id/
Book of Proceedings published by (c)
SNEMA-2015
SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN
AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI Padang-Indonesia.
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISBN: 978-602-17129-5-5
Halkadri Fitra
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jalan Prof. Hamka Padang, Kode Pos 25132
Telp: +62811741374
Email: halkadri.feunp@gmail.com
Abstract
The purpose of this study was to determine the effectiveness and the differences in the results of the use of Altman Z -score ,
Springate and Zmijewski Models in predicting bankruptcy in cement companies listed on the Indonesia Stock Exchange in
2012 through 2014. This type of research is classified as descriptive quantitative comparative, data collection techniques
documentation method used is secondary data in the form of statement of financial position , income statement , statement of
changes in equity , cash flow statements , notes to the financial statements and the market value of equity . The results
showed that the Altman Z-score model is able to predict the bankruptcy of the company and has a degree of effectiveness of
77.78 % , then the model is able to predict and Springate also have the same degree of effectiveness of the Altman Z-score
model is 77.78 % while the Model Zmijewski able to predict the level of effectiveness of 100 % .
1. PENDAHULUAN
Kondisi perusahaan yang sehat selalu menjadi idaman pemegang saham dan manajemen perusahaan.
Namun ada saat-saat tertentu perusahaan tidak berjalan sesuai dengan rencana dan kemungkinan mengalami
kesulitan keuangan seperti kesulitan likuiditas dalam pembayaran operasional perusahaan. Apabila tidak diatasi
dalam waktu cepat akan berdampak pada kesulitan solvabilitas yang berujung pada kebangkrutan perusahaan
(Suharman, 2007). Sehubungan dengan kebangkrutan merupakan persoalan yang serius, dan memakan biaya,
maka jika ada early warning system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awak, di mana
manajemen akan sangat terbantu. Manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini
mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Mamduh, 2008).
Model Altman Z-Score, Springate, Zmijewski merupakan model model analisis kebangkrutan yang
sering digunakan dan dikenal karena keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya yang cukup
akurat dan caranya yang relatif mudah. Ketiga model ini dioperasionalkan melalui perbandingan rasio-rasio
keuangan dalam mendapatkan hasil akhir prediksi kebangkrutan. Ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya.
Industri semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi di Indonesia. Perannya
sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan menjadikan semen sebagai
salah satu tulang punggung kemajuan negara (Koran Sindo, 13 Mei 2014). Untuk itu, kondisi perusahaan semen
yang baik, tidak mengalami kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas akan menopang ketersediaan
semen untuk pemenuhan kebutuhan bidang kebutuhan pembangunan. Penggunaan model untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan semen akan membantu pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. Oleh
karena itu, dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan semen yang
memiliki resiko melekat seperti kegagalan pembangunan, maka dapat diketahui keefektifan ketiga model
tersebut dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen yang mungkin terjadi.
Halkadri Fitra
Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa efektif penggunaan Model Altman sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014?
2. Seberapa efektif penggunaan Model Springate sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 ?
3. Seberapa efektif penggunaan Model Zmijewski sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan
pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014 ?
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Altman dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014
2. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Springatee dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014
3. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Zmijewski dalam menganalisis kebangkrutan pada
perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012
sampai dengan 2014
2. TELAAH LITERATUR
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu (Sofyan, 2006). Seiiring dengan itu, menurut Soemarso (2004: 34),
menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama
pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Sedangkan menurut PSAK
Nomor 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), mendefenisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Adapun tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi
2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,
kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi
tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna
laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya
kas dan setara kas.
2.2 Kebangkrutan
Menurut Mamduh (2008;638), pengertian kebangkrutan bisa dilihat dari pendekatan aliran dan
pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total
kewajiban melebih total aktiva.Sedangkan dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa
menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun
mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang.
Bagi perusahaan yang go public kebangkrutan perusahaan sangatlah sensitif, karena perusahaan yang go public
harus siap melaksanakan segala kewajiban oleh pasar modal. Pengertian kebagkrutan menurut Yani (2004:153)
merupakan suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.
Suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut, jika mengalami beberapa indikator sebagai yangdiungkapkan oleh
Surjanto (2003:184), tanda yang dapat dilihat jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan dalam menjalankan
bisnisnya, antara lain:
a. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.
b. Penurunan laba dan arus kas dari operasi.
c. Penurunan total aktiva.
d. Harga pasar saham menurun secara signifikan.
e. Kemungkinan gagal yang besar dalam industry, atau risiko yang tinggi.
506
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...
f. Young company, perusahaan yang usianya masih muda pada umumnya mengalami kesulitan di tahun tahun
awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami
kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.
g. Pemotongan yang signifikan dalam dividen.
Dalam undang undang, istilah kebangkrutan diidentikan dengan kondisi pailit. Menurut Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998, yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
kepailitan dan penunandaan pembayaran kewajiban, menyatakan kondisi kepailitan adalah keadaan dimana
suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Dimana:
Z = bankrupcy index
X1 = working capital / total asset
X2 = retained earnings / total asset
X3 = earning before interest and taxes / total asset
X4 = market value of equity / book value of total debt
X5 = sales / total asset
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami
kebangkrutan).
c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
507
Halkadri Fitra
Dimana:
X = bankrupcy index
X1 = ROA (Return on Asset)
X2 = Leverage (Debt Ratio)
X3 = Likuiditas (Current Ratio)
508
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...
Laporan Posisi Laporan Laba/ Laporan Perubahan Laporan Arus Kas Catata Atas Laporan
Keuangan Ekuitas Keuangan
Rugi
Kesimpulan
3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan penelitian komparatif
yang membandingkan antara model Altman Z-score, Springate dan metode Zmijewski untuk memprediksi
kebangkrutan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2014
509
Halkadri Fitra
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai Z ≥ 2,99 maka dinyatakan tidak bangkrut, 1,8 < Z< 2,99 masuk kedalam kategori grey area (Tidak
dapat diprediksi) dan nilai Z ≤ 1,8 maka dapat dinyatakan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang
terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode Altman Z-Score perusahaan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014.
Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil prediksi yang menyatakan bahwa pada
tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan tidak dapat diprediksi apakah bangkrut
atau tidak bangkrut karena berada dalam gray area. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
(SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.
510
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai S ≥ 1,062 maka dinyatakan tidak bangkrut, 0,862 < S< 1,062 masuk kedalam kategori daerah rawan
dan nilai S ≤ 0,862 maka dapat dinyatakan bangkrut.
Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
metode Springate perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik
untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014. Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil
prediksi yang menyatakan bahwa pada tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan
diprediksi bangkrut. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga
tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.
511
Halkadri Fitra
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,
jika nilai Z ≥ 0 maka diprediksi akan bangkrut sedangkan apabila nilai S < 0 maka dapat diprediksikan tidak
akan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan
menggunakan metode Zmijewski perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014
diprediksikan tidak bangkrut
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada
triwulan I tahun 2015 saldo kas akhir perusahaan tidak ada yang bernilai Rp 0. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa berdasarkan analisis arus, perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang akan mengakibatkan
kebangkrutan. Sedangkan apabila kita kita dari pendekatan stok, berikut ditampilkan data total aset dan total
kewajiban perusahaan pada tahun 2012, 2013, 2014 dan Triwulan I tahun 2015:
Tabel 5. Kondisi Total Aset dan Total Kewajiban (dalam jutaan rupiah)
Periode Total Aset Total Kewajiban Total Aset > Total
Kewajiban
1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
512
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada
triwulan I tahun 2015 saldo total aset tetap lebih besar daripada saldo total kewajiban. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa berdasarkan pendekatan stok maka perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang
akan mengakibatkan kebangkrutan.
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Pembayaran Hutang yang menyatakan bahwa perusahaan yang menyatakan pailit harus melapor ke Pengadilan
dan kemudian Pengadilan lah yang memutuskan suatu perusahaan pailit atau tidak pailit dengan berbagai
pertimbangan yang ada. Implikasi perusahaan yang menyatakan pailit merupakan indikasi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan dan akan mengalami kebangkrutan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap Catatan Atas Laporan Keuangan Perusahaan tahun 2012, 2013 dan 2014 tidak ditemukan suatu
pernyataan yang menyatakan adanya kejadian luar biasa terkait dengan kondisi kesulitan keuangan perusahaan
yang diteruskan dengan pelaporan ke Pengadilan. Selain itu juga, melihat kondisi bahwa ketiga perusahaan
yang menjadi objek penelitian masih aktif terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga Triwulan 1 tahun 2015 dan
tidak adanya kejadian-kejadian luar yang diumumkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal terhadap ketiga
perusahaan ini, maka bisa disimpulkan perusahaan berada dalam kondisi sehat dan tidak terindikasi untuk
bangkrut. Memperbandingkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat diliha hasilnya sebagai
berikut :
Tahun 2013
Model Altman TB TDD TB
Model Springate TB B TB
Model Zmijewski TB TB TB
Realita yang ada berdasarkan aliran kas TB TB TB
dan model stok serta peraturan
Tahun 2014
Model Altman TB TDD TB
Model Springate TB B TB
Model Zmijewski TB TB TB
Realita yang ada berdasarkan aliran kas TB TB TB
dan model stok serta peraturan
Sumber : data diolah
B = Bangkru,t TB = Tidak Bangkrut, TTD= Tidak Dapat Diprediksi
Berdasarkan tabel diatas dapat kita perhatikan bahwa pada tahun 2012, semua model yang dipakai
dalam penelitian yaitu Model Altman Z-Score, Model Springate dan Model Zmijewski, sesuai dengan realita
yang ada di lapangan, yaitu ketiga perusahaan yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan.
Karena seiring antara model yang dipakai dengan realitas yang ada maka ketiga metode ini pada tahun 2012
dapat digolongkan efektif. Untuk tahun 2013 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT.
Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat
kencendrungan nilainya (2,89 yang mendekati 2,99) maka lebih mengarah tidak bangkrut. Kemudian untuk
513
Halkadri Fitra
Model Springate menyatakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi
bangkrut. Selanjtnya untuk Model Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami
kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka
dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk
(SMCB). Demikian pula halnya dengan metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT.
Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai
dengan realita yang ada yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk
(SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode
inidapat digolongkan efektif.
Untuk tahun 2014 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT. Holcim Indonesia
Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat kencendrungan nilainya (2,1
yang mendekati 1,8) maka lebih mengarah bangkrut. Kemudian untuk Model Springate menyatakan bahwa PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t
sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi bangkrut. Selanjtnya untuk Model
Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa
pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-
Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
(SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Demikian pula halnya dengan
metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai dengan realita yang ada yaitu PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode inidapat digolongkan efektif.
Apabila diperhatikan tingkat keefektifan masing –masing model pada tiap perusahaan selama tahun
2012 sampai dengan tahun 2014, dapat ikhtisarkan sebagai berikut:
Tabel 7. Persentase Kefektifan Model Prediksi Kebangkrutan Untuk Perusahaan Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Model Jumlah Tahun Jumlah Perusahaan Jumlah Prediksi Model Yang Sesuai Persentase Keefektifan
Penelitian Dengan Realita
A B C D=BxC E F=E/D x100%
Altman Z Score 3 3 9 7 77,78%
Springate 3 3 9 9 77,78%
Zmijewski 3 3 9 9 100%
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan bahwa Model Zmijewski memiliki keefektifan hingga
100% dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia dimana semua prediksinya
sesuai dengan realitas yang terjadi dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Sedangkan Model Altman Z Score dan
Model Springate memberikan persentase sebesar 77,78%, hal ini terjadi karena dari 9 item yang menjadi objek
prediksi menghasilkan 7 item sesuai dan 2 lagi tidak sesuai. Dua item yang tidak sesuai terjadi pada tahun 2013
dan 2014 pada perusahaan dimana terjadi ketidaktepatan dalam memprediksi kebangkrutan PT. Holcim
Indonesia Tbk (SMCB).
514
Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...
5.3. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka peneliti menyarankan untuk masa selanjutnya agar objek
penelitian lebih diperbanyak sehingga keefektifan penggunaan Model Altman Z-score, Model Springate dan
Metode Zmijewski dapat lebih terukur dengan baik.
REFERENSI
Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy. Blackwell
Publishing For The American Finance Association.
.................... 1983. Corporate Financial Distress: A Complete Guide to Predicting, Avoiding and Dealing with Bankruptcy
(Wiley Finance). JohnWiley & Sons:New Jersey Canada.
Alviyan Cahyady. 2011. Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Dan Metode
Springate Pada Perusahaan Manufaktur Kategori Textile, Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Gunadarma
Bayu, Stevanus Aditya. 2014. Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Publik (Model Altman, Springate
Dan, Ohlson). Tesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta
Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal. 2005.
Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik.
Eduardus, Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. Yogyakarta: FE UGM.
Galuh Tri Pambekti. 2009. Analisis Ketepatan Model Altman, Springate, Zmijewski Dan Gover Untuk Prediksi
Kebangkrutan (Studi Empiris Perusahan Yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah). Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Jogjakarta
Gunadarma. Aris Wahyu Kuncoro. 2012. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Springate Dan Zmijewski Pada
Pt.Betonjaya Manunggal Tbk Periode 2007-2011. Universitas Budi Luhur Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia .(2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat
Ibrah Mustafa Kamal. 2012. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek
Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-score). Universitas Hasanuddin
Kokyung.2009. Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada
PT.Bakrie Telecom Tbk. STIE MDP
Koran Sindo. 2014. Kontribusi Industri Semen bagi Pembangunan. Didownload dari
http://economy.okezone.com/read/2014/05/13/279/984121/kontribusi- industri- semen- bagi-pembangunan
tanggal 1 September 2014.
Mamduh, M Hanafi dan Abdul Halim.2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Margaretta, Fanny dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi
Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ).
Muhammad Nur Rhomadhona. 2008. Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model Altman, Model Springate, Dan Model
Zmijewski Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Grup Bakrie Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Negeri Surabaya.
Munawir,S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga Belas.Yogyakarta: Liberty
515
Halkadri Fitra
Rismawaty. 2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijeski
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Hasanudin
Makasar
Robin Darwis. 2008.Analisis Laporan Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan Dengan Membandingkan
Model Altman ZScore Dan Model Springate Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Sheilly Olivia Marcelinda,dkk. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) :
1-3
Sofyan, Syafri Harahap . 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Suharman, H. 2007. Analisis Risiko Keuangan untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Imiah ASET,
Vol. 9, No. 1 Februari
Sumarso. 2005. Akuntansi: Suatu Pengantar 1 Edisi 5 Revisi. Salemba Empat. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang
Yani, W. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Weston. J. Fred dan Copeland, Thomas E. 2008. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan, Penerjemah : Jaka Wasana.
Jakarta : Bina Rupa Aksara
Zmijewski, M. E. 1984. Methodological Issues Related to the Estimation of Financial Distress Prediction Models .Journal of
Accounting Research 24 (Supplement): 59 - 82.
516