Anda di halaman 1dari 18

INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No.

2 Oktober 2019
PERBEDAAN MODEL OHLSON, MODEL TAFFLER DAN MODEL
SPRINGATE DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS

Anny Widiasmara1), Henny Catur Rahayu2)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun
anny.asmara@gmail.com1), henny.leha@gmail.com2),

Abstract

The purpose of this study is to provide empirical evidence that there are differences in the Ohlson, the Taffler
and the Springate Model in predicting financial distress for companies listed on the Indonesia Stock Exchange
in 2015-2017. The population in this study are all nine industrial sector companies listed. This study uses
secondary data from annual financial reports / annual report in 2015-2017. Testing the hypothesis in this study
using the normality test and the Kruskal Wallis test (different test). The results showed that the Taffler model is
the model that has the highest level of accuracy in predicting financial distress conditions of companies listed
on the Stock Exchange with an accuracy rate of 83.93%, then the Springate Model with an accuracy rate of
54.91% and the Ohlson Model which is a model with the lowest accuracy rate is 6.70%.

Keywords: Ohlson Model, Taffler Model, Springate Model, Financial Distress

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan Model Ohlson,
Model Taffler dan Model Springate dalam memprediksi financial distress perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2015-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Sembilan sektor industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuanga
tahunan/annual report pada 2015-2017. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas
dan uji kruskal wallis (uji beda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Taffler adalah model yang
memliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di BEI dengan tingkat akurasi 83,93%, kemudian Model Springate dengan tingkat akurasi 54,91% dan
Model Ohlson yang merupakan model dengan tingkat akurasi paling rendah yaitu 6,70%.
Kata Kunci: Ohlson, Taffler, Springate, Financial Distress

PENDAHULUAN Setiap perusahaan didirikan dengan


Kemampuan bisnis suatu tujuan untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan dipengaruhi oleh faktor yang banyak sehingga mampu bertahan
berbeda. Faktor-faktor ini dikelompokkan atau berkembang dalam jangka panjang.
sebagai manajerial, ekonomi, politik, dan Namun, dalam kenyataannya banyak
lingkungan. Faktor-faktor tersebut harus beberapa perusahaan yang mampu
diidentifikasi untuk mempertahankan bertahan. Seringkali perusahaan sudah
penciptaan nilai dan kelangsungan hidup beroperasi dalam jangka waktu satu
perusahaan. Meskipun ada banyak faktor sampai dua tahun terpaksa gulung tikar
eksternal yang sulit untuk dianalisis karena karena mengalami financial distress dan
masalah pengukuran, salah satu opsi untuk berujung bangkrut. Analisis mengenai
membantu perusahaan dalam gejala–gejala kebangkrutan harus
merencanakan operasi di masa depan dilakukan, untuk mencegah terjadinya
adalah dengan melakukan analisis kebangkrutan di masa datang. Cara yang
keuangan berdasarkan laporan keuangan dapat dilakukan adalah dengan
dan rasio keuangan (Oz dan Yelkenci, menganalisis rasio keuangan perusahaan
2015). dengan model tertentu. Hal ini mengingat

141
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
banyak perusahaan–perusahaan di yang berkaitan dengan kebangkrutan
Indonesia yang mengalami kebangkrutan. www.tribun-bali.com
Pada tahun 2018 banyak Beberapa indikator yang digunakan
perusahaan legendaris yang bangkrut untuk mengetahui kemungkinan dari
karena mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan keuangan (financial distress),
financial distress. Pada masa kejayannya menurut Romadhona (2013) indikator
perusahaan ini mampu menguasai pasar tersebut, diantaranya :
Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian 1. Analisis arus kas periode sekarang
besar konsumen tertarik dengan produk dan periode yang akan datang.
yang dihasilkan. Namun seiring 2. Analisis strategi yang dilakukan
berjalannya waktu, produk mereka sudah perusahaan dengan cara
mulai tidak beroperasi di pasaran. Mereka mempertimbangkan pesaing
tiba-tiba mengalami kebangkrutan yang potensial, struktur biaya relatif,
tak terduga. perluasan rencana dalam industri,
Dikutip oleh tribunnews.com kabar kemampuan perusahaan untuk
mengejutkan dari perusahaan teh merek menaikkan biaya, kualitas
Sariwangi. Dalam pertimbangannya, manajemen dan lain sebagainya.
hakim Pengadila Niaga Jakarta Pusat 3. Analisis laporan keuangan
menyatakan bahwa Sariwangi dan Indorub perusahaan disertai dengan
telah terbukti lalai menjalankan perbandingan laporan keuangan
kewajibannya sesuai rencana perdamaian dari perusahaan lain. Analisis
dalam proses Penundaan Kewajiban berfokus pada suatu variabel
Pembayaran Utang (PKPU) terdahulu. keuangan tunggal atau suatu
“Mengabulkan permohonan pembatalan kombinasi dari variabel keuangan.
perdamaian atau homologasi dari pemohon 4. Variabel eksternal seperti
(ICBC), menyatakan perjanjian pengembalian dari sekuritas dan
homologasi batal, menyatakan termohon 1 penilaian obligasi.
(Sariwangi), dan termohon 2 (Indorub) Kebangkrutan adalah teka-teki
pailit dengan segala akibat hukumnya,” yang coba dihindari oleh perusahaan, para
kata Majelis Hakim, Abdul Kohar saat analis suka mengukur dan menemukan
membacakan amar putusan, selasa kesulitan untuk memprediksi secara
(16/10/2018) di Pengadilan Niaga Jakarta umum. Bahaya potensial dari tindakan
Pusat www.tribunnews.com semacam itu terletak pada aspek-aspek
Beberapa perusahaan lain dengan seperti kualitas aset yang buruk dan
merek yang populer di masyarakat juga kapitalisasi yang lemah (Gosh, 2017).
mengalami kebangkrutan karena terlilit Memprakirakan setiap kekurangan dalam
utang. Perusahaan tersebut adalah pabrik situasi keuangan perusahaan sangat
jamu legendaris Nyonya Meneer, Batavia berguna bagi investor di perusahaan-
Air, dan Amplop Jaya. Perusahaan perusahaan ini karena mereka akan
tersebut bangkrut karena mengalami menghindari kerugian dan untuk
financial distress sehingga tidak bisa pelanggan mereka karena persediaan tidak
membayar utang–utangnya kepada bank. lagi ada karena kebangkrutan. Kesulitan
Setiap perusahaan harus mewaspadai keuangan perusahaan dapat dipicu oleh
adanyapotensi kebangkrutan, oleh karena faktor internal dan eksternal. Faktor
itu perusahaan harus melakukan analisis internal dapat muncul dari manajemen

142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
yang tidak efisien yang akan Hasil penelitian penelitian yang
mempengaruhi kinerja keuangan dan dilakukan Perwira (2016) menujukkan
pengelolaan aset perusahaan dan sebagai bahwa model Taffler merupakan model
hasilnya pendapatan yang dihasilkan tidak yang paling tepat untuk memprediksi
mencakup biaya. Faktor eksternal dapat kondisi bankcrupty dengan nilai akurasi
berasal dari perubahan kondisi ekonomi di 71%. Dibandingkan dengan model lain
mana perusahaan beroperasi seperti inflasi, yaitu Springate dan Kida memiliki tingkat
peraturan baru, dan sebagainya (Alali M.S akurasi 65%, Altman tingkat akurasi 41%.
et al, 2018). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
Berbagai metode analisis telah sub sektor tekstil dan garmen yang
dikembangkan untuk memprediksi kondisi terdaftar di BEI periode 2011-2015.
financial distress suatu perusahaan Berdasarkan rumusan masalah
diantaranya adalah yang dikembangkan yang telah disampaikan, tujuan dalam
oleh Springate (1978), Ohlson (1980) dan penelitian ini adalah :Untuk menguji
Taffler (1983). Pada penelitian yang secara empiris perbedaan model Ohlson,
dilakukan oleh Meiliawati & Isharijadi model Taffler dan model Springate dalam
(2016), model Springate merupakan model memprediksi kondisi financial distress
terakurat dalam memprediksi kondisi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
financial distress pada perusahaan sektor Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017.
kosmetik yang terdaftar di BEI dengan
tingkat akurasi 91,66%, dibandingkan KAJIAN TEORI DAN
dengan model Altman dengan tingkat PENGEMBANGAN HIPOTESA
akurasi hanya 60,41%. Analisis Laporan Keuangan
Pada penelitian lain yang dilakukan Laporan keuangan yang disajikan
oleh Priambodo (2017) yang berjudul perusahaan bertujuan untuk menyediakan
Analisis Model Altman, Springate, Grover informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan Zmijewski dalam Memprediksi keuangan, serta perubahan posisi
Financial Distress pada Perusahaan Sektor keuangan yang bermanfaat dalam proses
Pertambangan. Hasii dari penelitian ini mengambil keputusan secara ekonomi bagi
adalah model Springate merupakan model penggunanya. Laporan tahunan adalah
dengan tingkat akurasi tertinggi laporan yang disampaikan selama satu
dibandingkan model prediksi lainnya yaitu periode oleh manajemen perusahaan
84,21%. kepada para investor (Margaretha, 2011).
Berbeda dengan penelitian yang Laporan tahunan atau annual report terdiri
dilakukan oleh Kusuma (2017) pada atas informasi verbal dan informasi
perusahaan sektor pertambangan batubara, kuantitatif. Informasi verbal berisi opini
menyatakan bahwa model Ohlson manajemen atas operasi tahun lalu dan
merupakan model terbaik dengan nilai prospek di masa datang. Informasi
akurasi tertinggi yaitu 100% dibandingkan kuantitatif berisi laporan keuangan.
model yang lainnya. Taffler (1983) Laporan keuangan adalah laporan
merumuskan model prediksi kebangkrutan yang memberikan gambaran posisi
untuk perusahaan manufaktur dengan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
akurasi prediksi 95,7% untuk yang terdiri dari :
bangkrut dan 100% untuk perusahaan a. Laporan Laba/Rugi, berisi tentang
yang tidak bangkrut (Sayari, 2017). laporan pendapatan-pendapatan

143
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019
dan biaya-biaya perusahaan selama perusahaan bangkrut dan 2.058 perusahaan
satu periode. tidak bangkrut. Untuk pertama kalinya,
b. Laporan Neraca, berisi laporan menerapkan model logit bersyarat ke studi
keadaan aktiva, utang dan modal prediksi default. Manfaat praktis dari
sendiri perusahaan selama satu metodologi logit adalah bahwa mereka
periode. tidak memerlukan asumsi pembatasan
c. Laporan Saldo Laba, berisi laporan MDA dan memungkinkan bekerja dengan
tentang laba yang dihasilkan dan sampel yang tidak proporsional. Setelah
akan dibagikan sebagai deviden. Ohlson, sebagian besar literatur akademik
d. Laporan Arus Kas, berisi laporan menggunakan model logit untuk
atas dampak kegiatan operasi, memprediksi default (Plihal et al, 2018).
investasi dan pembiayaan Ohlson menggunakan logistic regression
perusahaan terhadap arus kas dalam model analisisnya dikarenakan
selama satu periode Ohlson mencoba untuk mengatasi
Analisis rasio keuangan adalah kelemahan dari penggunaan model MDA
rasio yang diperoleh dengan (Multiple Discriminant Analysis). MDA
menghubungkan satu pos laporan adalah teknik analisis yang paling populer
keuangan dengan pos lainnya yang untuk studi kebangkrutan, namun menurut
memiliki hubungan relevan dan signifikan Ohlson MDA mempunyai permasalahan
(Yuliastary & Wirakusuma, 2014). seperti adanya persyaratan statistik tertentu
Menurut Keown, et al (2011) rasio yang dikenakan pada bagian distribusi
keuangan membantu mengidentifikasi prediktor (Utama, 2018).
kelemahan dan kekuatan keuangan Ohlson memilih sembilan variabel
perusahaan. Terdapat dua cara independen yang menurutnya harus
membandingkan data keuangan membantu dalam memprediksi
perusahaan, pertama meneliti rasio antar kebangkrutan, tetapi tidak memberikan
waktu untuk meneliti arah pergerakannya. justifikasi teoretis untuk seleksi
Kedua membandingkan rasio perusahaan (Jouzbarkand et al, 2012). Model yang
dengan rasio perusahaan lainnya. dikemukakan oleh Ohlson memiliki 9
variabel rasio keuangan, yaitu :
Model Analisis Kebangkrutan
Model Ohlson
James Ohlson mengemukakan
model analisa kebangkrutan yang
dilakukan pada penelitiannya pada tahun
1980. Dalam penelitian Ohlson pada tahun
1970–1976, dengan sampel 105

O Score = -1,32 – 0,407X1 + 6,03X2 – 1,43X3 + 0,0757X4 – 2,37X5 –


1,83X6 + 0,285X7 – 1,72X8 – 0,521X9

Keterangan : X3 : Modal kerja/total aset


X1 : Log (total aset/indeks tingkat harga X4 : Utang lancar/aktiva lancar
GNP) X5 : 1 jika total utang > total aset, 0 jika
X2 : Total utang/total aset total utang < total aset

144
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

X6 : Laba bersih/total aktiva


X7 : Arus kas operasi/total utang Model Taffler
X8 : 1 jika laba bersih negatif (-) untuk 2 Taffler (1983) merumuskan model
tahun terahir, 0 jika laba bersih positif (+) prediksi kebangkrutan untuk perusahaan
untuk 2 manufaktur yang dikutip di London Bursa
tahun terakhir Efek periode 1969–1976. Terdapat 4
X9 : (laba bersih tahunt – laba bersih variabel yang digunakan dalam penelitian
tahunt-1)/(laba bersih tahunt + laba bersih ini dan Taffler menggunakan teknik
tahunt-1) analisis MDA dengan akurasi prediksi
Dalam penelitian yang dilakukan 95,7% untuk yang bangkrut dan 100%
Kusuma (2017) klasifikasi perusahaan untuk perusahaan yang tidak bangkrut
yang sehat dan bangkrut yang didasarkan (Sayari, 2017).
pada model Ohlson yaitu : Model yang dikemukakan oleh
a. Jika O-score < 0,38 artinya Taffler adalah
perusahaan sehat secara keuangan
b. Jika O-score ≥ 0,38 maka
perusahaan termasuk dalam
klasifikasi perusahaan tidak sehat.
:
ZTaffler = 3,20 + 12,18X1 + 2,50X2 – 10,68X3 + 0,0289X4
Keterangan :
X1 : Laba sebelum pajak/kewajiban lancar Model Springate
X2 : Aktiva Lancar/Total Kewajiban Springate (1978) mengemukakan
X3 : Kewajiban Lancar/Total Aktiva model analisis kebangkrutan dengan
X4 : Laba bersih setelah pajak/total aktiva teknik analisis MDA. Model Springate
Jika nilai Taffler negatif maka menggunakan empat rasio yang dapat
perusahaan beresiko bangkrut, sedangkan digunakan untuk mengukur kondisi
jika nilai Taffler positif maka perusahaan perusahaan yang mengalami distress dan
tidak beresiko bangkrut. Dalam model yang tidak distress (Hariani & Sujianto,
Taffler ini jika nilai Taffler > 0,3 maka 2017).
resiko bangkrut rendah, jika nilai Taffler <
0,2 maka resiko bangkrut tinggi (Perwira, Model yang dekemukakan oleh Springate
2016). adalah :
S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4
Keterangan : dilakukan di Turki dengan judul Financial
X1 : Modal Kerja/Total Aset Failure Estimate in BIST Companies with
X2 : Laba Sebelum Pajak/Total Aset Altman (Z-Score) and Springate (S-Score)
X3 : Laba Sebelum Pajak/Kewajiban Models, jika nilai Springate < 0,862
Lancar diperkirakan perusahaan akan bangkrut
X4 : Penjualan/Total Aset atau tidak sehat. Berarti sebaliknya jika
Pada penelitian yang dilakukan nilai Springate > 0,862 diperkirakan
oleh Zeynep & Erdem (2017) yang perusahaan dalam kondisi sehat.

142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

b. Financial distress kategori B atau


Financial Distress tinggi dan dianggap berbahaya.
Financial distress sebagai tahap Pada posisi ini perysahaan harus
penurunan kondisi keuangan yang terjadi memikirkan berbagai solusi untuk
sebelum terjadinya kebangkrutan atau menyelamatkan beragai aset yang
likuiditasi. Financial distress dimulai dari dimiliki. Termasuk memikirkan
ketidakmampuan dalam memenuhi dampak apabila mengambil
kewajiban–kewajibannya, terutama keputusan untuk merger dan
kewajiban yang bersifat jangka pendek akuisis. Salah satu dampak yang
termasuk kewajiban likuidaitas, dan juga terlihat pada posisi ini adalah PHK
termasuk kewajiban dalam kategori (Pemutusan Hubungan Kerja) dan
solvabilitas (Fahmi, 2013). pensiun dini padabeberapa
Sebuah perusahaan tidak akan karyawan.
mengalami kebangkrutan secara tiba–tiba, c. Financial distress kategori C atau
namun dalam proses waktu yang sedang dan dianggap perusahaan
berlangsung lama, dan itu dapat dilihat masih mampu menyelamatkan diri
dari tanda–tanda. Pada saat ini beberapa dengan tindakan tambahan dana
model telah dikembangkan untuk yang bersumber dari internal
memprediksi tanda–tanda terjadinya maupun eksternal. Pada posisi ini
kebangkrutan. Financial distress mengacu perusahaan sudah harus melakukan
pada kondisi di mana perusahaan tidak perombakan berbagai kebijakan
dapat memenuhi, atau mengalami dan konsep manajemen. Jika perlu
kesulitan melunasi, kewajiban keuangan perusahaan melakukan perektrutan
kepada kreditornya, biasanya karena biaya tenaga ahli yang berkompeten
tetap yang tinggi, tidak likuid aset, atau tinggi untuk ditempatkan pada
pendapatan yang peka terhadap penurunan posisi yang bertugas
ekonomi (Indriyanti, 2019). menyelamatkan perusahaan,
Menurut Fahmi (2013) secara termasuk target dalam menggenjot
kajian umum ada 4 kategori penggolongan perolehan laba kembali.
financial distress yaitu : d. Financial distress kategori D atau
a. Financial distress kategori A atau rendah. Pada posisi ini perusahaan
sangat tinggi dan benar–benar dianggap hanya mengalami
membahayakan. Kategori ini fluktuasi finansial temporer yang
memungkinkan perusahaan disebabkan oleh berbagai kondisi
dinyatakan bangkrut. Kategori ini eksternal dan internal. Biasanya
memungkinkan pihak perusahaan kondisi ini bersifat jangka pendek
melaporkan kepada pihak sehingga kondisi ini bisa cepat
pengadilan bahwa perusahaan diatasi.
dalam posisi bangkrut dan Keputusan menyelesaikan masalah
menyerahkan berbagai urusan financial distress bisa dilakukan dengan
untuk ditangani oleh pihak luar menjual obligasi atau menerbitkan saham
perusahaan. baru, meminjam dana ke bank atau

146
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

menerbitkan right issue. Right issue adalah Penelitian yang dilakukan Kusuma
penjualan saham terbatas yang hanya (2017) menunjukkan hasil bahwa model
dikhususkan kepada pemilik saham lama Ohlson memiliki nilai akurasi tertinggi
saja, dengan tujuan menghindari dibandingkan dengan model Altman,
masuknya pemilik saham baru. Springate, Zmijewski dan Grover. Pada
Beberapa indikator digunakan penelitian Perwira (2016) tingkat akurasi
untuk memprediksi kebangkrutan, yaitu tertinggi dimiliki oleh model Taffler, studi
dari dalam perusahaan (indikator internal) kasus pada perusahaan sub sektor tekstil
dan dari luar perusahaan (indikator dan garmen.
eksternal). Indikator internal misalnya Analisis Potensi Kebangkrutan
laporan keuangan, aliran kas, kemampuan dengan Menggunakan Model Altman Z-
manajemen dan trend penjualan. Indikator Score, Springate dan Zmijewski Pada
eksternal bisa dilihat dari pasar keuangan, Industri Perdagangan Ritel yang Terdaftar
informasi dari pemasok dan konsumen di BEI tahun 2009-2013 adalah penelitian
(Hanafi, 2016). Apabila jumlah aktiva yang dilakukan Sondakh, dkk (2014).
lebih kecil dari jumah hutang dan modal Hasil dari penelitian tersebut adalah model
kerja yang negatif sehingga menyebabkan Springate memiliki tingkat keakuratan
perusahan terus merugi maka kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan model
tersebut dapat dikatakan perusahaan yang lainnya. Pada penelitian Priambodo
mengalami kondisi financial distress (2017) pada perusahaan sektor
(Khoiriyah, 2019). pertambangan yang menggunakan model
Menurut Hanafi (2016) jika Altman, Springate, Grover dan Zmijewski
perusahaan mengalami financial distress menyatakan bahwa model Springate
atau kesulitan keuangan, ada dua pilihan memiliki tingkat akurasi tertinggi.
alternatif untuk mengatasi hal tersebut Berdasarkan beberapa penelitian
yaitu dengan melakukan likuidasi atau terdahulu yang telah dikemukanan, maka
reorganisasi. Dilakukan likuidasi jika nilai hipotesis yang diajukan dalam penelitian
likuidasi lebih besar dibandingkan dengan ini adalah:
nilai perusahaan kalau diteruskan. H1 : Model Springate merupakan
Reorganisasi dilakukan jika perusahaan model yang tingkat akurasinya
masih menunjukkan prospek yang baik, paling tinggi dan merupakan
sehingga nilai perusahaan kalau diteruskan model yang terbaik.
lebih besar dibandingkan dengan apabila
perusahaan dilikuidasi. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini dilakukan pada
menguji ketiga model prediksi financial sembilan sektor industri yang terdaftar di
distress yaitu model Ohlson, model Taffler BEI (Bursa efek Indonesia). Sumber data
dan model Springate. Sehingga hasil dari diperoleh dari situs website
penelitian ini adalah menentukan model www.idx.co.id. Desain penelitian adalah
mana yang paling baik dengan tingkat rancangan penelitian yang berfungsi
akurasi yang paling tinggi. sebagai pedoman dalam proses penelitian.
Desain dalam penelitian ini berasal dari

147
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

rumusan masalah. Rumusan masalah dimaksudkan untuk menganalisis prediksi


dinyatakan dalam kalimat pertanyaan, kondisi financial distress dengan model
kemudian peneliti menggunakan teori Ohlson, Taffler dan Springate periode
untuk menjawabnya. Data yang diperoleh penelitian penelitian tahun 2016-2017 dan
dalam penelitian ini adalah data sekunder model manakah yang terbaik yang
yang diperoleh dari data laporan keuangan digunakan dalam memprediksi kondisi
tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI financial distress.
tahun 2016-2017. Penelitian ini

Analisis prediksi Financial Distress dengan


model Ohlson, model Taffler dan model
Springate pada sembilan sektor industri
tahun 2016-2017

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi

Pengolahan data O T S

Uji Normalitas
SPSS
Uji Homogenitas

Uji One Way ANOVA

Analisis dan

Kesimpulan
Gambar 1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik mengambil sampel berdasarkan kriteria.


pengambilan sample yang dilakukan Adapun kriteria pemilihan sampel dalam
adalah teknik purposive sampling, dimana penelitian ini adalah :
Tabel 1. Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Populasi perusahaan sektor industri terdaftar di BEI (Bursa Efek 488
Indonesia).

148
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

2 Tidak melaporkan laporan keuangan tahunan (annual report) secara (90)


lengkap berturut-turut selama periode 2015-2017.

3 Annual report yang dilaporkan tidak menggunakan mata uang IDR (69)
(rupiah).

4 Perusahaan tidak memiliki laba bersih positif selama 3 tahun (105)


berturut-turut.

Jumlah 224

Data yang digunakan adalah data 1. Menghitung kondisi


sekunder berupa laporan keuangan kebangkrutan masing – masing
tahunan/annual report periode 2016-2017 model :
yang dipublikasikan oleh perusahaan di a. Model Ohlson
website BEI (Bursa Efek Indonesia). b. Model Taffler
Teknik yang digunakan untuk c. Model Springate
mendapatkan data yang diperukan dalam 2. Menentukan kondisi
penelitian ini adalah : kebangkrutan
1. Studi pustaka, dengan melakukan a. Model Ohlson
kajian pada sumber – sumber Jika O-score < 0,38 artinya
bacaan dan jurnal – jurnal perusahaan sehat secara keuangan
penelitian yang berkaitan dengan Jika O-score ≥ 0,38 maka
masalah yang akan diteliti yang perusahaan termasuk dalam
digunakan sebagai pedoman teori. klasifikasi perusahaan tidak sehat.
2. Teknik dokumentasi, yaitu dengan b. Model Taffler
mengumpulkan data berupa Jika nilai Taffler > 0,3 maka
laporan keuangan tahunan / annual resiko bangkrut rendah
report perusahaan dan diseleksi Jika nilai Taffler < 0,2 maka
untuk diolah dalam penelitian ini. resiko bangkrut tinggi
Menurut Sugiyono (2016) kegiatan c. Model Springate
dalam analisis data adalah Jika nilai Springate > 0,862
mengelompokkan data berdasarkan maka perusahaan masuk
variabel dan jenis responden, mentabulasi kategori sehat.
data berdasarkan variabel dari seluruh Jika nilai Springate < 0,862
responden, menyajikan data tiap variabel maka perusahaan masuk
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk kategori tidak sehat atau
menjwab rumusan masalah, dan berpotensi bangkrut.
melakukan perhitungan untuk menguji 3. Uji hipotesis dengan menggunaan
hipotesis yang telah diajukan. Untuk SPSS
menjawab rumusan masalah, maka
dilakukan teknik analisis data sebagai Data Normal
berikut : a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk

142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

menguji apakah dalam model Analysis of variance (ANOVA)


regresi, variabel memiliki adalah salah satu metode untuk
distribusi normal (Ghozali, menguji hubungan antara satu
2016). Jika analisis menggunakan variabel dependen dengan satu
metode parametrik, maka atau lebih variabel independen
persyaratan normalitas harus (Gozhali, 2016). One Way
terpenuhi yaitu data harus ANOVA digunakan untuk
berdistribusi normal. Jika data mengetahui perbandingan model
tidak berdistribusi normal maka Ohlson, Taffler dan Springate
metode yang digunakan adalah dalam memprediksi kondisi
non parametrik. Dalam penelitian financial distress pada sembilan
ini akan digunakan uji statistik sektor industri perusahaan yang
One Sample Kolmogorov terdaftar di BEI.
Smirnov dengan menggunakan
taraf signifikan 0,5. Data yang
Data Tidak Normal
memiliki taraf signifikan lebih
a. Uji Kruskal Wallis
dari 0,5 maka data tersebut
Uji Kruskal Wallis adalah uji
berdistribusi normal.
statistik yang digunakan untuk
b. Uji Homogenitas
mempelajari perbedaan rata-rata
Uji homogenitas digunakan untuk
lebih dari dua variabel. Uji
menguji apakah dalam model
Kruskal Wallis dapat dignakan
regresi, variabel memiliki
sebagai alternatif uji One Way
distribusi homogen atau tidak
ANOVA apabila data penelitian
(Ghozali, 2016). Data yang baik
dalam skala ordinal. Uji Kruskal
yaitu data harus berdistribusi
Wallis tidak memerlukan asumsi
homogen. Pengambilan data
normal dan homogen pada
didasarkan pada nilai signifikasi
distribusi data (Kadir, 2015).
probabilitas. Data yang memiliki
taraf signifikan lebih dari 0,5
maka data tersebut berdistribusi
homogen.
c. Uji One Way ANOVA (uji beda)
HASIL DAN PEMBAHASAN ANNOVA tidak dapat dilanjutkan,
Pengujian Hipotesis sehingga menggunakan Uji Kruskal
Uji Kruskal Wallis Wallis. Pengambilan keputusan dalam uji
Uji Kruskal Wallis merupakan uji ini adalah jika nilai Asymp.Sig > 0,05
yang dilakukan sebagai alternatif dari uji maka tidak ada perbedaan, sebaliknya jika
One Way ANNOVA. Karena data tidak nilai Asymp.Sig < 0,05 maka terdapat
berdistribusi normal maka Uji One Way perbedaan.

Tabel 2. Hasil uji Kruskal Wallis adalah sebagai berikut :

150
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

Ranks

MODEL N Mean Rank


PREDIKSI OHLSON 672 1061.62
TAFFLER 672 1351.82
SPRINGATE 672 612.06
Total 2016

Test Statisticsa,b

PREDIKSI
Chi-Square 551.028
Df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
MODEL

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis di Perbandingan Hasil Analisis Prediksi


atas terlihat bahwa output Test Statistic Model Ohlson, Model Taffler dan
diketahui nilai Asymp.Sig sebesar 0,000 < Model Springate
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Dari hasil perhitungan ketiga
terdapat perbedaan yang signifikan antara model prediksi yaitu model Ohlson, model
ketiga Model prediksi financial distress. Taffler dan model Springate dapat
diketahui jumlah perusahaan yang sehat
dan tidak sehat pada masing-masing
model. Berikut sampel yang diprediksi
sehat dan tidak sehat

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Model Ohlson, Model Taffler dan Model
Springate
Model Sehat Tidak Sehat Jumlah

Ohlson 15 209 224

Tafller 188 36 224

Springate 123 101 224

Sumber: Data Diolah

Dari hasil perhitungan model prediksi 1. Model Ohlson menyatakan 15


dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan dalam kondisi sehat
: dan 209 perusahaan dalam kondisi

142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

tidak sehat. akurasi digunakan untuk mengetahui


2. Model Taffler menyatakan 188 tingkat ketepatan model dengan melihat
perusahaan dalam kondisi sehat nilai tipe eror dari masing-masing model
dan 36 perusahaan dalam kondisi (Hasanah, 2010). Tingkat akurasi dihitung
tidak sehat. dengan rumus sebagai berikut:
3. Model Springate menyatakan 123 Tingkat akurasi =
perusahaan dalam kondisi sehat
dan 101 perusahaan dalam kondisi
Tiper eror dibagi menjadi 2 yaitu tipe eror
tidak sehat.
I dan tipe eror II. Untuk tipe eror dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi dan
Tipe Eror
Setelah dilakukan perhitungan
model prediksi dengan keadaan
perusahaan, selanjutnya menghitung
tingkat akurasi dan tiper eror. Tingkat
Tipe eror I =

Tipe eror II =
Untuk mengetahui tingkat akurasi dan tipe dari masing-masing model prediksi.
eror model Ohlson, model Taffler dan
model Springate, berikut hasil perhitungan
Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi dan Tipe Eror
Ohlson Taffler Springate
REKAP
Sehat Tidak Sehat Tidak Sehat Tidak
Sehat Sehat Sehat

Sehat 15 209 188 36 123 101


Riil
Tidak
0 0 0 0 0 0
Sehat

Tingkat Akurasi 6,70% 83,93% 54,91%

Tipe Eror I 93,30% 16,07% 45,09%

Tipe Eror II 0 0 0

Sumber: Data Diolah

Keadaan riil perusahaan dinyatakan negatif. Pada penelitian ini sampel yang
“sehat” apabila memiliki laba bersih diambil adalah perusahaan yang memiliki
positif, sebaliknya perusahaan dinyatakan laba bersih positif selam 3 tahun berturut-
“tidak sehat” apabila memiliki laba bersih turut yaitu tahun 2015-2017. Jadi kondisi

142
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

riil perusahaan dinyatakan sehat dengan 3. Model Springate memiliki tingkat


ketiga model prediksi. akurasi sebesar 54,91%
Dari tabel 4 dapat diketahui berdasarkan analisis yang
perbandingan hasil akurasi dan tipe eror dilakukan pada 224 perusahaan.
dengan membandingkan hasil prediksi Ketepatan analisis ini dapat dilihat
dengan kondisi riil perusahaan. dari 123 perusahaan yang
1. Model Ohlson memiliki tingkat dinyatakan sehat menurut hasil
akurasi sebesar 6,70% berdasarkan prediksi dan menurut kondisi
analisis yang dilakukan pada 224 perusahaan. Sedangkan tipe eror
perusahaan. Ketepatan analisis ini pada model Ohlson sebesar 45,09%
dapat dilihat dari 15 perusahaan yang menyatakan 101 perusahaan
yang dinyatakan sehat menurut mengalami kondisi tidak sehat
hasil prediksi dan menurut kondisi namun faktanya kondisi
perusahaan. Sedangkan tipe eror perusahaan tersebut dalam kondisi
pada model Ohlson sebesar 93,30% sehat.
yang menyatakan 209 perusahaan Berdasarkan hasil dari perhitungan
mengalami kondisi tidak sehat model Ohlson, model Taffler dan model
namun faktanya kondisi Springate dalam memprediksi kondisi
perusahaan tersebut dalam kondisi financial distress menunjukkan bahwa
sehat. terdapat perbedaan dari masing-masing
2. Model Taffler memiliki tingkat model. Karena memang masing-masing
akurasi sebesar 83,93% model menggunakan variabel rasio yang
berdasarkan analisis yang berbeda-beda. Hasil analisis SPSS uji
dilakukan pada 224 perusahaan. Kruskall Wallis juga menunjukkan bahwa
Ketepatan analisis ini dapat dilihat terdapat perbedaan yang signifikan dari
dari 188 perusahaan yang ketiga model prediksi tersebut.
dinyatakan sehat menurut hasil Dari hasil perhitungan tingkat
prediksi dan menurut kondisi akurasi dan tipe eror maka dapat
perusahaan. Sedangkan tipe eror disampaikan perbedaan tingkat akurasi dan
pada model Ohlson sebesar 16,07% tipe eror dari setiap model.
yang menyatakan 36 perusahaan
mengalami kondisi tidak sehat
namun faktanya kondisi
perusahaan tersebut dalam kondisi
sehat.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi dan Tipe Eror

153
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

Model Tingkat Akurasi Tipe Eror

Ohlson 6,70% 93,30%

Taffler 83,93% 16,07%

Springate 54,91% 45,09%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel di atas (2014), menunjukkan bahwa model


menunjukkan bahwa tingkat akurasi paling Ohlson merupakan model yang paling
tinggi adalah model Taffler yaitu 83,93% efektif dan akurat dalam memprediksi
dengan tipe eror 16,70%. Selanjutnya kondisi financial distress perusahaan Food
model Springate dengan tingkat akurasi and Beverages di BEI tahun 2010-2012.
54,91% dengan tipe eror 45,09%. Sedangkan dalam penelitian ini model
Kemudian model yang paling rendah Ohlson merupakan model yang memiliki
tingkat akurasinya adalah model Ohlson tingkat akurasi paling rendah.
yaitu sebesar 6,70% dengan tipe eror
93,30%. Maka dari model Ohlson, model KESIMPULAN DAN SARAN
Taffler dan model Springate dalam Simpulan
memprediksi kondisi financial distress Berdasarkan hasil analisis data
pada sembilan sektor industri di BEI tahun dan hasil uji hipotesis yang telah
2015-2017, model terbaik adalah model dilakukan maka dapat diambil
Taffler. kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
Berdasarkan hasil penelitian ini yang signifikan antara model Ohlson,
maka hipotesis ditolak. Karena hasil dari model Taffler dan model Springate
penelitian ini menyatakn model Taffler dalam memprediksi kondisi financial
merupakan model terbaik dengan tingkat distress pada Sembilan sektor industri
akurasi paling tinggi. Hasil penelitian ini yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sesuai dengan hasil penelitian yang (BEI) tahun 2015-2017. Model yang
dilakukan Perwira (2016) yang terbaik dalam memprediksi financial
menunjukkan bahwa model Taffler distress dalam penelitian ini adalah
memiliki tingkat akurasi tertinggi model Taffler
dibandingkan dengan model Springate,
model Kida dan model Altman yaitu 71%. Saran
Hal tersebut serupa dengan model Ohlson 1. Penelitian ini menunjukkan hasil
yang merupakan model prediksi prediksi kodisi perusahaan,
kebangkrutan dengan peringkat terendah sehingga para investor dapat
yaitu 27,55%. Hasil tersebut merupakan menggunakannya sebagai
hasil penelitian dari Jayanti & Rustiana pertimbangan dalam melakukan
(2015). investasi pada perusahaan tertentu.
Hasil penelitian ini berbeda dengan 2. Untuk peneliti selanjutnya dapat
penelitian yang dilakukan Wulandari, dkk menggunakan model prediksi yang

154
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

lain dalam memprediksi kondisi Bank Syariah di Indonesia.


financial distress. Inventory Jurnal Akuntansi, Vol
1. Madiun: Program Studi
DAFTAR PUSTAKA Akuntansi-FEB UNIPMA.
Alali, M.S., Alawadhi, A.M., & Bash,
Indriyanti, M. (2019). The Accuracy of
A.Y. (2018). Predicting
Financial Distress Prediction
Bankruptcy Risk For Healthcare
Models: Empirical Stidy on the
Companies Listed in Kuwait
World’s 25 Biggest Tech
Stock Exchange Using Altman’s
Companies in 2015-2016
Z-Score Model. International
Forbe’s Version. 3rd ICEEBA
Journal of Economics and
International Conference on
Finance Research &
Economics, Education, Business
Applications, Vol 2, Issue 1.
and Accounting. Surabaya:
Kuwait.
Accounting Department Faculty
of Economy State University of
Fahmi, I. (2013). Analisis Laporan
Surabaya.
Keuangan. Bandung; Penerbit
Alfabeta.
Jayanti, Q. & Rustiana. (2015). Analisis
Tingkat Akurasi Model-Model
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis
Prediksi Kebangkrutan Untuk
Multivariete dengan program
Memprediksi Voluntary Auditor
IBM SPSS 23. Semarang: Badan
Switching (Studi Pada
Penerbit Universitas
Perusahaan Manufaktur Yang
Diponegoro.
Terdaftar Di BEI). MODUS
Gosh, B. (2017). Bankruptcy Modelling of Vol.27 (2):87-108. Yogyakarta:
Indian Public Sector Banks: Fakultas Ekonomi Universitas
Evidence From Neural Trace. Atma Jaya.
International Journal of Applied
Jouzbarkand, M., Aghajani, V.,
Behavioral Economics. Volume
Khodadadi, M. & Sameni, F.
6. Issue 2. India: Institute of
Management Christ University. (2012). Creation Bankcruptcy
Prediction Model with Using
Hanafi, M.M. (2016). Manajemen Ohlson and Shirata Models.
Keuangan Edisi 2. Yogyakarta: DOI: 10.7763/IPEDR. V54.1.
BPFE-Anggota IKAPI. Iran: Departement of
Accounting Islamic Azad
Hariani, D.S. & Sujianto, A. (2017). University.
Analisis Perbaandingan Model
Altman, Model Springate dan Kadir. (2015). Statistika Terapan: Konsep,
Model Zmijewski dalam Contoh dan Analisis Data
Memprediksi Kebangkrutan dengan Program SPSS/Lisrel

155
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

dalam Penelitian Edisi Kedua. Kasus Pada Perusahaan Sektor


Jakarta: PT Rajagrafindo Kosmetik Yang Terdaftar Di
Persada. Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Pendidikan,
Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, Volume %, Nomor 1. Madiun:
J. William., & Scott, David F. IKIP PGRI Madiun.
(2011). Manajemen Keuangan
Prinsip dan Penerapan. Jakarta: Oz, I.O. & Yelkenci, T. (2015). The
PT Indeks. Generalizability of Financial
Distress Prediction Models:
Khoiriyah, S. (2019). Analisis Financial Evidence from Turkey.
Distress, Perbandigan Dan Accounting and Management
Tingkat Akurasi Menggunakan Information Systems Vol. 4, No.
Model Altman Z-Score, Grover, 4, pp, 685-703. United States &
Springate Dan Zmijewski Untuk Turkey: Central Connecticut
Memprediksi Kebangkrutan State University & Izmir
Pada Perusahaan (Studi University of Economics.
Empiris Pada Perusahaan
Delisting Di BEI Tahun 2012- Perwira, Vincentus V. Y. (2016). Evaluasi
2017). Skripsi. Surakarta: Keakurasian Prediksi Kondisi
Jurusan Akuntansi Syariah Bankcrupty. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yogyakarta: Program Studi
Islam IAIN Surakarta. Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Kusuma, R. (2017). Analisis Pengukuran
Financial Distress Dengan Plihal, T., Sponerova, M. & Sponer, M.
Model Altman, Springate, (2018). Comparative analysis Of
Zmijewski, Ohlson, dan Grover Credit Risk Models In Relatoion
Sebagai Early Warning System. To SME Segment.
Skripsi. Malang: Program Studi DOI:10.5817/FAI-1-3 No.1.
Manajemen Fakultas Ekonomi Czech Republic: Faculty of
UIN Maulana Malik Ibrahim. Economics and Administration
Department of Finance Masaryk
Margaretha, Farah. (2011). Manajemen Universuty & Department of
Keuangan Untuk Manajer Non Management Karel Englis
Keuangan. Jakarta: Penerbit College.
Erlangga.
Priambodo, D. (2017). Analisis
Meiliawati A. & Isharijadi (2016). Analisis Perbandingan Model Altman,
Perbandingan Model Springate Springate, Grover, dan
Dan Altman Z Score Terhadap Smijewski dalam Memprediksi
Potensi Financial Distress (Studi Fnancial Distress. Skripsi.

156
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

Yogyakarta: Program Studi Memprediksi Kebangkrutan


Akuntansi Fakultas Ekonomi (Bankcrupty). Jurnal
Universitas Negeri Yogyakarta. Administrasi Bisnis (JAB) Vol.
64 No. 2. Malang: Fakultas Ilmu
Romadhona, M.N. (2013). Analisis Administrasi Universitas
Perbandingan Kebnagkrutan Brawijaya.
Model Altman, Model Springate,
Dan Model Zmijewski Pada Wulandari, V., Nur DP, E. & Julita.
Perusahaan Yang Tergabung (2014). Analisis Perbandingan
Dalam Grup Bakrie Yang Model Altman, Springate,
Terdaftar Di Bursa Efek Ohlson, Fulmer, CA-Score dan
Indonesia Periode 2010-2012. Zmijewski Dalam Memprediksi
Skripsi. Surabaya: Universitas Financial Distress (Studi
Negeri Surabaya. Empiris Pada Perusahaan Food
And Beverages Yang Terdaftar
Sayari, N. & Mugan, C. S. (2017). Di Bursa Efek Indonesia Periode
Industry Specific Financial 2010-2012). JOM FEKON
Distress Modeling. BRQ Vol.1 No.2. Pekanbaru: Faculty
Business Research Quarterly 20, of Economic Riau University.
45-62.
Yuliastary, E.C. & Wirakusuma, M.G.
Sondakh, C.A., Murni, S. & Mandagie, Y. (2014). Analisis Financial
(2014). Analisis Potensi Distress dengan Metode Z-Score
Kebangkrutan Dengan Altman, Springate, Zmijewski.
Menggunakan Metode Altman E-Jurnal Akuntansi Universitas
Z-Score, Springate Dan Udayana 6.3. Bali: Fakultas
Zmijewski Pada Industri Ekonomi dan Bisnis Universitas
Perdagangan Ritel Yang Udayana.
Terdaftar Di BEI Periode 2009-
2013. Jurnal EMBA Vol.2 No.4. Zeynep & Erdem, (2017). Financial
Manado: Jurusan Manajemen Failure Estimate in BIST
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Companies with Altman (Z-
Universitas Sam Ratulangi. Score) and Springate (S-Score)
Models. Journal of Economics
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian and Administrative Sciences,
Kuantitatif, Kualitatif, dan Vol:1, Issue:1,pp 1-14.
R&D. Bandung: Penerbit Istambul: Osmaniye Korkut Ata
Alfabeta Bandung. University.

Utama, B. I., Sudjana, N., & Nurlaily, F. www.bps.go.id


(2018). Analisis Keakuratan
Model Ohlson dalam www.idx.co.id

157
INVENTORY : Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 Oktober 2019

www.tribun-bali.com

www.tribunnews.com

158

Anda mungkin juga menyukai