NIM : P32.2021.00789
MATA KULIAH UAS : MANAJEMEN KEUANGAN
LANDASAN TEORI
DEFINISI KEBANGKRUTAN
Menurut Toto (2011) Bankcruptcy adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi
untuk melunasi kewajibannya. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebangkrutan perusahaan. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja diperusahaan, ada
indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenal lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.
(Brigham, 2009) Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan dapat diartikan sebagai berikut :
a. Kegagalan Ekonomi
yaitu kondisi perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak
mampu menutupi biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya
modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
Kegagalan terjadi apabila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di
bawah arus kas yang diharapkan.
b. Kegagalan Keuangan
yaitu kondisi perusahaan sedang mengalami kesulitan dana baik dalam pengertian
kas atau dalam pengertian modal kerja. Kegagalan keuangan bisa juga diartikan
sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.
1. Faktor Internal
yaitu kegagalan yang disebabkan oleh faktor dari dalam perusahaan itu sendiri.
a. Model bisnis yang tidak baik
b. Manajemen yang tidak efisien
c. Masalah keuangan
d. Kecurangan pihak manajemen
e. Ketertinggalan teknologi dan inovasi
2. Faktor Eksternal
yaitu penyebab kegagalan berasal dari luar perusahaan yang berkaitan langsung
dengan perusahaan atau bahkan lingkungan secara global.
a. Persoalan legalitas atau hukum
b. Kompetisi bisnis yang semakin ketat
c. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor
d. Ketidakstabilan perekonomian global
e. Kegagalan mengantisipasi perubahan
1. Faktor Ekonomi
a. Gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa
b. Kebijakan keuangan
c. Suku bunga dan devaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta
neraca pembayaran
d. Surplus dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri
2. Faktor Sosial
a. Perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap
produk dan jasa
b. Cara perusahaan berhubungan dengan karyawan
3. Faktor Teknologi
a. Biaya penggunaan teknologi informasi
b. Manager pengguna kurang profesional.
4. Faktor Pemerintah
a. Kebijakan pemerintahan terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan
industri
b. Pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah
c. Kebijakan undang – undang baru
5. Faktor Pelanggan
Identifikasi konsumen untuk menghindari kehilangan konsumen, menciptakan
peluang, menemukan konsumen baru dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
6. Faktor Pesaing
Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena jika produk pesaing lebih
diterima di masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan konsumen.
TAHAPAN KEBANGKRUTAN
Tahapan dari kebangkrutan tersebut dijabarkan sebagai berikut (Kordestani et at., 2011) :
1. Latency
Pada tahap latency, Return Of Assets (ROA) akan mengalami penurunan
2. Shortage of Cash
Dalam tahap kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki cukup sumber daya kas
untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih mungkin memiliki tingkat
profitabilitas yang kuat
3. Financial Distress
Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai keadaan darurat keuangan, dimana
kondisi ini mendekati kebangkrutan
4. Bankruptcy
Jika perusahaan tidak dapat memulihkan gejala kesulitan keuangan (financial
distress), maka perusahaan akan bangkrut.
Kebangkrutan dapat disimpulkan sebagai suatu situasi di mana perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban kepada debitor karena perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya
sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai
(Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Ketika perusahaan sudah tidak mampu lagi dalam
memenuhi kewajibannya dan menjalankan operasi perusahaan, maka selanjutnya akan
ditutup atau dilikuidasi (Dwijayanti, 2010).
DAMPAK KEBANKRUTAN
Perusahaan yang mengalami financial distress biasanya memiliki arus kas yang negatif
sehingga mereka tidak bisa membayar kewajiban yang jatuh tempo. Ada 2 solusi yang bisa
diberikan jika perusahaan mempunyai arus kas negatif (Pustylnick, 2012), yaitu :
1. Restrukturisasi Utang
Manajemen bisa melakukan restrukturisasi hutang yaitu mencoba meminta
perpanjangan waktu dari kreditor untuk pelunasan hutang hingga perusahaan
mempunyai kas yang cukup untuk melunasi hutang tersebut.
2. Perubahan Manajemen
Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin harus melakukan penggantian
manajemen dengan orang yang lebih berkompeten. Dengan begitu, mungkin saja
kepercayaan stakeholder bisa kembali pada perusahaan. Hal ini untuk menghindari
larinya investor potensial perusahaan pada kondisi financial distress.
Permintaan.
1. Buatlah analisis penyebab utama kebangrutan.
2. Buatlah implikasi manajerial dari kasus tersebut
3. Saudara diperbolehkan manambah informasi pelengkap diluar informasi yang ada
di kasus
JAWAB :
1. Analisis penyebab utama kebangkrutan PT. Sariwangi :
A. Faktor Internal
1) Model bisnis yang tidak baik
PT. Sari Wangi memutuskan untuk menjual produk teh celup-nya yang menjadi
pioneer teh celup di Indonesia ke PT. Unilever, yang masih sangat berpotensi
untuk dikembangkan.
2) Manajemen yang tidak efisien
Manajemen sepertinya kurang melakukan studi dan analisis pada perluasan
sistem drainase air dan juga teknologi penyiraman, sebelum melakukan ekspansi
dengan suntikan dana investor pada kedua hal tersebut. Yang pada akhirnya tidak
memberikan dampak signifikan pada hasil produksinya.
3) Masalah keuangan
Penempatan suntikan dana debitur yang tidak tepat menyebabkan pembayaran
cicilan dan hutang menjadi terhambat.
4) Ketertinggalan teknologi dan inovasi
Setelah produk asli teh celup Sariwangi dijual ke Unilever, inovasi produk yang
dilakukan oleh PT. Sariwangi seperti Sarimurni Teh Kantong Bundar, Teh Wangi
Melatih, Teh Hijau Asli dan lainnya, dianggap kurang sukses dijual. Pelanggan
lebih menghendaki produk dari kompetitor seperti teh kemasan kotak atau botol
dengan varian berperisa, yang dianggap praktis dan lebih sesuai dengan
kebutuhan.
B. Faktor Eksternal
1) Kompetisi bisnis yang semakin ketat
PT. Sariwangi terlena dengan posisinya sebagai market leader sehingga tidak
menyadari bahwa kompetitor sudah aktif dengan inovasi untuk merebut pasar.
2) Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur
Manajemen dianggap tidak mampu memperbaiki situasi keungan yang buruk,
pada akhirnya perjanjian permohonan homologasi dibatalkan pihak pengadilan
niaga.
3) Kegagalan mengantisipasi perubahan
Menurut sebuah survei yang dibuat oleh Euromonitor International, daya beli
masyarakat terhadap teh botol meningkat pesat setiap tahunnya. Ada perubahan
pada cara konsumsi teh di masyarakat. Di tahun 2013, angka penjualan teh botol
telah menyentuh 25 miliar rupiah dan selalu meningkat belasan persen per
tahunnya. Sementara PT. Sariwangi masih bertahan dengan inovasi produk yang
berkisar pada teh celup saja.