Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Bayu Prasetyo

NIM : P32.2021.00789
MATA KULIAH UAS : MANAJEMEN KEUANGAN

STUDI KASUS PT. SARI WANGI

LANDASAN TEORI

DEFINISI KEBANGKRUTAN

Lerinsa (2021), Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kegagalan


operasional, sehingga timbul ketidakmampuan membiayai operasional secara normal dan
membayar berbagai kewajiban. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika perusahaan
mengalami proses pertumbuhan dan berkembang sedemikian besar, selain masalah
koordinasi dan komunikasi, masalah efektifitas pengelolaan perusahaan (mis- manajemen)
juga menjadi problem yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, mengingat dampak negatif
yang ditimbulkan bagi perusahaan.

Undang-Undang No.4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, menyatakan kebangkrutan sebagai


suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan.

Menurut Toto (2011) Bankcruptcy adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi
untuk melunasi kewajibannya. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebangkrutan perusahaan. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja diperusahaan, ada
indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenal lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.

FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN MENURUT PARA AHLI

(Brigham, 2009) Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan dapat diartikan sebagai berikut :

a. Kegagalan Ekonomi
yaitu kondisi perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak
mampu menutupi biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya
modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
Kegagalan terjadi apabila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di
bawah arus kas yang diharapkan.
b. Kegagalan Keuangan
yaitu kondisi perusahaan sedang mengalami kesulitan dana baik dalam pengertian
kas atau dalam pengertian modal kerja. Kegagalan keuangan bisa juga diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.

Menurut Sartono (1994) terdapat 3 faktor penyebab kebangkrutan :

1. Perusahaan menghadapi technically insolvent.


Perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi
aset perusahaan nilainya lebih tinggi dari pada hutangnya.
2. Perusahaan menghadapi legally insovent,.
Jika nilai asset perusahaan lebih rendah daripada nilai utang perusahaan.
3. Perusahaan menghadapi tidak dapat membayar utangnya

Bringham (2001), kegagalan bisnis dapat disebabkan oleh dua faktor :

1. Faktor Internal
yaitu kegagalan yang disebabkan oleh faktor dari dalam perusahaan itu sendiri.
a. Model bisnis yang tidak baik
b. Manajemen yang tidak efisien
c. Masalah keuangan
d. Kecurangan pihak manajemen
e. Ketertinggalan teknologi dan inovasi
2. Faktor Eksternal
yaitu penyebab kegagalan berasal dari luar perusahaan yang berkaitan langsung
dengan perusahaan atau bahkan lingkungan secara global.
a. Persoalan legalitas atau hukum
b. Kompetisi bisnis yang semakin ketat
c. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor
d. Ketidakstabilan perekonomian global
e. Kegagalan mengantisipasi perubahan

(Reny, 2011) Penyebab kebankrutan dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Ekonomi
a. Gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa
b. Kebijakan keuangan
c. Suku bunga dan devaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta
neraca pembayaran
d. Surplus dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri
2. Faktor Sosial
a. Perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap
produk dan jasa
b. Cara perusahaan berhubungan dengan karyawan
3. Faktor Teknologi
a. Biaya penggunaan teknologi informasi
b. Manager pengguna kurang profesional.

4. Faktor Pemerintah
a. Kebijakan pemerintahan terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan
industri
b. Pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah
c. Kebijakan undang – undang baru
5. Faktor Pelanggan
Identifikasi konsumen untuk menghindari kehilangan konsumen, menciptakan
peluang, menemukan konsumen baru dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
6. Faktor Pesaing
Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena jika produk pesaing lebih
diterima di masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan konsumen.

TAHAPAN KEBANGKRUTAN

Tahapan dari kebangkrutan tersebut dijabarkan sebagai berikut (Kordestani et at., 2011) :

1. Latency
Pada tahap latency, Return Of Assets (ROA) akan mengalami penurunan
2. Shortage of Cash
Dalam tahap kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki cukup sumber daya kas
untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih mungkin memiliki tingkat
profitabilitas yang kuat
3. Financial Distress
Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai keadaan darurat keuangan, dimana
kondisi ini mendekati kebangkrutan
4. Bankruptcy
Jika perusahaan tidak dapat memulihkan gejala kesulitan keuangan (financial
distress), maka perusahaan akan bangkrut.

Kebangkrutan dapat disimpulkan sebagai suatu situasi di mana perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban kepada debitor karena perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya
sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai
(Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Ketika perusahaan sudah tidak mampu lagi dalam
memenuhi kewajibannya dan menjalankan operasi perusahaan, maka selanjutnya akan
ditutup atau dilikuidasi (Dwijayanti, 2010).
DAMPAK KEBANKRUTAN

Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan akan menanggung biaya


langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau
kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan).

Kondisi financial distress memberikan dampak buruk bagi perusahaan terutama


kepercayaan investor dan kreditor serta pihak eksternal lainnya. Oleh karena itu,
manajemen harus melakukan prediksi financial distress dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk dapat mengatasi kesulitan keuangan yang terjadi dan mencegah
kebangkrutan pada perusahaan.

Perusahaan yang mengalami financial distress biasanya memiliki arus kas yang negatif
sehingga mereka tidak bisa membayar kewajiban yang jatuh tempo. Ada 2 solusi yang bisa
diberikan jika perusahaan mempunyai arus kas negatif (Pustylnick, 2012), yaitu :

1. Restrukturisasi Utang
Manajemen bisa melakukan restrukturisasi hutang yaitu mencoba meminta
perpanjangan waktu dari kreditor untuk pelunasan hutang hingga perusahaan
mempunyai kas yang cukup untuk melunasi hutang tersebut.
2. Perubahan Manajemen
Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin harus melakukan penggantian
manajemen dengan orang yang lebih berkompeten. Dengan begitu, mungkin saja
kepercayaan stakeholder bisa kembali pada perusahaan. Hal ini untuk menghindari
larinya investor potensial perusahaan pada kondisi financial distress.

Permintaan.
1. Buatlah analisis penyebab utama kebangrutan.
2. Buatlah implikasi manajerial dari kasus tersebut
3. Saudara diperbolehkan manambah informasi pelengkap diluar informasi yang ada
di kasus

JAWAB :
1. Analisis penyebab utama kebangkrutan PT. Sariwangi :

A. Faktor Internal
1) Model bisnis yang tidak baik
PT. Sari Wangi memutuskan untuk menjual produk teh celup-nya yang menjadi
pioneer teh celup di Indonesia ke PT. Unilever, yang masih sangat berpotensi
untuk dikembangkan.
2) Manajemen yang tidak efisien
Manajemen sepertinya kurang melakukan studi dan analisis pada perluasan
sistem drainase air dan juga teknologi penyiraman, sebelum melakukan ekspansi
dengan suntikan dana investor pada kedua hal tersebut. Yang pada akhirnya tidak
memberikan dampak signifikan pada hasil produksinya.
3) Masalah keuangan
Penempatan suntikan dana debitur yang tidak tepat menyebabkan pembayaran
cicilan dan hutang menjadi terhambat.
4) Ketertinggalan teknologi dan inovasi
Setelah produk asli teh celup Sariwangi dijual ke Unilever, inovasi produk yang
dilakukan oleh PT. Sariwangi seperti Sarimurni Teh Kantong Bundar, Teh Wangi
Melatih, Teh Hijau Asli dan lainnya, dianggap kurang sukses dijual. Pelanggan
lebih menghendaki produk dari kompetitor seperti teh kemasan kotak atau botol
dengan varian berperisa, yang dianggap praktis dan lebih sesuai dengan
kebutuhan.

B. Faktor Eksternal
1) Kompetisi bisnis yang semakin ketat
PT. Sariwangi terlena dengan posisinya sebagai market leader sehingga tidak
menyadari bahwa kompetitor sudah aktif dengan inovasi untuk merebut pasar.
2) Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur
Manajemen dianggap tidak mampu memperbaiki situasi keungan yang buruk,
pada akhirnya perjanjian permohonan homologasi dibatalkan pihak pengadilan
niaga.
3) Kegagalan mengantisipasi perubahan
Menurut sebuah survei yang dibuat oleh Euromonitor International, daya beli
masyarakat terhadap teh botol meningkat pesat setiap tahunnya. Ada perubahan
pada cara konsumsi teh di masyarakat. Di tahun 2013, angka penjualan teh botol
telah menyentuh 25 miliar rupiah dan selalu meningkat belasan persen per
tahunnya. Sementara PT. Sariwangi masih bertahan dengan inovasi produk yang
berkisar pada teh celup saja.

2. Implikasi manajerial dari kasus tersebut, adalah :

Financial distress merupakan kondisi yang menunjukkan tahap penurunan dalam


kondisi keuangan perusahaan, yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi atau
penutupan perusahaan atau insolvensi. Kebangkrutan diartikan juga sebagai kegagalan
keuangan dan kegagalan ekonomi yang terjadi pada perusahaan.
Financial distress juga bisa didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban-kewajiban financial yang telah jatuh tempo. Kondisi financial
distress dihindari oleh perusahaan karena dapat mengakibatkan kebangkrutan jika
manajemen tidak mampu mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
keuangan yang ada.

Dari pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:


a. Financial distress bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Kesalahan dalam alokasi sumber daya,
2) Struktur keuangan yang salah,
3) Tata kelola yang buruk, dan
4) Kondisi makro ekonomi yang buruk.
b. Financial distress merupakan hal yang buruk, banyak pihak didalam dan diluar
perusahaan yang merasa penting untuk melakukan prediksi financial distress. Pihak-
pihak tersebut antara lain: kreditor, investor, pembuat peraturan atau badan
regulator, pemerintah, auditor, dan manajemen.
c. Ada berbagai cara untuk memprediksi financial distress, antara lain:
1) Analisis rasio keuangan;
2) Analisis arus kas;
3) Prediksi melalui corporate governance perusahaan;
4) Prediksi melalui kondisi makro ekonomi;
5) Credit cycle index;
6) Artificial neural netwGrks;
7) Prediksi melalui opini auditor independen; serta
8) Rough set theory dan support vector machine.
d. Financial distress dapat berdampak buruk bagi perusahaan.
Pengumuman perusahaan tentang financial distress dapat menimbulkan reaksi pasar
modal di mana investor kehilangan kepercayaan kepada perusahaan. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk bisa mengatasi
masalah financial distress untuk mencegah kebangkrutan.
e. Solusi yang bisa dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengatasi financial
distress, yaitu:
1) Melakukan restrukturisasi hutang; dan
2) Penggantian manajemen perusahaan.

3. Informasi pelengkap diluar informasi yang ada di kasus :

Contoh kasus kebangkrutan akibat mis-manajemen :


PT. Nyonya Meneer
Berawal dari pembuatan jamu rumahan Lauw Ping Nio jatuh sakit dan ia membuat
beberapa ramuan jamu untuk kesembuhan suaminya. Lalu pada 1919, nyonya meneer
pun berdiri dan memproduksi berbagai ramuan jamu legendaris yang terkenal
khasiatnya dan diekspor ke berbagai negara. PT. Nyonya Meneer akhirnya dilanjutkan
oleh anak dan cucu Lauw Ping Nio. Namun, hal tersebut tak bertahan lama, pada 2017
lalu pengadilan Negeri Semarang menyatakan PT. Nyonya Meneer pailit dan pabriknya
pun terpaksa harus ditutup. Produsen jamu itu digugat pailit oleh PT. Nata Meridian
Investara, karena PT. Nyonya Meneer tercatat memiliki kredit macet sebesar Rp. 267
Miliar.

Contoh kasus kebangkrutan akibat kurangnya inovasi :


KODAK
Perusahaan yang pertama kali menemukan film gulung dan fotografi itu bangkrut karena
lambat berinovasi, kodak tidak menciptakan produk baru, dia bertahan dengan kamera
sederhananya. Sementara perusahaan kamera lain berinovasi dengan menciptakan
kamera digital. Keterlambatan tersebut kemudian menjadi kemelut di kubu perusahaan
Kodak hingga akhirnya bangkrut pada 2012.

Anda mungkin juga menyukai