SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI 2024 HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABLE DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama pendirian perusahaan adalah mencari keuntungan melalui optimalisasi laba untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Peran krusial perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat mencakup fungsi sebagai penyedia pendapatan dan pencipta lapangan pekerjaan yang mendukung pendidikan. Secara lebih luas, perusahaan juga berfungsi sebagai pelaku ekonomi dengan peran sebagai produsen, distributor, bahkan konsumen. Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan. Kebangkrutan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan dihindari oleh siapa pun, terutama oleh perusahaan, pemilik modal, dan karyawan. Kondisi kebangkrutan dapat mengakibatkan ketidakstabilan bahkan merugikan tatanan sosial, ekonomi, dan keamanan suatu daerah. Beberapa perusahaan besar di Indonesia pernah mengalami kebangkrutan, salah satu penyebabnya adalah adanya beban utang yang signifikan. Pada masa lalu, perusahaan-perusahaan ini pernah menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Namun, karena berbagai faktor, situasinya berubah. Dan faktor-faktor lainnya menyebabkan perusahaan- perusahaan tersebut harus menghentikan operasionalnya. Keempat perusahaan besar di Indonesia yang mengalami kebangkrutan pada tahun sebelumnya meliputi PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA), Nyonya Meneer, Kodak, dan 7-Eleven. Beberapa perusahaan yang dicatat sebagai delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut (Salsabiila et al., 2022) antara lain PT. Berau Coal Energy Tbk dan PT. Permata Prima Sakti Tbk, yang bergerak dalam pertambangan batu bara dan delisting dari BEI pada tahun 2017 karena mengalami kesulitan keuangan. Pada tahun 2019, PT. Bara Jaya Internasional Tbk juga mengalami delisting, dan PT. Borneo Lumbung Energi & Metal pada tahun 2020 juga harus dicatat sebagai delisting dari BEI menurut Salsabiila et al., 2022. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah membantu perusahaan dalam mengidentifikasi potensi kebangkrutan, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi, mencegah, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk kelangsungan bisnisnya. Pencegahan kebangkrutan menjadi mungkin dilakukan apabila perusahaan memiliki pemahaman yang baik tentang situasi dan kondisi kesehatan bisnisnya. Sayangnya, seringkali perusahaan tidak menyadari hal ini. Contohnya, kurangnya manajemen yang bijaksana saat pendapatan penjualan tinggi dan kurangnya respons ketika terjadi penurunan penjualan yang dapat membahayakan bisnis. Kesehatan keuangan perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Namun, permasalahannya adalah bahwa laporan keuangan yang sudah ada belum dimanfaatkan secara maksimal terkait dengan upaya pencegahan kebangkrutan. Laporan keuangan mencerminkan proses suatu perusahaan, oleh karena itu, pembuatannya harus dilakukan dengan teliti dan sistematis. Laporan keuangan memiliki kemampuan untuk menggambarkan kondisi perusahaan, dan oleh karena itu, pemanfaatannya harus optimal agar perusahaan dapat membuat keputusan yang cepat, praktis, akurat, dan tepat. Pengambilan keputusan yang tepat memiliki potensi untuk menjadi solusi dalam mengatasi krisis perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan. Informasi terkait kebangkrutan tidak hanya penting bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga penting bagi investor atau pemberi modal. Sebagai pihak yang menyediakan dana, investor juga memerlukan indikator mengenai kondisi bisnis perusahaan yang akan mendapatkan tambahan modal. Indikator tersebut melibatkan laporan keuangan dan penelitian yang melibatkan pihak terkait. Penelitian ini menciptakan sebuah sistem yang dirancang untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan secara daring menggunakan metode Altman Z-Score. Penelitian sebelumnya cenderung bersifat konvensional, sehingga keterbatasan dalam pemanfaatannya dan ketidakintegrasiannya dengan aplikasi atau sistem lainnya. Tujuan penelitian ini adalah membantu perusahaan dalam mengantisipasi potensi kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah keuangan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah strategis dan membuat keputusan yang mendukung kelangsungan hidupnya. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan system prediksi kebangkrutan menggunakan metode Altman Z-Score salah satunya Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score Dan Springate Pada Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019(Of et al., 2024). Penelitian ini bertujuan untuk mengenal apakah terdapat perbedaan prediksi antara cara Altman Z-Score Dan Springate dalam memprediksi kebangkrutan serta untuk mengenal cara prediksi kebangkrutan yang paling jitu dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Penelitian ini yakni penelitian kuantitatif deskriptif. Sumber data pada penelitian ini yakni data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan tahunan. Penelitian ini menerapkan populasi perusahaan makanan dan minuman yang teregistrasi di BEI tahun 2017-2019. Pengambilan sampel dijalankan dengan teknik purposive sampling sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menerapkan Uji Statistik Deskriptif menerapkan program SPSS 25 dan Uji Tingkat Akurasi. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Figur Altman Z-Score yakni contoh prediksi kebangkrutan yang paling jitu dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman dengan tingkat kecermatan sebesar 87,77%. Dari latar belakang di atas penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi terkait prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Aplikasi yang dihasilkan akan memprediksi potensi kebangkrutan berdasarkan hasil akhir laporan keuangan, seperti neraca dan laporan laba rugi, menggunakan metode Altman Z-Score atau model Altman Modifikasi, dengan nilai tambahan berupa penggunaan aplikasi berbasis web yang terpusat dan dapat diintegrasikan dengan aplikasi atau sistem lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti yaitu: 1. Bagaimana Merancang Sistem Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score Berbasis Web ? 2. Bagaimana Memprediksi Kebangkrutan Dengan Sistem Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian antara lain: 1. Untuk Mengetahui Bagaimana Merancang Sistem Prediksi KebangkrutanMenggunakan Metode Altman Z-Score Berbasis Web. 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Memprediksi Kebangkrutan dengan SistemPrediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Peneliti Manfaat dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan serta pengaplikasian metode altman Z- Score, sehingga dapat memberikan informasi tentang prediksi potensi kebangkrutan pada suatu perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Dapat mengetahui prediksi kebangkrutan pada perusahaan, sehingga
dapatmembantu perusahaan mengantisipasi kebangkrutan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat mengenai metode altman Z- Score yang dapat memprediksi kebangkrutan dengan persentasiketepatan hingga 95%.
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus maka perlu ditetapkan batasan masalah yaitu: 1. Data yang diolah adalah data hasil laporan keuangan perusahaan pertahunpada tiga tahun terakhir (2019-2021). 2. Penerapan yang dilakukan dengan menggunakan Metode Altman Z- Score versi Modifikasi (Altman Z”-Score). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Penelitian yang di lakukan oleh (Paulina & Ida, 2022) yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Penerbangan Indonesia Dengan Metode Altman dan Springate” Objek penelitian ini adalah empat perusahaan penerbangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. Penelitian ini menemukan bahwa kedua metode tersebut menghasilkan hasil yang serupa. Hasil dari metode Altman dan Springate menunjukkan bahwa tiga perusahaan masuk dalam kategori bangkrut; mereka adalah PT Garuda Indonesia Tbk, PT Air Asia Indonesia Tbk, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. Namun PT Jaya Trishindo Tbk masuk dalam kategori grey area pada metode Altman dan kategori tidak bangkrut pada metode Springate. Penelitian yang di lakukan oleh (Munjiyah & Artati, 2020) yang berjudul “Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman, Springate, Ohlson dan Zmijewski Pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI)” Penelitian ini membandingkan empat model prediksi kebangkrutan, yaitu Altman, Springate, Ohlson, dan Zmijewski. Perbandingan dilakukan dengan menganalisis akurasi masing-masing model. Data yang digunakan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh perusahaan di situs web www.idx.com. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan total sampel sebanyak sembilan perusahaan. Hasil uji ANOVA satu arah signifikan sebesar 0,000. Jadi, terdapat perbedaan hasil prediksi kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman menggunakan model Altman, Springate, Ohlson, dan Zmijewski. Hasil survei menunjukkan bahwa model Ohlson adalah model prediksi dengan tingkat akurasi tertinggi sebesar 100%, dengan jenis kesalahan 0%. Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi sebesar 92,31% dengan jenis kesalahan sebesar 7,69%. Sementara model Altman memiliki tingkat akurasi sebesar 69,23%, dengan jenis kesalahan sebesar 23,08%, dan model Springate memiliki tingkat akurasi sebesar 69,23%, dengan jenis kesalahan sebesar 30,77%. Penelitian yang di lakukan oleh (Firdaus & Mukhlis, 2020) yang berjudul “Implementasi Algoritma Naive Bayes Pada Data Set Kualitatif Prediksi Kebangkrutan” Dari hasil observasi terhadap penerapan data mining klasifikasi menggunakan algoritma naive bayes pada dataset kualitatif prediksi kebangkrutan didapatkan sebuah hasil bahwa nilai akurasi terhadap klasifikasi prediksi kebangkrutan adalah sebesar 99,2%. Dimana hasil tersebut bisa juga disebabkan oleh kurangya kompleksitas data yang mengakibatkan model dapat memprediksi dengan akurat. Penelitian yang di lakukan oleh (Kurniasih et al., 2020) yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan pada Bank BUMN dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Modifikasi Periode 2019” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan di perusahaan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan empat bank milik negara, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BTN. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, dan alat yang digunakan dalam memprediksi kebangkrutan adalah dengan menggunakan model Altman Z- Score yang dimodifikasi. Periode penelitian yang digunakan adalah periode 2019 dengan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank milik negara. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa keempat bank milik negara berada dalam area abu-abu untuk periode 2019 karena nilai Z- Score yang diperoleh berada antara 1,10 dan 2,90. Penelitian yang di lakukan oleh (Tania et al., 2021) yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman Z-Score Modifikasi pada PT Inti (Persero)” Penelitian ini memiliki fokus untuk menganalisis perkembangan keuangan dan melakukan prediksi kebangkrutan PT INTI (Persero) selama periode 2015-2019. Dalam penelitian ini, digunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian adalah laporan keuangan tahunan PT INTI (Persero) selama tahun 2015-2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan menerapkan formula model Altman Z-Score Modification yang memperhitungkan empat rasio keuangan kunci, yaitu Modal Kerja terhadap Total Aset, Laba Ditahan terhadap Total Aset, Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aset, serta Nilai Buku Ekuitas terhadap Total Kewajiban. Hasil perhitungan kemudian digunakan untuk menentukan kategori keamanan keuangan perusahaan, termasuk dalam kategori aman, area abu-abu, atau distres. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa aspek keuangan perusahaan mengalami penurunan seiring waktu, dan Z-Score untuk PT INTI (Persero) selama periode 2015-2019 menunjukkan potensi kebangkrutan dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Penelitian yang di lakukan oleh (Prihanthini & Sari, 2020) yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate Dan Zmijewski Pada Perusahaan Food And Beverage Di Bursa Efek Indonesia” Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model Grover dengan model Altman Z-Score, model Grover dengan model Springate, serta model Grover dengan model Zmijewski, dengan tujuan menentukan apakah terdapat perbedaan di antara mereka. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan model prediksi kebangkrutan yang paling akurat di antara ketiganya. Penelitian yang di lakukan oleh (Ningsih et al., 2023) yang berjudul “Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Sistem Metoda Altman Z-Score Modifikasi Untuk 6 Perusahaan Yang Ada Di Sub Sektor Industri Semen” Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode Altman Z-Score pada perusahaan-perusahaan di Subsektor Industri Semen dengan tujuan menganalisis tingkat potensial kebangkrutan perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, penelitian ini akan membandingkan hasil analisis Altman Z-Score dengan kinerja riil perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang stabilitas keuangan perusahaan-perusahaan di Subsektor Industri Semen. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil
Analisis prediksi kebangkrutan sektor penerbangan pada PT Garuda Indonesia Tbk, PT Air Asia Indonesia Tbk, dan Prediksi PT Indonesia Kebangkrutan Transport & Perusahaan Infrastructure Tbk Penerbangan metode dari 2017 hingga Paulina & Ida, 1 Indonesia Altman dan 2020 menunjukkan 2022 Dengan Springate masuk kategori Metode bangkrut setiap Altman dan tahun dengan skor di Springate bawah 0,862. PT Jaya Trishindo Tbk juga demikian pada 2017 dan 2020, sementara 2018 hingga 2019 tidak tergolong bangkrut. Hasil akurasi model Altman sebesar 69,23% dengan type error I sebesar 0% dan type error II sebesar 23,08%. Analisis Sedangkan model Prediksi Springate memiliki Kebangkrutan tingkat akurasi dengan Model sebesar 69,23% Altman, dengan type error I Springate, sebesar 0% dan type Altman, Ohlson dan error II sebesar Munjiyah & Artati, Springate, 2 Zmijewski 30,77%. Model 2020 Ohlson dan Pada Ohlson Zmijewski Perusahaan memiliki tingkat Food and akurasi 100% Beverage di dengan type error I Bursa Efek dan type error II Indonesia sebesar 0%. Model (BEI) Zmijewski memiliki tingkat akurasi 92,31% dengan type error I sebesar 0% dan type error II sebesar 7,69% Dalam uji coba dengan algoritma naive Bayes menggunakan alat WEKA, waktu komputasinya tercatat 0 detik, menandakan kinerja yang cepat. Ini sesuai dengan Implementasi kelebihan naive Algoritma Bayes dibandingkan Naive Bayes Algoritma Firdaus & Mukhlis, algoritma lain seperti 3 Pada Data Set Naive 2020 jaringan saraf yang Kualitatif Bayes memerlukan waktu Prediksi yang lebih lama, Kebangkrutan tingkat akurasi mencapai 99,2%, menunjukkan keefektifan model klasifikasi prediksi kebangkrutan. Namun, perlu ditinjau kembali kompleksitas dan jumlah datasetnya. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan untuk mengetahui Prediksi potensi Kebangkrutan kebangkrutan pada pada Bank Bank BUMN BUMN menurut metode dengan Metode Alman Z-Score pada Kurniasih et al., 4 Menggunakan Altman Z- periode 2019 2020 Metode Score menunjukkan bahwa Altman Z- : Hasil perhitungan Score Z-Score Modifikasi menunjukkan nilai Periode 2019 Z-Score yang diperoleh Bank BUMN berada diantara 1,10 dan 2,90 (1,10 < Z-Score < 2,90) Prediksi kebangkrutan menggunakan perhitungan Altman Z-Score pada PT INTI (Persero) selama 5 tahun Prediksi berturut-turut Kebangkrutan menunjukkan bahwa Menggunakan dari tahun 2015 Metode Metode hingga 2019, 5 Tania et al., 2021 Altman Z- Altman Z- perusahaan berada Score Score dalam kelompok Modifikasi kesulitan keuangan. pada PT Inti Jika situasi tersebut (Persero) berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Model Grover Prediksi menunjukkan tingkat Kebangkrutan keakuratan yang Dengan lebih tinggi, Model mencapai 100%, Grover, dibandingkan Grover, Altman Z- dengan model Altman Z- Score, Altman Z-Score Prihanthini & Sari, Score, 6 Springate Dan (80%), Springate 2020 Springate Zmijewski (90%), dan Dan Pada Zmijewski (90%), Zmijewski Perusahaan dalam memprediksi Food And kebangkrutan pada Beverage Di perusahaan Food and Bursa Efek Beverage di Bursa Indonesia Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2020, analisis Z-Score mendapatkan hasil 5.98, menunjukkan perusahaan dalam keadaan sehat dan tanpa tanda-tanda Prediksi kebangkrutan. Kebangkrutan Menggunakan Pada tahun 2021, Sistem analisis Z-Score Metoda mendapatkan hasil Altman Z- Metoda 4.80, menunjukkan Score Altman Z- 7 Ningsih et al., 2023 perusahaan juga Modifikasi Score dalam keadaan sehat Untuk 6 Modifikasi dan tanpa tanda- Perusahaan tanda kebangkrutan. Yang Ada Di Sub Sektor Pada tahun 2022, Industri analisis Z-Score Semen mendapatkan hasil 4.55, yang juga menunjukkan keadaan sehat perusahaan tanpa tanda-tanda kebangkrutan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Laporan Keuangan Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.(Napitupulu & Puspitasari, 2023) 2.2.2 Manfaat Laporan Keuangan Sesuai dengan Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 tentang Tujuan dari pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya, baik yang sekarang dan potensial pada pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara rasional. Tujuan kedua pelaporan keuangan untuk menyediakan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari prospective penerimaan kas(Ningsih et al., 2023). 2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan – keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 dalam Yulia Purwanti (2005) bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi. Menurut PSAK No. 1 (Sofyan Syafri harahap, 2009: 134) Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas. 2.2.4 Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:333) adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan adalah metode atau teknik analisis atas laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Tujuan pokok analisis keuangan adalah analisis kinerja di masa yang akan datang. Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan, kemajuan- kemajuan serta potensi dimasa mendatang, faktor utama yang pada umumnya mendapatkan perhatian oleh para analisis adalah (1) likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi dalam jangka pendek atau saat jatuh tempo, (2) solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, (3) rentabilitas (profitability), yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu, serta yang ke (4) yang tidak kalah pentingnya adalah stabilitas dan perkembangan usaha, dan fokus-fokus analisis lainnya. 2.2.5 Kesulitan Keuangan Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, Pengelolaan kesulitan keuangan jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh temponya) yang tidak tepat akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidak solvable (jumlah utang lebih besar daripada jumlah aktiva) dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Menurut Black’s Law Dictionary (Wijaya dan Ahmad, 2020) dalam (Sinta Kartikawati, 2019), dikatakan pailit atau bangkrut adalah“the state or condition of a person (individual, partnership, corporation municipality) who is anable to pay its debt as they are, or become due”. The term includes a person against whom an involuntary petition, or who has been adjudged a bankrupt. Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat kita lihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitur atas utang- utangnya yang telah jatuh”. Kemampuan tersebut harus disertai dengan tindakan nyata untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitur sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga, suatu permohonan pailit ke pengadilan (Wijaya dan Ahmad,2004:11-12) dalam (Sinta Kartika, 2008). Menurut S.Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Menurut Darsono dan Ashari (2005:12) dalam Gabriella (2011), faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi: Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah utang- piutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. 2.2.6 Model Prediksi keuangan Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain (Sofyan Syafri Harahap, 2009 : 343-350): A. Linear Programming Linear programming digunakan untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk output.
B. Time Series Forcasting (tren)
Di sini prestasi yang laku digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. C. Break Even Analysis Model ini mencoba mencari dan menganalisis perilaku hubungan antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit rupiah dan laba. D. Just in time Model yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan menekan pemborosan dan ketidakefesienan lainnya. E. Economic order Quantity Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. 2.2.7 Analisis Z-score Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah- nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut: Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Pada tahun 1983,1984 model prediksi kebangkrutan dikembangkan
lagi oleh Altman untuk beberapa negara, dari penelitian tersebut ditemukan nilai Z, yang dicari dengan persamaan diskriminan sebagai berikut : (Hanafi & Halim, 2003:275) dalam Diana Atim Iflaha (2008) Zi = 1,2X1 + 1,4 X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5 Dalam laporannya Altman mengelompokkan perusahaan menjadi dua kategori, yaitu pailit dan tidak palit. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang pailit sebesar -0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak pailit sebesar 4,8863. Sebesar patokan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi nilai perusahaan dengan nilai skor Z yang lebih besar dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang dari 2,675 diklasifikasikan perusahaan yang pailit. Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalam melakukan penelitian di Indonesia adalah sedikitnya perusahaan Indonesia yang go public. Jika perusahaan tidak go-public, maka nilai pasar menggunakan nilai buku saham biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut ini. Zi = 0,717 X1+0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4+0,998 X5
Z-score Altman untuk perusahaan perbankan yang telah go public
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Dimana: X1 = Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aset) X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets
(Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset)
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
(Harga Pasar Saham Dibursa/Nilai Total Utang)
X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aset)
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
a) Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat
sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
b) 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga
dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan
bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan
manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.
c) Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki
kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga
kemungkinan bangkrutnya sangat besar.
Kelima rasio inilah yang akan digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikategorikan dalam tiga kelompok besar yaitu: Rasio Likuiditas yag terdiri dari X1
Analisis Perbandingan Keakuratan Memprediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Grover, Springate, Dan Altman Z-Score Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017