ANALISIS
LAPORAN
KEUANGAN
12
Ekonomi & Bisnis Akuntansi DRS.SUHARMADI, AK.MM.M.Si, CA
Abstract Kompetensi
Sesi 12 ini akan membahas tentang Mahasiswa diharapkan mampu
kesulitan keuangan (financial distress) menjelaskan tentang kesulitan
perusahaan dan risiko kebangkrutan keuangan (financial distress)
perusahaan dan risiko kebangkrutan
MODUL 12
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Materi Pembahasan:
1. Pendahuluan
2. Definisi Financial Distress
3. Cara Memprediksi Financial Distress
4. Ciri-Ciri Perusahaan Yang Mengalami Financial Distress
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 http://www.mercubuana.ac.id
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
1. PENDAHULUAN
Financial distress atau kesulitan keuangan akan dialami oleh perusahaan sebelum
terjadi kebangkrutan. Financial distress merupakan kondisi krisis ekonomi yang mana
perusahaan mengalami kerugian beberapa tahun terakhir karena dianggap tidak mampu
membayar kewajiban saat jatuh tempo. Penurunan ekonomi di perusahaan perlu di
waspadai oleh pihak manajemen. Oleh sebab itu, pihak manajemen sebaiknya mengambil
tindakan dengan melakukan prediksi dini agar dapat memperbaiki kondisi ekonomi
perusahaan.
Selain dari segi internal, financial distress juga disebabkan oleh segi eksternal dimana
pada beberapa tahun ini kondisi perekonomian dunia masih rentan dan penuh risiko. Hal ini
disebabkan oleh perlambatan ekonomi pada negara ekonomi terbesar kedua di dunia yaitu
negara Cina. Perlambatan ekonomi terjadi karena penurunan harga komoditas dan harga
minyak yang terus-menerus. Selain itu, 2 adanya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat
yang menaikkan suku bunga secara bertahap. Hal ini akan memperburuk kondisi ekonomi
global dan berimbas pada negara-negara dunia termasuk salah satunya yaitu negara
Indonesia. Fenomena ini menjadi tantangan dan ancaman terbesar bagi Indonesia untuk
mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ekonomi gobal yang memburuk memberi peringatan kepada perusahaan agar
lebih waspada karena akan berdampak pada kinerja perusahaan. Tindakan yang harus
diambil oleh perusahaan yaitu dengan memperkuat fundamental perusahaan. Namun, jika
pihak manajemen tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik maka lambat laun
perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Apabila keadaan ini
dibiarkan terjadi terus-menerus maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk mengukur sehat tidaknya kondisi suatu
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 http://www.mercubuana.ac.id
peruahaan. Laporan keuangan sangat penting digunakan karena berisi informasi-informasi
yang dapat digunakan oleh pihak yang terkait ataupun yang mempunyai kepentingan. Dari
hasil laporan keuangan pihak manajemen dapat menjadikan hal ini sebagai tolok ukur
kinerja keuangan di masa mendatang. Sedangkan bagi pihak eksternal dapat melakukan
analisis laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan
Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang mengalami illikuid akan tetapi
masih dalam keadaan solven. Berikut ini terdapat definisi financial distress yaitu sebagai
berikut:
financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas
jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya
bersifat jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator kesulitan
keuangan dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan
laporan keuangan perusahaan.
Menurut Plat dan Plat dalam Fahmi (2013:158) mendefinisikan financial distress: Sebagai
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi. Financial distress dimulai dengan ketidakmampuan memenuhi
kewajibankewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk
kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.
Menurut (Indri, 2012:103) Financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi
perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang
dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan.
Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Febrina (2010:196) Kegagalan keuangan
diartikan:
sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Insolvensi
atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 http://www.mercubuana.ac.id
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan diartikan dalam ukuran kekayaan
bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Berdasarkan uraian di atas mengenai definisi dari financial distress dapat ditarik
kesimpulan bahwa financial distress merupakan suatu masalah keuangan yang dihadapi
oleh sebuah perusahaan, financial distress merupakan tahapan ketiga dalam kebangkrutan
dan kondisi financial distress terjadi sebelum perusahaan benar-benar mengalami
kebangkrutan.
a. Neoclassical model
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam
perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan
sumber daya (aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional
perusahaan.
b. Financial model
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 http://www.mercubuana.ac.id
Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity
constraints. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup
dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek.
Menurut Almilia dan Kristijadi dalam Febrina (2010:198) berbagai pihak yang
berkepentingan untuk melakukan prediksi atas kemungkinan terjadi nya financial distress
adalah:
b. Investor, Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.
e. Auditor, Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern perusahaan. Pada tahap
penyelesaian audit, auditor harus membuat penilaian tentang going concern
perusahaan. Jika ternyata perusahaan diragukan going concern-nya, maka
auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengeculian dengan paragraf
penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer (atau menolak
memberikan pendapat).
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 http://www.mercubuana.ac.id
3. CARA MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam Syaryadi (2012:8) Altman’s Z-score dikenal pula
sebagai Altman Bankrupty Prediction Model Z-score. Adapun pengertiannya adalah:
model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut.
Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan
maka akan diketahui angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk
memprediksi kapan kemungkinan perusahaan akan bangkrut.
Model Z-Score merupakan model multivariat dari financial distress yang telah
dikembangkan di beberapa negara. Menurut Hanafi (2003:274-276):
Keterangan:
X5 = Penjualan/Total Aset
Zi = Nilai Z-Score
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 http://www.mercubuana.ac.id
Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan
variabel X4 (Nilai pasar saham preferen dan saham biasa/nilai total buku
utang). Persamaan yang diperoleh adalah:
Nilai cut-off adalah Z < 1,81 perusahaan masuk kategori bangkrut; 1,81 < Z-
Score < 2,99 perusahaan masuk wilayah abu-abu (grey area atau zone of
ignorance) atau daerah rawan dan Z >2,99 perusahaan tidak bangkrut.
1. Pengurangan Dividen
2. Penutupan Pabrik
3. Kerugian
4. PHK
5. Pengunduran CEO
Smith dan Graves (2005) menjelaskan bahwa perusahaan yang mengalami dua
siklus menahan penurunan (decline stemming) dan siklus perbaikan kinerja (recovery).
Kecenderungan tingkat kinerja keuangan, ukuran perusahaan, ketersediaan free assets
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memprediksi apakah perusahaan
mampu bertahan dalam kondisi kesulitan keuangan (siklus decline stemming).
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 http://www.mercubuana.ac.id
6. MENCEGAH FINANCIAL DISTRESS MENYEBABKAN KEBANGKRUTAN
2.
3. Platt dan Platt (2002) menyatakan kegunaan prediksi informasi kesulitan keuangan
pada perusahaan adalah dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah
masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.
4. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover. Maksudnya agar
perusahaan mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan lebih
baik. Serta dapat memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa
yang akan datang. Schuppe (2003) menambahkan bahwa pihak manajemen yang
tanggap mendeteksi financial distress lebih awal. Kemudian bertindak aktif menganalisa
penyebab financial distress dan menerapkan strategi perputaran yang tepat, akan jauh
lebih dapat mengendalikan kondisi tersebut.
5. Untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya gejala financial distress, maka
sebaiknya perusahaan memiliki software akuntansi online seperti sebagai platform
penyedia jasa akuntansi dan pengelolaan keuangan yang membantu Anda mencatat
semua transaksi keuangan, menggambarkannya dengan grafik secara efisien. Dengan
begitu, perusahaan akan selalu mengetahui kondisi keuangan terkini dan dapat
melakukan antisipasi jika terjadi masalah keuangan pada perusahaan lebih awal.
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
15 DRS. SUHARMADI, AK. MM, M.Si. CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 http://www.mercubuana.ac.id