Anda di halaman 1dari 12

Available Online at http://fe.unp.ac.

id/
Book of Proceedings published by (c)
SNEMA-2015
SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN
AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI Padang-Indonesia.
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISBN: 978-602-17129-5-5

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada


Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Halkadri Fitra
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jalan Prof. Hamka Padang, Kode Pos 25132
Telp: +62811741374
Email: halkadri.feunp@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to determine the effectiveness and the differences in the results of the use of Altman Z -score ,
Springate and Zmijewski Models in predicting bankruptcy in cement companies listed on the Indonesia Stock Exchange in
2012 through 2014. This type of research is classified as descriptive quantitative comparative, data collection techniques
documentation method used is secondary data in the form of statement of financial position , income statement , statement of
changes in equity , cash flow statements , notes to the financial statements and the market value of equity . The results
showed that the Altman Z-score model is able to predict the bankruptcy of the company and has a degree of effectiveness of
77.78 % , then the model is able to predict and Springate also have the same degree of effectiveness of the Altman Z-score
model is 77.78 % while the Model Zmijewski able to predict the level of effectiveness of 100 % .

Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy, Springate, Zmijewski,

1. PENDAHULUAN
Kondisi perusahaan yang sehat selalu menjadi idaman pemegang saham dan manajemen perusahaan.
Namun ada saat-saat tertentu perusahaan tidak berjalan sesuai dengan rencana dan kemungkinan mengalami
kesulitan keuangan seperti kesulitan likuiditas dalam pembayaran operasional perusahaan. Apabila tidak diatasi
dalam waktu cepat akan berdampak pada kesulitan solvabilitas yang berujung pada kebangkrutan perusahaan
(Suharman, 2007). Sehubungan dengan kebangkrutan merupakan persoalan yang serius, dan memakan biaya,
maka jika ada early warning system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awak, di mana
manajemen akan sangat terbantu. Manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini
mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Mamduh, 2008).
Model Altman Z-Score, Springate, Zmijewski merupakan model model analisis kebangkrutan yang
sering digunakan dan dikenal karena keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya yang cukup
akurat dan caranya yang relatif mudah. Ketiga model ini dioperasionalkan melalui perbandingan rasio-rasio
keuangan dalam mendapatkan hasil akhir prediksi kebangkrutan. Ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya.
Industri semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi di Indonesia. Perannya
sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan menjadikan semen sebagai
salah satu tulang punggung kemajuan negara (Koran Sindo, 13 Mei 2014). Untuk itu, kondisi perusahaan semen
yang baik, tidak mengalami kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas akan menopang ketersediaan
semen untuk pemenuhan kebutuhan bidang kebutuhan pembangunan. Penggunaan model untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan semen akan membantu pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. Oleh
karena itu, dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan semen yang
memiliki resiko melekat seperti kegagalan pembangunan, maka dapat diketahui keefektifan ketiga model
tersebut dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen yang mungkin terjadi.
Halkadri Fitra

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa efektif penggunaan Model Altman sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014?
2. Seberapa efektif penggunaan Model Springate sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 ?
3. Seberapa efektif penggunaan Model Zmijewski sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 ?
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Altman dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014
2. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Springatee dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014
3. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Zmijewski dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014

2. TELAAH LITERATUR
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu (Sofyan, 2006). Seiiring dengan itu, menurut Soemarso (2004: 34),
menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama
pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Sedangkan menurut PSAK
Nomor 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), mendefenisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Adapun tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi
2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,
kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi
tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna
laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya
kas dan setara kas.

2.2 Kebangkrutan
Menurut Mamduh (2008;638), pengertian kebangkrutan bisa dilihat dari pendekatan aliran dan
pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total
kewajiban melebih total aktiva.Sedangkan dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang.
Bagi perusahaan yang go public kebangkrutan perusahaan sangatlah sensitif, karena perusahaan yang go public
harus siap melaksanakan segala kewajiban oleh pasar modal. Pengertian kebagkrutan menurut Yani (2004:153)
merupakan suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.
Suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut, jika mengalami beberapa indikator sebagai yangdiungkapkan oleh
Surjanto (2003:184), tanda yang dapat dilihat jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan dalam menjalankan
bisnisnya, antara lain:
a. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.
b. Penurunan laba dan arus kas dari operasi.
c. Penurunan total aktiva.
d. Harga pasar saham menurun secara signifikan.
e. Kemungkinan gagal yang besar dalam industry, atau risiko yang tinggi.

506
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

f. Young company, perusahaan yang usianya masih muda pada umumnya mengalami kesulitan di tahun tahun
awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami
kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.
g. Pemotongan yang signifikan dalam dividen.

Dalam undang undang, istilah kebangkrutan diidentikan dengan kondisi pailit. Menurut Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998, yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
kepailitan dan penunandaan pembayaran kewajiban, menyatakan kondisi kepailitan adalah keadaan dimana
suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

2.3 Metode Model Altman Z-Score


Salah satu model untuk memprediksi kebangkrutan yang sering dipakai adalah analisis model Altman
Z-Score. Model ini merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan
finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan
untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang
ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut : (Weston & Copeland, 2008:255) :

Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Dimana:
Z = bankrupcy index
X1 = working capital / total asset
X2 = retained earnings / total asset
X3 = earning before interest and taxes / total asset
X4 = market value of equity / book value of total debt
X5 = sales / total asset
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan).
c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

2.4 Metode Model Springate


Springate telah merumuskan model prediksi kebangkrutan pada tahun 1978. Dalam perumusannya,
Springate menggunakan metode yang sama dengan Altman, yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA). Pada
awalnya model S-Score terdiri dari 19 rasio keuangan yang populer. Setelah melalui uji yang sama dengan yang
dilakukan Altman, Springate memilih menggunakan 4 rasio yang dipercaya bisa membedakan antara perusahaan
yang mengalami kebangkrutan dan yang tidak mengalami kebangkrutan. Model yang dihasilkan adalah sebagai
berikut (Hadi, 2008 dalam Bayu, 2014):

S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D


Dimana:
S= bankrupcy index
A= Working Capital / Total Asset
B= Earning Before Interest and Tax /Total Asset
C= Earning Before Tax / Current Liabilities
D= Sales / total asset
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. apabila nilai S < 0,862 maka menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius (bangkrut),
b. apabila nilai S > 0,862 maka menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak
mempunyai permasalahan dengan keuangan (tidak bangkrut).

2.5 Metode Model Zmijewski


Zmijewski (1984) menggunakan analisa rasio yang mengukur kinerja leverage, provitabilitas, serta
likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski menggunakan probit analisis yang diterapkan
pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil
dikembangkan oleh Zmijewski yaitu (Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra, 2000:4):

507
Halkadri Fitra

X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Dimana:
X = bankrupcy index
X1 = ROA (Return on Asset)
X2 = Leverage (Debt Ratio)
X3 = Likuiditas (Current Ratio)

Dengan kriteria penilaian :


a. Jika skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari model prediksi kebangkrutan ini melebihi 0 maka
perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan.
b. Jika sebuah perusahaan memiliki skor yang kurang dari 0 maka perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk
mengalami kebangkrutan.

2.6 Net Working Capital to Total Asset


Rasio ini adalah perbandingan antara modal kerja bersih (aset lancar dikurangi dengan kewajiban
lancar) dibagi dengan total aset yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja
bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan
menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aset lancar yang
cukup untuk menutupi kewajiban tersebut Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai
positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya

2.7 Retained Earnings to Total Assets


Rasio ini adalah perbandingan antara laba ditahan dengan total aset yang berguna untuk mengukur
keuntungan kumulatif terhadap umur perusahaan yang menunjukkan kekuatan pendapatan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aset perusahaan. Laba ditahan
merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan
menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para
pemegang saham.

2.8 Earning Before Interest and Tax to Total Asset


Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aset yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset perusahaan, sebelum pembayaran
bunga dan pajak.

2.9 Market Value of Equity to Book Value of Debt


Rasio ini adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengannilai buku hutang yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa).
Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga
pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan
kewajiban jangka panjang.

2.10 Sales / Total Asset


Rasio ini merupakan perbandingan antara total penjualan/ pendapatan dengan total aset yang
menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total
asetnya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aset perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dalam rangka mendapatkan laba.

2.11 Earning Before Tax / Current Liabilities


Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum pajak (EBT) dengan total kewajiban lancar yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari hutang jangka pendek sebelum pembayaran
pajak.

2.12 ROA (Return on Asset)


Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan yang
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan penggunaan aset yang dimiliki.
2.13. Leverage (Debt Ratio)
Rasio ini adalah perbandingan antara total hutang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan dan
menunjukkan komposisi jumlah hutang perusahaan. Rasio ini juga bisa dimaknai dari jumlah total aset yang
dimiliki perusahaan berapa besar yang bersumber dari hutang.

508
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

2.14. Likuiditas (Current Ratio)


Rasio ini menunjukkan perbandingan antara jumlah aset lancar dibandingkan dengan jumlah kewajiban
lancar dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi hutang jangka pendek dengan jumlah
aset lancar yang dimiliki.

2.15. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Laporan Keuangan

Laporan Posisi Laporan Laba/ Laporan Perubahan Laporan Arus Kas Catata Atas Laporan
Keuangan Ekuitas Keuangan
Rugi

Prediksi Market Value of


Kebangkrutan Equity

Metode Model Altman Z- Metode Model Springate Metode Model Zmijewski


Score
Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5 S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Tidak Tidak Tidak


Bangkrut Grey Area Bangkrut Bangkrut Bangkrut
Bangkrut Bangkrut

Kesimpulan

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan penelitian komparatif
yang membandingkan antara model Altman Z-score, Springate dan metode Zmijewski untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2014

3.2 Objek dan Subjek Penelitian


Subjek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2014 dengan objek yang diteliti adalah laporan keuangan yang tersedia
pada periode tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat 3 perusahaan yang konsisten dari tahun 2012
sampai dengan 2014 yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB),
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).
3.3 Jenis Data
Menurut cara memperolehnya, penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas/ saldo laba/
retained earnings, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan nilai kapitalisasi pasar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan
mencatat dan menelusuri data perusahaan dengan sumber utama untuk laporan keuangan (laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas / saldo laba/ retained earnings, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan) tahun 2012 sampai dengan 2014 dari Bursa Efek Indonesia sedangkan data nilai
kapitalisasi pasar bersuber dari http://www.sahamok.com.

509
Halkadri Fitra

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah :
a. Menghitung nilai model Altman Z-Score, Model Springate, dan Model Zmijewski
b. Membandingkan dengan realitas kondisi perusahaan yang sebenarnya berdasarkan kondisi arus kas dan
kondisi stok serta peraturan yang berlaku
c. Menghitung persentase keefektifan masing-masing model prediksi kebangkrutan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


4.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2012 – 2014. Terdapat 3 perusahaan yang konsisten dari tahun 2012 sampai dengan 2014 yaitu
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (SMGR). Masing-masing perusahaan dianalisis dengan menggunakan metode Altman, Springate
dan Zmijewski yang dibahas sebagai berikut :

a. Hasil Prediksi Model Altman Z-Score


Berdasarkan Model Altman Z-Score, Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5, maka diperoleh
hasil pengolahan data sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Prediksi Model Altman Z-Score

1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)


Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Nilai Z Keterangan

2012 0,53441 0,69647 0,25826 24,77014 0,75984 18,08979 TB


2013 0,53016 0,68410 0,22791 20,28476 0,70249 15,21869 TB
2014 0,44404 0,69793 0,20685 22,44559 0,69227 16,35152 TB
2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)
2012 0,05176 0,17058 0,16752 5,92525 0,74052 5,14866 TB
2013 -0,07902 0,15955 0,12411 2,84759 0,65030 2,89633 TDD
2014 -0,08820 0,13831 0,07514 1,98458 0,61230 2,13817 TDD
3). PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
2012 0,12815 0,57533 0,26703 11,1733 0,73735 9,28106 TB
2013 0,15180 0,59194 0,22937 9,33717 0,79568 8,16500 TB
2014 0,18579 0,62370 0,20853 10,31877 0,78588 8,76063 TB
Sumber : www.idx.co.id dan www.sahamok.com (data diolah)
TB : Tidak Bangkrut TDD : Tidak Dapat Diprediksi

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai Z ≥ 2,99 maka dinyatakan tidak bangkrut, 1,8 < Z< 2,99 masuk kedalam kategori grey area (Tidak
dapat diprediksi) dan nilai Z ≤ 1,8 maka dapat dinyatakan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang
terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode Altman Z-Score perusahaan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014.
Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil prediksi yang menyatakan bahwa pada
tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan tidak dapat diprediksi apakah bangkrut
atau tidak bangkrut karena berada dalam gray area. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
(SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.

b. Hasil Prediksi Model Springate


Berdasarkan Model Springate, S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D , diperoleh hasil pengolahan data
sebagai berikut :

510
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

Tabel 2. Hasil Prediksi Model Springate

1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun A B C D Nilai S Keterangan

2012 0,534412 0,258260 2,579646 0,759842 3,349806 TB


2013 0,530162 0,227912 2,406912 0,702489 3,115314 TB
2014 0,444045 0,206855 2,082343 0,692272 2,743665 TB

2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

2012 0,05177 0,16752 1,20287 0,74052 1,65770 TB


2013 -0,07902 0,124113 0,409726 0,650303 0,83018 B
2014 -0,0882 0,075135 0,264579 0,612301 0,55936 B

3). PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk (SMGR)

2012 0,12815 0,26703 1,30304 0,73736 2,10674 TB


2013 0,15180 0,22937 1,3063 0,79568 2,04097 TB
2014 0,18579 0,20853 1,34466 0,78588 2,03338 TB
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
B : Bangkrut
TB : Tidak Bangkrut

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai S ≥ 1,062 maka dinyatakan tidak bangkrut, 0,862 < S< 1,062 masuk kedalam kategori daerah rawan
dan nilai S ≤ 0,862 maka dapat dinyatakan bangkrut.
Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
metode Springate perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik
untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014. Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil
prediksi yang menyatakan bahwa pada tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan
diprediksi bangkrut. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga
tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.

c. Hasil Prediksi Model Zmijewski


Berdasarkan model Zmijewski, X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3, maka diperoleh hasil pengolahan
data sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Prediksi Model Zmijewski
1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun X1 X2 X3 Nilai X Keterangan

2012 0,209332 0,146623 6,027629 -4,43036 TB


2013 0,188381 0,136412 6,148066 -4,39476 TB
2014 0,182587 0,141948 4,933747 -4,33227 TB
2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

2012 0,111007 0,308210 1,404607 -3,04835 TB


2013 0,063935 0,411014 0,639185 -2,24749 TB
2014 0,038898 0,490642 0,601692 -1,68079 TB
3). PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

511
Halkadri Fitra

2012 0,185358 0,316573 1,705896 -3,33647 TB


2013 0,173881 0,291915 1,882372 -3,42608 TB
2014 0,162426 0,271377 2,20898 -3,49291 TB
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
TB : Tidak Bangkrut

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai Z ≥ 0 maka diprediksi akan bangkrut sedangkan apabila nilai S < 0 maka dapat diprediksikan tidak
akan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan
menggunakan metode Zmijewski perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014
diprediksikan tidak bangkrut

4.2. Pembahasan Penelitian


Kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan aliran kas dan
pendekatan stok (Mamduh, 2008). Pendekatan aliran kas menyatakan bahwa perusahaan akan bangkrut
apabila tidak dapat menghasilkan aliran kas yang cukup sedangkan pendekatan stok menyatakan bahwa
perusahaan akan bangkrut apabila jumlah hutang lebih besar dari pada jumlah aset. Berikut ini adalah kondisi
aliran kas, jumlah hutang dan jumlah aset PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia
Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk kondisi akhir tahun tahun 2012, 2013,
2014 dan triwulan 1 tahun 2015.

Tabel 4. Kondisi Aliran Kas Perusahaan (dalam jutaan rupiah)


Periode Kas Awal Periode Total Kenaikan / Kas Akhir Periode
Penurunan Kas
1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
Tahun 2012 6.864.567 3.609.559 10.474.126
Tahun 2013 10.474.126 2.121.061 12.595.187
Tahun 2014 12.595.187 -1.339.058 11.256.129
Triwulan 1 Th. 2015 11.256.129 -462.787 10.793.342
2. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)
Tahun 2012 1.127.4832 -571.697 555.785
Tahun 2013 555.785 -180.220 375.565
Tahun 2014 375.565 -169.995 214.570
Triwulan 1 Th. 2015 214.570 -3.907 210.663
3. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
Tahun 2012 3.375.645 -353.521 3.0220124
Tahun 2013 3.022.124 1.048.369 4.070.493
Tahun 2014 4.070.493 855.457 4.925.950
Triwulan 1 Th. 2015 4.925.950 432.424 5.358.374
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada
triwulan I tahun 2015 saldo kas akhir perusahaan tidak ada yang bernilai Rp 0. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa berdasarkan analisis arus, perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang akan mengakibatkan
kebangkrutan. Sedangkan apabila kita kita dari pendekatan stok, berikut ditampilkan data total aset dan total
kewajiban perusahaan pada tahun 2012, 2013, 2014 dan Triwulan I tahun 2015:

Tabel 5. Kondisi Total Aset dan Total Kewajiban (dalam jutaan rupiah)
Periode Total Aset Total Kewajiban Total Aset > Total
Kewajiban
1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun 2012 22.755.160 3.336.422 Ya


Tahun 2013 26.607.241 3.629.554 Ya
Tahun 2014 28.884.973 4.100.172 Ya
Triwulan 1 Th. 2015 28.927.253 3.231.107 Ya
2. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Tahun 2012 12.168.517 3.750.461 Ya

512
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

Tahun 2013 14.894.990 6.122.043 Ya


Tahun 2014 17.195.352 8.436.760 Ya
Triwulan 1 Th. 2015 17.528.854 8.742.387 Ya
3. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
Tahun 2012 26.579.084 8.414.229 Ya
Tahun 2013 30.792.884 8.988.908 Ya
Tahun 2014 34.314.666 9.312.214 Ya
Triwulan 1 Th. 2015 35.950.423 9.573.357 Ya
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada
triwulan I tahun 2015 saldo total aset tetap lebih besar daripada saldo total kewajiban. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa berdasarkan pendekatan stok maka perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang
akan mengakibatkan kebangkrutan.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Pembayaran Hutang yang menyatakan bahwa perusahaan yang menyatakan pailit harus melapor ke Pengadilan
dan kemudian Pengadilan lah yang memutuskan suatu perusahaan pailit atau tidak pailit dengan berbagai
pertimbangan yang ada. Implikasi perusahaan yang menyatakan pailit merupakan indikasi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan dan akan mengalami kebangkrutan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap Catatan Atas Laporan Keuangan Perusahaan tahun 2012, 2013 dan 2014 tidak ditemukan suatu
pernyataan yang menyatakan adanya kejadian luar biasa terkait dengan kondisi kesulitan keuangan perusahaan
yang diteruskan dengan pelaporan ke Pengadilan. Selain itu juga, melihat kondisi bahwa ketiga perusahaan
yang menjadi objek penelitian masih aktif terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga Triwulan 1 tahun 2015 dan
tidak adanya kejadian-kejadian luar yang diumumkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal terhadap ketiga
perusahaan ini, maka bisa disimpulkan perusahaan berada dalam kondisi sehat dan tidak terindikasi untuk
bangkrut. Memperbandingkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat diliha hasilnya sebagai
berikut :

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian


INTP SMCB SMGR
Tahun 2012
Model Altman TB TB TB
Model Springate TB TB TB
Model Zmijewski TB TB TB
Realita yang ada berdasarkan aliran kas TB TB TB
dan model stok serta peraturan

Tahun 2013
Model Altman TB TDD TB
Model Springate TB B TB
Model Zmijewski TB TB TB
Realita yang ada berdasarkan aliran kas TB TB TB
dan model stok serta peraturan

Tahun 2014
Model Altman TB TDD TB
Model Springate TB B TB
Model Zmijewski TB TB TB
Realita yang ada berdasarkan aliran kas TB TB TB
dan model stok serta peraturan
Sumber : data diolah
B = Bangkru,t TB = Tidak Bangkrut, TTD= Tidak Dapat Diprediksi

Berdasarkan tabel diatas dapat kita perhatikan bahwa pada tahun 2012, semua model yang dipakai
dalam penelitian yaitu Model Altman Z-Score, Model Springate dan Model Zmijewski, sesuai dengan realita
yang ada di lapangan, yaitu ketiga perusahaan yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan.
Karena seiring antara model yang dipakai dengan realitas yang ada maka ketiga metode ini pada tahun 2012
dapat digolongkan efektif. Untuk tahun 2013 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT.
Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat
kencendrungan nilainya (2,89 yang mendekati 2,99) maka lebih mengarah tidak bangkrut. Kemudian untuk

513
Halkadri Fitra

Model Springate menyatakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi
bangkrut. Selanjtnya untuk Model Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami
kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka
dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk
(SMCB). Demikian pula halnya dengan metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT.
Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai
dengan realita yang ada yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk
(SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode
inidapat digolongkan efektif.
Untuk tahun 2014 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT. Holcim Indonesia
Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat kencendrungan nilainya (2,1
yang mendekati 1,8) maka lebih mengarah bangkrut. Kemudian untuk Model Springate menyatakan bahwa PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t
sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi bangkrut. Selanjtnya untuk Model
Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa
pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-
Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
(SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Demikian pula halnya dengan
metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai dengan realita yang ada yaitu PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode inidapat digolongkan efektif.
Apabila diperhatikan tingkat keefektifan masing –masing model pada tiap perusahaan selama tahun
2012 sampai dengan tahun 2014, dapat ikhtisarkan sebagai berikut:
Tabel 7. Persentase Kefektifan Model Prediksi Kebangkrutan Untuk Perusahaan Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Model Jumlah Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Prediksi Model Yang Sesuai Persentase Keefektifan
Penelitian Dengan Realita
A B C D=BxC E F=E/D x100%
Altman Z Score 3 3 9 7 77,78%
Springate 3 3 9 9 77,78%
Zmijewski 3 3 9 9 100%
Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan bahwa Model Zmijewski memiliki keefektifan hingga
100% dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia dimana semua prediksinya
sesuai dengan realitas yang terjadi dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Sedangkan Model Altman Z Score dan
Model Springate memberikan persentase sebesar 77,78%, hal ini terjadi karena dari 9 item yang menjadi objek
prediksi menghasilkan 7 item sesuai dan 2 lagi tidak sesuai. Dua item yang tidak sesuai terjadi pada tahun 2013
dan 2014 pada perusahaan dimana terjadi ketidaktepatan dalam memprediksi kebangkrutan PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB).

5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut :
a. Penggunaan Metode Altman Z-Score sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 77,78%.
b. Penggunaan Metode Springatee sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 77,78%.
c. Penggunaan Metode Zmijewski sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 100 %.

514
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

5.2. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2012 sampai dengan 2014 dengan jumlah objek 3 perusahaan, sehingga penggunaan Model Altman Z-score,
Model Springate dan Metode Zmijewski peneliti membatasi hanya untuk perusahaan yang bergerak di bidang
semen tersebut saja.

5.3. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka peneliti menyarankan untuk masa selanjutnya agar objek
penelitian lebih diperbanyak sehingga keefektifan penggunaan Model Altman Z-score, Model Springate dan
Metode Zmijewski dapat lebih terukur dengan baik.

REFERENSI

Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy. Blackwell
Publishing For The American Finance Association.

.................... 1983. Corporate Financial Distress: A Complete Guide to Predicting, Avoiding and Dealing with Bankruptcy
(Wiley Finance). JohnWiley & Sons:New Jersey Canada.

Alviyan Cahyady. 2011. Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Dan Metode
Springate Pada Perusahaan Manufaktur Kategori Textile, Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Gunadarma

Bayu, Stevanus Aditya. 2014. Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Publik (Model Altman, Springate
Dan, Ohlson). Tesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal. 2005.
Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik.

Eduardus, Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. Yogyakarta: FE UGM.
Galuh Tri Pambekti. 2009. Analisis Ketepatan Model Altman, Springate, Zmijewski Dan Gover Untuk Prediksi
Kebangkrutan (Studi Empiris Perusahan Yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah). Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Jogjakarta

Gunadarma. Aris Wahyu Kuncoro. 2012. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Springate Dan Zmijewski Pada
Pt.Betonjaya Manunggal Tbk Periode 2007-2011. Universitas Budi Luhur Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia .(2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat

Ibrah Mustafa Kamal. 2012. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek
Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-score). Universitas Hasanuddin

Kokyung.2009. Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada
PT.Bakrie Telecom Tbk. STIE MDP

Koran Sindo. 2014. Kontribusi Industri Semen bagi Pembangunan. Didownload dari
http://economy.okezone.com/read/2014/05/13/279/984121/kontribusi- industri- semen- bagi-pembangunan
tanggal 1 September 2014.

Mamduh, M Hanafi dan Abdul Halim.2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.

Mamduh, M. Hanafi. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi 1, Cetakan Kedua.Yogyakarta:BPFE

Margaretta, Fanny dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi
Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ).

Muhammad Nur Rhomadhona. 2008. Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model Altman, Model Springate, Dan Model
Zmijewski Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Grup Bakrie Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Negeri Surabaya.

Munawir,S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga Belas.Yogyakarta: Liberty

515
Halkadri Fitra

Rismawaty. 2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijeski
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Hasanudin
Makasar

Robin Darwis. 2008.Analisis Laporan Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan Dengan Membandingkan
Model Altman ZScore Dan Model Springate Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

Sheilly Olivia Marcelinda,dkk. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) :
1-3

Sofyan, Syafri Harahap . 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Suharman, H. 2007. Analisis Risiko Keuangan untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Imiah ASET,
Vol. 9, No. 1 Februari

Sumarso. 2005. Akuntansi: Suatu Pengantar 1 Edisi 5 Revisi. Salemba Empat. Jakarta

Surjanto, R. L. 2003. Financial Performance Analyzing . PT. Gramedia: Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang

Yani, W. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Weston. J. Fred dan Copeland, Thomas E. 2008. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan, Penerjemah : Jaka Wasana.
Jakarta : Bina Rupa Aksara

www.idx.co.id ( 28 Agustus 2015)

www.sahamok.com (1 September 2015)

Zmijewski, M. E. 1984. Methodological Issues Related to the Estimation of Financial Distress Prediction Models .Journal of
Accounting Research 24 (Supplement): 59 - 82.

516

Anda mungkin juga menyukai