Tambahan:
Jika perusahaan makmur, keuntungan bagi kreditur terbatas sesuai dengan tingkat
bunga pada kontrak utang atau dengan profit margins pada barang atau jasa yang
diberikan.
Kreditur memiliki risk of default.
Analisis kredit (credit analysis) evaluasi kelayakan kredit (creditworthiness)
perusahaan
Kelayakan kredit (creditworthiness) Kemampuan perusahaan untuk menghargai
(honor) kewajiban kreditnya / Kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan-
tagihannya.
b. Discounted Cash Flow Dari proyeksi arus kas yang diperoleh dari bisnis
perusahaan
c. Residual income (abnormal earning)
Masing dari metode-metode ini akan dipelajari untuk memberikan atau
menghasilkan nilai dari perusahaan (business value) atau nilai intrinsik
(intrinsic value)
Teknik analisis laporan keuangan berdasar kepada triangle of financial
statement analysis (akan dibahas di TM-TM selanjutnya)
2. Analisis strategi
a. SWOT Analysis
Strengths, Weaknesses, Opportunities & Threats
b. Cost Leadership
Seperangkat tindakan untuk menghasilkan produk dengan fitur
yang dapat diterima oleh pelanggan pada biaya terendah dibandingkan
para pesaing.
c. Product differencial
Semakin baik strategi diferensiasi produk → semakin tinggi loyalitas
merk.
Berfokus pada persepsi nilai pembeli.
Contoh perusahaan handphone, menyediakan produknya pada tiga
level : low level, medium level, high level → perusahaan tersebut
dapat mencapai lebih banyak pelanggan dari berbagai kalangan
ekonomi.
E. ACCOUNTING ANALYSIS
1. Tujuan
Menghindari adanya distorsi/accounting risk
Bagaimana perusahaan menyajikan lapkeu yang mencerminkan economic
reality
2. Output/hasil
Recasted financial statement
3. Permasalahan
a. Comparability (keterbandingan)
Ada kemungkinan lapkeu antar perusahaan tidak dapat dibandingkan,
karena perbedaan metode/kebijakan/dll.
Contoh : Perusahaan A dan B berada pada industry yang sama
dengan skala ekonomi sebanding. Pada jenis asset yang sama,
perusahaan A menggunakan metode depresiasi double declining,
sedangkan B menggunakan metode straight line.
Analisis akuntansi bertujuan agar lapkeu A dan B dapat dibandingkan.
b. Accounting risk
Analisis akuntansi bertujuan mengurangi risiko/distorsi lapkeu.
Jenis :
o Error estimation
o Earning management
o Accounting choices
b. Operating Performance
c. Asset utilization
Valuation
Contoh soal :
Contoh soal :
FCFE year 1 = $100; FCFE year 2 = $200; FCFE
year 3 = $300. Setelah tahun ketiga (dan
seterusnya), nilai FCFE = $350 (Perpetuity). Rcs =
10%. Hitung equity value!
Jawab :
$350
Terminal value = = $3500
10%
$100 $200 $300
Equity value = + + +
(1+10%)1 (1+10%)2 (1+10%)3
$3500
(1+10%)3
= $3111,19
Contoh soal :
Perusahaan A membayar dividen untuk year 1 =
$10, year 2 = $12, year 3 = $15, dan setelahnya
naik 5%. Rcs = 10%. Hitung Vcs (Value common
stock)!
Jawab :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑦𝑒𝑎𝑟 4 15 (1+5%)
Terminal value = = =
𝑅𝑐𝑠−𝑔 10%−5%
315
10 12 15 315
Vcs = (1+10%)1 + (1+10%)2 + (1+10%)3 + (1+10%)3
= 266,94
Jika g konstan,
D0 (1+g) D1
Equity Value = =
Rcs−g Rcs−g
c. Multiple Price
1) P/E Ratio
P
Share Price = E1 x E1
2) P/BV Ratio
P
Share Price = BV1 x BV1
3) P/Sales Ratio
P
Share Price = S1 x S1
Jika kita memiliki banyak pelanggan bergantian maka jika salah satu
pelanggan tidak jadi membeli maka perusahaan masih bisa
menawarkan ke yang lain, itu yang disebut bargaining power
rendah, perusahaan dapat mengendalikan pelanggan. Sehingga
lebih baik memiliki banyak pelanggan berganti-ganti daripada
hanya satu saja.
6) Bargaining power of supplier (kemampuan pemasok untuk menawarkan
barang ke perusahaan).
Bargaining power of supplier tinggi.
Jika memiliki satu pemasok tetap maka pemasok tersebut dapat
mengendalikan harga yang akan diberikan didalam kontrak jual beli,
dan jika perusahaan tidak menyetujui harga maka akan sulit untuk
mencari pemasok lain dalam waktu singkat.
Bargaining power of supplier rendah.
Jika kita memiliki banyak pemasok sekaligus, maka jika ada salah
satu pemasok yang menaikkan harga maka kita dapat beralih ke
pemasok lain yang menawarkan harga yang lebih rendah. Sehingga
lebih baik jika bargaining power of supplier rendah saja.
b. Analisis Strategi
Analisis strategi menilai apakah strategi yang diambil oleh perusahaan sudah
benar atau belum. Jika strategi yang diambil sudah bagus dan sesuai maka
tinggal melanjutkan strategi yang sudah dijalankan saja. Namun jika strategi
yang diambil ternyata belum sesuai maka perusahaan harus mencari
alternative strategi lain yang lebih menguntungkan. Lalu bagaimana kita dapat
menilai strategi tersebut sudah bagus atau belum? Kita bisa menilainya
dengan melakukan benchmarking dengan perusahaan sejenis (industri
sama).
Analisis strategi dapat dilakukan dengan menganalisis hal-hal berikut ini :
1) Cost Leadership : menganalisis revenue dan expenses yang ada di dalam
laporan keuangan dimana menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menekan biayanya sehingga harga produknya dapat bersaing di pasaran.
2) Product Differentiation : strategi perusahaan untuk mengembangkan
bisnisnya dengan produk-produk lain yang melengkapi produk utamanya,
atau bahkan produk lain di luar produksi utamanya dalam rangka lebih
memperkenalkan perusahaannya dengan terjun ke berbagai bisnis.
3) Strengths and Weaknesses (Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan) :
lebih menunjukkan keadaan perusahaan secara internal.
4) Opportunities and Threats (Peluang dan Tantangan) : menunjukkan
keadaan perusahaan secara eksternal.
IN CONCLUSION
Setelah kita melakukan analisis lingkungan bisnis dan analisis strategi maka
kita dapat memperoleh penilaian terhadap kualitas dan kemampuan perusahaan
untuk merealisasikan usahanya.
2. Accounting Analysis
Dalam analisis akuntansi kita harus mengevaluasi penyajian dan
pencatatan akuntansi dari sebuah perusahaan. Apakah perhitungan, penerapan,
dan penyajian sudah sesuai atau belum? Jangan sampai perusahaan melakukan
windows dressing yaitu dimana perusahaan membuat (memanipulasi) laporan
keuangan seolah-olah terlihat lebih baik. Output dari analisis akuntansi adalah
sebuah laporan keuangan baru yang hanya digunakan untuk pengambilan
keputusan bernama “recasted financial statement”.
Laporan keuangan disusun dengan dasar akuntansi yang memiliki banyak
estimasi, asumsi, serta judgement. Hal ini dapat menjadi bias ketika pembuat
laporan keuangan memiliki kepentingan politik tertentu sehingga laporan
keuangan tidak menunjukkan keadaan bisnis sesungguhnya walaupun masih
memenuhi standar. Keterbatasan akuntansi ini menimbulkan masalah:
Masalah perbandingan, muncul ketika perusahaan yang berbeda
menerapkan akuntansi yang berbeda untuk transaksi atau peristiwa
yang sama, atau ketika perusahaan mengubah kebijakan
akuntansinya dalam suatu waktu sehingga terjadi kesulitan
perbandingan sementara.
Distorsi akuntansi, merupakan penyimpangan informasi akuntansi
dari ekonomi yang mendasarinya. Dapat muncul dalam beberapa
bentuk:
Estimasi manajemen salah atau tidak lengkap
Manajer “mempercantik” laporan keuangan
Standar akuntansi gagal menangkap realitas ekonomi
Risiko akuntansi, merupakan ketidakpastian dalam analisis laporan
keuangan karena distorsi akuntansi.
3. Financial Analysis
Menganalisis kondisi keuangan perusahaan sehat atau tidak sehat,
bagaimana risiko keuangan, apakah mampu mendapatkan keuntungan. Secara
garis besar, analisis keuangan terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Profitability Analysis (Analisis profitabilitas) : evaluasi atas tingkat
pengembalian investasi.
b. Risk Analysis (Analisis risiko) : evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya (solvabilitas dan likuiditas).
c. Cashflows Analysis (Analisis arus kas) : evaluasi bagaimana perusahaan
mendapatkan dan menggunakan dana/kas yang dimilikinya.
4. Prospective Analysis
Menganalisis bagaimana perusahaan di masa depan. Hasil analisis
prospektif jika digabung dengan Cost of Capital (WACC) maka akan
menghasilkan analisis Intrinsic Value (nilai perusahaan) karena WACC
digunakan untuk menghitung present value sehingga didapatkan intrinsic value
(ingat materi Mankeu Bab UAS!!).
2. Common-size Analysis
Digunakan untuk mengevaluasi “internal make-up” atas laporan
keuangan dan mengevaluasi pos (akun) pada laporan keuangan antar entitas.
Hasilnya berupa gambaran proporsionalitas ukuran aset, utang, pendapatan dan
beban.
3. Ratio Analysis
Digunakan untuk mengevaluasi hubungan 2 atau lebih unsur yang penting secara
ekonomis (berdasarkan data laporan keuangan). Berikut macam-macam tipenya:
a. Credit risk analysis, ada dua:
1) Likuiditas: current ratio, acid-test ratio, collection period, days to sell
inventory, dsb.
2) Struktur modal dan solvabilitas: total debt to equity, long-term debt to
equity, times interest earned, dsb.
b. Profitability, ada tiga:
1) Return on investment: return on asset/equity
2) Operating performance: gross profit margin, operating profit margin
(pretax), net profit margin
3) Asset utilization: cash turnover, accounts receivable turnover, inventory
turnover, working capital turnover, PPE turnover, total asset turnover,
dsb.
c. Valuation: price-to-earnings, earnings yield, dividend yield, dividend payout
rate, price-to-book, etc.
4. Cash Flow Analysis
Digunakan untuk mengevaluasi sumber pendanaan perusahaan dan
penggunaan dana. Dapat dihitung dengan rumus:
5. Valuation
Digunakan untuk menilai debt (bond) dan ekuitas. Dapat dilakukan dengan 3
metode, antara lain free cash flow, DDM, dan residual income.
2. Kualitas Akuntansi
Kualitas Akuntansi dinilai berdasarkan Relevance and Reliability.
Relevance berarti memiliki kapasitas informasi yang lengkap, sedangkan Reliability
berarti bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat diverifikasi, dapat dipercaya,
dan netral. Laporan keuangan yang baik memiliki kedua hal itu, namun seringkali
terjadi trade-off.
-Jim Rohn
Strategi
Increasing income : manajer menyesuaikan akrual bertujuan untuk
meningkatkan net income;
Big bath : write-off yang besar di suatu periode kemudian dibebankan ke
periode-periode sebelumnya; dan
Income smoothing : supaya income perusahaan terlihat stabil (tidak
fluktuatif).
Motivasi
Adanya insentif bagi manajemen, misal saat income naik 5%
Harga saham
Alasan lainnya, missal permintaan tenaga kerja dll
Mekanisme
Incoming shifting => mempercepat/menunda pendapatan atau beban,
supaya tren perusahaan bisa naik terus.
A. INSTITUTIONAL FRAMEWORK
1. I/S
- Pada I/S intinya adalah bagaimana kita bisa membuat revenue recognition
(pengakuan pendapatan) match atau sesuai atau ketemu dengan expense
recognition, yang kemudian setelah revenue against expense/cost
recognition, maka akan didapatkan profit
- Net income = Operating cash flow + Accruals
- Net income didapatkan dari bagaimana kita me-match revenue dengan
expense/cost
Revenue harus diakui ketika:
Recognized when earned ketika sudah didapatkan atau diperoleh
Recognized when realized or realizable
Expense recognition
Product cost
Period cost
(Yang penting adalah ketika kita bisa menghitung product cost
sebagai satu komponen yang utuh (DM, DL, FOH), atau bisa kita akui
ketika sifat pencatatan cost adalah berdasarkan waktu, bukan
berdasarkan produk)
2. B/S
- Aset
Komponennya adalah sekumpulan faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksi atau menghasilkan manfaat ekonomi (likely to produce economic
benefits)
Bisa diukur dengan tingkat kepastian yang jelas (measurable with reasonable
degree of certainty)
- Liabilitas
Sesuatu yang:
- Harus dibayar dan bisa diperkirakan (to be paid with reasonable
degree of certainty)
- Bisa didefinisikan kapan harus dibayar (timing is reasonably well
defined)
- Ekuitas
Perbedaan antara aset dan liabilitas
3. Apapun prinsip ataupun standar (entah IFRS atau GAAP) lapkeu perlu disusun dan
terdiri dari:
- Neraca (B/S)
- Laporan laba rugi (I/S)
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan arus kas
- CaLK
4. Harus bisa membedakan antara accrual basis dan cash basis
1. Akrual lebih superior (daripada basis kas)
- Karena:
Prinsip-prinsip akuntansi berbasis akrual lebih relevan untuk mengukur atau
memperkirakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas di masa
depan, termasuk pula hari ini (present and future), sehingga akan didapatkan
return
a. Dengan basis akrual, revenue recognition dan expense recognition ketika
ditandingkan akan menghasilkan income number yang bisa digunakan dalam
mengevaluasi financial performance perusahaan (kinerja keuangan
perusahaan)
b. Pada neracanya dengan basis akrual, neraca yang dihasilkan lebih akurat,
karena bisa merefleksikan kondisi keuangan dari perusahaan ataupun level of
sources atau tingkat sumberdaya yang ada untuk menghasilkan economic
benefit (untuk menghasilkan future cash flow)
c. Dengan revenue recognition vs expense recognition yang menghasilkan
accrual income, kita sebagai analis juga bisa melihat bahwa accrual income
merefleksikan future cash flow consequences.
Misal: Sales yang dihasilkan adalah 10 milyar, dan dibiayai dengan
expense recognition sebesar 9 milyar (9 milyar kebanyakan diperoleh dari
debt), kita bisa tahu future cash flow consequences-nya untuk menghasilkan
sales 10 milyar, memerlukan pembiayaan 9 milyar yang kebanyakan berasal
dari debt (yang memiliki konsekuensi untuk membayar interest atau principle-
nya di masa depan, jadi menggambarkan future cash flow consequences.
d. Agar data relevan dan akurat, maka matching revenue against expense/cost
harus dilakukan secara overtime (terus-menerus; berkesinambungan)
sehingga akan didapatkan accrual income yang akurat yang merefleksikan
financial performance dan future cash flow consequences
2. Mitos vs kebenaran (myhts vs truth)
a. Mitos (myth)
- Karena value perusahaan bergantung pada arus kas masa depan, “hanya
arus kas masa kini yang relevan untuk penilaian
- Arus kas dikatakan relevan untuk menghitung value bisnis
Yang benar: Beberapa relevan (karena arus kas menggambarkan
value), tapi beberapa tidak (contoh: Kas yang diperoleh dari penagihan
piutang, di mana piutang tersebut sudah muncul jika menggunakan
accrual reporting, sehingga jika kas bisa ditagih maka hanya berupa
pencatatan akuntansi saja dan tidak menambah value bagi bisnis karena
sudah dicatat)
- Accrual accounting adjustments dalam pencatatan berbasis akrual tidak
relevan untuk dihitung atau dimasukkan dalam perhitungan business
value
Yang benar: Mungkin jika kita membicarakan tentang basis akrual,
sebagian sifatnya adalah kosmetik/mempercantik laporan keuangan,
namun beberapa juga relevan untuk dimasukkan dalam perhitungan value
dari bisnis (contoh: sales on credit, uangnya belum didapatkan karena ada
jeda waktu, tapi ketika kita melakukan penjualan, berarti ada kinerja
Bisa memunculkan potential noise dan bias dari metode spesifik yang dipilih
oleh manajamen
Sumber potential noise dan bias:
1. Noise from accounting rules
Pilihan dari standar akuntansi yang dipilih bisa jadi berbeda dengan
karakteristik sebenarnya dari transaksi perusahaan sehingga menghasilkan
distorsi
2. Forecast errors
Murni dari estimasi manajemen yang membuat perkiraan
Misal: Dalam penghitungan AFDA ada error
3. Pilihan akuntansi manajer
Ada potensi manajemen untuk menggunakan standar tertentu yang
disesuaikan dengan tujuannya
Bisa jadi karena:
- Debt covenants
Kolateral/jaminan (tidak semata-mata yang bentuknya fisik, bisa juga
jaminan yang dipersyaratkan oleh bank/lenders yang bentuknya rasio
yang terkait dengan pinjaman, misal debt to equity ratio dipersyaratkan
dalam pinjaman tidak boleh lebih dari sekian persen)
Jadi misal terkait debt to equity ratio tersebut bisa menggerakkan si
manajer untuk memilih cara bagaimana supaya syarat tersebut terpenuhi
- Kompensasi (compensation contracts)
Misalnya dipersyaratkan untuk bisa mendapat bonus tahunan,
labanya harus naik misal 5% dari tahun lalu, sehingga menggerakkan
manajer untuk membuat lapkeu untuk memenuhi syarat tersebut
- Contests for corporate control
Misal ada anak-anak perusahaan yang mau dites mana yang efisiensi
cost-nya paling bagus
- Pertimbangan pajak (tax considerations)
- Regulatory considerations
Ada peraturan yang men-trigger
Misal ada ketentuan tentang menjaga lingkungan yang membuat
perusahaan harus mengatur tentang bagaimana cara membuang limbah
agar sesuai dengan ketentuan tetapi tidak menimbulkan efek biaya yang
besar
- Capital market and stakeholder considerations
Tuntutan dari pasar saham, dan pemegang saham (dalam melihat
bagaimana capaian kinerja perusahaan saat ini)
- Competitive considerations
Persaingan dengan perusahaan-perusahaan sejenis
Terdapat konsep di mana antar prinsip atau asumsi yang dipakai dalam
standar bertabrakan satu dengan yang lain, sehingga harus ada tradeoff
Contoh: Aset dengan historical cost principle, pada standar harus dicatat
berdasar biaya historis atau perolehan, tapi kadang untuk aset-aset yang
dicatat dengan prinsip tersebut tidak menggambarkan current market value
atau nilai yang sebenarnya.
c. Conservatism
Misalnya seringkali yang kita lakukan adalah mengakui cost sebelum cost
tersebut dibayar, tapi kalau pendapatan jangan dulu dan harus ditunggu
sampai pendapatan tersebut benar-benar bisa diukur dan dipastikan bisa
diperoleh
Terkadang menimbulkan bias pesimis (pessimistic bias)
Menjadi sangat relevan jika kita membicarakan tentang analisis
kredit/credit analysis (contohnya kita benar-benar membuat AFDA, lalu
benar-benar melihat profil dari customer yang membeli barang secara kredit
pada kita, hal-hal tersebut memang perlu)
Tapi jadi tidak bagus untuk equity analysis (contohnya ketika
membicarakan assets impairment atau revaluasi aset, di mana jika ada
kerugian harus ditanggung atau diperhitungkan di dalam ekuitas, sehingga
menimbulkan bias tersendiri karena adanya pesimisme)
Jadinya dobel karena sudah berupa asumsi, lalu diikuti lagi dengan
memandang metode akuntansi tersebut dengan pesimis
2. Estimation errors
Contohnya adalah BDE, yang harus ditentukan dengan asumsi, di mana
pengambilan asumsi tersebut rata-rata berdasarkan pengalaman tahun-tahun
sebelumnya (hystorical data) yang belum tentu tepat digunakan di masa depan,
dan berisiko muncul estimation errors
4. Earnings management
Membicarakan motif manajemen/BOD
Jadi ada yang namanya window-dressing/financial engineering
(perekayasaan keuangan) yang tidak dalam konteks melanggar aturan/hukum, tapi
bisa jadi tidak merefleksikan operasional bisnis yang sebenarnya
JIka praktek yang sama dilakukan oleh banyak perusahaan dalam industri
tersebut, mungkin itu memang praktik yang normal atau merupakan suatu strategi
umum yang dijalankan oleh perusahan di industri tersebut
- Motif insentif manajer untuk mengelola earnings
Apakah manajer berusaha melakukan pengelolaan terhadap pendapatan
maupun laba, apakah ditampilkan lebih besar untuk periode berjalan, ataupun
sebaliknya
- Perubahan kebijakan dan estimasi dan rasionalitas/alasan yang cukup kuat
- Apakah transaksi yang dipakai untuk mencatat transaksi perusahaan sengaja
distrukturkan/diskemakan untuk mencapai tujuan akuntansi tertentu
Misalnya ketika perusahaan memilih mencatat leasing dengan operating lease,
apakah memang tujuan akuntansinya adalah supaya tidak muncul aset atau
kewajiban sebagaimana yang harus dilakukan jika leasing itu dicatat sebagai
capital lease
4. Mengevaluasi kualitas dari pengungkapan yang sudah diberikan di lapkeu
Ada hubungannya dengan poin 3
a. Manajer mempunyai kewenangan untuk mengungkapkan informasi akuntansi
tertentu
b. Isu-isu yang dipertimbangkan mencakup:
- Apakah pengungkapan tersebut cukup atau tidak dari segi kualitas pengungkapan,
baik data pendukungnya, narasinya, dll.
- Apakah ada catatan-catatan atau notes tertentu yang memuat penjelasan
disclosure
- Apakah section pada management report secara cukup menjelaskan dan
“konsisten” dengan performa saat ini
Contoh management report:
5. Mengidentifikasi potential red flags (sebenernya gak berurutan dengan langkah-
langkah sebelumnya)
- Red flag Kalau muncul di lapkeu perusahaan, harus diberi perhatian lebih
pada tanda tersebut karena dapat menjadi indikasi awal bahwa ada
ketidakberesan pada lapkeu
- Contoh:
- WDP (Qualified)
- Auditornya ganti-ganti terus bisa jadi ada pressure ke auditor
- Accounting policies ganti-ganti terus
- Inventories bertambah banyak, lalu tiba-tiba sedikit
- Unexpencted large asset write-offs
- Big bath Bakrie rugi terus, dia buang liabilities-nya ke anak perusahaan
yang lain, jadi dia bersih dari utang. Boleh, tapi cuma sekali. Kalau berulang
kali bisa jadi muncul anomali
- Antara net income dan operating cash flow harus selaras Pendapatan
dari mana (kalau warung makan, pendapatannya harus sebagian besar dari
jual makanan, bukan dari pendapatan parkir
B. DISTORSI ASET
Distorsi aset umumnya disebabkan karena ambiguitas. Ambiguitas (kebingungan)
yang menyebabkan aset bisa bias:
1. Apakah aset tersebut benar-benar dimiliki dan dapat dikendalikan oleh
perusahaan (untuk men-generate revenue)?
Pada beberapa transaksi terkadang sulit untuk ditentukan siapa yang memiliki
aset. Contoh:
a. Lease
Siapa yang menguasai aset? Lessor atau lessee?
Bisa dicatat sebagai operating lease atau capital lease, masing-masing
memiliki kriteria mengenai siapa yang mengontrol aset
b. Mechanical rules (atau business process yang ada dalam perusahaan) belum
tentu bisa menggambarkan kepemilikan ekonomi
D. DISTORSI LIABILITAS
Distorsi liabilitas Dapat muncul dari ambiguitas. Ambiguitas dapat muncul
karena:
1. Kapan suatu kewajiban terjadi
Seharusnya diakui sebagai kewajiban dalam lapkeu
Semisal ada joint operation (kerja sama dengan perusahaan lain untuk
mengerjakan suatu proyek) Menimbulkan kebingungan kapan kewajiban
perusahaan yang terkait dengan proyek tersebut harus dicatat oleh
perusahaan (sementara karena joint, harus ada pemisahan) Bisa timbul
distorsi, yaitu kewajiban dicatat lebih tinggi atau lebih rendah
2. Pengukuran kewajiban
Misal: Perusahaan elektronik hendak mencatat kewajiban yang timbul dari
jaminan (warranty), di mana jaminan tersebut merupakan kewajiban kontinjen
yang belum tentu terjadi, sehingga pencatatannya biasanya menggunakan
estimasi Timbul kebingungan bagaimana menentukan estimasi yang tepat,
apakah berdasarkan historis, namun jika produk baru, belum terlihat apakah
produknya (misal) awet atau tidak, sehingga jaminan diklaim oleh pelanggan
3. Liabilitas dicatat lebih rendah
Hal tersebut bisa disebabkan karena:
a. Ada insentif dari manajemen untuk mencatat earnings lebih tinggi (overstate)
b. Ada insentif untuk mencatat jumlah utang/pinjaman lebih rendah (understate)
Misalnya: Ada covenant atau jaminan, misalnya berupa debt to equity ratio
(tidak boleh melebihi sekian persen)
c. Ada kesulitan bagi manajemen untuk mengestimasi komitmen finansial masa
depan
Misalnya: Terdapat produk baru yang belum ada historisnya, lalu terjadi
recall, sementara sebelumnya recall tidak dicadangkan atau dihitung
4. Bagaimana liabilitas salah dicatat
a. Mencatat pendapatan yang seharusnya belum diakui (record unearned
revenue as revenue)
b. Menghilangkan piutang dari neraca ketika dijual
Factoring ada 2:
1) With recourse (dengan hak tagih)
Perhitungan di video:
2. Efek dari hybrid securities (suatu instrumen yang karena hybrid bisa berubah
menjadi instrumen lain; misalnya dari debt menjadi equity dan sebaliknya)
Contoh:
PT XYZ menerbitkan convertible bonds dengan interest rate 10%
Bonds lain yang similar tanpa conversion option memiliki interest rate 15%
Potensi distorsi akuntansinya:
a. Karena convertible bonds biasanya memiliki interest rate yang lebih rendah
daripada utang biasa tanpa conversion option, biaya opportunity yang
sesungguhnya dari pembiayaan pinjaman bisa tidak diketahui
b. Karena true opportunity cost tersebut mungkin tidak muncul di lapkeu maka
posisi keuangan entitas bisa tidak menampilkan fakta bahwa entitas memiliki
efek dari share options sebagai bagian dari convertible debt arrangement
Initial recognition, melakukan pengukuran berikutnya (subsequent
measurement)
Tahap undo accounting distortion:
a. Convertible bonds dihitung ulang dengan yield/interest rate dari similar bonds
b. Buat ulang jurnal yang benarnya
c. True opportunity cost diketahui (dalam contoh kasus ini berupa equity-share
options)
Berikut langkah-langkahnya
1. Rasio beban depresiasi terhadap biaya perolehan
1091,1
Q Airways = 15626,5 = 6,98%
207,0
N Airways = 3850,0 = 5,38%
2. Menghitung beban depresiasi N menggunakan rate Q (6,98%)
= Q Rate x cost asset @ N Airways 2007
= 6,98% x 3850,0
= 268,73
3. Menghitung kekurangan/kelebihan beban depresiasi N antara yang
dilaporkan VS yang menggunakan Rate Q
Berdasar laporan N Airways, beban depresiasi = 207,0
Berdasar recast, beban depresiasi = 268,73
Kekurangan = 61,73, untuk
setiap tahun
4. Penyesuaian
Menghitung berapa lama asset telah digunakan oleh N Airways
𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
= 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
1525,0
= 207,0
= 7,36 tahun
Akumulasi kekurangan depresiasi = 7,36 x 61,73 = 454,39
Maka, pada N Airways
Current Adjusted
(reported)
Aircraft and Engines
Cost 3850,0 3850,0
Accum. Depreciation (1525,0) *(1979,39)
Net book value 2325,0 1870,61
*1525+454,39
5. Melihat dampak pada laporan keuangan N Airways
Asumsi tax rate = 30%
Kesimpulan :
o Beban depresiasi terlalu rendah 454,39
o Akan memengaruhi :
Net Income sehingga memengaruhi Retained Earning (Ekuitas)
Akan terlalu tinggi senilai 454,39 x (1-30%) = 318,07
Tax saving senilai 454,39 x 30% = 136,32
Accumulated Depreciation
Pajak tangguhan
Tabel dampak pada laporan keuangan N Airways tahun 2007
Laporan Laba Rugi Keterangan
2007
Depreciation Bertambah, senilai perhitungan 454,39
Expense pd step d
Tax saving 454,39 x 30% 136,32
Profit 454,39-136,32 318,07
*keterangan : data untuk tahun 2007 sama dengan contoh 1, sehingga perhitungan &
dampak pada laporan keuangan 2007 sama dengan contoh 1. Contoh 2 berikut hanya
mengilustrasikan perhitungan & dampak pada laporan keuangan 2008.
Rate Q pada 2007 6,98%, sedangkan pada 2008 10,15%. Mana rate yang
akan kita gunakan? Bebas memilih, disertai alasan :
o Pengurangan asset aircraft and engines dari 2007 ke 2008 pada
N Airways dan Q Airways tidak sebanding, sehingga boleh tetap
menggunakan rate tahun 2007 (6,98%); atau
o Kita ingin menggunakan rate 10,15% agar tetap
sebanding/comparable.
Perhitungan berikut hanya mengilustrasikan apabila menggunakan rate 10,15%
b. Menghitung beban depresiasi N Airways menggunakan rate Q
= Q Rate x cost asset @ N Airways 2008
= 10,15% x 3383,0
= 343,37
c. Menghitung kekurangan/kelebihan beban depresiasi N antara yang
dilaporkan VS yang menggunakan Rate Q
Berdasar laporan N Airways, beban depresiasi = 182
Berdasar recast, beban depresiasi = 343,37
Kekurangan = 161,37
d. Melihat dampak pada laporan keuangan 2008
Asumsi tax rate = 30%
Kesimpulan :
o Beban depresiasi terlalu rendah 161,37
o Akan memengaruhi :
Net Income sehingga memengaruhi Retained Earning (Ekuitas)
Akan terlalu tinggi senilai 161,37 x (1-30%) = 112,96
Tax saving senilai = 161,37 x 30% = 48,41
Accumulated Depreciation
Pajak tangguhan
Tabel dampak pada laporan keuangan N Airways tahun 2008
Laporan Laba Rugi Keterangan
2008
Depreciation Bertambah, senilai 161,37
Expense perhitungan pd step
c
Tax saving 161,37 x 30% 48,41
Profit 161,37-48,41 112,96
B. RECASTING LEASE
1. Contoh 1 : untuk satu periode (satu tahun).
Operating (SEHARUSNYA
lease ) Finance lease
Finance lease
Informasi tambahan
Baik PSAK 30 maupun PSAK 73, sebuah leasing dianggap sebagai finance
lease apabila bersifat material dan ada transfer risiko. Sedangkan operating
lease tidak bersifat material dan jangka waktu kurang dari satu tahun.
Soal : menganalisis apakah pengklasifikasian finance lease/operating
lease sudah tepat? Kemudian apakan nilai kini dll nya juga sudah tepat?
Pengklasifikasian operating lease non-cancellable harusnya diklasifikasikan
sebagai financing lease.
a. Menghitung lease payment untuk dialokasikan ke setiap tahunnya
(Data dari kolom finance lease)
Tahun Keterangan Alokasi
0 (1058,5)
1 458,2
2 375,40 / 4 93,9
3 375,40 / 4 93,9
4 375,40 / 4 93,9
5 375,40 / 4 93,9
6 93,9
7 93,9
8 93,9
9 93,9
10 1234,40 -458,20 -(93,9x8) 25
Total 1234,4
Keterangan tambahan :
375,40 dibagi 4 tahun karena 375,40 adalah sewa yang berjangka waktu
1 tahun < x ≤ 5 tahun (tahun 2-3-4-5)
Untuk mengetahui berapa tahun later than five years pada tabel footnote
disclosure = 400,8/93,9 = 4,2706 tahun. Artinya 4 tahun setelah tahun ke
5, alokasi nilainya juga 93,9.
Sisanya, di tahun ke 10, alokasi nilainya adalah (4,2706-4) x 93,9 =
sekitar 25,04
b. Menentukan interest rate menggunakan IRR
Presen value = 1234,40(total finance lease) – 175,90(finance charge) =
1058,5
Nilai PV 1058,8 menjadi initial outlay (tahun 0)
Perhitungan interest rate IRR menggunakan bantuan Ms.Excel, [rumus
=IRR(tahun0;…;tahun10)], hasilnya adalah 4,20%
c. Menghitung present value dari yang dicatat sebagai non-cancellable
operating lease pada tabel footnote disclosure (karena seharusnya adalah
finance lease)
Liabilities
Current Portion Naik 440,18
Non Current Liabilities Naik 1092,03
f. Hitung depresiasi
1. Informasi tambahan
Tujuan : memisahkan bagian equity dan bagian liability pada convertible
bond.
Asumsi di jual pada nilai par, maka jurnal penerbitan convertible bond
Cash 1.000.000
Lialibilities-Conv.Bond 1.000.000
2. Langkah-langkah recasting
a. Mengetahui nilai bond pada convertible bond, dengan menghitung PV
bond menggunakan YTM = 15% (rate bond without convertion)
PV Bond = PV Face Value + PV Interest
1
1−
1 (1+𝑌𝑇𝑀)𝑛
= (FV x ) + (%coupon x FV x )
(1+𝑌𝑇𝑀)𝑛 𝑌𝑇𝑀
1
1−
1 (1+15%) 3
= (1.000.000 x (1+15%)3 ) + (10% x 1.000.000 x )
15%
= 885.838,74
B. Distorsi Aset
Disebabkan adanya ambiguitas/kebingungan. Hal yang menyebabkan ambiguitas
antara lain :
1. Apakah asset benar-benar dimiliki/dikendalikan oleh perusahaan
Contohnya : dalam leasing, siapa yang menguasai asset? lessor/lessee? ada
ketidakpastian dalam menentukan kepemilikan asset
Bisnis proses belum tentu tercapture didalam standar akuntansi (Mechanical
rules not capture economic ownersihip)
Adanya interest manajer untuk menggunakan standar akuntansi dalam rangka
memenuhi tujuan/target yang diinginkan.
Contoh: Manajer ingin profit tahun ini naik 10% dari tahun sebelumnya,
dengan itu manajer tidak peduli satus asset apakah dimiliki sendiri atau dimiliki
pihak lain. Yang terpenting bagi manajer adalah bagaimana asset digunakan
untuk memenuhi interest manajer.
Pada intinya manajer lebih mengatur transaksi perusahaan untuk
mendapatkan accounting outcome daripada merefleksikan transaksi ekonomi
yang sebenarnya terjadi.
2. Apakah future economic benefit bisa diukur dengan tingkat kepastian yang
masuk akal.
Contoh : Pengeluaran riset, yang belum tentu menghasilkan produk baru yang
akan diterima pasar atau belum tentu riset tersebut bisa menghasilkan
efisiensi produksi yang berakibat adanya ketidakpastian economic benefit.
Asumsi-asumsi dalam akuntansi membutuhkan judgement yang bisa saja
salah dalam memperkirakan.
Contoh: Impairment amount, depresiasi, usefull life.
3. Kebingungan pencatatan nilai wajar asset
Nilai wajar (FV) asset turun dibawah nilai bukunya (BV)
C. Distorsi Liabilitas
Disebabkan adanya ambiguitas/kebingungan. Yang menyebabkan
ambiguitas/kebingungan antara lain :
1. Kapan suatu kewajiban terjadi ?
Contoh: Pada joint operation antara perushaan konstruksi yang dimana
masing-masing perusahaan membuat bagian bagian tersendiri dari keseluruhan
konstruksi. Saat pembelian material terjadi maka perusahaan akan mencatat
liabilitas dari konstruksi, namun kapan pegakuan liabilitas dan sebarap besar
proprosinya menjadi masalah, karena perusahaan tidak mengetahui secara
pasti, disinilah distorsi muncul yang berakibat liabilitas bisa dicatat lebih tinggi
atau lebih rendah.
2. Pengukuran dari suatu kewajiban?
Contoh: Sebuah perusahaan elektronik memberikan garansi/warranty terhadap
barang yang dijual jika terjadi kerusakan dalam masa garansi.Garansi ini sendiri
merupakan kewajiban kontijensi yang belum tentu akan terjadi di masa depan.
Bagamana perusahaan akan mencatat kewajiban garansi ini ? tentunya
perusahaan akan menggunaka estimasi, disinilah titik adanya distorsi, karena
perusahaan tidak bisa menentukan garansi yang akan diklaim dimasa depan
dengan tepat.
D. Distorsi Ekuitas
1. Efek dari hybrid security
2. Efek dari perubahan asset dan liabilitas
TM 4
STUDI KASUS ANALISIS AKUNTANSI
A. RECASTING DELAYED WRITE-DOWNS ON CURRENT ASSET
Asumsi :
1) masa manfaat aset tak berwujud 5 tahun
2) Bahwa pengeluaran tahun berjalan akan
diamortisasi setengahnya (prorata)
3) Tax rate 34%
Keterangan :
1
Angka 5 (pada 5) maksudnya adalah 5 tahun => masa manfaat aset tak
berwujud
Angka 0,5 1,5 dst adalah proporsi aset tak berwujud pada tahun 2016
dan 2017, misal pada kolom proportion capitalized 31/12/16
o untuk 2016 adalah 0,5 karena asumsi pengeluaran tahun berjalan
akan diamortisasi setengahnya.
o Untuk 2015 adalah 1,5 berasal dari amortisasi setengah pada tahun
2015 dan satu pada tahun 2016.
Dst.
Komitmen
Potensi klaim kepada perusahaan berdasarkan kinerja di masa depan
sesuai kontrak. Komitmen tidak dilaporkan di laporan keuangan
B. Equity
1. Definisi ekuitas
Merujuk pada pemilik perusahaan
Residual value dari perusahaan
Maximum risk and return (ketika perusahaan untung, maka pemilik senang
karena mendapat laba lebih banyak. ketika perusahaan rugi, pemilik ikut
menanggung kerugian)
2. Analisis ekuitas
a. Mengklasifikasi sumber ekuitas
b. Prioritas kelas ekuitas apabila terjadi likuidasi
c. Mengevaluasi pembatasan hukum saat distribusi ekuitas
d. Review pembatasan distribusi retained earings
e. Melihat ketentuan dan provisi penerbitan ekuitas
3. Elemen ekuitas
a. Common stock
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Mencerminkan hak kepemilikan
2) Memiliki risiko dan pengembalian tinggi
3) Mencerminkan residual interest
4) Memiliki nilai nominal
5) Memiliki hak suara
b. Preference stock
Saham yang memiliki fitur yang tidak dimiliki saham biasa dengan
karakteristik sebagai berikut:
1) Prioritas atas distribusi dividen
2) Prioritas atas likuidasi
3) Dapat dikonversi menjadi saham biasa
4) Call provisions
5) Tidak memiliki hak suara
c. Paid in capital
Kelebihan nilai par
d. Treasury stock
Saham yang dibeli kembali oleh perusahaan
e. Retained earnings
Akumulasi laba perusahaan yang tidak didistribusikan sejak berdirinya
perusahaan. Terdiri atas:
TM 6
Analisis Aktivitas Investasi
Analisis Investasi merupakan pengelolaan asset perusahaan, bagaimana
manajemen seharusnya melakukannya dengan efektif dan tepat. Secara definisi, aset
merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang bertujuan untuk menghasilkan
laba.
Financial Assets
Aset yang menghasilkan yang berasal dari investasi dan tidak berhubungan langsung
dengan operasi. Aset finansial biasanya terdiri dari surat berharga dan investasi asset
non-operasional lainnya. Biasanya aset finansial dinilai pada nilai wajar/haga pasar dan
diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang sama dengan biaya modal yang telah
disesuaikan dengan risikonya (risk-adjusted cost of capital) contoh imbalan hasilnya
adalah dividend revenue dan interest revenue.
Operational Assets
Aset yang digunakan dalam operasional perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan. Aset operasional biasanya terdiri dari kebanyakan aset perusahaan, yang
biasanya dinilai at cost dan diharapkan menghasilkan imbal hasil melalui kelebihan
(excess) dari weighted-average cost of capital. Contoh imbalan hasilnya adalah Sales.
Klasifikasi Aset di Laporan Keuangan terbagi menjadi dua, yaitu Current Assets dan
Noncurrent Assets
2. Piutang (receivables)
Merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang ataujasa atau dari
pemberian jaminan utang. Receivables biasanya terdiri atas piutang usaha (account
receivable) serta wesel tagih (notes receivable). Piutang sebaiknya dinilai pada
NRV/Net Realizable Value yang juga dapat menunjukkan piutang dalam keadaan less
allowance
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh analis terkait piutang adalah:
a. Valuation Of Receivables
Piutang dilaporkan pada NRV-nya atau merupakan total piutang dikurang dengan
allowance untuk uncollectible accounts. Dalam hal ini, manajemen harus bisa
mengestimasikan allowance of bad debt dengan beberapa faktor sebagai berikut:
- Pengalaman perusahaan dalam memberikan piutang
- Kemampuan peminjam
- Ekspetasi ekonomi dan industry
- Kebijakan penagihan
b. Collection Risk
Merupakan rasio ketertidak-tagihannya piutang, untuk itu analis perlu melakukan
analisis seperti:
4. Persediaan (inventories)
Merupakan barang atau jasa yang dibeli perusahaan untuk kemudian di jual kembali, dan
merupakan bagian dari operasi normal perusahaan. Inventory dapat diperlakukan dengan
expensing, yaitu biaya periode yang akan dilaporkan pada saat terjadi (contoh: supplies)
Selain itu, inventory juga dapat diperlakukan dengan capitalizing, yaitu memperlakukan
biaya inventory seperti product cost, yang kemudian akan dikapitalisasi sebagai asset dan
selanjutnya dibebankan pada pendapatan periode mendatang, (contoh: direct labor)
a. Inventory Costing Method (arus biaya persediaan) pada umumnya terbagi dalam
3 yang paling banyak digunakan di perusahaan-perusahaan yaitu;
- FIFO (First In, First Out)
- LIFO (Last In, First Out)
- Weighted Average (Rata-rata tiap unit)
Contoh soal
Pembelian Inventory
Note: 30 units terjual di tahun 20x0 $800/unit dengan total revenue $24,000
Asumsi penjualan $24,000 selama periode, jadigross profit dari tiap metode adalah:
Cost of
Sales – Goods Sold Gross Profit
=
FIFO $24,000 -- 15.000 = $9,000
LIFO $24,000 -- 18.000 = $6,000
Average $24,000 -- 16.800 = $7,200
Alokasi
Merupakan proses pengeluaran biaya (aset) yang ditangguhkan secara berkala
untuk satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan di masa depan;
ditentukan oleh masa manfaat, nilai sisa, dan metode alokasi. Alokasi ini terbagi
menjadi:
Depresiasi adalah alokasi biaya yang dilakukan pada asset tetap. Faktor
yang mempengaruhinya antara lain:
(1) Umur (masa manfaat), asumsi terkait masa manfaat dibuat
berdasarkan kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman, dan
informasi mengenai fisik dan sifat produksi. Kerusakan fisik pun
merupakan faktor penting dalam penentuan masa manfaat
(2) Nilai sisa
(3) Metode alokasi, untuk depreasiasi sendiri metode alokasi yang paling
umum digunakan adalah metode garis lurus (straight-line method),
metode saldo menurun ganda (double declining method), dan jumlah
angka tahun (sum of years
Deplesi adalah alokasi biaya yang dilakukan pada sumber daya alam
berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi berdasarkan unti yang
dieksploitasi dan bergantung ada besarnya produksi (semakin besar
produksi, semakin besar deplesi)
Impairment
Merupakan tindakan yang dilakukan jika arus kas yang diharapkan (tidak
didiskonto) lebih kecil dibandingkan nilai tercatat aset (biaya dikurangi
akumulasi depresiasi) dimana aset diturunkan nilainya hingga sebesar nilai
pasar wajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait impairment adalah:
o Mengevaluasi kesesuaian jumlah penurunan nilai
o Mengevaluasi kesesuaian waktu penurunan nilai
o Menganalisis pengaruh penurunan nilai terhadap pendapatan
TM 7
Analisis Arus Kas Operasi
A. Pendahuluan
Analisis arus kas operasi berhubungan dengan bagaimana perusahaan
bisa menghasilkan income. Berhubungan dengan income maka ada 2
terminologi yakni : Economic Income dan Accounting Income. Dalam
analisis Laporan Keuangan, fokus pembahasannya adalah Accounting
Income. Accounting Income dapat dikalsifikasikan menjadi :
1. Permanent (Recurring), menunjukkan income yg berasal dari aktifitas
utama (main business process) perusahaan. Contoh : Sebuah
Perusahaan Penerbangan maka incomenya berasal dari aktifitas jasa
penerbangan.
2. Transitory (Non Recurring), income yang bukan berasal dari main
business process perusahaan. Contoh : Perusahaan tekonologi
mendapat income dari keuntungan disposal asset (tahun depan belum
tentu ada keuntungan disposal asset lagi)..
3. Value Irrelevant (Distortions), adanya income dari penerapan asumsi-
asumsi yang dipakai oleh manajemen, sehingga income yang muncul
tidak merefleksikan value dari proses bisnis.
B. Revenue Recognition
1. Menggunakan Accrual Basis, pendapatan diakui tidak hanya
berdasarkan kas yang diterima perusahaan, tetapi ada
ukuran/parameter lain yakni :
a. Revenue are Realized or Realizable, yakni pendapatan sudah
diterima secara cash atau diterima nanti dimasa depan dengan
potensi penerimaan yang pasti.
b. Revenue have been earned throught “substantial completion” &
“performance obligation is satisfied”, yakni perusahaan telah
menyelesaikan secara keseluruhan kewajibannya terkait penjualan
barang/penjualan jasa, atau penyelesaian kewajibannya sudah
hampir terealisasikan secara keseluruhan (artinya penyelesaian
sekitar 90%).
c. Risk of ownership is effectively passed to the buyer, kepemilikan
barang sudah secara efektif diberikan kepada pelanggan/pembeli.
2. Hasil Pengakuan Pendapatan, pendapatan yang diakui akan
berdampak pada beberapa aspek perusahaan, yakni :
a. Increase in Cash, jika penjualan dilakukan secara kas.
b. Increase in Receivable (claims to cash), jika penjualan dilakukan
secara kredit.
c. Increase in Securities, berupa penjualan dengan pembayaran
berupa surat berharga/financial asset.
3. Tahapan pengakuan Pendapatan :
Cost ini berupa expense sedangkan Non Recurring berupa Losses. Cost
Recognition dapat dilakukan dengan :
1. Direct Matching (matching expense to specific revenue), jadi ketika
revenue didapatkan dari penjualan suatu produk, maka cost yang
dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut ditandingkan dengan
revenuenya (matching concept). Maka didapatkan persamaan [ COGS
& Selling Expenses = Revenue – Margin].
2. Systematic & Rational Allocation, yakni berupa amortisasi, depresiasi,
& deplesi. Dimana dilakukan alokasi biaya sebuah asset yg benefitnya
lebih dari 1 periode selama period manfaat dari asset tersebut.
3. Immediate Recognition, digunakan ketika ada cost/expense yang tidak
berhubungan langsung langsung ke sebuah specific revenue, tapi
cost/expense ini muncul dalam kegiatan operasi perusahaan yang
secara tidak langsung membantu untuk meng-generate revenue.
Contoh : Administrative Expense.
D. Klasifikasi Income
1. Operating vs Non Operating, Income yang memberikan value kepada
perusahaan seharusnya adalah income yang berasal dari aktivitas
operasional yang artinya berasal dari revenue/expense.
Maka operating income sendiri seharusnya tidak memuat hal-hal berikut
:
a. Gain and Losses from “a Company’s pheripheral activities”, yakni
aktivitas tambahan perusahaan yang seharusnya tidak masuk dalam
operating income perusahaan. Contohnya : (1)
Keuntungan/kerugian dari penghapusan asset (2)
Keuntungan/Kerugian baik Realized/Unreallized dari
securities/Financial Asset/Surat Berharga.
b. Impairment, yang timbul dari penurunan nilai asset. Cth : Impairment
fixed asset seperti bangunan/peralatan.
c. Unusual or Infrequent items, ingat konsep non recurring. Contoh :
restrukturisasi perusahaan, demo buruh yang menyebabkan
produksi berhenti.
d. Other Revenue or Expenses, Contoh : Interest Expenses & Dividend
Income.
2. Recurring vs Non Recurring, merujuk pada bagaimana suatu revenue
or expense itu muncul, dimana ketika revenue or expense itu
diharapkan terjadi berulang maka merupakan recurring, sebaliknya jika
terjadinya berupa one-time event/tidak berulang maka merupakan non
recurring.
Transaksi yang merupakan Non Recurring bisa diklasifikasikan menjadi
:
TM 7,5
Analisis Laporan Arus Kas
A. PENDAHULUAN
Laporan arus kas dibuat untuk mengukur dan mengevaluasi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas dimasa depan,
membayar dividend, membayar semua kewajiban, termasuk memenuhi
ratio likuiditas, solvabilitas dan flexibilitas. Laporan arus kas terdiri dari 3
aktivitas, yakni :
1. Arus Kas Operasi (Operating Cash Flow), merupakan arus kas
yang berasal dari semua aktvitas operasional perusahaan, terdiri
dari :
a. Cash Inflow :
1) From sales of goods & service
2) From returns on loans (interest) and on equity securities
(dividend)
b. Cash outflow :
1) To suppliers for inventory
2) To employees for services
3) To government for taxes
4) To lenders for interests
5) To others for expense
Pertanyaan yang bisa didalami dalam menganalisis arus kas
operasi antara lain :
a. How much cash is generated from or used in operations ?
b. What expenditures are made with cash from operations ?
2. Arus Kas Investasi (Investing Cash Flow), berkenaan dengan
bagaimana memperoleh asset non cash baik jangka panjang
maupun jangka pendek yang diharapkan bisa meng-generate
income, terdiri dari :
a. Cash Inflow :
1) From sale of PPE, debt & equity securities of other entities
2) From collection of principal on loans to other entities
b. Cash Outflow :
1) To purchase PPE, debt or equities of other entitites,
2) to make loans to other entities
Pertanyaan yang bisa didalami dalam menganalisis arus kas
investasi antara lain :
a. Why is cash lower when income increased ?
b. What is the use of cash received from new financing ?
3. Arus Kas Pendanaan (Financing Cash Flow), merupakan
kontribusi, penarikan, dan pembayaran kembali dana (contoh :
C. ALAT VALIDASI
Pada intinya dalam analisis laporan arus kas, kita diminta untuk bisa
menjawab beberapa pertanyaan inti terkait dengan kegiatan operasional
perusahaan, yakni :
1. Asset replacements financed from internal (Retained Earnings) or
external funds(Bank Loan or Bonds) ?
2. What are the financing sources of expansion and business
acquisitions ? Memberikan informasi seberapa jauh kekuatan
finansial atau proyeksi bisnis dari perusahaan.
3. Is the company dependent on external financing ?
4. What are the company’s investing demands and opportunities ?
5. What are the requirements and the types of financing ?
6. Where management commited its resources ?
7. Where it reduced investment ?
8. Where additional cash was derived from ?
Dengan menjawab pertanyaan diatas, maka informasi yang terdapat
dalam laporan arus kas bisa dijadikan alat validasi terhadap analisis yang
kita lakukan. Hal-hal/dimensi validasi dari laporan arus kas antara lain :
1. Feasibility of financing capital expenditure.
2. Cash sources in financing expansion
3. Dependence on external financing
4. Ability in meeting debt services requirements
5. Financial flexibility to unanticipated needs/opportunities
6. Financial practices of management
7. Quality of earnings
8. Future dividend policies
HARTA
TAHTA
BREGADASATYA
- Unknown -