Anda di halaman 1dari 18

XIV.

MENGAKHIRI SUATU

PERUSAHAAN BARU
PENGERTIAN KEBANGKRUTAN — KEPAILITAN
• Bangkrut (bankcruptcy) didefinisikan sebagai kondisi
perusahaan, toko, atau bisnis yang menderita kerugian besar
sehingga harus jatuh atau gulung tikar. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Menurut Mahkamah Konstitusi, penyebab
kebangkrutan bisa ditandai dengan terjadinya miss
management dan faktor eksternal di luar kewenangan pemilik
usaha.

• Pailit atau Failite (Perancis) ini diartikan sebagai bentuk


kemacetan dalam kegiatan pembayaran utang yang dialami
oleh pengusaha atau perusahaan. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa keadaan pailit ini disebabkan karena pengusaha atau
perusahaan gagal membayar utang yang dimilikinya.
Perbedaan Bangkrut dan Pailit
• Perusahaan yang mengalami kondisi bangkrut disebabkan karena
kondisi keuangannya yang tidak sehat, di mana laba yang diperoleh
tidak bisa menutup kerugian yang diderita. Dalam kondisi bangkrut,
sebuah perusahaan tetap dapat menjalankan operasional
perusahaannya di bawah pengawasan pengadilan. Perusahaan juga
mendapatkan jaminan perlindungan dari pengadilan hingga kondisi
keuangannya menjadi lebih baik.

• Perusahaan dinyatakan pailit disebabkan karena perusahaan


tersebut tidak bisa membayar utang-utangnya. Sehingga
perusahaan yang memiliki keuangan sehat tetap bisa dinyatakan
pailit oleh pengadilan niaga.
Sementara ketika perusahaan mengalami pailit, perusahaan
harus membayar utangnya dengan berbagai cara, termasuk
dengan membagikan hartanya kepada para kreditur sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Kebangkrutan tidak selalu merupakan akhir dari sebuah bisnis,


tetapi menawarkan sebuah peluang kepada pengusaha untuk
menata ulang organisasinya atau merger dengan perusahaan
lain.
[Lihat : Undang-undang No. 37/2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang]
KEBANGKRUTAN — GAMBARAN UMUM

 Kegagalan tidak jarang terjadi dalam banyak perusahaan yang baru


dibentuk selama tahun-tahun pertamanya.
 Kebangkrutan adalah sebuah istilah yang ada dalam benak
pengusaha selama beberapa tahun terakhir ini, karena perusahaan
menghadapi perekonomian yang lemah, kompetisi yang meningkat,
dan biaya-biaya berbisnis yang melonjak.
 Kebangkrutan tidak selalu merupakan akhir dari sebuah bisnis,
tetapi menawarkan sebuah peluang kepada pengusaha untuk
menata ulang organisasinya atau merger dengan perusahaan lain.

[Indonesia : Undang-undang No. 37/2004 tentang Kepailitan dan


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang]
Pelajaran dari Mereka yang Telah Mengalami Kebangkrutan
• Banyak pengusaha mencoba melakukan diversifikasi dalam
pasar-pasar yang kurang mereka ketahui. Mereka seharusnya
fokus hanya pada pasar-pasar yang mereka kenali dengan baik.
• Kebangkrutan melindungi pengusaha hanya dari para kreditor,
bukan dari para kompetitor.
• Sulit untuk memisahkan pengusaha dari bisnisnya. Pengusaha
memberikan segalanya ke dalam perusahaan, termasuk
memerhatikan masa depan para pekerjanya.
• Banyak pengusaha terlambat mengetahui bahwa bisnis mereka
telah jatuh. Mereka seharusnya melaporkannya sejak awal.
• Kebangkrutan perlu ditanggung bersama dengan para pekerja dan
semua pihak lain yang terlibat.


Alternatif Posisi dalam Kebangkrutan

Undang-undang kebangkrutan di Amerika (Bankcruptcy Act)


mengisyaratkan 3 (tiga) alternatif posisi, yaitu 1) Reorganisasi; 2)
Perpanjangan waktu pembayaran, dan 3) Likuidasi.

1. Reorganisasi
Ini adalah alternatif kebangkrutan yang paling ringan. Biasanya situasi
ini terjadi ketika sebuah perusahaan mengalami masalah arus kas,
sementara para kreditor mulai menekan perusahaan tersebut dengan
gugatan hukum. Pengusaha merasa bahwa jika diberikan beberapa
waktu, perusahaannya dapat menjadi lebih likuid untuk memenuhi
kewajiban utangnya.
2. Rencana Perpanjangan Waktu Pembayaran
Dalam hal kebangkrutan, pengusaha dimungkinkan membuat suatu
rencana pembayaran kembali hutangnya di bawah pengawasan
pengadilan.

3. Likuidasi
Kasus kebangkrutan yang paling ekstrem mewajiban pengusaha
melikuidasi, baik secara sukarela maupun terpaksa, semua aset yang
termasuk dalam bisnis tersebut.
a) Jika pengusaha melaporkan kebangkrutan sukarela (voluntary
bankcruptcy), biasanya pengadilan juga akan meminta laporan
laba/rugi dan laporan pengeluaran terbaru dari perusahaan
tersebut.
b) Kebangkrutan terpaksa (involuntary bankcruptcy) adalah petisi
kebangkrutan yang dilaporkan oleh para kreditor tanpa persetujuan
pengusaha. Kebangkrutan terpaksa dapat menjadi sangat rumit dan
lama penyelesaiannya. Akan tetapi, likuidasi adalah untuk
kepentingan terbaik pengusaha, jika tidak ada harapan untuk pulih
dari situasinya.
STRATEGI SELAMA REORGANISASI
Keputusan-keputusan yang bisa dibuat dalam rencana reorganisasi:
a) Ekstensi.
Hal ini terjadi ketika dua kreditor terbesar atau lebih setuju untuk
menangguhkan semua klaim. Hal ini berperan sebagai stimulus bagi
kreditor-kreditor yang lebih kecil untuk menyetujui juga rencana
tersebut.
b) Substitusi.
Jika potensi masa depan perusahaan terlihat cukup menjanjikan,
maka dimungkinkan untuk menukar saham atau hal lain dengan
utang yang ada.
c) Penyelesaian komposisi.
Utang dibagi secara prorata kepada para kreditor sebagai
penyelesaian untuk semua utang.
Selamat dari Kebangkrutan—Reorganisasi
Beberapa usulan untuk bertahan hidup apabila pengusaha mendapati
indikasi ke arah kebangkrutan :
 Kebangkrutan dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan
tawar-menawar yang memungkinkan pengusaha merestrukturisasi
dan mereorganisasi perusahaannya secara sukarela.
 Berikan izin untuk para kreditor memeriksa semua transaksi
keuangan selama 12 bulan terakhir, untuk mencari kemungkinan
kecurangan debitor.
 Pertahankan pencatatan yang baik.
 Pahami sepenuhnya bagaimana cara kerja proteksi terhadap
kreditor dan apa yang diperlukan untuk menjaga keberadaannya.

 Jika proses pengadilan ditempuh, alihkan kepada pengadilan
kebangkrutan (Pengadilan Niaga; Indonesia) yang mungkin
merupakan forum yang lebih baik bagi pengusaha.
 Fokuskan usaha untuk mempersiapkan rencana reorganisasi
keuangan yang realistis.
Strategi selama Reorganisasi
Selama periode ini, pengusaha dapat mempercepat proses tersebut
dengan berinisiatif, sebagai berikut:
 Memberitahukan kepada para kreditor tentang perkembangan
bisnis dan menekankan pentingnya dukungan mereka selama
proses tersebut.
 Meningkatkan kredibilitas pengusaha di depan para kreditor akan
menolong usaha tersebut keluar dari kesulitan-kesulitan keuangan
tanpa stigma kegagalan.
 Sebaiknya hindari pertemuan dengan kelompok-kelompok kreditor.
 Semua usaha harus dilakukan untuk menghindarinya dan bisnis
tetap beroperasi.
 Kebangkrutan seharusnya menjadi jalan terakhir bagi pengusaha.
TANDA-TANDA BAHAYA KEBANGKRUTAN

 Manajemen keuangan menjadi tidak ketat, sehingga seorang pun


tidak dapat menjelaskan penggunaan uangnya.
 Para direktur tidak dapat mendokumentasikan atau menjelaskan
transaksi-transaksi utama.
 Para pelanggan diberikan diskon-diskon besar untuk meningkatkan
pembayaran akibat arus kas yang buruk.
 Bank meminta penangguhan pinjaman-pinjamannya.
 Personil penting meninggalkan perusahaan.
 Bahan-bahan untuk memenuhi pesanan berkurang.
 Para pemasok meminta pembayaran secara tunai.
 Keluhan-keluhan pelanggan mengenai kualitas pelayanan dan
produk meningkat.
STRATEGI KELUAR (EXIT PLAN)

Setiap pengusaha yang memulai sebuah usaha baru harus memikirkan


tentang sebuah strategi keluar (exit plan).

Strategi-strategi keluar meliputi:


Penawaran saham perdana (initial public offering-IPO), penjualan
saham swasta, suksesi oleh anggota keluarga atau bukan anggota
keluarga, merger dengan perusahaan lain, atau likuidasi perusahaan.

Hal terpenting adalah bahwa pengusaha memiliki sebuah strategi


keluar atau rencana yang tersedia pada tahap awal, bukan menunggu
hingga mungkin terlalu terlambat untuk secara efektif menerapkan
pilihan yang diinginkan.
SUKSESI BISNIS

Survei menunjukkan bahwa sekira 68 persen dari para pemilik tidak


memiliki suatu rencana suksesi atau transfer, baik kepada anggota
keluarga, pekerja, atau suatu pihak eksternal.

1. Transfer kepada Anggota Keluarga


Mewariskan bisnis kepada seorang anggota keluarga tampaknya
cukup sulit karena tidak memadainya perencanaan warisan,
kelalaian merencanakan transisi, kurangnya dana untuk membayar
pajak-pajak warisan.

Transfer kepada anggota keluarga dapat juga menciptakan masalah

masalah internal dengan para pekerja.


2. Transfer kepada Bukan Anggota Keluarga
Penyerahan bisnis kepada seorang pekerja memastikan bahwa
pemimpin yang baru sudah memahami bisnis tersebut dan
pasarnya. Pengalaman pekerja itu meminimalkan masalah-masalah
transisional.

3. Menjual bisnis kepada pekerja maupun kepada orang luar.


a) Penjualan Langsung
Ini merupakan metode paling umum untuk menjual perusahaan
karena alasan beralih pada usaha baru atau mungkin
memutuskan saatnya untuk pensiun.
b) Rencana Opsi Saham Pekerja (Employee Stock Option Plan-ESOP)
Perusahaan dijual kepada pekerja, biasanya merupakan suatu cara
untuk memberikan penghargaan kepada para pekerja dan
memperjelas proses suksesi. Keunggulan suksesi ini memberikan
motivasi kepada pekerja bahwa mereka bekerja pada
perusahaannya sendiri. Namun rencana opsi saham ini cukup
kompleks untuk ditetapkan.
c) Management Buyout
Karena ESOP dapat menjadi rumit dan mahal, pengusaha bisa
melakukannya melalui management buyout yang melibatkan
sebuah penjualan usaha langsung dengan sejumlah harga yang
telah ditetapkan sebelumnya.kepada para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai