Anda di halaman 1dari 10

KEGAGALAN PERUSAHAAN DAN REORGANISASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II Semester 4

Dosen Pengampu :

Ninnasi Muttaqin, S.MB., M.SM

Disusun Oleh :

1. Allan M. Egal (5130015001)


2. Yuyun Ariani (5130015009)
3. Asrul Fitria (5130015012)
4. Dewi Rodhatul Z. (5130015017)
5. Mustafid Riza (5130015039)

SI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

TAHUN AJARAN 2015/2016


PEMBAHASAN

1. KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan
operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi
perusahaanatau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Drs. A. Abdurrachman
dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, kebangkrutan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh seorang debitur dengan mengisi suatu petisi yang menyatakan bahwa ia
tidakmampu untuk memenuhi kewajiban-kewajibanya atau hutang-hutangnya dan bersedia
dinyatakan bangkrut.

Menurut Drs. A. Abdurrachman, reorganisasi, pada umumnya, adalah pengaturan atau


perbaikan mengenai susunan kapital suatu perseroan, biasanya yang meliputi penarikan
kembali semua efek yang belum diselesaikan, dan penggantiannya dengan efek yang baru.
Padakhususnya, adalah suatu recapitalization mengenai suatu perseroan yang jatuh bangkrut,
yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang obligasi, dan para kreditur
menyetujui satu sama lain akan menyerahkan kepentingan-kepentingan dan tuntutan-
tuntutannya, danmembentuk suatu perseroan yang baru untuk menyelesaikan hutang-hutang
perseroan yanglama dan melanjutkan usaha-usahanya.

Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil
dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban.Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah
arus kas yang diharapkan.Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas
biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.

Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar
arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: Insolvensi Teknis
dan Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah Perusahaan
dapatdianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.

Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal
memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar
terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva
yangdisyaratkan. Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi
pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
adalah kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam
neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari
kewajiban.

kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi,
karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang
mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum
sakit punakan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional akibat
adanya krisis ekonomi tersebut. Proses kebangkrutan, tidak semata-mata disebabkan oleh
faktorekonomi tetapi juga disebabkan oleh faktor yang lain yang sifatnya non ekonomi.

 Faktor Penyebab Kebangkrutan

Perusahaan yang berada pada Negara sedang mengalami kesulitan ekonomi akan lebih
cepat mengalami kebangkrutan, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya
kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan
bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana
untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun
demikian, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan
oleh faktor ekonomi saja, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non
ekonomi.

Menurut Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara garis besar
penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen
perusahaan.Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan
langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:


 Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus- menerus yang
padaakhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.
Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan
dan keahlian manajemen.
 Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang hutang yang
dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar
sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu
besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga
tidak menghasilkan pendapatan.
 Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan
kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang
pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk
manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang
saham atau investor.

Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari factor
yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitur,
kreditur, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak
berhubungan langsung dengan 14 perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro
ataupun faktor persaingan global.

Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah:


 Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang
mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk
menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan
dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
 Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan
baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan
harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan
kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku
dapat diatasi.
 Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan
kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan
debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak
aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan
kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan
harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa
melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
 Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no.4 tahun 1998,
kreditor bisa memailitkan perusahaan.Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan
harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik
dengan kreditor.
 Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki
diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi
pelanggan.
 Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan.
Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negara-negara lain,
perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.

2. PENYELESAIAN KEGAGALAN PERUSAHAAN


 Penyelesaian Sukarela (Voluntary Settlements)
a. Extensions (perpanjangan)
Menunda saat jatuh tempo kredit yang diberikan kepada perusahaan.

b. Composition
Para kreditur atau investor bersedia menerima pembayaran sebagian tagihannya, dan
merelakan sebagian yang lainnya tidak terbayar

c. Liquidation by voluntary aggreement


Para kreditur secara bersama memutuskan meminta likuidasi perusahaan secara informal

 Penyelesaian Lewat Pengadilan (Settlements Involving Letigation)


a. Liquidation (likuidasi)
Apabila kondisi keuangan perusahaan sudah tidak bisa diperbaiki lagi maka likuidasi
merupakan satu-satunya alternatif penyelesaian.
Pihak yang bisa mengajukan atau memintakan dilikuidasi atau kepailitan:
a. Debitur
b. Seorang atau lebih debitur
c. Jaksa

Keputusan bangkrut ditetapkan oleh pengadilan (pengadilan niaga).


Penjualan asset perusahaan yang sudah bangkrut biasanya dilakukan dengan cara lelang dan
hasilnya dibagikan kepada para kreditur setelah dikurangi dengan biaya-biaya kepailitan.
Pembagian hasil likuidasi kepada kreditur dilakukan berdasarkan prosentase tertentu secara
pro-rata.

3. REORGANISASI PERUSAHAAN
Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap hidup dengan
mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang struktur modal). Dalam situasi ekonomi dan
bisnis yang tidak menggembirakan perusahaan sering terpaksa harus bertahan dengan apa
yang telah ada. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil beban
finansial yang tetap sifatnya.

Langkah-langkah reorganisasi:
1. Menentukan Nilai Perusahaan
Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah menghitung nilai
perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.

2. Menentukan Struktur Modal yang Baru


Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa
beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang
biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa operasi perusahaan akan berhasil,
maka likuidasi merupakan alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Proses demikian dapat dimulai atas permintaan para kreditor karena perusahaan dianggap
telah bangkrut. Orang yang ditunjuk sebagai likuidator menjual seluruh aset perusahaan
seharga nilai realisasinya nanti. Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (1)
melalui penyerahan, yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan, dan (2) melalui
kepailitan formal berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus.

 Jenis-Jenis Reorganisasi
Reorganisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Reorganisasi portofolio/asset.
Reorganisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perusahaan supaya
kinerja perusahaan menjadi semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan
adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun
anak perusahaan.

b. Reorganisasi modal atau keuangan.


Reorganisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang komposisi modal
perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kesehatan perusahaan dapat diukur
berdasarkan rasio kesehatan yang antara lain: tingkat efisiensi (efficiency ratio), tingkat
efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas (liquidity
ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio dan market ratio. Selain
itu tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian ( risk return
profile).

c. Reorganisasi manajemen/organisasi.
Reorganisasi manajemen dan organisasi merupakan penyusunan ulang komposisi
manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi.
Pada dasarnya setiap perusahaan dapat menerapkan salah satu jenis reorganisasi pada satu
saat namun bisa juga melakukan reorganisasi secara keseluruhan karena aktifitas
reorganisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan reorganisasi, manajemen
perusahaan perlu melakukan penilaian secara komprehensip atas semua permasalahan yang
dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due diligence atau penilaian uji
tuntas perusahaan. Hasil penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah
reorganisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya.
 Alasan Perusahaan Melakukan Reorganisasi.

1. Masalah Hukum/desentralisasi
Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong korporasi untuk mengkaji
ulang cara kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat, dengan anak-anak perusahaan
yang menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut
menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing menuntut
perusahaan untuk mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan
anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri bila ada masalah-masalah hukum di
daerah.

2. Masalah Hukum/monopoli
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi dalam era
perdagangan bebas produsen dari manapun boleh ke Indonesia. Hal ini menuntut perusahaan
untuk memenuhi tuntutan konsumen yang antara lain menyangkut kenyamanan
(convenience), kecepatan pelayanan (speed), ketersediaan produk (conformity), dan nilai
tambah yang dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila
perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan
supaya mendukung pemenuhan tuntutan tersebut.

3. Hubungan holding-anak perusahaan


Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk
dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar
ukuran korporasi, holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding, yang hanya
mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan
supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak sebagai
investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas tetapi semata-mata bertindak sebagai
pemilik anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun
meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor
dividen.
4. Masalah Serikat Pekerja
Era keterbukaan yang diikuti dengan munculnya undang-undang ketenaga kerjaan yang
terus mengalami perubahan mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan
kepentingan mereka.

5. Perbaikan image korporasi


Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image baru, atau
memperbaiki image yang selama ini melekat pada stakeholders korporasi. Sebagai contoh,
beberapa tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan supaya image
korporasi mengalami perubahan.

6. Fleksibilitas Manajemen
Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan
keputusan lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Reorganisasi ini biasanya
berkaitan dengan perubahan job description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk
memutuskan pengeluaran, kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan
bentuk organisasi. PT Kimia Farma melakukan reorganisasi perusahaan dengan memisah unit
apotik supaya manajemen menjadi semakin lincah dan fokus beroperasi.

7. Pergeseran kepemilikan.
Pendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go public setelah si pendiri
menyatakan diri sudah tua, tidak sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan
paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tapi cara
ini seringkali tidak cukup.

8. Akses modal yang lebih baik


PT Indosat menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE) dengan tujuan
supaya akses modal menjadi lebih luas. Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus
membanjiri BEJ dengan sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai dampak
tindakan ini struktur kepemilikan otomatis berubah.

Reorganisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu perusahaan menurun, namun


dapat dilakukan setiap kali, agar perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam
keadaan normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan supaya dapat terus
unggul dalam persaingan, atau paling tidak dapat bertahan.
Cara reorganisasi ditempuh apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut diperkirakan
masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan diperkirakan masih baik. Dengan kata lain,
apabila kondisi perusahaan sudah tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus ditempuh.

DAFTAR PUSTAKA

http://stevieyuda.blogspot.co.id/2013/12/kebangkrutan-dan-reorganisasi.html

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n%21@file_skripsi/Isi2982426606963.pdf

http://reynardsimanjuntak.blogspot.co.id/2012/03/restrukturisasi-reorganisasi.html

Anda mungkin juga menyukai