Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA PEMIKIRAN (OUTLINE) JUDUL SKRIPSI

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN


SEKTOR PULP DAN KERTAS YANG TERDAFTAR DI BEI

DIAJUKAN OLEH:

NAMA : MUHAMMAD ARIZAL


NIM : A1B 014 101
KONSENTRASI : KEUANGAN

S1 MANAJEMEN REGULER PAGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1. Penjelasan Empiris
Perusahaan merupakan suatu badan usaha yang tujuannya adalah
menghasilkan keuntungan atau laba. Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan
adalah untuk memaksimumkan keuntungan dan memaksimumkan kemakmuran
pemiliknya. Berdasarkan tujuan utama perusahaan tersebut, maka pihak
manajemen harus dapat menghasilkan keuntungan yang optimal serta
mengendalikan secara seksama seluruh kegiatan operasional, terutama yang
berkaitan dengan keuangan perusahaan.
Kebangkrutan didefinisikan sebagai kondisi dimana sebuah perusahaan tidak
lagi mampu mengoperasikan perusahaan dengan baik, karena adanya financial
distress yang dialami oleh entitas tersebut sangat parah. Financial distress biasanya
menjadi tahap awal terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan yang ditandai dengan
adanya ketidakpastian profitabilitas pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
perusahaan harus sedini mungkin melakukan analisis yang relevan, terutama
analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan.
Analisis laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk
mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang dicapai sehubungan
dengan pemilihan strategi-strategi perusahaan yang akan atau telah dilaksanakan.
Selain itu dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau, maka dapat
diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang dianggap
telah cukup baik dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut.
Perkembangan teknologi menyebabkan mudahnya mengakses dan mengunduh
laporan keuangan dari berbagai perusahaan, terutama perusahaan yang sudah go-
public. Salah satu situs resmi yang dapat diakses untuk menemukan laporan
keuangan suatu perusahaan yang sudah mengedarkan sahamnya adalah Bursa Efek
Indonesia (BEI). Di dalam pasar bursa dikenal dua jenis perusahaan yaitu
Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Non Manufaktur. Perusahaan manufaktur
adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium
proses transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.
Industri kertas merupakan salah satu industri yang bertahan cukup lama di
Indonesia. Kegiatan utama dalam industri ini adalah menghasilkan produk berupa
kertas secara kontinyu atau berkelanjutan. Oleh karena itu, bahan baku untuk
pembuatan produk harus selalu tersedia. Akan tetapi, permasalahan dalam industri
ini adalah keterbatasan bahan baku untuk pembuatan produk kertas, baik karena
adanya kebijakan pemerintah, maupun tekanan dari negara-negara pesaing terkait
masalah lingkungan. Selain itu, biaya energi yang ditanggung oleh industri pulp
dan kertas masih cukup tinggi. Saat ini, terdapat beberapa industri kertas yang tutup
dan tidak beroperasi. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti industri
kertas sebagai salah satu industri yang diduga memiliki potensi kebangkrutan,
dengan menjadikan empat perusahaan pulp dan kertas sebagai objek penelitian.
2. Penjelasan Teoritis
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul yang
saya ajukan, diantaranya:
1. Penelitian oleh Meiny G. Porajouw, Tinneke Tumbel, dan Lucky F.
Tamengkel (2016) yang berjudul “Analisis Potensi Kebangkrutan
Perusahaan Dengan Metode Z-score Altman (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2015)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi
kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan Altman Metode Z-Score
yang secara spesifik menunjukkan potensi kebangkrutan perusahaan di
mana ada ada tiga keadaan, yaitu zona aman, zona abu-abu, dan zona
marabahaya. Sampelnya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama 2013-2015 dengan pengambilan sampel
teknik purposive. Hasil penelitian menunjukkan ada dua perusahaan di
zona aman, satu perusahaan di zona abu-abu, 18 perusahaan di zona
tertekan, dan 10 perusahaan di zona berbeda dari tahun ke tahun. Dapat
disimpulkan, sekitar 58% dari total sampel berada di zona marabahaya,
demikian perusahaan harus segera mencari solusi untuk mencegah
kebangkrutan, seperti melakukan merger.
2. Penelitian oleh Ilmi Furqan Al Annuri dan Ruzikna (2017) yang berjudul
“Analisis Penggunaan Metode Altman (Z-Score) Dalam Memprediksi
Terjadinya Financial Distress Pada Perusahaan Minyak Bumi Dan Gas
(Migas) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-
2014”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis prediksi financial distress pada perusahaan minyak dan gas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
menggunakan metode Altman (Z-Score). Dengan menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dan metode analisis deskriptif, ditemukan bahwa PT.
Energi Mega Persada, Tbk mengindikasikan kesulitan keuangan pada
tahun 2010-2012. Sementara pada 2013, PT. Benakat Integra, Tbk
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.
Selanjutnya, pada tahun 2014 PT. Benakat Integra, Tbk dan PT. Energi
Mega Persada, Tbk diindikasikan sebagai perusahaan financial distress.
3. Penelitian oleh Herlin (2018) yang berjudul “The Prediction of Bankruptcy
Using Altman Z-Score Model (Case Study In BRI Bank, BNI Bank,
Mandiri Bank, BTN Bank)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis prediksi financial distress pada bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016 menggunakan
metode Altman (Z-Score). Hasil penelitiannya ialah (1) Perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan sehat atau tidak potensial bangkrut adalah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tahun 2014 dengan nilai Z-score
4,200, tahun 2015 nilai z-score sebesar 4,144 dan tahun 2015 dengan nilai
Z-score 4,047. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2014
dengan nilai Z-score sebesar 3,803 dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
tahun 2014 dan 2015 dengan nilai Z-score sebesar 3,497 dan 3,365; (2)
Perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan tidak sehat atau
potensial bangkrut adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk pada
tahun 2014 dengan nilai Z-score kurang dari 1,81 yaitu sebesar 1,405; dan
(3) Perusahaan yang termasuk dalam Grey Area (tidak dapat diprediksi)
adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tahun 2015 dengan nilai
Z-score 2,753 dan tahun 2016 dengan nilai Z-score 2,858. PT Bank
Tabungan Negara pada tahun 2015 dan 2016 dengan nilai Z-score 2,138
dan 1,906. dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk tahun 2016 yang
menunjukkan nilai Z-score sebesar 2,168.
2.2 Tinjauan Pustaka
1. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan perusahaan bertujuan untuk meringkaskan
kegiatan dan hasil dari kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir, 2007)
2. Analisis Laporan Keuangan
Prastowo (dalam Thohari, 2015) mengartikan sebuah analisis laporan
keuangan adalah suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
pada masa sekarang dan masa lalu, serta untuk menentukan estimasi dan
prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan
pada masa mendatang.
3. Financial Distress (Kesulitan Keuangan)
Platt dan Plat (dalam Ellen, 2013) mendefinisikan financial distress
sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami penyimpangan dam
tekanan keuangan yang secara bertahap akan mengarah kepada
kebangkrutan.
Indikator yang menunjukkan suatu perusahaan mengalami financial
distress antara lain ditandai dengan adanya pemberhentian tenaga kerja
atau hilangnya pembayaran dividen, serta arus kas yang lebih kecil
daripada hutang jangka panjang atau jika selama 2 tahun mengalami laba
bersih operasi negatif dan selama lebih dari 1 tahun tidak melakukan
pembayaran dividen. (Whitaker dalam Fitriani 2016)
Efek negatif dari financial distress tentunya mengakibatkan
berkurangnya nilai perusahaan. Selain itu, hubungan antara supplier,
konsumen dan pekerja serta para kreditur juga dapat berakibat buruk. Oleh
karena itu dibutuhkan adanya peringatan dini (early warning system)
berupa informasi yang dapat mengantisipasi terjadinya financial distress
tersebut. Model ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasi
terjadinya kesulitan keuangan sejak awal bahkan untuk memperbaiki
kondisi perusahaan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah
suatu perusahaan akan mengalami financial distress atau tidak adalah
dengan suatu model prediksi financial distress. Metode analisis financial
distress yang sering digunakan adalah Analisis Z-Score model Altman,
model Springate dan model Zmijewski. (Yoseph, 2012)
4. Model Prediksi Keuangan
Menurut Sofyan (2008) Model prediksi keuangan dapat juga
dimasukkan sebagai bagian dari bidang analisis laporan keuangan karena
salah satu tujuan dari analisis laporan keuangan adalah meramalkan
kondisi keuangan. Salah satu model yang digunakan dalam meramalkan
kebangkrutan suatu perusahaan adalah model Altman Z-Score.
5. Model Altman Z-Score
Dalam penelitian ini, metode analisis untuk memprediksi potensi
kebangkrutan perusahaan yaitu menggunakan Model Altman Z-Score.
Secara matematis persamaan Altman Z-Score (Toto Prihadi 2005:336)
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Dimana:
X1: Working Capital to Total Asset (Modal kerja dibagi total aktiva)
X2: Retained Earnings to Total Assets (Laba ditahan dibagi total aktiva)
X3: Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba sebelum
pajak dan bunga dibagi total aktiva)
X4: Market Value of Equity to Book Value of Debt (Nilai pasar modal
dibagi dengan nilai buku hutang)
X5: Sales to Total Assets (Penjualan dibagi total aktiva)
Hasil perhitungan nilai Z-Score bisa dijelaskan dengan tabel sebagai
berikut:
No Z-Score Indikasi
1 < 1,81 Tidak Sehat
2 1,81 - 2,99 Grey area/ Zona of ignorance
3 > 2,99 Sehat
(Muslich, 2000:60)
Rasio-rasio Altman Z-Score yaitu:
1. Net Working Capital to Total Asset. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total
aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja
bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva
lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif
kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban
jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk
menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja
bersih yang bernilai positif
jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
2. Retained Earnings to Total Assets. Rasio ini mengukur keuntungan
kumulatif terhadap umur perusahaan yang menunjukkan kekuatan
pendapatan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan
merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para
pemegang saham.
3. Earning Before Interest and Tax to Total Asset. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan,
sebelum pembayaran bunga dan pajak.
4. Market Value of Equity to Book Value of Debt. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai
pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh
dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga
pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan
menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
5. Sales to Total Asset. Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan
menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam
total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam
menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan mendapatkan laba.
3. Celah Penelitian
- Produksi dari perusahaan kertas dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku,
energi, dan kebijakan pemerintah.
- Persediaan bahan baku untuk Perusahaan kertas tidak dapat dipenuhi setiap
saat karena minimnya persediaan.
- Kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap kelancaran produksi perusahaan
kertas.
- Metode Altman Z-Score digunakan untuk mengetahui potensi kebangkrutan
perusahaan.
4. Masalah Penelitian
- Perusahaan kertas tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk
kegiatan operasional dengan mudah dimanapun dan kapanpun yang mereka
inginkan.
- Tanpa adanya bahan baku, perusahaan kertas tidak dapat melakukan kegiatan
produksi
- Perusahaan kertas akan mengalami kesulitan apabila kebijakan pemerintah
tidak mendukung perusahaannya.
- Untuk mengukur tingkat potensi kebangkrutan dari perusahaan, metode
Altman Z-Score digunakan karena metode ini dapat digunakan sebagai sarana
untuk mengidentifikasi kondisi keuangan.
5. Rumusan Masalah
Bagaimana prediksi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score
pada perusahaan pulp dan kertas berdasarkan data Laporan Keuangan pada tahun
2015 sampai dengan 2017?
6. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score
pada perusahaan pulp dan kertas berdasarkan data Laporan Keuangan pada tahun
2015 sampai dengan 2017.
7. Manfaat Penelitian
- Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram.
- Secera Teoritis untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kemampuan
penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku
perkuliahan khususnya yang berkaitan dengan manajemen keuangan.
- Secara praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi obyek yang diteliti untuk
lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi.
8. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif,
yakni suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya
(V.Wiratna Sujarweni, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah
Perusahaan Manufaktur sektor Industri Dasar dan Kimia sub sektor Pulp
& Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untul penelitian (V. Wiratna Sujarweni, 2015).
Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Sampel dalam penelitian dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Manufaktur sektor Industri Dasar dan Kimia sub sektor Pulp
& Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
2. Perusahaan tersebut tidak keluar (didelisting) dari Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2015-2017.
3. Perusahaan memiliki laporan keuangan perusahaan yang lengkap dan
telah diaudit pada tahun 2015-2017.
Dari pemilihan sampel yang dilakukan terdapat 4 perusahaan dari 8
perusahaan pulp & kertas di Bursa Efek Indonesia yang akan dijadikan
sampel pada penelitian ini yaitu:
1. ALDO PT Alkindo Naratama Tbk
2. FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk
3. KBRI PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
4. SPMA PT Suparma Tbk
Sumber : www.idx.co.id
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari
literatur atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari laporan
keuangan masing-masing perusahaan sampel setiap akhir tahun selama
masa penelitian yaitu dari tahun 2015 sampai 2017. Data mengenai laporan
keuangan tersebut berasal dari Indonesian Stock Exchange (IDX), situs
resmi Bursa Efek Indonesia dan situs-situs lain yang diperlukan.
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode sensus. Menurut Sugiyono (2009:122), sensus adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Dimana kriteria dari sampel tersebut adalah perusahaan pulp dan
kertas yang listed di BEI pada tahun 2015-2017 dan yang
mempublikasikan laporan keuangannya dan harga saham tiap bulannya
pada tahun 2015-2017 melalui situs www.idx.co.id. Metode ini sering
digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Penelitian ini akan meninjau dokumen-dokumen dan catatan-catatan
penelitian yang ada pada objek penelitian. Pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan neraca dan laba rugi perusahaan
infrastruktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia berupa data
kuantitatif tahun 2015-2017 melalui situs www.idx.co.id dan situs-situs
lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Kepustakaan
Data dan teori yang relevan terhadap permasalahan dalam penelitian
ini dikumpulkan untuk kemudian dilakukan studi pustaka terhadap
literatur dan referensi lainnya seperti buku, penelitian terdahulu, jurnal dan
lain sebagainya.

5. Identifikasi, Klasifikasi, dan Definisi Operasional Variabel


1. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka variabel pokok
yang terkait dapat diidentifikasi sebagai berikut:
WC : Working Capital/ Modal Kerja Bersih
TA : Total Assets/ Total Aktiva
RE : Retained Earning/ Laba ditahan
MVE : Market Value of Equity/ Nilai Pasar Modal Sendiri
BVD : Book Value of Debt/Nilai Buku Utang
EBIT : Earning Before Interest and Taxes/ Laba sebelum bunga dan
pajak
S : Sales/Total Penjualan
2. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel yang akan dianalisis adalah
sebagai berikut:
1. WC (Working Capital/Modal Kerja)
Adalah selisih antara total aktiva lancar dikurangi total kewajiban
lancar. Nilai Working Capital diperoleh dengan mengurangkan
Jumlah Aset Lancar dengan jumlah Kewajiban Lancar. Nilai working
capital dinyatakan dalam satuan jutaan Rp (Rupiah).
2. TA (Total Asset/Total Aktiva)
Adalah total penjumlahan antara Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap.
Nilai Total Asset diwakili oleh akun Jumlah Aset yang diperoleh
dengan menjumlahkan total Aset Lancar dengan total Aset Tidak
Lancar. Total Asset dinyatakan dalam satuan jutaan Rp (Rupiah).
3. RE (Retained Earning/Laba Ditahan)
Adalah bagian laba yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai
tambahan modal kerja dalam operasional perusahaan pada periode
berikutnya dan tidak dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemilik
saham. Variabel Retained Earning/Laba Ditahan diwakili oleh akun
Retained Earnings. Nilai RE dinyatakan dalam satuan jutaan Rp
(Rupiah).
4. MVE (Market Value of Equity/Nilai Pasar Modal Sendiri)
Adalah jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per
lembar sahamnya. Variabel MVE diwakili oleh nilai akun Jumlah
Ekuitas. Nilai MVE dinyatakan dalam satuan jutaan Rp (Rupiah).
5. BVL (Book Value of Debt/Nilai Buku Utang)
Adalah jumlah total Utang Lancar dan Utang Jangka Panjang
perusahaan. Variabel BV diwakili dengan akun Total Liabilities yang
diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada akun Total Kewajiban
Lancar dengan akun Total Kewajiban Tidak Lancar. Besarnya BV
dinyatakan dalam satuan jutaan Rp (Rupiah).
6. EBIT (Earning Before Interest and Taxes)
Adalah jumlah laba perusahaan sebelum dikurangi biaya bunga dan
biaya pajak. Besarnya nilai EBIT dinyatakan dengan satuan jutaan Rp
(Rupiah).
6. S (Sales/Total Penjualan)
Adalah jumlah penjualan dari perusahaan. Besarnya nilai S
dinyatakan dengan satuan jutaan Rp (Rupiah).
6. Kerangka Konseptual

9. Judul
“ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN
SEKTOR PULP DAN KERTAS YANG TERDAFTAR DI BEI”

Anda mungkin juga menyukai