pada tahun 1983,1984 model prediksi kebangkrutan dikembangkan


lagi oleh Altman untuk beberapa negara, dari penelitian tersebut ditemukan
nilai Z, yang dicari dengan persamaan diskriminan sebagai berikut :
(Hanafi & Halim, 2003:275) dalam Diana Atim Iflaha (2008)
Zi = 1,2X1 + 1,4 X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Dalam laporannya Altman mengelompokkan perusahaan menjadi
dua kategori, yaitu pailit dan tidak palit. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang pailit sebesar -0,2599
dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak pailit sebesar 4,8863. Sebesar
patokan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z
sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi
nilai perusahaan dengan nilai skor Z yang lebih besar dari 2,675
diklasifikasikan perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang
dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang pailit.
Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalam melakukan
penelitian di Indonesia adalah sedikitnya perusahaan Indonesia yang go
public. Jika perusahaan tidak go-public, maka nilai pasar menggunakan nilai
buku saham biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel
bebasnya, dan kemudian mengembangkan model diskriminan
kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut ini.
Zi = 0,717 X1+0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4+0,998 X5

Z-score Altman untuk perusahaan perbankan yang telah go public


ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Dimana:
X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total
Aset) X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba
Ditahan/Total Aset)
X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets

(Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset)

X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities

(Harga Pasar Saham Dibursa/Nilai Total Utang)

X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aset)


Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a) Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat

sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.

b) 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga

dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan

keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan

bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan

manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.

c) Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki

kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga

kemungkinan bangkrutnya sangat besar.

Kelima rasio inilah yang akan digunakan untuk menganalisis


laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam
manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman
ini dapat dikategorikan dalam tiga kelompok besar yaitu:
Rasio Likuiditas yag terdiri dari X1

Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan

X3 Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan

X5
BAB III
METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai