Anda di halaman 1dari 8

Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)

ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN


METODE ALTMAN Z – SCORE DALAM MEMPREDIKSI
KEBANGKRUTAN (STUDI PADA PERUSAHAAN FOOD AND
BEVERAGE PERIODE 2013 – 2016)

Gescha Merdyniyo
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kanjuruhan Malang
Email: geschamerdynio@gmail.com

Endi Sarwoko
Rita Indah Mustikowati

ABSTRAK

Di Indonesia perusahaan makanan dan minuman dapat berkembang pesat, hal ini terlihat dari jumlah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode ke periode yang semakin banyak,
walaupun ada beberapa perusahaan yang mernah mengalami kekurangan modal pada perusahaannya
dikarenakan dari krisis ekonomi. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti mengambil judul “Analisis
financial distress dengan menggunakan metode Altman Z-Score dalam memprediksi kebangkrutan
(studi pada perusahaan food and beverage periode 2013 – 2016”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur financial distress perusahaan dalam memprediksi perusahaan yang sehat, grey area dan
tidak sehat menggunakan metode Altman Z-Score. Penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan dengan 16 populasi perusahaan food and
beverage, dimana data yang diambil yaitu data sekunder berupa laporan keuangan selama tahun 2013
– 2016. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Altman Z-
Score. Hasil penelitian ini 1 perusahaan dalam kondisi grey area dan 10 perusahaan lainnya dalam
kondisi sehat. Dari kelima rasio yang dijadikan sebagai pembeda atau penentu terjadinya perusahaan
sehat dan tidak sehat terdapat 3 variabel yakni variabel retained earning to total assets (X2), earning
before interest and taxes to total assets (X3), sales to total assets (X5).

Kata Kunci : Financial distress, Kebangkrutan, Altman Z-Score

http://ejournal.unikama.ac.id Page 1
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

PENDAHULUAN
Keadaan PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2012 para pemegang saham menggegerkan
akibat laba bersih yang turun drastis sebesar 59,56% menjadi Rp. 409,82 miliar dari periode tahun
sebelumnya yang berjumlah Rp. 1,04 Triliun. Selain itu, perseroan mencatat kenaikan disejumlah pos
beban, beban penjualan naik 0,6% dari Rp. 1,27 triliun pada 2013 menjadi Rp. 1,28 triliun pada 2014.
Beban umum dan administrasi naik menjadi 31,61 % dari Rp. 1,3 triliun pada 2013 menjadi Rp. 891,29
miliar pada 2014 beban bunga naik 39,55% menjadi Rp. 358,43 miliar pada 2014 dari periode pada
tahun sebelumnya Rp. 259,84 miliar.
Gejala kesulitan keuangan yang diperlukan sebuah analisa khusus untuk mengukur kinerja
keuangan dari sisi potensi kebangkrutan dengan menganalisa laporan keuangan. Menurut Hanafi
(2012) semakin awal tanda – tanda kebangkrutan diketahui, semakin baik bagi pihak manajemen
dapat melakukan perbaikan – perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa
melakukan persiapan – persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Kinerja
keuangan perusahaan menggambarkan kondisi keuangan selama perusahaan beroperasi,
pengukuran kinerja keuangan dapat mencerminkan sejauhmana kemampuan perusahaan dalam
mengelola keuangannya.
Indikator yang bisa digunakan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan salah satunya
dengan cara melihat kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Para investor dan kreditur sebelum
menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat dahulu kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan
adalah sangat penting (Atmini dan Wuryana, 2008). Untuk melihat kinerja keuangan perusahaan bisa
dilihat dari laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan yakni salah satu
sumber informsi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan (Almilia dan kristijadi, 20013).
Menurut Laela (2012) Financial Distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan
perusahaan yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi. Kinerja keuangan
digunakan sebagai prediktor financial distress dengan menggunakan analisis rasio keuangan beberapa
penelitian telah mengembangkan model prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satunya adalah
metode Altman Z-Score. penelitian ini digunakan untuk menganalisis terjadinya financial distress
pada suatu perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score dimana analisisnya
menggunakan rasio keuangan.

KAJIAN PUSTAKA
Financial Distress
Financial distress merupakan tahap awal sebelum terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan. Financial
distress juga dapat didefinisikan suatu kondisi dimana arus kas operasi tidak memadai untuk
melunasi kewajiban – kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan
terpaksa melakukan tindakan perbaikan (Indri, 2012). Financial distress dapat diakibatkan oleh
beberapa penyebab yang bermacam – macam. Awal terjadinya financial distress dapat bermula pada
saat arus kas yang dimiliki perusahaan lebih kecil dari jumlah utang jangka panjang yang telah jatuh
tempo.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 2
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

Kebangkrutan
Kebangkrutan menurut Toto (2011) merupakan suatu kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi
untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada
indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini jika laporan keuangan
dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu, rasio keuangan dapat digunakan sebagai
indikasi adanya kebangkrutan perusahaan.

Analisis Prediksi Kebangkrutan


Analisis kebangkrutan merupakan analisis untuk memperoleh tanda – tanda awal tentang terjadinya
kebangkrutan, biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi
perusahaan untuk menghasilkan laba.

Altman Z-Score
Altman Z-Score merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Dalam penelitian ini telah ditemukan formula yang dapat digunakan
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang familiar Z-Score. Dimana Z-Score
adalah skor yang ditentukan dari lima rasio keuangan yang masing – masing dikalikan dengan bobot
tertentu dan akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Kategori penilaian yang digunakan oleh Altman yaitu:
1. Z < 1,81 maka perusahaan dikategorikan tidak sehat
2. Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan sehat
3. 1,81 <Z> 2,99 maka perusahaan dalam kondisi grey area / rawan

Tinjauan Empirik
1. Analisis financial distress dengan pendekatan Altman Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan Telekomunikasi Mochamad Irfan, Tri Yuniati (2014) menunjukkan hasil analisis
kesimpulan bahwa perusahaan memiliki pengaruh signifikan dalam kategori financial distress.
2. Analisis prediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score
(studi pada subsektor rokok yang listing dan perusahaan delisting di bei tahun 2009 – 2013.
Rafles W. Tambunan, Dwiatmanto, M.G, WI Endang N.P (2015) menunjukkan hasil bersifat
negatif yakni masuknya perusahaan dalam kategori bangkrut.
3. Analisis kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada perusahaan asuransi
yang go – publik di bei tahun 2010 – 2013, Sylviana Titiek Rahmawati (2016) hasilnya
menunjukkan baha perusahaan kemungkinan besar akan mengalami kepailitan.
4. A study of the efficacy of Altman’s Z to predict bankruptcy of specialty retail firms doing
business in contemporary times, Suzanne K. Hayes, Kay A. Hodge, Larry W, Hughes (2010)
Hasilnya predicted bankruptcy filing 9 of the times and accurately predfinancial distress over
90% of the time.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 3
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dijadikan kerangka konseptual sebagai dasar
penelitian sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual di atas peneliti ingin mengetahui potensi kebangkrutan pada
perusahaan food and beverage. Hal ini menyebabkan peneliti ingin mengetahui potensi kebangkrutan
yakni berasal dari sebuah kasus pada perusahaan food and beverage dimana PT. Mayora Indah Tbk
menggegerkan para pemegang saham akibat laba bersih yang turun drastis sebesar 59,56% menjadi
Rp. 409,82 miliar dari periode tahun sebelumnya yang berjumlah Rp. 1,04 Triliun.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif studi deskriptif.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena – fenomena
yang ada, baik fenomena bersifat alamiah atau rekayasa manusia (Sukmadinata, 2011). Jenis data
yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder adalah data – data yang
sudah terkumpul dan tersedia pada suatu instansi atau perusahaan.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini terdapat 16 perusahaan food and beverage yang tercatat di BEI. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana (Sugiono, 2010) menyatakan
bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel atas pertimbangan – pertimbangan
tertentu. Sampel dalam penelitian ini terdapat 11 perusahaan food and beverage dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan food and beverage yang listing atau go – publik di Bursa Efek Indonesia
2. Perusahaan food and beverage yang memiliki IPO maksimal tahun 2013
3. Perusahaan food and beverage yang menerbitkan laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit tahun 2013 – 2016.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 4
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

Tabel 1
Perhitungan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan food and beverage yang listing di 16
bei
2 Perusahaan food and beverage yang tidak (2)
memiliki IPO maksimal tahun 2013
3 Perusahaan food and beverage yang tidak (3)
menerbitkan laporan keuangan perusahaan yang
telah audit tahun 2013 – 2016
Perusahaan yang dijadikan sampel 11
Jumlah sampel penelitian 11 x 4 44

Definisi Operasional Variabel


Identifikasi variabel dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Working Capital to Total Assets (X1)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari
keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Working capital yaitu rasio antara modal kerja dengan
total aset.
2. Retained Earning to Total Assets (X2)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total
aktiva perusahaan.
3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (X3)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktivitas

perusahaan, sebelum pembayaran pajak dan bunga.

4. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari

nilai pasar modal itu sendiri (saham biasa ). Rasio ini yaitu antara nilai pasar dari modal dengan total

hutang.

5. Sales to Total Assets (X5)

Rasio ini menunjukkan apa perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan

investasi dalam total aktivanya. Rasio ini yaitu antara penjualan dengan total aset.

6. Z- Score (Z)

Beberapa rasio keuangan yang dapat mendeteksi yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, dan

aktivitas yang akan menghasilkan angka – angka yang akan diproses dengan formula Altman.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 5
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yaitu metode dokumentasi dimana peneliti

mengambil data tersebut di www.idx.co.id untuk mendapatkan objek yang akan diteliti, sehingga

diperoleh laporan keuangan perusahaan yang kemudian digunakan sebagai penelitian. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan dalam periode 2013 – 2016 dikumpulkan

sesuai dengan perusahaannya masing – masing.

Teknik Analisis Data

Tahap – tahap analisis yang akan dilakukan peneliti adalah:

1. Melakukan perhitungan rasio keuangan pada sampel penelitian, sesuai dengan variabel –

variabel model Altman.

2. Menghitung Z-Score masing – masing perusahaan berdasarkan model Altman, sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3 X3 + 0,6X4 + 1,0X5

3. Mengklarifikasikan kondisi perusahaan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

Z < 1,81 : perusahaan masuk dalam kategori tidak sehat

Z > 2,99 : perusahaan masuk dalam kategori sehat

1,81 <Z> 2,99 : perusahaan masuk dalam kategori grey area atau rawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2
Hasil Z-Score tahun 2013 – 2016
Rata - Rata Rata - Rata Z-
Nama Perusahaan PENILAIAN
X1 X2 X3 X4 X5 Score
Tri Banyan Tirta Tbk 0,2057 -0,0105 0,0491 2,4015 0,2757 2,1106 Grey Area
Wilmar Cahaya Indonesia
0,3204
Tbk 0,2947 0,1789 2,7218 2,6205 5,6408 Sehat
Delta Djakarta Tbk 0,7104 0,7627 0,4778 5,3391 1,8342 8,5346 Sehat
Indofood CBP Sukses
0,3055
Makmur Tbk 0,3236 0,2930 6,8743 1,1932 7,1044 Sehat
Indofood Sukses Makmur
0,1728
Tbk 0,1959 0,1544 5,9606 0,7473 5,3147 Sehat
Multi Bintang Indonesia
-0,1957
Tbk 0,3709 0,7738 8,1818 1,5140 9,2612 Sehat
Mayora Indah Tbk 0,3690 0,3863 0,3216 3,4948 1,3352 5,4771 Sehat
Nippon Indosari
0,1115
Corporindo Tbk 0,3315 0,4265 2,9607 0,8427 4,6243 Sehat
Sekar Bumi Tbk 0,1077 0,1939 0,2048 2,6382 2,0414 4,7007 Sehat
Siantar Top Tbk 0,1336 0,4138 0,1852 3,0728 1,2201 4,4144 Sehat
Ultrajaya Milk Industry
0,4249
and Trading Company Tbk 0,5805 0,3196 3,4328 1,2300 5,6668 Sehat
Sumber : Data Diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa, hasil implementasi model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score
pada perusahaan secara umum berada pada kondisi sehat, hanya PT. Tri Banyan Tirta yang berada
dalam kondisi grey area karena nilai Z-Scorenya berada dibawah 2,99.

a. Working capital to total assets


Setelah dilakukan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode Altman maka dapat
diketahui nilai Tri Banyan Tirta sebesar 0,2057 dikategorikan dalam kondisi grey area dan nilai

http://ejournal.unikama.ac.id Page 6
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

tersebut bukan pembeda atau bukan penentu dari rasio lainnya. Sehinggan nilai PT. Tri Banyan Tirta
bernilai positif akan tetapi dikategorikan perusahaan dalam kondisi grey area.

b. Retained Earning to Total Assets


Setelah dilakukan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode Altman maka dapat
diketahui nilai PT. Tri Banyan Tirta Tbk sebesar -0,0105 dikategorikan dalam kondisi gret area dan
nilai dari X2 tersebut adalah pembeda atau penentu dari sehat atau tidaknya perusahaan.

c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets


Setelah dilakukan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode Altman maka dapat
diketahui nilai PT. Tri Banyan Tirta Tbk sebesar 0,0491 dikategorikan dalam kondisi grey area dan
nilai dari X3 tersebut sebagai pembeda atau penentu dari sehat atau tidaknya suatu prusahaan.

d. Market Value of Equity to Book Value of Debt


Setelah dilakukan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode Altman maka dapat
diketahui nilai PT. Tri Banyan Tirta Tbk sebesar 2,4015 dikategorikan dalam kondisi grey area dan
nilai dari X4 tersebut adalah bukan pembeda atau bukan penentu dari sehat atau tidaknya
perusahaan.

e. Sales to Total Assets


Setelah dilakukan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode Altman maka dapat
diketahui nilai PT. Tri Banyan Tirta Tbk sebesar 0,2757 dikategorikan dalam kondisi grey area dan
diketahui nilai X5 tersebut adalah pembeda atau penentu dari sehat atau tidaknya suatu perusahaan.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan rasio dari metode Altman Z-Score yaitu
terdapat sampel 11 perusahaan yakni terdapat 1 perusahaan yang mengalami kondisi grey area yaitu
PT. Tri Banyan Tirta dan 10 perusahaan lainnya berada dalam kondisi sehat yakni perusahaan PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT. Delta Djakarta Tbk, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Nippon
Indosari Corporindo Tbk, PT. Sekar Bumi Tbk, PT. Siantar Top Tbk, dan PT. Ultrajaya Milk Industri
and Trading Company Tbk. Jadi dari ketiga variabel tersebut yang membedakan antara perusahaan
yang sehat, grey area dan tidak sehat yaitu dilihat dari nilai rata – rata dari setiap variabelnya
misalnya PT. Tri Banyan Tirta yang memiliki kondisi grey area dari setiap variabel tersebut apakah
nilainya berbeda jauh dengan perusahaan lainnya atau tidak dikarenakan perusahaan yang lainnya
selain PT.Tri Banyan Tirta mengalami kondisi yang sehat. Dari kelima rasio yang dijadikan sebagai
pembeda atau penentu terdapat 3 variabel yakni variabel retained earning to total assets (X2), earning
before interest and taxes to total assets (X3), sales to total assets (X5)

SARAN
Dari kesimpulan diatas maka saran bagi peneliti yaitu
1. Diharapkan lebih mendalami sebab akibat yang terjadi pada suatu perusahaan yang diteliti.
2. Peneliti diharapkan supaya meneliti perusahaan selain food and beverage dan menambah
tahun penelitian yang terbaru.
3. Untuk peneliti yang akan datang disarankan agar menggunakan selain metode Altman Z-
Score dalam memprediksi kebangkrutan.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 7
Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx)
ISSN: 2337-56xx. Volume: xx. Nomor: xx

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi. 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi 3. Yogyakarta: Penerbit UPP STIM YKPN.
Atmini dan Wuryana. 2008. “Manfaat Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress
pada Perusahaan Textile Mill Products dan Apprael and Other Textile Products terdaftar di Bursa
Efek Jakart. Simposium Nasional Akutansi VII, Solo.
Almilia dan Kristijadi.2003.”Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ.” Jurnal Akutansi dan Auditing Indonesia, Vol. 7 No.
2.
Altman. 1983. Financial Ratios, Diskriminant Analysis and The Prediction of Corporate
Bankrupty.Journal of Accounting.
Laela, 2012, Kinerja Keuangan Sebagai predictor financial distress pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI, ArtikelIlmiah, STIE Perbanas.
Prihadi,T.2010.Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi.Cetakan I.PPm:Jakarta.
Kasmir.2008.Analisis Laporan Keuangan.Jakarta: Rajawali.
Rayenda. 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry, e-journals
Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom, London
Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan
Manufaktur di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen JMD Vol. 3 No. 2, 2012, pp: 101-109.
Universitas Negeri Semarang.
Toto, Prihadi. 2011. Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi,PPM.Jakarta.
Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Sugiono.2010.Statistika untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta
Irfan,Mochamad dan Yuniati,Tri.2014. Analisis financial distress dengan pendekatan Altman Z-Score
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan Telekomunikasi. Jurnal
Rafles W. Tambunan, Dwiatmanto,M.G.WI dan N.P Endang.2015.Analisis Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman (Z-Score) (studi pada subsektor rokok
yang listing dan perusahaan delisting di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 2, No. 1, Februari 2015.
Rahmawati,Titiek.2016.Analisis Kebangkrutan dengan Menggunakan Model Altman Z-Score pada
Perusahaan Asuransi go-publik di BEI tahun 2010 – 2013. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Hal 61 –
74 Vol. 1, No. 1, Maret 2016.
Hayes Suzanne, Kay Hodge, dan Larry W.Hughes.2010.A Study of The Efficacy of Altman’s Z to Predict
Bankrupty of specialty retail firms doing business in contemporary times.Jurnal Internasional.

http://ejournal.unikama.ac.id Page 8

Anda mungkin juga menyukai