2 Oktober 2019
PERBEDAAN MODEL OHLSON, MODEL TAFFLER DAN MODEL
SPRINGATE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
Abstract
The purpose of this study is to provide empirical evidence that there are differences in the Ohlson, the Taffler
and the Springate Model in predicting financial distress for companies listed on the Indonesia Stock Exchange
in 2015-2017. The population in this study are all nine industrial sector companies listed. This study uses
secondary data from annual financial reports / annual report in 2015-2017. Testing the hypothesis in this study
using the normality test and the Kruskal Wallis test (different test). The results showed that the Taffler model is
the model that has the highest level of accuracy in predicting financial distress conditions of companies listed
on the Stock Exchange with an accuracy rate of 83.93%, then the Springate Model with an accuracy rate of
54.91% and the Ohlson Model which is a model with the lowest accuracy rate is 6.70%.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan Model Ohlson,
Model Taffler dan Model Springate dalam memprediksi financial distress perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2015-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Sembilan sektor industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuanga
tahunan/annual report pada 2015-2017. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas
dan uji kruskal wallis (uji beda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Taffler adalah model yang
memliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di BEI dengan tingkat akurasi 83,93%, kemudian Model Springate dengan tingkat akurasi 54,91% dan
Model Ohlson yang merupakan model dengan tingkat akurasi paling rendah yaitu 6,70%.
Kata Kunci: Ohlson, Taffler, Springate, Financial Distress
141
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
banyak perusahaan–perusahaan di yang berkaitan dengan kebangkrutan
Indonesia yang mengalami kebangkrutan. www.tribun-bali.com
Pada tahun 2018 banyak Beberapa indikator yang digunakan
perusahaan legendaris yang bangkrut untuk mengetahui kemungkinan dari
karena mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan keuangan (financial distress),
financial distress. Pada masa kejayannya menurut Romadhona (2013) indikator
perusahaan ini mampu menguasai pasar tersebut, diantaranya :
Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian 1. Analisis arus kas periode sekarang
besar konsumen tertarik dengan produk dan periode yang akan datang.
yang dihasilkan. Namun seiring 2. Analisis strategi yang dilakukan
berjalannya waktu, produk mereka sudah perusahaan dengan cara
mulai tidak beroperasi di pasaran. Mereka mempertimbangkan pesaing
tiba-tiba mengalami kebangkrutan yang potensial, struktur biaya relatif,
tak terduga. perluasan rencana dalam industri,
Dikutip oleh tribunnews.com kabar kemampuan perusahaan untuk
mengejutkan dari perusahaan teh merek menaikkan biaya, kualitas
Sariwangi. Dalam pertimbangannya, manajemen dan lain sebagainya.
hakim Pengadila Niaga Jakarta Pusat 3. Analisis laporan keuangan
menyatakan bahwa Sariwangi dan Indorub perusahaan disertai dengan
telah terbukti lalai menjalankan perbandingan laporan keuangan
kewajibannya sesuai rencana perdamaian dari perusahaan lain. Analisis
dalam proses Penundaan Kewajiban berfokus pada suatu variabel
Pembayaran Utang (PKPU) terdahulu. keuangan tunggal atau suatu
“Mengabulkan permohonan pembatalan kombinasi dari variabel keuangan.
perdamaian atau homologasi dari pemohon 4. Variabel eksternal seperti
(ICBC), menyatakan perjanjian pengembalian dari sekuritas dan
homologasi batal, menyatakan termohon 1 penilaian obligasi.
(Sariwangi), dan termohon 2 (Indorub) Kebangkrutan adalah teka-teki
pailit dengan segala akibat hukumnya,” yang coba dihindari oleh perusahaan, para
kata Majelis Hakim, Abdul Kohar saat analis suka mengukur dan menemukan
membacakan amar putusan, selasa kesulitan untuk memprediksi secara
(16/10/2018) di Pengadilan Niaga Jakarta umum. Bahaya potensial dari tindakan
Pusat www.tribunnews.com semacam itu terletak pada aspek-aspek
Beberapa perusahaan lain dengan seperti kualitas aset yang buruk dan
merek yang populer di masyarakat juga kapitalisasi yang lemah (Gosh, 2017).
mengalami kebangkrutan karena terlilit Memprakirakan setiap kekurangan dalam
utang. Perusahaan tersebut adalah pabrik situasi keuangan perusahaan sangat
jamu legendaris Nyonya Meneer, Batavia berguna bagi investor di perusahaan-
Air, dan Amplop Jaya. Perusahaan perusahaan ini karena mereka akan
tersebut bangkrut karena mengalami menghindari kerugian dan untuk
financial distress sehingga tidak bisa pelanggan mereka karena persediaan tidak
membayar utang–utangnya kepada bank. lagi ada karena kebangkrutan. Kesulitan
Setiap perusahaan harus mewaspadai keuangan perusahaan dapat dipicu oleh
adanyapotensi kebangkrutan, oleh karena faktor internal dan eksternal. Faktor
itu perusahaan harus melakukan analisis internal dapat muncul dari manajemen
142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
yang tidak efisien yang akan Hasil penelitian penelitian yang
mempengaruhi kinerja keuangan dan dilakukan Perwira (2016) menujukkan
pengelolaan aset perusahaan dan sebagai bahwa model Taffler merupakan model
hasilnya pendapatan yang dihasilkan tidak yang paling tepat untuk memprediksi
mencakup biaya. Faktor eksternal dapat kondisi bankcrupty dengan nilai akurasi
berasal dari perubahan kondisi ekonomi di 71%. Dibandingkan dengan model lain
mana perusahaan beroperasi seperti inflasi, yaitu Springate dan Kida memiliki tingkat
peraturan baru, dan sebagainya (Alali M.S akurasi 65%, Altman tingkat akurasi 41%.
et al, 2018). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
Berbagai metode analisis telah sub sektor tekstil dan garmen yang
dikembangkan untuk memprediksi kondisi terdaftar di BEI periode 2011-2015.
financial distress suatu perusahaan Berdasarkan rumusan masalah
diantaranya adalah yang dikembangkan yang telah disampaikan, tujuan dalam
oleh Springate (1978), Ohlson (1980) dan penelitian ini adalah :Untuk menguji
Taffler (1983). Pada penelitian yang secara empiris perbedaan model Ohlson,
dilakukan oleh Meiliawati & Isharijadi model Taffler dan model Springate dalam
(2016), model Springate merupakan model memprediksi kondisi financial distress
terakurat dalam memprediksi kondisi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
financial distress pada perusahaan sektor Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017.
kosmetik yang terdaftar di BEI dengan
tingkat akurasi 91,66%, dibandingkan KAJIAN TEORI DAN
dengan model Altman dengan tingkat PENGEMBANGAN HIPOTESA
akurasi hanya 60,41%. Analisis Laporan Keuangan
Pada penelitian lain yang dilakukan Laporan keuangan yang disajikan
oleh Priambodo (2017) yang berjudul perusahaan bertujuan untuk menyediakan
Analisis Model Altman, Springate, Grover informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan Zmijewski dalam Memprediksi keuangan, serta perubahan posisi
Financial Distress pada Perusahaan Sektor keuangan yang bermanfaat dalam proses
Pertambangan. Hasii dari penelitian ini mengambil keputusan secara ekonomi bagi
adalah model Springate merupakan model penggunanya. Laporan tahunan adalah
dengan tingkat akurasi tertinggi laporan yang disampaikan selama satu
dibandingkan model prediksi lainnya yaitu periode oleh manajemen perusahaan
84,21%. kepada para investor (Margaretha, 2011).
Berbeda dengan penelitian yang Laporan tahunan atau annual report terdiri
dilakukan oleh Kusuma (2017) pada atas informasi verbal dan informasi
perusahaan sektor pertambangan batubara, kuantitatif. Informasi verbal berisi opini
menyatakan bahwa model Ohlson manajemen atas operasi tahun lalu dan
merupakan model terbaik dengan nilai prospek di masa datang. Informasi
akurasi tertinggi yaitu 100% dibandingkan kuantitatif berisi laporan keuangan.
model yang lainnya. Taffler (1983) Laporan keuangan adalah laporan
merumuskan model prediksi kebangkrutan yang memberikan gambaran posisi
untuk perusahaan manufaktur dengan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
akurasi prediksi 95,7% untuk yang terdiri dari :
bangkrut dan 100% untuk perusahaan a. Laporan Laba/Rugi, berisi tentang
yang tidak bangkrut (Sayari, 2017). laporan pendapatan-pendapatan
143
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
dan biaya-biaya perusahaan selama perusahaan bangkrut dan 2.058 perusahaan
satu periode. tidak bangkrut. Untuk pertama kalinya,
b. Laporan Neraca, berisi laporan menerapkan model logit bersyarat ke studi
keadaan aktiva, utang dan modal prediksi default. Manfaat praktis dari
sendiri perusahaan selama satu metodologi logit adalah bahwa mereka
periode. tidak memerlukan asumsi pembatasan
c. Laporan Saldo Laba, berisi laporan MDA dan memungkinkan bekerja dengan
tentang laba yang dihasilkan dan sampel yang tidak proporsional. Setelah
akan dibagikan sebagai deviden. Ohlson, sebagian besar literatur akademik
d. Laporan Arus Kas, berisi laporan menggunakan model logit untuk
atas dampak kegiatan operasi, memprediksi default (Plihal et al, 2018).
investasi dan pembiayaan Ohlson menggunakan logistic regression
perusahaan terhadap arus kas dalam model analisisnya dikarenakan
selama satu periode Ohlson mencoba untuk mengatasi
Analisis rasio keuangan adalah kelemahan dari penggunaan model MDA
rasio yang diperoleh dengan (Multiple Discriminant Analysis). MDA
menghubungkan satu pos laporan adalah teknik analisis yang paling populer
keuangan dengan pos lainnya yang untuk studi kebangkrutan, namun menurut
memiliki hubungan relevan dan signifikan Ohlson MDA mempunyai permasalahan
(Yuliastary & Wirakusuma, 2014). seperti adanya persyaratan statistik tertentu
Menurut Keown, et al (2011) rasio yang dikenakan pada bagian distribusi
keuangan membantu mengidentifikasi prediktor (Utama, 2018).
kelemahan dan kekuatan keuangan Ohlson memilih sembilan variabel
perusahaan. Terdapat dua cara independen yang menurutnya harus
membandingkan data keuangan membantu dalam memprediksi
perusahaan, pertama meneliti rasio antar kebangkrutan, tetapi tidak memberikan
waktu untuk meneliti arah pergerakannya. justifikasi teoretis untuk seleksi
Kedua membandingkan rasio perusahaan (Jouzbarkand et al, 2012). Model yang
dengan rasio perusahaan lainnya. dikemukakan oleh Ohlson memiliki 9
variabel rasio keuangan, yaitu :
Model Analisis Kebangkrutan
Model Ohlson
James Ohlson mengemukakan
model analisa kebangkrutan yang
dilakukan pada penelitiannya pada tahun
1980. Dalam penelitian Ohlson pada tahun
1970–1976, dengan sampel 105
144
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
146
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
menerbitkan right issue. Right issue adalah Penelitian yang dilakukan Kusuma
penjualan saham terbatas yang hanya (2017) menunjukkan hasil bahwa model
dikhususkan kepada pemilik saham lama Ohlson memiliki nilai akurasi tertinggi
saja, dengan tujuan menghindari dibandingkan dengan model Altman,
masuknya pemilik saham baru. Springate, Zmijewski dan Grover. Pada
Beberapa indikator digunakan penelitian Perwira (2016) tingkat akurasi
untuk memprediksi kebangkrutan, yaitu tertinggi dimiliki oleh model Taffler, studi
dari dalam perusahaan (indikator internal) kasus pada perusahaan sub sektor tekstil
dan dari luar perusahaan (indikator dan garmen.
eksternal). Indikator internal misalnya Analisis Potensi Kebangkrutan
laporan keuangan, aliran kas, kemampuan dengan Menggunakan Model Altman Z-
manajemen dan trend penjualan. Indikator Score, Springate dan Zmijewski Pada
eksternal bisa dilihat dari pasar keuangan, Industri Perdagangan Ritel yang Terdaftar
informasi dari pemasok dan konsumen di BEI tahun 2009-2013 adalah penelitian
(Hanafi, 2016). Apabila jumlah aktiva yang dilakukan Sondakh, dkk (2014).
lebih kecil dari jumah hutang dan modal Hasil dari penelitian tersebut adalah model
kerja yang negatif sehingga menyebabkan Springate memiliki tingkat keakuratan
perusahan terus merugi maka kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan model
tersebut dapat dikatakan perusahaan yang lainnya. Pada penelitian Priambodo
mengalami kondisi financial distress (2017) pada perusahaan sektor
(Khoiriyah, 2019). pertambangan yang menggunakan model
Menurut Hanafi (2016) jika Altman, Springate, Grover dan Zmijewski
perusahaan mengalami financial distress menyatakan bahwa model Springate
atau kesulitan keuangan, ada dua pilihan memiliki tingkat akurasi tertinggi.
alternatif untuk mengatasi hal tersebut Berdasarkan beberapa penelitian
yaitu dengan melakukan likuidasi atau terdahulu yang telah dikemukanan, maka
reorganisasi. Dilakukan likuidasi jika nilai hipotesis yang diajukan dalam penelitian
likuidasi lebih besar dibandingkan dengan ini adalah:
nilai perusahaan kalau diteruskan. H1 : Model Springate merupakan
Reorganisasi dilakukan jika perusahaan model yang tingkat akurasinya
masih menunjukkan prospek yang baik, paling tinggi dan merupakan
sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan model yang terbaik.
lebih besar dibandingkan dengan apabila
perusahaan dilikuidasi. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini dilakukan pada
menguji ketiga model prediksi financial sembilan sektor industri yang terdaftar di
distress yaitu model Ohlson, model Taffler BEI (Bursa efek Indonesia). Sumber data
dan model Springate. Sehingga hasil dari diperoleh dari situs website
penelitian ini adalah menentukan model www.idx.co.id. Desain penelitian adalah
mana yang paling baik dengan tingkat rancangan penelitian yang berfungsi
akurasi yang paling tinggi. sebagai pedoman dalam proses penelitian.
Desain dalam penelitian ini berasal dari
147
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
Pengolahan data O T S
Uji Normalitas
SPSS
Uji Homogenitas
Analisis dan
Kesimpulan
Gambar 1. Desain Penelitian
148
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
3 Annual report yang dilaporkan tidak menggunakan mata uang IDR (69)
(rupiah).
Jumlah 224
142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
150
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
Ranks
Test Statisticsa,b
PREDIKSI
Chi-Square 551.028
Df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
MODEL
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Model Ohlson, Model Taffler dan Model
Springate
Model Sehat Tidak Sehat Jumlah
142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
Tipe eror II =
Untuk mengetahui tingkat akurasi dan tipe dari masing-masing model prediksi.
eror model Ohlson, model Taffler dan
model Springate, berikut hasil perhitungan
Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi dan Tipe Eror
Ohlson Taffler Springate
REKAP
Sehat Tidak Sehat Tidak Sehat Tidak
Sehat Sehat Sehat
Tipe Eror II 0 0 0
Keadaan riil perusahaan dinyatakan negatif. Pada penelitian ini sampel yang
“sehat” apabila memiliki laba bersih diambil adalah perusahaan yang memiliki
positif, sebaliknya perusahaan dinyatakan laba bersih positif selam 3 tahun berturut-
“tidak sehat” apabila memiliki laba bersih turut yaitu tahun 2015-2017. Jadi kondisi
142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
153
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
154
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
155
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
156
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
157
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
www.tribun-bali.com
www.tribunnews.com
158