ABSTRACT
The Coal Mining sub-sector in 2019-2020 experienced a significant decline in the reference
selling price of coal so that it could cause a decline, resulting in company financial distress.
So this study aims to predict the level of financial distress of Coal Mining companies listed on
the IDX in 2019-2020 by using the Altman Z-Score and Springate methods which later can be
known the company will experience distress / non distress. The data analysis method used is
descriptive quantitative and sample selection using purposive sampling technique, in order to
obtain a sample of 22 companies with 44 sample data from a population of 25 companies on
the IDX. This financial distress prediction is able to provide an early warning system to
companies from 2019 to 2020, with the result that 7 companies experienced financial
difficulties on the Altman method & 11 companies experienced financial difficulties on the
Springate method.
Keywords: coal mining, financial distress, Altman Z-Score, Springate
ABSTRAK
Sub-sektor Pertambangan Batu Bara tahun 2019-2020 mengalami penurunan harga
acuan jual batu bara yang cukup signifikan sehingga dapat menyebabkan penurunan
sehingga mengalami financial distress perusahaan. Maka penelitian ini bertujuan
untuk memprediksi tingkat financial distress perusahaan Pertambangan Batu Bara
yang terdaftar BEI tahun 2019-2020 dengan menggunakan metode Altman Z-Score
dan Springate yang nantinya dapat diketahui perusahaan akan mengalami distress /
non distress. Metode analisis data yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif serta
pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling, sehingga diperoleh 22
sampel perusahaan dengan 44 data sampel dari populasi sebanyak 25 perusahaan di
BEI. Prediksi financial distress ini mampu memberikan early warning system pada
perusahaan dari tahun 2019 hingga tahun 2020, dengan hasil 7 perusahaan mengalami
kesulitan keuangan pada metode Altman & 11 perusahaan mengalami kesulitan
keuangan pada metode Springate.
Kata Kunci : Tambang batu bara, financial distress, Altman Z-Score, Springate
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
1. PENDAHULUAN
Menurut data grafik dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat
Jendral Mineral dan Batubara (2021), bahwasanya pada tahun 2019 hingga tahun 2020 harga
acuan batu bara di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dari nominal
$92.41/Ton hingga di nominal terendah $49.42/Ton. Menurut data Citradi (2020) dari CNBC
Indonesia pada hari Rabu (12/8/2020) tercatat bahwa harga acuan batu bara ditutup anjlok
sebesar 2,25% dengan harga $49.42/Ton, hal ini merupakan harga terendah yang tercatat sejak
pada tanggal 14 Mei 2016, salah satu penyebab dari turunnya harga acuan batu bara
dikarenakan terjadinya penurunan permintaan batu bara yang disebabkan oleh pandemi covid-
19 sehingga harga pangsa pasar batu bara mengalami anjlok. Dengan adanya penurunan harga
yang cukup signifikan membuat beberapa perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara
memungkinkan untuk mengalami financial distress. Dalam mengukur financial distress
perusahaan terdapat beberapa metode, salah satunya yaitu Altman Z-Score dan Springate.
2. KAJIAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN
Signalling Theory
Menurut Farlindawati (2017) signalling theory (teori sinyal) adalah suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan untuk memberikan informasi kepada investor tentang
bagaimana manajemen perusahaan dapat memandang prospek finansial perusahaan dengan
mempertimbangkan penggunaan modal perusahaan dengan baik, termasuk penggunaan
hutang lancar yang melebihi batas modal perusahaan yang normal.
Secara teori, signalling theory (teori sinyal) dapat digunakan pada suatu penelitian yang
menggunakan metode altmant z-score dan springate, dalam pengungkapan tingkat prediksi
kesulitan keuangan perusahaan (Financial Distress). Dengan cara memberikan sinyal dari
hasil perhitungan metode altman z-score dan springate pada perusahaan sub-sektor tambang
batu bara. dengan begitu dapat diambil keputusan, dengan adanya penurunan harga acuan jual
batu bara yang cukup signifikan, maka signalling theory akan memberikan sinyal pada
perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara, dengan hasil rata-rata lebih dominan financial
distres, grey atau safe zone.
Financial Distress
Finansial distress adalah suatu kondisi likuiditas perusahaan yang sangat parah hingga
tidak memiliki ketidakmampuan dalam membayarkan kewajibannya dan tidak dapat
dipecahkan tanpa adanya perubahan ukuran dari kegiatan operasi perusahaan atau struktur
perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan dan terjadi
saat perusahaan mengalami kerugian beberapa tahun. Model prediksi kebangkrutan yang
bermunculan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress
karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan
memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Laporan
keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kondisi financial distress suatu perusahaan
melalui analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio – rasio keuangan yang ada
(Hapsari, 2012).
Altman Z-Score
Model Altman Z-Score ditemukan oleh Altman (1966) menggunakan metode Multiple
Discriminant Analysis (MDA) yang dipilih sebagai teknik analisis yang tepat dalam masalah
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
keuangan, Altman menggunakan MDA untuk mencari kesamaan rasio keuangan yang biasa
dipakai untuk memprediksi financial distress. Analisis financial distress Z-Score adalah suatu
alat yang digunakan untuk memprediksi tingkat prediksi financial distress perusahaan dengan
menghitung nilai dari beberapa rasio, lalu dimasukkan pada suatu persamaan diskriminan.
Altman telah mengombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik
yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress
perusahaan dengan istilah Z-Score. Z-Score merupakan score yang ditentukan dari hitungan
standar yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan financial distress perusahaan. Formula
Z-Score untuk memprediksi financial distress dari Altman merupakan sebuah multivariate
formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial perusahaan (Mastuti dkk,
2012).Altman (1968) merumuskan metode Z-Score menggunakan variabel yang
diklasifikasikan ke dalam lima kategori rasio standar, termasuk likuiditas, profitabilitas,
leverage, solvabilitas, dan rasio aktivitas. Rasio-rasio tersebut dipilih atas dasar seperti berikut
: (ALTMAN, 1968)
a. Popularitas dalam literatur
b. Relevansi potensial untuk penelitian, dan beberapa rasio "baru"
Dari daftar variabel asli, lima variabel dipilih sebagai melakukan perhitungan yang
terbaik secara keseluruhan dalam prediksi kebangkrutan perusahaan. untuk sampai pada profil
akhir variabel, maka dibutuhkan prosedur yang digunakan seperti berikut :
a. Pengamatan signifikansi statistik berbagai fungsi alternatif termasuk penentuan
kontribusi relatif dari masing-masing variabel bebas
b. Evaluasi keterkaitan antar variabel yang relevan
c. Pengamatan akurasi prediksi dari berbagai profil
d. Penilaian analis
Variabel yang akhirnya ditetapkan mengandung variabel yang paling signifikan, di
antara dua puluh dua variabel asli, yang diukur secara independen. Ini tidak serta merta
memperbaiki analisis tradisional univariat (satu variabel).
Springate S-Score
Model Springate ditemukan oleh Gordon L.V. (1978) menggunakan metode yang sama
dengan Altman (1966) yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA). Springate dapat
dikatakan sebagai pembaharuan dari metode altman z-score dalam menentukan memprediksi
financial distress perusahaan. Springate (1978) mengumpulkan rasio-rasio keuangan populer
yang bisa dipakai untuk memprediksi financial distress. Dengan jumlah rasio awalnya 19
rasio, akan tetapi setelah melalui uji penelitian yang sama dengan yang dilakukan altman
(1968). Springate memiliki 4 rasio yang dipercaya dapat menghitung financial distress pada
perusahaan dan mampu membedakan antara perusahaan yang mengalami distress maupun
tidak distress. Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate.
Beberapa orang lain juga telah menguji model ini dan menemukan tingkat akurasi yang
berbeda-beda. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel perusahaan yang
berbeda-beda nilai asetnya (Burhanuddin, 2015).
Perbedaan Altman Z-Score dan Springate S-Score
1. Altman Z-Score
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
Altman menggunakan rasio earning before interest and tax terhadap total aset
dimana rasio ini menunjukkan penghasilan kotor perusahaan terhadap total aset
sehingga dapat diketahui perusahaan memperoleh laba seberapa besar dari kegiatan
utamanya (investasi/asetnya).
2. Springate S-Score
Springate menggunakan rasio net profit before taxes terhadap current liabilities
dimana dengan rasio ini dapat mengetahui kemampuan laba sebelum pajak dalam
membayar kewajiban lancar.
Menurut Rahayu, dkk (2016) metode Springate adalah modifikasi dari metode altman
yang menambahkan 4 rasio yaitu : (1) Rasio modal kerja terhadap total aset, (2) Rasio laba
sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, (3) Rasio laba sebelum pajak terhadap kewajiban
lancar, dan (4) Rasio total penjualan terhadap total aset. Maka peneliti menggunakan kedua
metode tersebut dalam pengungkapan tingkat prediksi financial distress, dikarenakan agar
terdapatnya hasil yang lebih sesuai dan lebih akurat dalam pengungkapan tingkat prediksi
financial distress perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara.
3. METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu metode dokumentasi.
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara penyalinan dan pengarsipan data-data dari
sumber-sumber yang tersedia. Menurut Burhanuddin (2015) metode dokumentasi yaitu
pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
finacial distress serta data-data yang berhubungan dengan karakteristik perusahaan yang
diteliti. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
a Purposive sampling merupakan pengambilan data dengan memiliki tujuan tertentu
dalam suatu penelitian.
b Mengakses website dan situs-situs resmi yang menyediakan informasi yang berkaitan
dengan penelitian.
Definisi Operasional
Financial Distress
Platt dan Platt (2002) menjelaskan bahwa financial distress merupakan suatu tahap
penurunan kondisi finansial yang terjadi pada perusahaan yang sebelumnya mengalami
likuiditasi. Financial distress yaitu sebuah kesulitan keuangan atau masalah dalam likuiditas
yang ditandai tidak mampu mencukupi kewajiban-kewajibannya. Jika laba bersih negatif
berakibat dari beberapa faktor salah satunya yaitu banyaknya hutang yang tidak dapat dilunasi
yang bisa berpengaruh terhadap prediksi financial distress suatu perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa financial distress adalah suatu kondisi kesulitan keuangan yang
diindikasikan sebelum terjadinya kebangkrutan perusahaan dan apabila hal ini dibiarkan
begitu saja dan tidak memperbaiki kinerja keuangan maka akan berakibat kondisi perusahaan
mengalami delisting.
Variabel independen (Financial distress) yang digunakan di dalam penelitian ini
dibedakan dalam 3 kategori sesuai dengan model prediksi financial distress yang digunakan,
yaitu :
1. Distress
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
a. Jika nilai Springate > 0,862 maka perusahaan dalam kondisi safe zone atau perusahaan
dalam keadaan sehat (tidak bangkrut)
b. Jika nilai Springate < 0,862 maka perusahaan dalam kondisi ditress atau perusahaan
dalam keadaan bangkrut
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Altman Z-Score Tahun 2019
Terdapat 3 perusahaan yaitu ARII, BUMI & SMRU sangat mengkhawatirkan karena
nilai prediksi model Altman Z-Score menunjukkan posisi kinerja keuangan dalam zona merah
atau financial distress (kesulitan keuangan) dikarenakan pada ke-3 perusahaan tersebut jika
dilihat pada perhitungan tabel di atas maka terlihat pada variabel X2 = Retained Earning to
Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) dan X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT)
to Total Assets (Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset) dalam keadaan
minus, dapat dikatakan ke-3 perusahaan tersebut dalam pengelolaan keuangan kurang baik
dalam segi pendapatan yang minus sehingga memungkinkan untuk berdampak juga pada laba
perusahaan sehingga laba ditahan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan maka laba ditahan pada laporan keuangan mengalami penurunan yang signifikan
sehingga minus yang cukup tinggi. Lalu terdapat 2 perusahaan yaitu DEWA & SMMT dalam
kondisi cukup mengkhawatirkan karena nilai prediksi model Altman Z-Score menunjukkan
posisi keuangan dalam keadaan zona abu-abu atau grey area dikarenakan laba pada
perusahaan DEWA yang didapatkan dari pendapatan masih kurang cukup tinggi sehingga
memungkinkan untuk menggunakan laba ditahan untuk digunakan kegiatan operasional
perusahaan.
Analisis Altman Z-Score Tahun 2020
Terdapat 4 perusahaan yaitu ARII, BOSS, BUMI & SMRU sangat mengkhawatirkan
karena nilai prediksi model Altman Z-Score menunjukkan posisi kinerja keuangan dalam zona
merah atau financial distress (kesulitan keuangan) dikarenakan pada ke-4 perusahaan tersebut
jika dilihat pada perhitungan tabel di atas maka terlihat pada variabel X2 = Retained Earning
to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset) dan X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT)
to Total Assets (Pendapatan Sebelum Dikurangi Biaya Bunga/Total Aset) dalam keadaan
minus, dapat dikatakan ke-4 perusahaan tersebut dalam pengelolaan keuangan kurang baik
dalam segi pendapatan yang minus sehingga memungkinkan untuk berdampak juga pada laba
perusahaan sehingga laba ditahan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan maka laba ditahan pada laporan keuangan mengalami penurunan yang signifikan
sehingga minus yang cukup tinggi.
Kesimpulan Altman Z-Score
Menurut data yang diperoleh pada tabel 4.4 di atas terdapat 11 perusahaan mengalami
penurunan dari tahun 2019 hingga 2020 menurut perhitungan menggunakan metode Altman
Z-Score sehingga pada perusahaan Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. (BOSS) mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu dari safe zone hingga financial distress dan apabila di
persentase-kan mengalami penurunan sebesar 98,4% dari tahun sebelumnya, berbeda dengan
perusahaan TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) meskipun sama-sama mengalami penurunan
akan tetapi hanya mengalami penurunan sebesar 18,5% hal itu juga menyebabkan perubahan
status prediksi financial distress dari safe zone ke grey area menurut perhitungan dari metode
altman z-score sesuai dengan cut off yang telah di tetapkan.
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
cukup jauh yaitu dari grey area ke distress, hal itu dikarenakan pada X2 (Laba Ditahan/ Total
aset yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menentukan modal perusahaan
untuk kedepan-nya) & X3 (Laba sebelum bunga dan pajak/Total aset yaitu untuk mengukur
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih) menurut metode altman
memiliki nilai yang cukup rendah. Dan pada metode springate mengalami distress
dikarenakan kedua perusahaan tersebut kurang mencukupi cut off yang telah ditetapkan oleh
springate, karena pada X2 (Laba bersih sebelum bunga dan pajak / total aset yaitu untuk
mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih) lalu X3 (Laba
bersih sebelum pajak / kewajiban lancar yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi / membayar hutang jangka pendeknya atau current liabilitie) & X4 (Penjualan / total
aset yaitu untuk menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan) perusahaan DEWA & SMMT memiliki nilai yang
cukup rendah sehingga mempengaruhi hasil nilai springate.
Perbandingan Hasil Analisis Altman Z-Score & Springate 2020
Pada perusahaan Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT) & TBS Energi Utama Tbk.
(TOBA) mengalami perbedaan jika dihitung menggunakan kedua metode tersebut,
perbedaannya tidak cukup jauh yaitu dari grey area ke distress, hal itu dikarenakan pada X2
(Laba Ditahan/ Total aset yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menentukan
modal perusahaan untuk kedepan-nya) & X3 (Laba sebelum bunga dan pajak/Total aset yaitu
untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih) menurut
metode altman memiliki nilai yang cukup rendah. Dan pada metode springate mengalami
distress dikarenakan kedua perusahaan tersebut kurang mencukupi semua cut off yang telah
ditetapkan oleh springate, karena pada X1 (Modal kerja / total aset yaitu bertujuan untuk
menunjukkan tingkat modal kerja perusahaan yang diperoleh dengan membandingkan aktiva
perusahaannya) X2 (Laba bersih sebelum bunga dan pajak / total aset yaitu untuk mengukur
tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih) lalu X3 (Laba bersih
sebelum pajak / kewajiban lancar yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi / membayar hutang jangka pendeknya atau current liabilitie) & X4 (Penjualan / total
aset yaitu untuk menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan) perusahaan DEWA & SMMT memiliki nilai yang
cukup rendah sehingga mempengaruhi hasil nilai springate.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Terdapat 3 perusahaan (ARII, BUMI, SMRU) konsisten mengalami Financial distress, 1
perusahaan (SMMT) konsisten berada di zona abu-abu (grey area), 2 perusahaan (BOSS
& TOBA) mengalami penurunan dari safe zone ke grey area maupun financial distress,
serta terdapat 1 perusahaan (DEWA) yang mengalami kenaikan dari grey area ke safe
zone (zona aman) apabila dihitung menggunakan Altman Z-Score.
b. Model prediksi financial distress Altman Z-Score telah mampu menemukan 7 perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan, hal tersebut disebabkan karena cut off pada X2
(Laba Ditahan/ Total aset) dan juga X3 (Laba sebelum bunga dan pajak/Total aset) yang
terdapat pada 7 perusahaan tersebut rata-rata mengalami minus setelah di hitung dengan
menggunakan cut off yang telah ditetapkan, meskipun pada cut off X1 & X4 tidak sampai
mengalami minus, akan tetapi nominal tersebut belum mencukupi target cut off Altman
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
Z-Score, dengan begitu pada ke-7 perusahaan tersebut kurang mampu dalam memperoleh
seberapa besar laba yang diperoleh dari kegiatan utamanya (investasi/asetnya)
c. Terdapat 7 perusahaan (ARII, BOSS, BUMI, DEWA, INDY, SMMT & SMRU)
konsisten mengalami financial distress dan terdapat 4 perusahaan (ADRO, DOID &
TOBA) yang mengalami penurunan dari zona aman (safe zone) ke financial distress.
d. Model prediksi financial distress Springate S-Score telah menemukan 11 perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan, hal tersebut disebabkan karena cut off pada X2
(Laba bersih sebelum bunga dan pajak / total aset) & X3 (Laba bersih sebelum pajak /
kewajiban lancar) yang terdapat ke-11 perusahaan tersebut rata-rata mengalami minus
setelah di hitung dengan cut off yang telah ditetapkan, meskipun pada cut off X1 & X4
tidak sampai mengalami minus, akan tetapi nominal tersebut kurang mencukupi cut off
Springate S-Score, dengan begitu laba yang diperoleh ke-11 perusahaan tersebut kurang
mampu dalam membayarkan kewajiban lancar (current liabilities).
e. Terdapat 7 perusahaan (ARII, BOSS, BUMI, DEWA, SMMT, SMRU & TOBA)
mengalami kesulitan keuangan apabila di hitung dengan menggunakan ke-2 metode
prediksi financial distress (Altman & Springate) hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
ke-7 perusahaan tersebut memungkinkan akan mengalami delisting apabila pada tahun
selanjutnya belum ada progres untuk memperbaiki kegiatan operasionalnya, meskipun
terdapat 1 perusahaan yang masih memiliki potensi menurut metode Altman Z-Score (dari
zona abu-abu pada tahun 2019 ke zona aman pada tahun 2020) akan tetapi menurut
Springate S-score perusahaan tersebut mengalami financial distress pada tahun 2019-
2020, hal tersebut memungkinkan perusahaan DEWA masih kurang dalam membayarkan
hutang jangka pendeknya / current liabilities.
f. Terdapat 4 perusahaan (ADRO, DOID, INDY & KKGI) yang mengalami kesulitan
keuangan menurut metode prediksi financial distress Springate S-Score akan tetapi tidak
mengalami kesulitan keuangan pada metode Altman Z-Score hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa ke-4 perusahaan tersebut mengalami kesulitan dalam membayarkan
liabilitas jangka pendeknya akan tetapi jika dilihat dari modal usahanya (investasi/aset)
ke-4 perusahaan tersebut masih memiliki kemungkinan untuk tetap memperbaiki
kegiatan operasionalnya maka masih minim untuk memiliki delisting ke tahun
selanjutnya.
Saran
1. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan topik yang sama, diharapkan
dapat mempertimbangkan metode-metode financial distress perusahaan yang lainnya
dengan menyesuaikan kriteria-kriteria perusahaan yang akan dilakukan oleh peneliti
selanjutnya.
2. Bagi Manajemen Perusahaan
Perusahaan sebaiknya memperbaiki kegiatan operasionalnya dengan baik atau dengan
memperbaiki sistem pengendalian internal agar apabila menghadapi faktor-faktor
dominan seperti pandemi covid-19 atau penurunan harga acuan batu bara yang dapat
mempengaruhi keuangan perusahaan, maka perusahaan akan tetap dalam kondisi baik-
baik saja (safe zone). Dari hasil penelitian ini faktor-faktor eksternal yang paling dominan
dalam mempengaruhi prediksi financial distress perusahaan yaitu covid-19 atau
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
penurunan harga acuan batu bara yang disebabkan oleh terjadinya perang dagang antara
negara Amerika dan Cina sehingga terjadinya demand menurun, sehingga berdampak
pada laba perusahaan sehingga kurangnya kemampuan dalam membayarkan liabilitas
jangka pendeknya hingga pada modal usaha tahun selanjutnya (investasi tahun
selanjutnya).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Altman, Edwardi. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction
Of Corporate Bankruptcy.” Hal. 589–609 In The Journal Of Finance. Vol. Xxiii.
[2] Batubara, Direktorat Jendral Mineral Dan. 2021. “Harga Acuan.” Minerba.Esdm.
Diambil (Https://Www.Minerba.Esdm.Go.Id/Harga_Acuan).
[3] Burhanuddin, Rizky Amalia. 2015. “Analisis Penggunaan Metode Altman Z Score Dan
Metode Springate Untuk Mengetahui Potensi Terjadinya Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Sub Sektor Semen Periode
2009 2013.”
[4] Citradi, Tirta. 2020. “Alamak! Terjun Bebas Terus, Harga Batu Bara Terendah 4
Tahun.” Cnbc Indonesia. Diambil
(Https://Www.Cnbcindonesia.Com/Market/20200813100618-17-179476/Alamak-
Terjun-Bebas-Terus-Harga-Batu-Bara-Terendah-4-Tahun).
[5] Farlindawati, Antonia Devi. 2017. “Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Prediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011-2015.”
[6] Fatmawati, Mila. 2012. “Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Z-Score
Model Dan The Springate Model Sebagai Prediktor Delisting.” Jurnal Keuangan Dan
Perbankan 16:56–65.
[7] Hapsari, Evanny Indri. 2012. “Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Bei.” Jurnal Dinamika Manajemen
3(2):101–9.
[8] Mastuti, Firda, Muhammad Saifi, Dan Devi Farah Azizah. 2012. “Altman Z-Score
Sebagai Salah Satu Metode Dalam Menganalisis Estimasi Kebangkrutan Perusahaan.”
Jurnal Administrasi Bisnis (Jab) 6(1):1–10.
[9] Platt, H. D., Dan M. B. Platt. 2002. “Predicting Corporate Financial Distress: Reflection
On Choice-Based Sample Bias.” Journal Of Economics And Finance 26(2):184–99.
[10] Rahayu, Fitriani, I. Wayan Suwendra, Dan Ni Nyoman Yulianthini. 2016. “Analisis
Financial Distress Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score, Springate, Dan
Zmijewski Pada Perusahaan Telekomunikasi.” Jurnal Manajemen Indonesia 4(1):2–13.
[11] Sagho, Maria Florida, Dan Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati. 2015. “Penggunaan
Metode Altman Z-Score Modifikasi Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” E-Jurnal Akuntansi 11(3):730–42.
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX
Lampiran
Lampiran I Kriteria Pengambilan Sampel
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
tergolong dalam perusahaan Sub-sektor Pertambangan 25
Batu bara menurut Fact Book BEI 2019
2. Perusahaan yang tidak tercatat pada Bursa Efek Indonesia
atau perusahaan yang telah delisting (penghapusan saham (2)
emiten atau perusahaan oleh Bursa Efek Indonesia)
3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya (1)
pada Bursa Efek Indonesia
4. Jumlah Sampel Perusahaan 22
Lampiran VIII Perbandingan Hasil Analisis Altman Z-Score & Springate 2019
PERUSAHAAN ALTMAN 2019 SPRINGATE 2019
ADRO SAFE ZONE SAFE ZONE
ARII DISTRESS DISTRESS
BOSS SAFE ZONE DISTRESS
BSSR SAFE ZONE SAFE ZONE
DRAFT PAPER UISI JURNAL
Vol. 1, No. 1, Agustus 2022, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX