Manajemen
Proses Bisnis
Konsep Kinerja dan Siklus
Proses
02
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi F032100015 Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Abstract Kompetensi
Pembahasan
Modul ini akan membahas dan menjelaskan konsep kinerja dan cara pengukuran
pada analisis proses bisnis. Mahasiswa diharapkan menjawab pertanyaan seperti:
Pengertian Kinerja
Kinerja atau performance adalah tingkat prestasi atau hasil nyata seseorang yang
dihitung secara periodik baik kualitas maupun kuantitas berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil nyata pekerjaan
seseorang merupakan hasil kewenangan dan tanggung jawab atas sebuah
pekerjaan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Penilaian tersebut biasanya
menggunakan ukuran tertentu seperti dibawah rata-rata, memuaskan, baik sekali,
luar biasa sampai sangat luar biasa. Ukuran atas kinerja ini tergantung kebijakan
manajemen.
2 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Penilaian kinerja atas pekerjaan atau kegiatan seseorang dalam organisasi dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penilaian ini dilakukan untuk memastikan
pencapaian tujuan organists dalam periode waktu tertentu. Kinerja merupakan
keberhasilan personil, tim atau organisasi keseluruhan dalam rangka mewujudkan
sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen.
Menurut para ahli definisi kinerja dari beberapa sumber buku adalah sebagai berikut:
- Menurut Mangkunegara (2000), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan padanya.
- Menurut Mulyadi (2005), kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas
operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Menurut Widodo (2006), kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung-jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan.
Pengukuran Kinerja
Menurut Hasen dan Mowen (2004), pengukuran kinerja terbagi menjadi dua
kelompok:
1. Tradisional
3 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Pengukuran kinerja tradisional dilakukan dengan membandingkan kinerja
aktual dengan kinerja yang dianggarkan atau biaya standar yang sudah
ditentukan berdasarkan karakteristik pertanggungjawabannya. Misalnya
penggunaan dana departemen Akuntansi dan Keuangan pada tahun 2020
sebesar kurang dari anggaran yang sudah ditetapkan.
2. Kontemporer
Pengukuran kinerja kontemporer menggunakan aktivitas sebagai dasarnya.
Ukuran kinerja yang dibuat dirancang untuk menilai seberapa baik aktivitas
dilakukan dan dapat mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang
berkesinambungan. Misalnya penggunaan dana departemen HR untuk 15
kegiatan pada tahun 2020 lebih dari anggaran yang sudah ditetapkan untuk
10 kegiatan.
4 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Penilaian kinerja merupakan saran untuk pembelajaran pegawai tentang
bagaimana seharusnya mereka bertindak dan memberikan dasar dalam
perubahan perilaku, sikap, keterampilan atau pengetahuan kerja yang harus
dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.
Penerapan penilaian kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk
membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi dengan cara
menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi diharapkan
bahkan dituntut untuk berprestasi.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan
pemberikan penghargaan dan hukuman.
Organisasi yang memiliki kinerja tinggi akan selalu berusaha untuk
menciptakan sistem penghargaan (reward) seperti kenaikan gaji atau
tunjangan promosi. Selain itu organisasi juga harus memiliki sistem hukuman
(punishment) seperti penundaan promosi atau teguran. Kedua sistem reward
and punishment tersebut harus memiliki hubungna yang jelas dengan
pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi terhadap kinerja organisasi.
5. Memotivasi pegawai
Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan manajemen
kompensasi (biasanya di HR Department), maka pegawai yang berkinerja
tinggi atau baik akan memperoleh penghargaan.
6. Menciptakan akuntabilitas publik
Penilaian kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial dapat
dicapai dimana hal tersebut akan menjadi dasar penilaian akuntabilitas
(pertanggungjawaban). Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam
bentuk laporan kinerja sebagai bahan untuk melakukan evaluasi kinerja
organisasi dan berguna bagi pihak internal maupun eksternal organisasi.
Untuk internal organisasi, dapat membantu sesuai poin 1, 2, 4 dan 5.
Sedangkan untuk pihak eksternal organisasi, akuntabilitas penting sesuai
kebutuhannya seperti pihak kreditur dalam hal ini bank, pihak pemungut
dalam hal ini pemerintah dan yang lainnya.
5 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Pengukuran kinerja baik kuantitatif maupun kualitatif harus dapat menggambarkan
tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, baik pada tahap perencanaan
(ex-ante, tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-
post). Selain itu, pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa
kinerja hari demi hari menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tercapainya
sasaran maupun tujuan organisasi.
Untuk mendapatkan pengukuran kerja yang optimal, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi terlebih dahulu. Menurut Mutia (2009), terdapat beberapa syarat
yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengukuran kinerja, yaitu:
Selain syarat yang harus dipenuhi oleh organisasi sebelum melakukan pengukuran
kinerja, terdapat pula indikator-indikator yang dapat digunakan. Menurut Mutia
6 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
(2009), beberapa indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja adalah
sebagai berikut:
7 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
peningkatan hal yang positif dalam jangka menengah dan jangka panjang
seperti persentase penambahan tenaga kerja atau peningkatan kegiatan
ekonomi masyarakat.
5. Indikator kinerja impact (dampak), yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif pada setiap tingatan indikator berdasarkan asumsi
yang telah ditetapkan. Indikator ini memperlihatkan pengaruh yang
ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Mirip seperti
indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka
waktu menengah dan panjang. Indikator dampak menunjukkan dasar
pemikiran kenapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro
pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara sektoral, regional dan nasional.
Sebagai lanjutan dari indikator manfaat, contoh indikator kinerja dampak
adalah bertambahnya pendapatan perkapita masyarakat.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan dalam memonitor kinerja bisnis dan
mendiagnosa penyebab dari masalah. Fungsi utama dari pengukuran kinerja adalah
untuk mengontrol atau mengendalikan operasional dalam organisasi.
Self Assessment
8 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Self assessment biasa juga disebut evaluasi diri adalah tehnk untuk mengevaluasi
tingkat kinerja perusahaan dan proses bisnisnya yang dilakukan oleh perusahaan
sendiri.
1. Trend analysis
Ilustrasi trend analysis dapat digambarkan sebagai berikut:
9 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Penjelasan singkat trend analysis adalah:
o Alat ini akan menghasilkan analisis perkembangan tingkat kinerja.
o Arah perkembangan dapat diketahui dengan membandingkan hasil
pengukuran saat ini dengan periode sebelumnya.
o Ukuran dengan trend negatif adalah kandidat yang kuat untuk
ditingkatkan.
2. Spider chart
Berikut adalah ilustrasi spider chart:
3. Performance matrix
Contoh ilustrasi performance matrix adalah sebagai berikut:
10 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Performance matrix dapat menujukkan hal-hal sebagai berikut:
o Selain menganalisis seberapa baik suatu proses bisnis, performance
matrix juga menganalisis seberapa penting proses bisnis tersebut.
o Pentingnya suatu proses bisnis perlu diketahui agar perusahaan
terhindar dari penggunaan sumberdaya untuk meningkatkan suatu
proses bisnis yang kinerjanya jelek tetapi tidak penting.
11 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
3. Pemberdayaan, mengembangkan kemampuan Individu dan organisasi,
bukan terbatas pada usaha untuk menyelesaikan masalah yang terlihat
saja.
4. Holictic (menyeluruh), menyeluruh bukan berfokus pada area terisolasi
pada perusahaan saja.
5. Lembaga, suatu BPM tertanam dalam struktur organisasi bukan hanya
sekedar tanggung jawab ad-hoc.
6. Keterlibatan, yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan termasuk
karyawan.
7. Pemahaman, suatu BPM harus menggunakan Bahasa yang dapat
dimengerti oleh semua pemangku kepentingan.
8. Tujuan, suatu BPM harus berkontribusi dalam menciptaakan nilai strategis.
9. Kesederhanaan, suatu BPM harus ekonomis dan efisien, sehingga
perusahaan tidak melakukan usaha-usaha yang berlebihan.
10. Menggunakan teknologi, menggunakan teknologi yang tepat untuk aktivitas
perusahaan dan tidak memperlakukan manajemen TI sebagai pemikir akhir.
Agar suatu BPM berjalan dengan baik dan berkesinambungan, maka kita perlu
memahami siklus hidup BPM. Sehingga BPM selalu terpantau dan
memperbaiki proses secara berkesinambungan yang dapat membuat proses
terintegrasi. Demikian prinsip kentinuitas dapat berjalan.
12 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Tahapan dan aktivitas siklus menurut Dumas dkk berdasarkan gambar di atas:
1. Identifikasi proses
Aktivitas dalam mengidentifikasi proses yaitu a) mengajukan permasalahan
bisnis yang ada; b) mengajukan proses yang relevan terkait masalah yang
diidentifikasi, dibatasi dan dikaitkan satu sama lain. Hal ini disebut dengan
arsitektur proses yang secara umum sering dihubungkan dengan
identifikasi ukuran kinerja. Namun dumas menghubungkan ukuran kinerja
dengan analisis proses.
Pengembangan arsitektur proses dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu 1) mengacu pada referensi model proses bisnis, seperti SCOR, ITIL,
e- TOM, dll; 2) pendekatan case/Function Matrix.
Dumas menyatakan bahwa terdapat empat langkah Menyusun arsitektur
proses menggunakan pendekatan case, yaitu:
1) mengidentifikasi tipe kasus;
2) mengidentifikasi fungsi-fungsi untuk tipe kasus;
3) membangung satu atau lebih matriks
4) identifikasi proses.
2. Penemuan proses
Pengumpulan informasi atau dokumentasi kondisi proses saat ini dan
mengorganisasikannya dalam bentuk model as-is.
3. Analisis Proses
Setelah mendapatkan proses dalam bentuk model as-is maka diidentifikasi,
didokumentasikan, dan diukur menggunakan ukuran kinerja. Sehingga
menghasilkan isu-isu yang diprioritaskan dari sisi dampaknya. Sehingga
memperhitungkan usaha yang diperlukan untuk mengatasinya.
13 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Metode analisis proses ada dua yaitu, analisis kualitatif dan kuantitatif yang
dapat digunakan menggunakan berbagai prinsip atau teknik.
Analisis Kuantitatif
14 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Mengidentifikasi perubahan pada proses yang akan membantu masalah
yang telah diidentifikasi; menganalisis dan membandingkan beberapa ipsi
perubahan berdasarkan ukuran kinerja yang dipilih; menggabungkan pilihan
perubahan yang paling menjanjikan untuk menghasilkan proses yang
didesain ulang (model to be)
5. Implementasi proses
Menyiapkan perubahan proses dari as-is ke to-be; melakukan kegiatan
yang diperlukan untuk mengubah cara kerja semua peserta yang terlibat
dalam proses tersebut; mengacu pada pengembangan dan penerapan
sistem TI yang mendukung to-be.
15 http://www.mercubuana.ac.id
Mulyana Chandra Hadiati, S.Si, M.Ak
Daftar Pustaka