Anda di halaman 1dari 38

FINANCIAL MEDICAL

CHECK UP DENGAN
BEBERAPA METODE
KELOMPOK 1
1.Azira Ayunda Rachma
2.Erwin Bernando L.Tobing
3.Fajar Triananda
4.Qorry Audrey Fawziah
LATAR BELAKANG
Financial Medical Check-Up (FMCU) adalah istilah yang tidak umum
digunakan dalam literatur keuangan atau kesehatan, namun mungkin
mengacu pada konsep memeriksa kesehatan keuangan seseorang dengan
cara yang serupa dengan pemeriksaan medis untuk kesehatan fisik.

Jika kita merinci arti dari “Financial Medical Check-Up,” maka ini
mungkin melibatkan penilaian menyeluruh terhadap kondisi keuangan
seseorang.
TUJUAN
Tujuan dari kajian Financial Medical Check-Up adalah untuk mengevaluasi
kesehatan keuangan suatu entitas, baik itu individu, perusahaan, atau
organisasi lainnya. Kajian ini bertujuan untuk memahami kondisi keuangan
secara menyeluruh, mengidentifikasi risiko keuangan, dan memberikan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan keuangan.
PENTINGNYA EVALUASI
KESEHATAN KEUANGAN
1. MENGIDENTIFIKASI RASIO KEUANGAN
2. Pengambilan Keputusan yang
Informasional
3. MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
4. Menyediakan Dasar Untuk Perencanaan
Keuangan
5. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN
6. Kepercayaan dan Transparansi
LINGKUP KAJIAN FINANCIAL
MEDICAL CHECK UP

1.ANALISIS KEUANGAN 2. EVALUASI LIKUIDITAS


Melakukan analisis terhadap laporan keuangan, seperti Mengevaluasi kemampuan entitas untuk
neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek
Tujuannya adalah untuk mengukur kinerja keuangan, dan mempertahankan likuiditas yang memadai.
melihat perkembangan dari waktu ke waktu, dan Hal ini melibatkan analisis rasio likuiditas,
mengidentifikasi tren atau masalah potensial. seperti rasio lancar dan rasio kas.
LINGKUP KAJIAN FINANCIAL
MEDICAL CHECK UP

3. ANALISIS PROFITABILITAS 4. EVALUASI STRUKTUR MODAL


Menganalisis kemampuan entitas untuk menghasilkan Mengevaluasi struktur modal entitas, termasuk
laba dan tingkat profitabilitasnya. Ini melibatkan tingkat hutang dan kewajiban keuangan
penggunaan rasio profitabilitas, seperti rasio laba lainnya. Hal ini melibatkan analisis rasio
operasi terhadap penjualan atau rasio laba bersih solvabilitas, seperti rasio hutang terhadap
terhadap aset. ekuitas atau rasio hutang terhadap aset.
LINGKUP KAJIAN FINANCIAL
MEDICAL CHECK UP

5. PENILAIAN RISIKO KEUANGAN 6. KOMPARATIF INDUSTRI


Mengidentifikasi risiko keuangan yang mungkin Membandingkan kinerja keuangan entitas
dihadapi oleh entitas, seperti risiko likuiditas, risiko dengan standar industri atau pesaing sejenis.
kredit, atau risiko operasional. Hal ini memungkinkan Hal ini membantu dalam mengevaluasi posisi
pengelolaan risiko yang efektif dan mengambil bersaing dan memahami bagaimana entitas
langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.
berkinerja dibandingkan dengan pesaingnya.
LINGKUP KAJIAN FINANCIAL
MEDICAL CHECK UP

7. REKOMENDASI DAN
PERENCANAAN KEUANGAN
Memberikan rekomendasi dan perencanaan
keuangan berdasarkan hasil evaluasi. Ini meliputi
langkah-langkah perbaikan yang dapat diambil
untuk meningkatkan kesehatan keuangan, strategi
pengelolaan risiko, dan pengembangan rencana
keuangan jangka panjang.
PEMBAHASAN
More details
I. MODEL ALTMAN (Z-SCORE)
A. Pengantar Model Altman
Altman ( 1968 ) menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis ( MDA )
dengan 5 rasio keuangan yaitu working capital to total asset, retained earning
to total asset, earning before interest and taxes to total asset, market value of
equity to book value of total debts, dan sales to total asset. Model Altman
Z-score merupakan metode untuk memprediksi kesehatan Financial suatu
perusahaan yang kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Model prediksi
altman z-score mengalami beberapa revisi hingga terciptalah persamaan baru
yang dapat digunakan pada perusahaan swasta bukan hanya perusahaan
manufaktur yang sudah go public.
Model prediksi Altman Z-score mempunyai tingkat akurasi sebesar lebih dari
80 %. Rumus yang telah direvisi Altman tahun 1983 inilah yang digunakan
dalam penelitin ini yaitu;
Z – Score = 0,717 X1 + 0,874 X2 +3,107 X3 +0,420 X4 +0,998 X5

Keterangan :
X1 = Working capital/ Total asset
X2 = Retained earning/ Total asset
X3 = Earning before interest and taxes/ Total asset
X4 = Book value of equity/ Book value of total debt
X5 = Sales/ Total asset Jika dengan metode altman Z-Score diperoleh skor
B. Komponen Z-Score

1) Aset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
2) Ekuitas, adalah modal atau kekayaan entitas bisnis, dihitung dengan jumlah aset dikurangi
dengan liabilitas
3) ROA, adalah ukuran kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih.
Perhitungan ROA adalah laba bersih dibagi dengan total aset rata-rata selama dua periode
tertentu.
4) Standar deviasi, adalah persebaran data pada suatu sampel untuk melihat seberapa jauh
atau seberapa dekat nilai data dengan rata-ratanya.

Data komponen Z-Score dapat diperoleh langsung dari laporan keuangan masing- masing bank
yang kemudian dimasukkan kedalam rumus Z-Score untuk memperoleh nilai Z, Z-Score
dinyatakan dalam satuan standar deviasi.
c. Kategorisasi Risiko Kebangkrutan
1Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam
beberapa pengertian menurut Martin dalam Fahkrurozie (2007:15), yaitu;
1)Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed), adalah kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa
perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri,
ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan
tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan.

2)Kegagalan keuangan (Financial Distressed), adalah kesulitan dana baik dalam arti dana dalam
pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagai assetliability management sangat
berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kebangkrutan
akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan
ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang
mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut.
D. Kelebihan dan Keterbatasan
1)Kelebihan
-Dapat mengkombinasikan berbagai rasio menajdi suatu model preduisi yang
berarti.
-Dapat dipergunakan untuk seluruh Perusahaan, baik perusahan publik,
pribadi, manufaktur ataupun Perusahaan jasa dalam berbagai ukuran (Agnes
Sawir, 2001).
2)Keterbatasan
-Tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah
hasil z-score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan (Hanafi,
2000).
2. MODEL SPRINGATE (S-SCORE)
A. Pengantar Model Springate
Model Springate adalah penggunan metode statistik dan teknik pengambilan
sampel yang sama dengan Altman tetapi sampelnya berbeda. Jika Altman
menggunakan sampel perusahaan-perusahaan di Amerika, Springate
menggunakan sampel perusahaan di Kanada.
Gordon L.V Springate ( 1978 ) telah melakukan penelitian dan menghasilkan
model prediksi kebangkrutan yang dibuat mengikuti prosedur model altman.
Model Springate menggunakan 4 rasio keuangan untuk memprediksi adanya
potensi kesulitan keuangan dalam suatu perusahaan.
Model Springate ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan
nilai keakurat 92,5 %. Model ini memiliki rumus sebagai berikut;

S = 1,03 A + 3,07 B+ 0,66 C + 0,4 D


Keterangan :
A = Working capital / Total asset
B = Net profit before interest and taxes / Total asset
C = Net profit before taxes / Current liabilities
D = Sales / Total asset Jika skor yang didapat S > 0,862 maka perusahaan
diklasifikasikan sehat dan jika skor S < 0,862 maka perusahaan diklasifikasikan
berpotensi bangkrut.
B. Faktor - Faktor Analisis Likuiditas

1) Cost of External Financing adalah berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan bila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan,
menggunakan proxy ukuran perusahaan, dan kesempatan untuk tumbuh dengan mengukur
faktor tersebut.
2) Current and future investment opportunities adalah suatu kesempatan bagi
perusahaan untuk menjalankan investasi hingga saat ini atau masa depan. Faktor ini
mampu mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan kebijakan likuiditasnya.
3) Transaction demand for liquidity adalah faktor yang berkaitan dengan kas yang
diperlukan oleh perusahaan dalam menjalankan transaksi. Faktor ini akan
dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menetapkan likuiditas perusahaan.
4) Cash flow uncertainty atau ketidakpastian arus kas yang akan bisa menentukan
kebijakan manajer dalam menetapkan tingkat likuiditas suatu perusahaan.
c. Penilaian Risiko Kebangkrutan
Menurut Hanafi (2008: 654), indikator yang bisa dipakai untuk
memprediksi kebangkrutan sebagai berikut indikator internal
perusahaan adalah
1) Aliran kas perusahaan
2) Strategi perusahaan
3) Laporan keuangan
4) Trend pejualan
5) Kemampuan manajemen
D. Perbandingan dengan ModeL Lainnya

Model S-score dapat digunakan untuk menguji


kemungkinan kebangkrutan dan kesulitan keuangan. Model
ini merupakan cara untuk mengingatkan adanya masalah
keuangan pada perusahaan agar perusahaan dapat
mengambil keputusan secara tepat untuk menghindari
terjadinya kebangkrutan.
3. MODEL ZMIJEWSKI (X-SCORE)
A. Pengantar Model Zmijewski
Model Zmijewski menggunakan teori berbeda dari Alman dan springate, bahwa profitabilitas,
volatilitas, dan kondisi leverage perusahaan sebagai variabel terpenting dalam memprediksi
distress. Teori ini bisa disamakan dengan teori liquidity, profitability, dan wealth Metodologi
yang digunakan Zmijewski hampir sama dengan Ohlson (1980) yaitu menggunakan banyak
variabel (multivariate) jenis logit. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam
penelitiannya juga sama yaitu dipilih secara acak, jadi jumlah perusahaan dalam dua kategori
(distress dan non-distress) tidak harus sama jumlahnya.
Model prediksi yang dihasilkan oleh Zmijewski tahun 1983 ini merupakan riset selama 20 tahun
yang telah diulang. Zmijewski ( 1984 ) menggunakan analisis rasio likuiditas, laverage, dan
mengukur kinerja suatu perusahaan. Zmijewski melakukan prediksi dengan sampel 75
perusahaan bangkrut dan 73 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai tahun 1978, indicator
F-Test terhadap rasio kelompok rate of return, liquidity, leverage turnover, fixed payment
coverage, trens, firm size, dan stock return volatility, menunjukkan perbedaan signifikan antara
perusahaan yang sehat dan tidak sehat.
Kemudian model ini menghasilkan rumus sebagai berikut;

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 + 0,004X3 6

Keterangan:
X1 = ROA ( Return on Asset )
X2 = Leverage ( Debt Ratio )
X3 = Likuiditas ( Current Ratio )
Jika skor yang didapatkan lebih dari 0 (nol) maka perusahaan diprediksi akan
mengalami kebangkrutan, tetapi jika skor yang didapat kurang dari 0 (nol) maka
perusahaan diprediksi tidak berpotensi mengalami kebangkrutan
B. Analisis Rasio Keuangan Spesifik

Beberapa rasio yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah
1) Rasio likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2) Rasio aktivitas, adalah rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan aset
dengan melihat tingkat aktivitas asetnya
3) Rasio solvabilitas, adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya
4) Rasio profitabilitas, adalah rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba (porfitabilitas).
5) Rasio pasar, adalah melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan (Hanafi dan Halim, 2005 : 77).
c. Identifikasi Rentan Terhadap Risiko Keuangan

1) Identifikasi Risiko
2) Evaluasi Risiko
3) Pengembangan Strategi Pengelolaan Risiko
4) Implementasi dan Pelaksanaan Strategi
5) Monitoring dan Evaluasi
D. Perbandingan Dengan Model Alternatif

1) Mengabungan berbagai rasio keuangan secara


bersama-sama.
2) Menyediakan koefisien yang sesuai untuk
mengkombinasikan variabel-variabel independen.
3) Mudah dalam penerapannya.
4. MODEL GROVER (G-SCORE)
A. Pengantar Model Grover

Model Grover merupakan model prediksi kebangrutan termuda yaitu pada


tahun 2001 yang ditemukan oleh Jeffrey S.Grover merupakan model yang
diciptakan dengan melakukan pendesainan dan penilaian ulang terhadap model
Altman Z-Score. Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuai dengan model
Altman Z-score pada tahun 1968, dengan menambahkan tiga belas rasio
keuangan baru. Sampel yang digunakan sebanyak 70 perusahaan dengan 35
perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun
1982 sampai 1996. Model grover diciptakan dengan pendesainan dan penilaian
ulang terhadap model Altman Z-Score.
Model grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut jika
diperoleh skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z -0,02 ) dan perusahaan
dikatakan tidak memiliki potensi bangkrut yaitu jika diperoleh skor lebih atau
sama dengan 0,01 (Z 0,01). Rumus grover yaitu sebagai berikut;

Score =1,650 X1 + 3,404 X3 +0,016 ROA + 0,057

Keterangan :
X1 =Working Capital / Total asset
X3 = Earning before interest and taxes/ Total asset
ROA = Net income/ Total asset
B. Variabel - Variabel Penilaian Risiko

Menurut Hanafi (2008: 654), indikator yang bisa dipakai untuk


memprediksi kebangkrutan sebagai berikut indikator internal
perusahaan adalah
1) Aliran kas perusahaan
2) Strategi perusahaan
3) Laporan keuangan
4) Trend pejualan
5) Kemampuan manajemen
c. Pandangan Holistik Terhadap Kesehatan Keuangan

1) Kebutuhan Fisik
2) Kebutuhan Mental
3) Kebutuhan Emosional
4) Kebutuhan Rohani
D. Evaluasi Keakuratan dan Keandalan

Model Grover memiliki tingkat akurasi tertinggi,


yakni sebesar 100% dan dengan tingkat error
terendah yakni 0% pada kedua jenis error, tingkat
akurasi ini paling tinggi diantara metode lainnya.
5. ANALISIS PERBANDINGAN
A. Perbandingan Kinerja Keempat Model

Perbandingan kinerja Z-score, S-Score, Q-score dan G-Score adalah


Model S-score lebih unggul dalam menguji kemungkinan kebangkrutan dan
kesulitan keuangan. Model ini merupakan cara untuk mengingatkan adanya
masalah keuangan pada perusahaan agar perusahaan dapat mengambil
keputusan secara tepat untuk menghindari terjadinya kebangkrutan.
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.Kelebihan
-Z-Score
1.Menggabungan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama.
2.Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasi variabelvariabel
independen
3.Mudah dalam penerapannya
4.Rasio laba dan sebelum pajak terhadap total aktiva merupakan indikator
terbaik untuk mengetahui terjadinya kebangkrutan
5.Lebih bisa menggambarkan kondisi perusahaan sesuai dengan kenyataan.
6.Nilai Z-score lebih ketat dalam menilai tingkat kebangkrutan.
-S-Score
1.Menggabungna dari berbagai rasio keuangan secara bersama-sama.
2.Menyediakan koefisien yang sesuai untuk kombinasikan variabelvariabel independen.
3.Mudah dalam penerapannya.
4.Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva merupakan indikator terbaik untuk
mengetahui terjadinya kebangkrutan.
-X-Score
1.Mengabungan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama.
2.Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel independen.
3.Mudah dalam penerapannya.
-G-Score
1.Menggabungan berbagai rasio keuangan secara bersama-sama.
2.Mudah dalam penerapannya.
3.Lebih bisa menggambarkan kondisi perusahaan sesuai dengan kenyataan.
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
2. Kelemahan
-Z-Score
1.Nilai Z-score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah atau
rekayasa keuangan lainnya.
2.Formula Z-score kurang tepat untuk perusahaan yang baru rendah atau bahkan yang
masih merugi. Biasanya hasil nilai dari Z-score akan lebih rendah.
3.Perhitungan Z-score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat memberikan hasil
yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus
piutang akhir tahun secara sekaligus.
-S-Score
Nilai rasio bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah atau
rekayasa keuangan lainnya.
-X-Score
1.Nilai rasio bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah
atau rekayasa keuangan lainnya.
2.Hanya menggunakan tiga rasio.
3.Metode Zmijewski tidak ketat dalam menilai tingkat kebangkrutan.
-G-Score
1.Nilai G-score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang
salah atau rekayasa keuangan lainnya.
2.Formula G-score kurang tepat untuk perusahaan yang baru rendah atau bahkan
yang masih merugi. Biasanya hasil nilai dari Z-score akan lebih rendah.
C. IMPLIKASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Metode-metode yang digunakan pada Financial check up


digunakan sebagai pengambilan keputusan sebagai berikut;
1) Menyiapkan keuangan untuk masa depan
2) Mengontrol pengeluaran
3) Mengetahui kondisi keuangan secara rinci
4) Membantu mengambil keputusan dengan tepat,
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, pemahaman terhadap kesehatan keuangan melalui evaluasi
kesehatan keuangan memberikan landasan yang kuat untuk pengelolaan keuangan
yang sukses dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan memperhatikan kondisi
keuangan secara menyeluruh, mengidentifikasi masalah, mengambil keputusan
yang informasional, mengelola risiko, merencanakan keuangan dengan baik,
mengukur kinerja, dan mengamankan sumber daya finansial, entitas dapat
mencapai stabilitas keuangan dan mencapai tujuan finansial yang telah
ditetapkan.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai