Anda di halaman 1dari 8

E-Jurnal Profit (Jurnal Penerapan Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan)

Vol. 3/No. 2/2018/93-100 ISSN: 2503-4901

ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN


ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Ahmad Rudini
ah.rudini@gmail.com

STIE SAMPIT

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dengan analisis rasio pada
perusahaan rokok bonafit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Gudang Garam
Tbk, PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Penelitian ini
merupakan penelitin deskriptif yang menggunakan data sekunder yaitu data keuangan yang
diambil dari Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan yaitu berupa analisis rasio.
Rasio yang digunakan ada empat rasio yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas,dan rasio profitabilitas. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa PT Gudang Garam
Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk sedang dalam kondisi yang buruk jika dinilai dari rasio
likuiditas yaitu rasio cepat (quick ratio). Hal ini disebabkan karena kedua perusahaan nilai
aktiva lancarnya sangat tinggi pada pos persediaan atau dengan kata lain kurang
memaksimalkan nilai pos persediaan menjadi aktiva lancar yang sangat likuid (yang mudah
dicairkan atau diuangkan) sehingga menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam
persediaan. Tetapi apabila dilihat dari rasio aktivitasnya yaitu rasio perputaran piutang ketiga
perusahan dapat dikatakan sudah cukup baik atau berhasil dalam menagihkan piutangnya
dalam satu periode walaupun masih berfluktuasi setiap tahunnya. Namun jika ditinjau dari
rasio perputaran persediaan ketiga perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang sedang
buruk hal ini disebabkan karena perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang
berlebihan sehingga pos persediaan dinilai kurang produktif dan jika ditinjau dari rasio
perputaran total aktiva PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk dinilai
dalam keadaan kurang baik karena kedua perusahaan kurang memaksimalkan aktivanya
khususnya pos persediaan untuk meningkatkan penjualan. Jika ditinjau dari rasio solvabilitas
yaitu rasio hutang pada aktiva ketiga perusahaan dalam kondisi yang cukup aman karena
aktiva dari ketiga perusahaan masih dapat menjamin hutang dari perusahaan baik hutang
jangka pendek maupun jangka panjang atau dengan kata lain sebagian besar aktivanya masih
dibiayai oleh modal sendiri dan jika ditinjau dari rasio hutang pada ekuitas ketiga perusahaan
dalam kondisi yang cukup aman karena hanya sebagian kecil dari modalnya yang didanai oleh
kreditur. Jika ditinjau dari rasio profitabilitasnya ketiga perusahaan dari tahun 2014-2016
menunjukkan tingkat rasio yang cenderung berfluktuasi. Namun apabila dibandingkan dari
ketiga perusahaan PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk dapat dikatakan perusahaan yang
terbaik dalam hal menghasilkan laba hal ini dapat dilihat dari nilai rasio profitabilitas yang
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti
Makmur Tbk. Dengan melihat dari semua rasio tersebut dapat disimpulkan PT Handjaya
Mandala Sampoerna Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dari PT Gudang
Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk.

Kata kunci: Kinerja Keuangan, Analisis Rasio Keuangan, Rasio likuiditas, Rasio Aktivitas,
Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas.
94

PENDAHULUAN

Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapain keberhasilan perusahaan, dapat


diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat
dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar (Fahmi,2002).
Salah satu cara dalam menilai sebuah perusahaan yang akan berpengaruh pada harga
saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat diketahui
dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan merupakan
informasi yang penting bagi para calon investor karena dari laporan keuangan inilah dapat
diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti misalnya: sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Mengukur kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis lainnya. Hal ini tentu
saja dapat berguna bagi investor dalam mengetahui kondisi perusahaan-perusahaan pada
kelompok industri tertentu untuk menentukan mana yang terbaik dan lebih menguntungkan
dilihat dari perbandingan kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan cara
analisis yang sangat efektif dan lebih mudah saat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan jika dibandingkan dengan alat analisis yang lainnya karena akan sangat membantu
perusahaan dalam menilai prestasi manajemen dimasa lalu dan prospeknya dimasa
mendatang.
Dengan melakukan analisis rasio keuangan, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan
dalam suatu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan, kekuatan-kekuatan yang dimiliki,
mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan saat ini, dan juga digunakan sebagai pembanding dengan
perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Karena itu penelitian ini lebih memilih
menggunakan analisis rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-
hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan keuangan. Analisis
rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan
dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan
kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan. Ada
empat rasio yang dipakai dalam penelitian ini yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan juga rasio solvabilitas. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur apakah
perusahaan tersebut masih dalam kategori likuid atau tidak, sedangkan rasio aktivitas
digunakan untuk menilai seberapa baik perusahaan tersebut dalam mengelola piutang,
persediaan dan total aktivanya. Selain itu juga ada rasio profitabilitas yang menunjukkan
seberapa besar keuntugan yang diperoleh perusahaan tersebut, dan yang terakhir rasio
solvabilitas yang menunjukkan seberapa besar utang dan ekuitas pada perusahaan tersebut.
Seperti kita ketahui bersama industri rokok di Indonesia tidak hanya memasarkan
produknya di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Hal ini didukung dengan banyaknya
produksi rokok yang dihasilkan baik oleh industri besar, menengah, dan kecil sehingga
memungkinkan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor rokok di dunia.
Pemasukan kas pemerintah indonesia dari rokok pada tahun 2015 mencapai $10,6 miliar,
hal ini tentunya akan menarik minat para investor karena memenuhi ekspektasi mereka untuk
mendapat keuntungan baik berupa gain ataupun deviden. Untuk pengambilan keptusuan
95

ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan
kinerja keuangan perusahaan rokok. Informasi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam
keputusan investasi. Informasi yang ada pada laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh
banyak pihak, diantaranya pemegang saham, investor dan analisis sekuritas, manajer, pemberi
pinjaman dan pemasok, karyawan dan pemerintah. Ada dua alasan mengapa pihak-pihak ini
membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, yaitu pertama informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidakpastian,
ketidakpastian disini adalah resiko tidak sistematis yaitu resiko yang terikat pada perubahan
kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas, dan alasan yang kedua adalah informasi laporan
keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang berkompetisi dengan informasi
lainnya (IAI, 2005).
Dengan melihat tujuan utama dari perusahaan rokok Indonesia saat ini yaitu
mengoptimalisasi kinerja dengan cara memperoleh keuntungan sebanyak-banyak. Sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti perusahaan rokok bonafit yang go public sebagai objek
penelitiannya sehingga dapat diketahui perusahaan rokok manakah yang memiliki kinerja
keuangan yang terbaik dengan menggunakan analisis rasio keuangan sehingga dapat berguna
bagi calon investor yang ingin melakukan investasi khususnya pada perusahaan rokok yang
go public. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas, dan rasio profitabilitas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah


penelitian ialah salah satu cara penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasi
suatu obyek sesuai denga kenyataan yang ada (Nazir, 2011). Penelitian ini berkaitan dengan
obyek penelitian yaitu pada perusahaan dengan kurun waktu selama tiga tahun dengan
mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan disesuaikan
dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada suatu obyek di dalam periode tertentu dimana data yang
diambil adalah laporan keuangan perusahaan rokok bonafit yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT. Wismilak
Inti Makmur Tbk selama tahun 2014-2016.
Penelitian ini menggunakan sensus atau yang biasa disebut dengan sampel jenuh karena
semua anggota populasi dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh
perusahaan rokok bonafit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jumlahnya ada tiga
perusahaan yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT.
Wismilak Inti Makmur Tbk.
Data penelitian yang digunakan merupakan data sekunder. Data yang diperoleh secara
tidak langsung dari pihak ketiga atau melalui dokumen (Nazir, 2011). Sumber data penelitian
ini diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id berupa neraca dan laporan laba/rugi
perusahaan rokok (PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT.
Wismilak Inti Makmur Tbk selama tahun 2014-2016).
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Variabel-variabel tersebut
meliputi:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Solvabilitas
4. Rasio Profitabilitas
96

Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Adapun analisis likuiditas yang digunakan adalah:

Aktiva lancar
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝑥 100%
Utang lancar

Aktiva lancar − persediaan


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 = 𝑥 100%
Utang lancar

Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumberdaya yang ada padanya. Adapun analisis yang digunakan
adalah:

Penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
Piutang

Penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
Persediaan

Penjualan
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
Total aktiva

Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk membandingkan total aktiva dan total hutang
jangka panjang maupun jangka pendek. Adapun analisis solvabilitas yang digunakan adalah:

Total Hutang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Total Hutang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
Total Modal

Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Adapun analisis rasio
yang digunakan adalah:

Laba bersih setelah pajak


𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 = 𝑥 100%
Penjualan

Laba bersih setelah pajak


𝑅𝑂𝐴 = 𝑥 100%
Total Aktiva

Laba bersih setelah pajak


𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100%
Total Ekuitas
97

HASIL PENELITIAN

Tabel 1
Rasio Likuiditas

Perusahaan Tahun Rasio lancar Rasio cepat

2014 162% 17%


GGRM 2015 177% 22%
2016 194% 20%
2014 153% 25%
HMSP 2015 657% 237%
2016 523% 221%
2014 228% 56%
WIIM 2015 289% 66%
2016 339% 74%

Tabel 2
Rasio Aktivitas

Rasio Rasio Rasio


Perusahaan Tahun perputaran perputaran perputaran
piutang persediaan total aktiva

2014 42,54× 1,87× 1,12×


GGRM 2015 44,87× 1,89× 1,11×
2016 36,50× 2,03× 1,21×
2014 73,49× 4,62× 2,84×
HMSP 2015 18,84× 4,67× 2,34×
2016 19,10× 4,91× 2,24×
2014 22,24× 2,20× 1,24×
WIIM 2015 28,93× 2,41× 1,36×
2016 26,22× 2,17× 1,25×

Tabel 3
Rasio Solvabilitas

Rasio hutang Rasio hutang


Perusahaan Tahun
pada aktiva pada ekuitas

2014 43,10% 75,75%


GGRM 2015 40,15% 67,08%
2016 37,15% 59,11%
2014 52,43% 110,25%
HMSP 2015 15,77% 18,72%
2016 19,60% 24,38%
2014 36,57% 57,67%
WIIM 2015 29,71% 42,27%
2016 26,78% 36,57%
98

Tabel 4
Rasio Profitabilitas

Perusahaan Tahun Margin laba ROA ROE

2014 8,33% 9,33% 16,39%


GGRM 2015 9,17% 10,16% 16,97%
2016 8,74% 10,60% 16,86%
2014 12,61% 35,87% 75,42%
HMSP 2015 11,63% 26,26% 32,36%
2016 13,36% 30,02% 37,34%
2014 6,78% 8,44% 13,31%
WIIM 2015 7,12% 9,76% 13,88%
2016 6,30% 7,85% 10,72%

PEMBAHASAN

Jika dilihat dari rasio likuiditasnya PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur
Tbk sedang dalam kondisi yang buruk jika dinilai dari rasio likuiditas yaitu rasio cepat (quick
ratio). Hal ini disebabkan karena kedua perusahaan nilai aktiva lancarnya sangat tinggi pada
pos persediaan atau dengan kata lain kurang memaksimalkan nilai pos persediaan menjadi
aktiva lancar yang sangat likuid (yang mudah dicairkan atau diuangkan) sehingga
menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
Jika dilihat dari rasio aktivitasnya yaitu rasio perputaran piutang ketiga perusahan dapat
dikatakan sudah cukup baik atau berhasil dalam menagihkan piutangnya dalam satu periode
walaupun masih berfluktuasi setiap tahunnya. Namun jika ditinjau dari rasio perputaran
persediaan ketiga perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang sedang buruk hal ini
disebabkan karena perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan sehingga
pos persediaan dinilai kurang produktif dan jika ditinjau dari rasio perputaran total aktiva PT
Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk dinilai dalam keadaan kurang baik
karena kedua perusahaan kurang memaksimalkan aktivanya khususnya pos persediaan untuk
meningkatkan penjualan.
Jika dilihat dari rasio solvabilitasnya yaitu rasio hutang pada aktiva ketiga perusahaan
dalam kondisi yang cukup aman karena aktiva dari ketiga perusahaan masih dapat menjamin
hutang dari perusahaan baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang atau dengan kata
lain sebagian besar aktivanya masih dibiayai oleh modal sendiri dan jika ditinjau dari rasio
hutang pada ekuitas ketiga perusahaan dalam kondisi yang cukup aman karena hanya
sebagian kecil dari modalnya yang didanai oleh kreditur.
Jika dilihat dari rasio profitabilitasnya ketiga perusahaan dari tahun 2014-2016
menunjukkan tingkat rasio yang cenderung berfluktuasi. Namun apabila dibandingkan dari
ketiga perusahaan PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk dapat dikatakan perusahaan yang
terbaik dalam hal menghasilkan laba hal ini dapat dilihat dari nilai rasio profitabilitas yang
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti
Makmur Tbk. Dengan melihat dari semua rasio tersebut dapat disimpulkan PT Handjaya
Mandala Sampoerna Tbk mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dari PT Gudang
Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
99

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti
Makmur Tbk sedang dalam kondisi yang buruk jika dinilai dari rasio likuiditas yaitu rasio
cepat (quick ratio). Hal ini disebabkan karena kedua perusahaan nilai aktiva lancarnya sangat
tinggi pada pos persediaan atau dengan kata lain kurang memaksimalkan nilai pos persediaan
menjadi aktiva lancar yang sangat likuid (yang mudah dicairkan atau diuangkan) sehingga
menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Tetapi apabila dilihat dari
rasio aktivitasnya yaitu rasio perputaran piutang ketiga perusahan dapat dikatakan sudah
cukup baik atau berhasil dalam menagihkan piutangnya dalam satu periode walaupun masih
berfluktuasi setiap tahunnya. Namun jika ditinjau dari rasio perputaran persediaan ketiga
perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang sedang buruk hal ini disebabkan karena
perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan sehingga pos persediaan
dinilai kurang produktif dan jika ditinjau dari rasio perputaran total aktiva PT Gudang Garam
Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk dinilai dalam keadaan kurang baik karena kedua
perusahaan kurang memaksimalkan aktivanya khususnya pos persediaan untuk
meningkatkan penjualan. Jika ditinjau dari rasio solvabilitas yaitu rasio hutang pada aktiva
ketiga perusahaan dalam kondisi yang cukup aman karena aktiva dari ketiga perusahaan
masih dapat menjamin hutang dari perusahaan baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang atau dengan kata lain sebagian besar aktivanya masih dibiayai oleh modal sendiri dan
jika ditinjau dari rasio hutang pada ekuitas ketiga perusahaan dalam kondisi yang cukup aman
karena hanya sebagian kecil dari modalnya yang didanai oleh kreditur. Jika ditinjau dari rasio
profitabilitasnya ketiga perusahaan dari tahun 2014-2016 menunjukkan tingkat rasio yang
cenderung berfluktuasi. Namun apabila dibandingkan dari ketiga perusahaan PT Handjaya
Mandala Sampoerna Tbk dapat dikatakan perusahaan yang terbaik dalam hal menghasilkan
laba hal ini dapat dilihat dari nilai rasio profitabilitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Dengan melihat dari
semua rasio tersebut dapat disimpulkan PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk mempunyai
kinerja keuangan yang lebih baik dari PT Gudang Garam Tbk dan PT Wismilak Inti Makmur
Tbk.

SARAN

Sebaiknya PT Gudang Garam Tbk, PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan PT


Wismilak Inti Makmur Tbk dapat menekan biaya-biaya operasional dengan cara mencari
peralatan dan perlengkapan yang berkualitas dengan harga yang murah dan berupaya untuk
tidak memperoleh dana melalui kreditor dalam jumlah yang banyak karena hal itu dapat
menambah hutang yang dimiliki perusahaan dan menambah biaya perusahaan oleh beban
bunganya. Untuk PT Gudang Garam Tbk, PT Wismilak Inti Makmur Tbk dan PT Handjaya
Mandala Sampoerna Tbk yang cenderung mengalami kesulitan dalam memperoleh laba dan
memaksimalkan persediaan, maka sebaiknya diadakan perencanaan ulang dalam kegiatan
penjualan agar dapat menarik lebih banyak konsumen sehingga laba yang didapatkan juga
akan meningkat. Kemudian untuk PT Handjaya Mandala Sampoerna Tbk yang secara
keseluruhan sudah memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, diharapkan untuk
mempertahankan kinerjanya dan berupaya meningkatkannya di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.


Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Harahap, Sofyan Safitri. 2009. Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
100

Harjito, Argus dan Martono. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Yogyakarta: ekonisia.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Jakarta:
Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 1 Laporan
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Irawati, S. 2005. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.
Janaloka, Yehezkiel Tesar. 2016. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan
Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Malang: Universitas Brawijaya Malang Jawa timur.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maya, Malinda dan Martanela. 2011. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Andi Yogyakarta.
Munawir. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Revisi. Yogyakarta: BPFE.
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Cetakan 6. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rahardjo, Budi. 2007. Keuangan dan Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sadeli, H dan Lili M. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Medan: Jurnal Akuntansi Universitas Sumatra Utara.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2001. Manajemen Keuangan Satu. Edisi Keempat. Jakarta:
Prenhallindo.
https://finance.yahoo.com
www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai