Oleh:
Fiska Rostria Widenda
NIM: 125020307111076
Dosen Pembimbing:
Putu Prima Wulandari, SE., MSA., Ak.
ABSTRAK
Kesulitan keuangan merupakan tahapan awal suatu perusahaan dalam proses
menuju kebangkrutan, Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, akan ada
banyak pihak yang dirugikan, jadi untuk itulah diperlukan model prediksi
kebangkrutan yang dapat memberikan peringatan dini bagi perusahaan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan model Altman,
Springate dan Zmijewski dalammemprediksi financial distress. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan teknik
purposive sampling dalam pemilihan sampel datanya. Sampel data yang terpilih
adalah 8 perusahaan manufaktur delisting dari Bursa Efek Indonesia dalam
periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Hasil penelitian terhadap sampel
menunjukkan bahwa ketiga model tersebut dapat memprediksi financial
distressdengan tingkat ketepatan sama untuk model Altman Z-Score dan
Springate S-Score, yaitu 87,5%, serta75% untuk model Zmijewski X-Score.
Kata Kunci : Kesulitan Keuangan, Altman Z-Score, Springate S-Score,
Zmijewsi X-Score, delisting
ABSTRACT
Financial distress is the first stage of a company’s process to go bankrupt. If a
company goes bankrupt, there are many people who will be harmed, thus
bankruptcy prediction models are needed to provide an early warning for the
company. The purpose of this study is to determine the accuracy of Altman,
Springate and Zmijewski Models to predictfinancial distress. This research is a
quantitative descriptive study using a purposive sampling technic for choosing
data sample. The sample data choosen are 8 manufacturing companies delisting
from the Indonesia Stock Exchange for the period of 2009-2015. The result
showsthat the three models can predict the financial distress with same level of
accuracy for Altmant Z-Score model and Springate S-Score which accuracy level
is87.5%, while Zmijewski X-Score model shows accuracy of 75%.
Keywords: Financial Distress, Altman Z-Score, Springate S-Score, and
Zmijewski X-Score, Delisting
PENDAHULUAN
Kebangkrutan merupakan salah satu kondisi yang dapat terjadi pada setiap
perusahaan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kesulitan ekonomi
perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Selain itu,
dapat dikategorikan menurut faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan, sedangkan
faktor eksternal dapat berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan
distress diketahui, semakin cepat pula pihak perusahaan membuat strategi untuk
kebangkrutan, bukan hanya perusahaan tersebut yang rugi namun pihak-pihak lain
yang terlibat, seperti bank, mitra kerja, kreditor, dll. Selain itu, yang terpenting
model prediksi dari perhitungan rasio-rasio keuangan tertentu. Model yang juga
disebut Z-Score ini menghasilkan lima rasio yang dianggap paling berpengaruh.
Selain Altman, ada beberapa model analisis financial distress, misalnya The
distress yang paling populer dan paling banyak digunakan dalam penelitian
terkait. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan Anggraeni (2008) yang berjudul,
Model, The Altman Model, dan The Springate Model) juga menunjukkan bahwa
karena model tersebut memiliki tingkat akurasi terbaik setelah Altman Z-score
KAJIAN PUSTAKA
1. Kebangkrutan
banque dan ruptus. Banque memiliki arti bangku dan ruptus memiliki arti
keretakan, (Rao, 1995: 501). Istilah ini muncul sejak abad ke-16 ketika fungsi
bank dikenal di masyarakat. Saat itu bank identik dengan suatu ruangan yang
dipenuhi bangku (meja dan kursi) dan jika suatu unit usaha tertimpa kesulitan
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal
atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
Kegasulitan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh
dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kesulitan juga dapat berarti
bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil
tersebut.
Pengertian financial distress adalah kesulitan dana baik dari segi kas atau
yang ada. Jika perusahaan tidak dapat membayar hutangnya, perusahaan diambil
alih oleh kreditor yang menjadi pemilik baru; pemegang saham lama tidak
melunasi kewajibannya.
sendiri terdiri atas dua, yaitu biaya langsung seperti biaya hukum dan administrasi
serta biaya tidak langsung seperti biaya operasional ketika kesulitan menjalankan
Pada tahun 1968, Edward Altman, seorang profesor keuangan di New York
financial distress yang disebut sebagai Z-Score. Model yang dikemukakan Altman
ini, kemudian menjadi model yang paling populer untuk melakukan prediksi
metode yang diterapkan pada Z-Score ini juga menghasilkan keakuratan 95%
sama dengan Beaver (1966), yaitu karena data yang tersedia hanya berasal dari
dari signifikansi statistik, korelasi antar rasio, kemampuan prediksi rasio, serta
Dimana :
Z : Overall Index
Altman menggunakan nilai cut-off 2.675 dan 1.81. Artinya jika nilai Z yang
diperoleh lebih dari 2.675, maka perusahaan tersebut diprediksi tidak mengalami
financial distress di masa datang atau dinyatakan perusahaan sehat. Jika nilai Z
kurang dari 1.81, maka perusahaan diprediksi akan mengalami kesulitan keuangan
bahkan kebangkrutan. Lalu, perusahaan yang berada dalam grey area jika hasil
nilai Z berada diantara 1.81 dan 2.675, artinya perusahaan tersebut mengalami
masalah keuangan namun tidak berpotensi untuk bangkrut atau dapat dikatakan
masih rawan.
pada Zeta Score, terutama pada variabel X4, karena variabel tersebut hanya dapat
seluruh perusahaan manufaktur baik publik maupun privat. Model Altman (2000)
Dimana :
Adapun titik cut off yang dihasilkan adalah, jika Z < 1,21 menunjukkan
distress dan yang tidak distress dengan tingkat akurasi hingga 92,5%.
Dimana :
sampelnya berkaca dari model prediksi financial distress Ohlson (1980). Berbeda
penyampelan ini karena teknik yang digunakan dua pendahulunya tersebut, yaitu
penelitian.
Frekuensi ini didapat dengan cara membagi jumlah sampel yang mengalami
Dimana :
probabilitasnya lebih besar dari 0, dengan kata lain nilai Xnya adalah 0. Maka dari
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
suatu metode penggambaran hasil dari angka-angka yang sudah diproses dari data
terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
jumlah dan karakteristk yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian
Purposive sampling adalah tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
2002: 131). Metode ini ditujukan untuk mendapatkan sampel yang representatif
TABEL 3.1
Jumlah
No. Kriteria
Perusahaan
1. Perusahaan delisting di BEI tahun 2009 s.d tahun 2015. 28
2. Perusahaan termasuk dalam kategori industri manufaktur. 11
3. Perusahaan menyediakan laporan keuangan sebelum tahun
8
delisting.
4. Perusahaan menyediakan data yang lengkap untuk penelitian. 8
Total Sampel 8
(1968), Springate (1978), dan Zmijewski (1984), yakni saat itu data yang paling
dan variabel-variabel faktor yang diteliti hanya terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan manufaktur saja. Selain itu, menurut Altman (1968) laporan keuangan
bahwa data laporan keuangan satu tahun sebelum tahun prediksi atau tahun
dan menurun menjadi 82%-85% di tahun kedua sebelum tahun financial distress.
dari Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Kemudian
TABEL 3.2
Tanggal
Kode Tanggal
Pengha-
No. Nama Perusahaan Perusa- Sub Sektor Pencatat-
pusan
haan an (IPO)
(Delisting)
Makanan dan
1 Davomas Abadi Tbk DAVO 22-Des-94 21-Jan-15
Minuman
2 Unitex Tbk UNTX Tekstil dan Garmen 16-Jun-89 07-Des-15
3 Panasia Filamen Inti Tbk PAFI Tekstil dan Garmen 01-Jan-00 14-Mar-13
Surabaya Agung Industri
4 SAIP Pulp dan Kertas 03-Mei-93 31-Okt-13
Pulp dan Kertas Tbk
Multibreeder Adirama
5 MBAI Pakan Ternak 28-Feb-94 02-Jul-12
Indonesia Tbk
Surya Intrindo Makmur
6 SIMM Alas Kaki 28-Mar-00 03-Des-12
Tbk
Aqua Golden Mississipi Makanan dan
7 AQUA 01-Mar-90 01-Apr-11
Tbk Minuman
Plastik dan
8 Dynaplast Tbk DYNA 05-Ag-91 27-Jul-11
Kemasan
.
kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka, dalam hal
ini data tersebut berasal dari laporan keuangan perusahaan sampel. Sedangkan
data kualitatif merupakan data yang berupa informasi non angka atau berupa kata-
sebagi berikut:
resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id dan dari berbagai sumber
tidak dapat diakses via online, peneliti memperoleh dari Galeri Investasi
yang delisting di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2015
menggunakan model Altman, model Springate, dan model Zmijewski. Selain itu,
distress.
(2015), yaitu :
PEMBAHASAN
Pada bab berikut ini akan dijabarkan tingkat akurasi model Altman Z-Score,
Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2015. Berikut merupakan nilai-
TABEL 4.1
pada tahun 2009 sampai dengan 2015 terbukti dapat diprediksi oleh ketiga model
tersebut, yaitu model model Altman Z-Score, model Springate S-Score, dan
model Zmijewski X-Score. Selanjutnya hasil prediksi dari masing-masing model
DIAGRAM 4.1
100
90
80
70
60
Z-Score
50
S-Score
40 X-Score
30
20
10
0
Model Prediksi Financial Distress
memiliki tingkat ketepatan hingga 87,5%; Springate S-Score sebesar 87,5%; dan
Zmijewski X-Score sebesar 75%. Diagram tersebut, menunjukkan hasil yang sama
antara model Altman Z-Score dan Springate S-Score yaitu memiliki tingkat
Dynaplast Tbk. DYNA diprediksi masuk kedalam kategori grey area, sedangkan
kenyataanya perusahaan tersebut masih dalam kondisi yang sehat walaupun sudah
delisting dari Bursa Efek Indonesia. Kondisi DYNA yang sehat tersebut
bangkrut.
karena itu keberadaan MBAI cukup diperhitungkan dalam pasar modal, sampai
MBAI delisting dari Bursa Efek Indonesia. MBAI delisting karena melakukan
merger dengan JAPFA, merger ini dilakukan karena salah satu pemegang saham
membuat peneliti lebih setuju dengan hasil prediksi dari model Altman Z-Score
yaitu MBAI berada dalam kondisi grey area yang artinya masih belum dapat
Selain MBAI, satu perusahaan lagi yang kurang tepat diprediksikan oleh
model Zmijewski X-Score, yaitu Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas Tbk
resmi delisting karena bangkrut. Selain itu, beberapa rasio keuangan SAIP juga
menunjukkan nilai yang negatif. Oleh karena itu, Zmijewski memiliki tingkat
Score sebesar 12,5%; Springate S-Score sebesar 12,5%; dan Zmijewski X-Score
menceng dari data normal, sehingga membuat hasil prediksi salah. Namun hal
tersebut belum dapat dibuktikan dalam penelitian ini karena penelitian ini hanya
sebatas penelitian deskriptif dan tidak menguji normalitas data yang digunakan.
prediksi, namun sebenarnya ketiga model prediksi tersebut cukup baik dalam
Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2015. Hal ini dapat dibuktikan dengan
tingkat ketepatan ketiga model prediksi yang lebih dari 50%. Angka lebih dari
50% dapat mewakili bahwa ketiga model prediksi financial distress tersebut, yaitu
diteliti.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 dengan
akurat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat ketepatan oleh ketiga model
b. Model prediksi financial distress yang paling tepat dilihat dari data
pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 ditunjukkan oleh model
prediksi dari Altman Z-Score dan Springate S-Score yang mencapai angka
ketepatan 75%.
2. Keterbatasan Penelitian
yang berbeda. Altman Z-Score yang membagi hasil prediksi kedalam tiga
kategori yaitu sehat, grey area, dan bangkrut, sedangkan Springate S-Score,
dan Zmijewski X-Score menggunakan dua kategori saja, yaitu sehat dan
d. Penelitian ini hanya sebatas menilai tingkat ketepatan antar model prediksi,
3. Saran
perusahaan.
namun memilih kriteria lain yang sesuai dengan tujuan penelitian masing-
Selain itu cara ini juga dapat memperkaya variabel penelitian dan dapat
BPFE.
Barsky, M.P, et all. 2003. Analytical Tools for Detecting Financial Reporting
Research 4.
Andi.
Harahap, Sofyan S. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Pt.
Husein M. Fakhri dan Pambekti, Galuh Tri. 2014. Precision of The Models of
Empat.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Mastuti, Saifi, dan Azizah. 2013. Altman Z-Score sebagai Salah Satu Metode
Komputindo
BPFE
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. Terjemahan Kwan Men
Alfabeta
2016.