Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN
KEUANGAN
LANJUTAN
Overview Financial Distress

Abstract Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami

A. Pengertian Financial Distress

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi P552110006 Dr. Siti Choiriah,SE.,MM
Platt HD dan Platt MB dalam Journal Of Economic tahun 2002 menjelaskan bahwa
financial distres merupakan suatu tahap penurunan kondisi finansial yang terjadi pada
perusahaan yang sebelumny mengalami likuidasi atau kebangkrutan.

Sedangkan Brahmana dalam penelitiannya yang diterbirtkan tahun 2007 menjelaskan


bahwa suat perusahaan bisa disebut sedang mengalami financial distress atau kesulitan
keuangan jika perusahaan it menunjukkan sejumlah angka negatif pada laba operasi,
laba bersih, dan nilai buku ekuitas tersebut terjad merger.

Penelitian lain yang diterbitkan tahun 2013 yang dipimpin oleh Hanifah turut
menjelaskan bahw fenomena lain dari financial distress adalah adanya perusahaan yang
cenderung mengalami kesulita likuiditas yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
perusahaan yang semakin lama semakin menuru dalam hal pemenuhan kewajibannya
kepada pihak kreditur.

Financial distress juga kerap terjadi pada perusahaan yang tidak mampu lagi atau gagal
dalam ha memenuhi kewajiban debitur yang disebabkan karena ketidakcukupan atau
kekurangan dana untu melanjutkan lagi operasional usahanya.

B. Jenis dan Kategori Financial Distress


Gamayuni (2011) menjelaskan bahwa terdapat lima jenis bentuk financial distress
atau kesulita keuangan, yaitu:

 Economic failure. Yaitu suatu kondisi pendapatan perusahaan yang tidak


mampu menutupi seluru total beban biaya perusahaan, termasuk beban biaya
modal.
 Business failure. Yaitu suatu kondisi perusahaan yang harus menghentikan
seluruh aktivita operasional agar bisa mengurangi kerugian untuk kreditor.
 Technical insolvency. Suatu kondisi perusahaan yang tidak bisa memenuhi
kewajibannya yan sudah jatuh tempo.

 Insolvency in bankruptcy. Suatu kondisi nilai buku dari seluruh total kewajiban
melebihi nilai ase pasar perusahaan.
 Legal bankruptcy. Suatu kondisi perusahaan yang telah dinyatakan bangkrut
secara hukum.

Sedangkan Fahmi (2011) membagi kondisi financial distress secara umum menjadi
empat kategor yaitu:

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


2 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Financial Distress Kategori A
Kategori ini akan memungkinkan suatu perushaan untu dikatakan berada pada
posisi bangkru Dalam kategori ini, pihak perusahaan bisa melaporkannya pada
beberapa pihak terkait sepert pengadilan, bahwa perusahan telah masuk dalam
kondisi bangkrut, dan menyerahkan seluru urusannya untuk ditangani oleh pihak
yang berada di luar perusahaan.
2. Financial Distress Kategori B
Pada kondisi ini, perusahaan harus memikirkan yang solusi tepat untuk bisa
menyelamatka berbagai aset perusahaan, seperti aset mana saja yang ingin dijual
dan ingin dipertahankan Termasuk didalamnya memikirkan seluruh efek yang
terjadi jika dilakukan kebijakan keputusa merger dan akuisisi perushaan. Salah
satu efek nyata yang bisa dilihat pada kondisi ini adala perusahaan akan mulai
melakukan kebijakan PHK dan pensiun dini untuk bebebrapa karyawa yang
sudah dinilai tidak layak lagi untuk dipertahankan.
3. Financial Distress Kategori C
Pada situasi ini, perusahaan sudah harus melakukan berbagai perombakan pada
beberap kebijakan serta konsep manajemen yang selama ini sudah diterapkan.
Bahkan, perushaan juga bis merekrut tenaga ahli baru yang mempunyai
kompetensi tinggi agar ditempatkan pada berbaga posisi strategis yang diberi
tanggung jawab untuk menyelamatkan dan mengendalikan perusahaan termasuk
target dalam meningkatkan kembali laba perusahaan.
4. Financial Distress Kategori D
Dalam kategori ini, perusahaan dinilai hanya mengalami kondisi fluktuasi
finansial temporer yan diakibatkan oleh berbagai kondisi internal dan eksternal,
termasuk karena adanya keputusan yan tidak tepat.

C. Financial Distress Perusahaan


Financial distress perusahaan ditunjukkan sebagai suatu proses tiga dimensi yang
didalamnya terdir dari time frame, financial distress, dan process stages.
Financial distress cycle pada perusahaan mencakup seluruh periode awal terjadinya
penurunan kinerj sampai pada titik terendah, hingga selanjutnya perusahaan tersebut
mampu memperbaiki performany kembali. Saat perusahaan mengalami kondisi

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


3 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
financial distress, maka perusahaan itu tidak sedang ad dalam posisi keuangan yang
baik, dan harus melakukan transisi pada tahap yang baru.
Jika performanya dinilai makin buruk, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar
akan mengalam kebangkrutan. Tapi jika performanya membaik, maka perusahaan
bisa mendapatkan kesempata untuk mengatasi financial distress.

D. Faktor Penyebab Financial distress


Menurut Damodaran (1997), terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan
financial distress faktor tersebut adalah sebagai berikut:
 Kesulitan Arus Kas
Kondisi ini terjadi saat penerimaan pendapatan perusahaan yang didapat dari
hasil kegiata operasi ternyata tidak cukup untuk menutupi berbagai beban
usaha yang muncul karen aktivitas operasi perusahaan. Selain itu, kesulitan
arus kas juga bisa dikarenakan adany kesalahan manajemen saat mengelaola
aliran kas perusahaan dalam melakukan pembayara berbagai operasional
perushaan yang bisa memperburuk kondisi finansial perusahaan.
 Besarnya Jumlah Utang
Kebijakan dalam mengambil utang biasa dilakukan perusahaan untuk bisa
menutupi biay yang muncul karena operasi perusahaan, dan hal ini akan
menimbulkan kewajiban bag perusahaan untuk mengembalikan utang
tersebut di masa depan. Saat tagihan utang sudah jatu tempo, namun
perusahaan tidak memiliki dana yang cukup untuk melunasi tagihan utan
tersebut, maka kemungkinan pihak kreditur akan menyita aset perusahaan
untuk menutup kekurangan pembayaran tagihan utang.

 Kerugian Kegiatan Operasional Perusahaan Dalan Beberapa Tahun


Kondisi ini adalah kondisi kerugian operasional perusahaan yang bisa
menyebabkan arus ka negatif pada perusahaan. Kondisi ini bisa terjadi
karena adanya beban operasional perusahaa yang lebih besar dalam hal

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


4 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pendapatan yang didapatkan perusahaan.
Walaupun perusahaan mampu mengatasi tiga masalah yang sudah kita bahas
di atas, namu belum tentu perusahaan bisa menghindari financial distress,
kenapa? Karena masih ada fakto eksternal perusahaan yang bisa
menyebabkan terjadinya financial distress. Damodaran (1997 menjelaskan
bahwa faktor eksternal perusahaan ini lebih bersifat makro, yang mana ruan
cakupannya lebih luas.

Faktor eksternal bisa termasuk kebijakan pemerintah yang mampu


menambah beban usah yang ditanggung perusahaan, contohnya adalah tarif
pajak yang meningkat dan mamp menambah beban perusaahaan, kebijakan
suku bunga pinjaman yang meningkat, yang man mampu meningkatkan
beban bunga yang harus ditanggung perusahaan, dll.

E. Mencegah Financial distress


Platt HD dan Platt MB dalam Journal Of Economic tahun 2002 menjelaskan
bahwa adany prediksi informasi kesulitan keuangan pada suatu perusahaan bisa
mempercepat tindakan yan diambil oleh menejemen dalam mencegah segala
masalah yang terjadi karena financial distress Pihak manajemen perusahaan bisa
mengambil kebijakan takeover atau merger agar perusahaa mampu membayar
tagihan utang dan mampu mengelola perusahaan secara lebih baik, serta aga
mampu memberikan peringatan dini atas adanya kebangkrutan pada masa depan.

Kemudian, Schuppe (2003) menambahkan bahwa pihak manajemen perusahaan


yang tangga akan mampu mendeteksi adanya financial distress lebih awal.
Kemudian bisa mengambil tindaka aktif dalam menganalisa penyebab financial
distress dan melakukan strategi yang tepat.
Kondisi Financial distress bisa merugikan pihak perusahaan jika tidak segera
ditangani. Adany kerjasama dengan pihak manajemen dan pimpinan perusahaan
sangat dibutuhkan untu menghindari adanya financial distress pada perusahaan.
Cara Menangani Financial Distress

Adapun beberapa cara ampuh dalam menangani financial distress yang terjadi pada

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


5 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
perusahaan adala sebagai berikut:

 Perusahaan bisa menjual beberapa aset utamanya, seperti kendaraan, mesin,


gedung, tanah, dl Dengan menjual aset tersebut, maka perusahaan bisa
mengembalikan modal investor da masih bisa menjalankan operasional
perusahaan walau dengan modal yang minim.
 Perusahaan bisa mengambil tindakan merger dengan perusahaan lain.
Merger merupaka kombinasi atas dua atau lebih perusahaan menjadi satu,
dimana perusahaan akan mengamb atau membeli seluruh aset dan liabilitas
perusahaan, sehingga perusahaan yang melakuka merger memiliki saham
minimal 50%.
 Melakukan batasan belanja modal untuk ekspansi bisnis. Dengan kondisi
financial distress perusahan tidak harus mengeluarkan modal untuk
melakukan ekspansi usaha, modal haru lebih fokus digunakan untuk
menghemat keuangan agar lebih efisien.
 Menerbitkan saham atau obligasi baru. Umumnya, setelah perusahaan
mampu mengembalika modal pada para pihak investor. Maka perusahaan
bisa menerbitkan saham ataupun obligas baru untuk pendanaan jangka
panjang dan meningkatkan modal perusahaan.
 Pengajuan restrukturisasi kredit kepada bank. Cara ini bisa dilakukan jika
kondisi perushaa sudah tidak mampu lagi membayar bunga kredit pada
pihak bank, sehingga perusahaan bis meminta dibuatkan jadwal ulang
pengembalian bunga kreditnya.
 Selain mengajukan restrukturisasi kredit, pihak bank juga nantinya akan
menawarkan solus untuk mengatasi masalah ini dengan cara memberikan
kredit tambahan agar dapat menguba

utang bank menjadi modal tambahan agar bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
operasiona perusahaan.
 Mengajukan permohonan bangkrut, sehingga perusahaan akan dinyatakan
legal secara huku dan bisa dipertanggung-jawabkan kondisi financial
distress nya kepada publik. Namu sebelum itu, pihak perusahaan harus
melakukan pendekatan dengan kreditur dan membaw rencana reorganisasi
perusahaan.

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


6 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pengukuran Financial distress

Metode Grover

Parquinda dan Azizah (2019) menjelaskan model Grover adalah modifikasi atau
perancangan
ulang dari model uji financial distress model Altman Z-Score. Metode Grover ini
dikembangkan ole Jeffrey S. Grover di tahun 2001 dengan menggunakan sampel
sejumlah 70 perusahaan. Sampel tersebu meliputi 35 perusahaan dalam kategori
bangkrut dan 35 lainnya diperoleh dari perusahaan sehat selam rentan periode 1982
hingga 1996. Bentuk persamaannya, yaitu:

G-Score = 1,650 X1 + 3,404 X3 – 0,016 (ROA) + 0,057

Keterangan:

G-Score: Hasil analisis

metode Grover X1:

Working Capital to Total

Assets

X3: Earning Before Interest and Taxes (EBIT)

to Total Assets ROA: Net Income to Total

Assets

Kategori nilai:

G ≤ -0,02 = Perusahaan dalam

kondisi bangkrut G ≥ 0,01 =

Perusahaan termasuk sehat

Metode Altman Z-Score Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Altman pada
tahun 1968 denga mengaplikasikan Multiple Discriminant Analysis (MDA) yang
kemudian menghasilkan model prediks untuk melihat apakah perusahaan memiliki
indikasi potensi mengalami kebangkrutan atau tidak melalu identifikasi pada rasio-rasio

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


7 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
keuangan (Prihanthini dan Sari, 2013). Hingga di pertengahan tahun 1980 auditor dan
akuntan publik menerima model Altman. Sebelumnya Altman yang merupakan ekonom
da profesor di New York’s Sterm School of Business tersebut mengembangkan model
prediksi ini berdasa pada perusahaan sektor manufaktur, setelah itu membuat bentuk
modifikasi yang dapat digunakan untu sektor tertentu (Edi dan Tania, 2018). Terdapat
66 sampel yang diperoleh dari 33 perusahaan yang jatu dalam situasi kebangkrutan,
sedangkan 33 lainnya terdiri dari perusahaan sehat di kisaran tahun 194 hingga 1965.
Terdapat 5 rasio akhir yang digunakan dari 22 rasio terkenal lainnya, yaitu diantaranya
rasi aktivitas, profitabilitas, likuiditas, solvency dan leverage. Berikut merupakan bentuk
persamaan dar model Altman Z-Score :

Untuk Perusahaan Manufaktur

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5

(Sumber

Altman,

2000)

Keteran

gan:

Z: Hasil analisis metode

Altman Z-Score X1:

Working Capital to Total

Assets X2: Retained

Earning to Total Assets

X3: Earning Before Interest and Taxes (EBIT)

to Total Assets X4: Market Value of Equity to

Book Value of Total Debt

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


8 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
X5: Sales

to Total

Assets

Kategori

nilai :

Z < 1,8 = Perusahaan dalam posisi bangkrut

1,81 < Z < 2,99 = Perusahaan

berada di grey area Z > 2,99 =

Perusahaan tergolong sehat

Metode Springate

Pada 1978, Gordon L.V. Springate mengembangkan metode ini berdasarkan teknik pada
prediksi Altma sebelumnya dengan menerapkan Multiple Discriminant Analysis atau
MDA berdasarkan 40 perusahaa sebagai sampel. Pada penentuan kebangkrutan
perusahaan, model Springate awalnya memakai rasi keuangan populer sebanyak 19
rasio, namun kemudian hanyadipilih 4 rasio (Parquinda dan Azizah, 2019) Bentuk
persamaannya :

S = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C + 0,4 D

Keterangan :

S : Hasil analisis

metode Springate

A : Working Capital

to Total Assets

B : Earning Before Interest and Taxes (EBIT)

to Total Assets C : Earning Before Tax (EBT)

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


9 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
to Current Liabilities

D : Sales

to Total

Assets

Nilai

kriteria :

S > 0,862 = Perusahaan tergolong sehat

S < 0,862 = Perusahaan masuk dalam kategori bangkrut

Metode Zmijewski

Model Zmijewski juga merupakan salah satu model prediksi kebangkrutan yang

diperkenalkan pada tahun 1984. Pada penelitiannya, Zmijewski menggunakan sampel


berupa 40

perusahaan dalam kategori bangkrut bangkrut dan 800 lainnya berasal dari perusahaan

yang tidak bangkrut dimana dalam pengambilan sampel dilakukan secara random

(Januri, Sari dan Diyanti, 2017). Berikut adalah persamaannya :

X-Score = -4,3 – 4,5 X1 + 5,7 X2 – 0,004 X3

Keterangan :

X-Score : Hasil analisis

metode Zmijewski X1 :

Net Income to Total Assets

(ROA)

X2 : Debt Ratio (Leverage) atau Total Liabilities

to Total Assets X3 : Current Ratio atau Current

Assets to Current Liabilities Nilai kriteria :

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


10 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
X > 0 = Perusahaan berpotensi bangkrut

X < 0 = Perusahaan tidak berpotensi bangkrut

Daftar Pustaka

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


11 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
IAI. 2015. Manajemen Keuangan Lanjutan. Modul Chartered Accountant

Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan, Terjemahan,


Edisi kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta (terjemahan).

Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,


Salemba Empat, Jakarta (terjemahan). Hlm.33

Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta,Salemba, 2006)

James C. & John. 2013. Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-

financial-distress/

https://www.akseleran.co.id/blog/financial-distress-adalah/

2021 Manajemen Keuangan Lanjutan


12 Dr.Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai